KELOMPOK 5
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari Mata Kuliah Bioproduk Biosafety
Biosekuriti yang berjudul “Pengolahan Lidah buaya sebagai Feed Additive pada
Ayam Broiler untuk Meningkatkan Produksi Daging”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
juga digunakan sebagai suplemen dalam ransum unggas untuk dan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, maka diharapkan bahwa penggunaan
bioaktif tanaman ini dapat meningkatkan performans ayam pedaging. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pemberian gel kering lidah buaya dalam
ransum ayam pedaging dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan kering
ransum hingga 6,8% dan pemberian gel segar bahkan meningkatkan efisiensi
hingga 17,8% (Bintang dkk., 2001). Oleh karena itu, dalam kegiatan ini dilakukan
penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis dan cara yang paling baik dalam
pemanfaatan bioaktif tanaman lidah buaya sebagai ransum ayam pedaging.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah lidah buaya sebagai feed addictive memiliki dampak pada
performan dan presentase karkas ayam broiler?
2. Bagaimana pengaruh lidah buaya sebagai feed addictive pada pakan ayam
broiler?
3. Apa saja kandungan lidah buaya yg bisa digunakan sebagai feed addictive
guna meningkatkan performan dan presentase karkas ayam broiler?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Feed Additive
Menurut Fathul dkk. (2013), pakan aditif yaitu suatu substansi yang
ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah yang relatif sedikit untuk
meningkatkan nilai kandungan zat makanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan
khusus. Lebih lanjut Fathul dkk. (2013) menyatakan bahwa manfaat pemberian
pakan aditif atau suplemen dari segi fisiologis adalah
3
tanaman yang memiliki banyak kandungan zat bermanfaat untuk kesehatan,
kecantikan dan juga tambahan pakan ternak.
Daun lidah buaya (Aloe vera) sebagian besar berisi pulp atau daging daun
yang mengandung getah bening dan lekat. Sedangkan bagian luar daun berupa kulit
tebal yang berklorofil. Secara kuantitatif, protein dalam lidah buaya (Aloe vera)
ditemukan dalan jumlah yang cukup kecil, akan tetapi secara kualitatif protein lidah
buaya (Aloe vera) kaya akan asam-asam amino esensial terutama leusin, lisin, valin
dan histidin. Selain kaya akan asam-asam amino esensial, gel lidah buaya (Aloe
vera) juga kaya akan asam glutamat dan asam aspartat. Vitamin dalam lidah buaya
(Aloe vera) larut dalam lemak, selain itu juga terdapat asam folat dan kholin dalam
jumlah kecil. Pemanfaatan lidah buaya sebagai feed additive dalam ternak menurut
Sinurat et al. (2003) memberikan efek positif bagi ternak.
4
Gel lidah buaya (Aloe vera) diketahui mengandung zat bioaktif
anthrakinon yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri seperti bakteri
Eschria coli dan Salmonella. Gel lidah buaya bisa diekstrak dengan kloroform dan
methanol untuk mendapatkan anthrakinonnya.Selain itu, gel lidah buaya juga
berperan dalam mempercepat pembusukan makanan dan menghalangi kelembaban.
Gel lidah buaya ini tidak berwarna dan berbau, tidak mempengaruhi rasa atau rupa,
alami serta aman digunakan. Cara pembuatan gel lidah buaya :
a. Pembuatan gel lidah buaya segar (GLBS) diawali dengan pemisahan gel
segar dari kulit.
b. Selanjutnya gel tersebut dihaluskan denganblender dan disimpan dalam
lemari pendingin sebelum digunakan.
c. Sedangkan pembuatan gel lidah buaya kering (GLBK) diawali dengan
pemisahan gel dari kulit.
d. Selanjutnya gel lidah buaya tersebut dihaluskan dengan blenderditambah
dengan pollard sebanyak 3% dari total gel kemudian dikeringkan.
e. Campuran pollard dan gel lidah buaya dimasukkankedalam oven dengan
temperatur 60°C sampai kering (kadar air 5 sampai 10 persen).
Manfaat pemberian pakan lidah buaya ini antara lain dapat mengurangi
konsumsi ransum dibandingkan dengan ransum yang diberi antibiotik, selain itu
juga mampu menghasilkan bobot telur lebih tinggi, serta nilai konversi ransum
lebih rendah dengan perbaikan konversi ransum 8,40%.
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada
umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana &
Suprijatna, 2006). Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis
ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas ttinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam
broiler di Indonesia baru populer di Indoneisa sejak tahun 1980-an, walaupