PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh:
Wiwid Widyanti
D.111.17.0067
Nim : D.111.17.0067
Lulus :
Mengetahui,
................................... .......................................
i
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................3
E. Hipotesis...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
A. Daging Belut....................................................................................................5
B. Sosis..................................................................................................................6
C. Tepung Tapioka............................................................................................14
D. Angkak...........................................................................................................15
E. Analisis Sifat Kimia......................................................................................18
F. Analisis Sifat Fisik........................................................................................19
G. Uji Organoleptik.......................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................22
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................22
B. Rancangan Percobaan..................................................................................23
C. Prosedur Penelitian......................................................................................24
D. Perubah Pengamatan...................................................................................26
F. Analisis Data..................................................................................................30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kkal/100gr yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi dan telur. Belut
kaya akan protein, lemak, vitamin A, fosfor, zat besi, omega 3 dan
Sosis adalah bahan pangan yang berasal dari potongan kecil daging
yang digiling dan diberi bumbu, dapat langsung disiapkan dan segera
dimasak untuk dimakan. Sosis atau sausage berasal dari kata salsus yang
1
pengeringan dan penggilingan. Penggunaan tepung tapioka dalam
2009).
salah satunya adalah bahan pengisi. Bahan pengisi yang pada umumnya
digunakan pada sosis adalah produk tepung atau pati seperti tepung
jagung, tepung beras, tepung kentang, dan tepung tapioka (Sisson &
bahan pengisi berpengaruh terhadap hasil jadi sosis ikan gabus meliputi
jadi sosis ikan gabus meliputi warna, aroma, dan rasa. Sosis ikan gabus
alternatif yang cukup baik, karena angkak juga mampu berperan sebagai
2
sebagai pengganti warna merah sintetis, yang saat ini penggunaannya sangat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui ratio yang terbaik terhadap kadar air, kadar protein , Tekstur
dan organoleptik.
D. Manfaat Penelitian
masyarakat tentang ratio daging belut dan tepung tapioka sebagai bahan
E. Hipotesis
Diduga dengan pengaruh ratio daging belut dan tepung tapioka dapat
protein,).
3
H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging Belut
brupa kulit tipis berlendir yang terdapat dirongga mulut. Alat ini
Belut merupakan hewan hemaprodit, yaitu jenis ikan yang bisa berubah
jika sudah usia tua akan berubah menjadi berjenis kelmin jantan.
yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi.Ikan ini dapat dimakan, baik
belut sawah.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordate
Class : Actinopterygii
Ordo : Synbranchiformes
Family : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Spesies : M. Albus
Sumber : Saparinto (2018)
5
Daging belut meruapkan sumber protein hewani yang dianjurkan.Hal ini
karena daging belut memiliki kandungan gizi yang lengkap.Berikut adalah tabel
Kompisisi Belut
Protein 18,4 g
Lemak 27 g
Kalori 303 cal
Zat besi 2,0 mg
Kalsium 20 mg
Fosfor 200 mg
Vitamin A 1600 SI
Vitamin B 0,1 mg
Vitamin C 2 mg
Air 58 g
Sumber:Saparinto (2018)
B. Sosis
halus (tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati tanpa penambahan
membuat sosis terdiri dari bahan baku utama dan bahan tambahan. Bahan
baku utama yaitu daging, es, minyak, garam, dan lemak. Sedangkan bahan
penyedap dan bahan makanan lain yang diizinkan (bahan inovasi). Istilah
sosis berasal dari kata dalam bahasa latin “salsus”, yang memiliki arti
garam, sehingga sosis dapat diartikan sebagai daging giling yang diawetkan
dengan garam. Sosis didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari daging
6
yang dicacah serta dibungkus dalam casing menjadi bentuk silinder
(Kramlich, 1973).
Sosis merupakan salah satu jenis emulsi, namun emulsi sosis bukanlah
lainnya. Emulsi sosis yang secara umum dimaksud oleh industri sosis adalah
pada sosis dibungkus oleh protein daging dengan struktur serupa dengan
Protein larut garam terutama mayonaise diekstrak dengan garam dan selama
lemak.
Sosis yang bermutu baik adalah produk sosis yang telah memenuhi
standar mutu secara kimia, secara organoleptik sosis harus kompak, kenyal
dan bertekstur empuk, serta rasa dan aroma yang baik sesuai dengan bahan
baku yang digunakan. Kualitas sosis sebagai produk daging ditentukan oleh
ditambahkan (Koapaha, dkk., 2011). Syarat mutru sosis daging dalam SNI
01-3820-1995 yaitu:
7
Lemak % b/b Maks 25.0
Karbohidrat % b/b Maks 8.0
Bahan tambahan makanan :
a. Pewarna dan pengawet Sesuai dengan SNI-0222-1995
Cemaran logam :
a. Timbal (Pb) Mg/kg Maks 2.0
b. Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 20.0
c. Seng (Zn) Mg/kg Maks 40.0
d. Timah (Zn) Mg/kg Maks 40.0
e. Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0.03
Cemaran arsen Mg/kg Maks 0.1
Cemaran mikroba :
a. Angka total lempeng Koloni/gr Maks 105
b. Bakteri bentuk Koli APM/gr Maks 10
c. Escherichia coli APM/gr <3
d. Enterococci Koloni/gr 102
e. Clostridium - Negatif
perfringens
f. Salmonella - Negatif
g. Staphilococcus aureus Koloni/gr Maks 102
Sumber: SNI 01-3820-1995
a. Daging Belut
8
1992).
dan merata dibawah kulit, memiliki bau yang segar, kekenyalan yang
elastis dan tidak ada tanda – tanda memar atau tanda lain yang
b. Lemak
memiliki aroma yang kurang dari lemak hewani, namun lemak nabati
lebih mudah di dapat dan harganya jauh lebih murah, sehingga sering
9
digunakan dalam pembuatan sosis. Penambahan lemak berpengaruh
sedikit akan menghasilkan sosis yang keras dan kering, sedangkan jika
c. Air es atau es
10
karbohidrat yang dapat menyerap air secara maksimal, berperan kecil
air dan lemak akan terikat oleh protein untuk membentuk suatu
Tapioka adalah salah satu bahan pengikat pada sosis. Sosis sebagai
bahan – bahan yang digunakan, oleh sebab itu digunakan suatu bahan
11
yang juga mampu berperan sebagai stabilizer. USDA membatasi
maksimal 3,5%.
ini dapat meningkatkan daya ikat air dan menstabilkan tektur daging
Hautzinger, 2007).
12
dapat menurunkan Aw sosis, sehingga dapat menghambat
g. Selongsong
yang dapat dimakan, kolagen yang tidak dapat dimakan, dan plastik.
sosis yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak dapat dimakan,
dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukuran dapat diatur, tahan
13
C. Tepung Tapioka
Menurut SNI 01-3451-1994, tapioka adalah pati (amilum) yang
farmasi. Energi yang dihasilkan dari 100 g makanan olahan tepung tapioka,
setara dengan energi 100 g nasi. Berikut kandungan nutrisi per 100 g
tapioka.
14
Tapioka dalam pembuatan sosis, digunakan sebagai bahan pengisi
sosis, dengan kadar penggunaannya hanya 10% dari berat daging yang
mengikat sejumlah air. Bahan pengisi ini berfungsi untuk mengikat daging
yang padat dan kenyal. Fungsi dari tapioka adalah bahan pengikat di mana
dan daya ikatnya tinggi, tidak mudah pecah dan mempunyai suhu
D. Angkak
Angkak telah banyak digunakan di Negara-negara Asia terutama Cina,
Jepang, Thailand dan Philipina kurang lebih 600 tahun yang lalu. Red rice
atau angkak digunakan untuk mewarnai makanan seperti pada ikan, keju
15
China, dan untuk pembuatan anggur merah di negara-negara oriental
bakteri, mengobati penyakit asma, gangguan saluran cerna, mabuk laut dan
merah pada pengolahan daging, serta menambah aroma (Hidayat dan Saati,
2006).
warna merah. Dari berbagai macam galur tersebut yang paling umum
satu warna yang menarik karena warna merah sangat populer pada pewarna
makanan dan merupakan warna pigmen yang alami pada makanan (Hidayat
16
yang cocok digunakan sebagai substrat adalah nasi pera, yaitu yang
yang pera harganya jauh lebih murah dibandingkan nasi yang pulen.
campuran tersebut diaduk hingga rata dan diinkubasi pada suhu 27-32˚C
berbentuk cake atau serbuk. Pada produk daging, pigmen merah dapat
17
pemasakan mempengaruhi intensitas warna akibat terjadinya reaksi Mailard.
Analisis kimia pada penelitian ini meliputi penentuan kadar air, kadar
abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar pati, kadar
amilosa dan amilopektin. Namun pada penelitian ini analisa kimia hanya di,
kadar protein, dan kadar air. Sifat kimia suatu bahan akan mempengaruhi
suatu zat makanan dari bahan pakan dan pangan. Analisis proksimat
didalamnya.
1. Kadar Protein
18
menentukan mutu suatu bahan makanan (Winarno, 2002). Menurut
jenis daging, dan jenis bahan pengisi dan pengikat yang ditambahkan.
2. Kadar Air
bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu
karakteristik yang sangat pentung pada bahan pangan, karena air dapat
Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya
Semakin rendah kadar air dalam bahan pangan, maka semakin tinggi
(2001), kadar air sosis mempunyai kisaran nilai 45-50% dari berat
akhir produk daging dan sebagian besar kadar air disumbang oleh
1. Tingkat Kekenyalan
19
Kekenyalan adalah kemampuan produk pangan untuk pecah
spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, dan umur) dan faktor
20
G. Uji Organoleptik
(Hadiwiyoto, 1993).
(Setyaningsih, 2010).
memakai indera pengecap, pembau dan peraba pada saat bahan pangan
21
dimakan(warna, rasa, Aroma dan tekstur). Interaksi dari hasil penilaian
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama bulan Mei 2020 sampai Juli 2020.
1. Bahan
lain : daging belut, Angkak ,minyak nabati, es, air es, tepung tapioka,
didih, 15 ml H2SO4).
2. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain : selonsong sosis,
23
penggiling daging (chopper), solet, kertas saring, refrigerator, wadah
distilasi, erlemeyer, tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, dan pipet
skala.
C. Rancangan Percobaan
Lengkap (RAL) dengan 1 faktor perbedaan ratio daging udang dan tepung
pengisi tapioka mengacu pada penelitian Purwosari dan Afifah (2016) dan
sebagai berikut:
24
Bahan Perlakuan
(gram) P1 P2 P3 P4 P5
Daging 94 90 86 82 78
Belut
Tepung 6 10 14 18 22
Tapioka
Angkak 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Susu skim 5 5 5 5 5
Es 20 20 20 20 20
Garam 2 2 2 2 2
STPP 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Minyak 5 5 5 5 5
sayur
Bawang 1 1 1 1 1
putih
Merica 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Jahe 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Sumber : Purwosari dan Afifah, 2016 yang telah dimodifikasi
Variabel yang diamati:
4. Organoleptik
D. Prosedur Penelitian
dicampur dengan bahan – bahan seperti minyak sayur (3%), garam (2%)
dan STPP (0,3%), Bubuk angkak (0,75%), susu skim (5%), es dan air es
(20%), bumbu – bumbu (2%), dan penambahan rasio daging belut dan
25
tepung tapioka dengan konsentrasi masing-masing daging belut ( 94%, 90%,
86%, 82%, 78%) sedangkan tepung tapioka (6 %, 10%, 14%, 18%, 22% ).
dalam casing atau selongsong sosis dilakukan dengan cara manual yaitu
dimasak dalam air yang mendidih pada suhu sekitar 85 - 90˚C selama 45
Selanjutnya dilakukan uji kadar protein, uji kadar air, dan uji tekstur
Belut
Pembersihan belut
Penimbangan
26
Penggilingan V:
60 rpm
Pengisian casing ( p.
10 cm, d. 1,5 cm)
Pengukusan 85 -
90⁰C, 45 menit
Pendinginan
Analisis
Fisik - tekstur
Kimia - kadar air, kadar
Sosis belut protein
Organoleptik - aroma,
rasa, warna, tekstur
E. Perubah Pengamatan
pengamatan karakteristik kimiawi dengan uji kadar protein, uji kadar lemak,
dan uji kadar air. Dan pengamatan karakteristik fisik dengan uji tekstur
berikut:
27
Penentuan kadar protein sosis daging ayam dilakukan dengan metode
Kjeldahl yang terdiri dari tiga tahapan proses yaitu proses destruksi,
a. Tahap Destruksi
alat destruksi di dalam lemari asam pada suhu 410 ˚C selama 1 jam
b. Tahap Destilasi
c. Tahap titrasi
N hingga larutan berubah warna dari hijau menjadi pink (merah muda)
d. Perhitungan
Dimana :
28
N = Normalitas larutan standar HCL
pada suhu 100 - 105˚C selama 3-5 jam, tergantung dari bahannya.
B 1−B 2
Kadar air (%) = X 100%
B
Keterangan : B = Berat sampel (gram)
B1 = Berat (sampel + cawang ) sebelum dikeringkan
B2 = Berat (sampel + cawang) setelah dikeringkan
3. Tekstur (kekenyalan)
29
posisinya sampai mendekati sampel, kemudian program dari monitor
bahwa nilai yang ada pada monitor nol, kemudian pilih menu start test
4. Uji Organoleptik
sosis belut.
30
Kenyal 4
Sangat Kenyal 5
H. Analisis Data
menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata
X hitung < X tabel ( Taraf uji 5 %), maka H0 diterima atau ditolak H1
31
DAFTAR PUSTAKA
Buckle K.A.,R.A. Edward, G.H. Flat, dan M. Wootton. 1987. Ilmu pangan. Penerjemah
; H.purnomo dan adiono. Jakarta ; penerbit univesitas Indonesia.
Biochemical, nutritional and microbiological quality of fresh and smoked mud eel fish
Monopterus albus—a comparative study (Abstract). e-Journal Food Chemistry,
Vol. 61, Issues 1-2, Januari 1998
Manley, D. 2011. Biscuit, Cracker, and Cookie Recipes for the Food Industry.
Ebooks download http://lib.freecollege.org/view.php?id=446404. (01 November
2013).
32
Syafnir. 2014. E-Proceding: Perbandingan Komposisi Asam Lemak antara
Minyak Belut (Monopterus albus) dan Minyak Sidat (Anguilla sp.) dengan
metoda KG-SM. Proceding Farmasi (Gel 2 Th Akad 2014-2015). Jakarta (16
September 2015)
Sudarminto S Youno dan Tri susanto. 1998. Pengujian fisik pangan. Universitas
Brawijaya. Jurusan teknologi hasil pertanian. Fakultas teknologi pertanian
Soekarto, S.T.1985. penilaian organoleptik (untuk industri pangan dan hasil pertanian).
Penerbit barata karya Aksara, Jakarta.
33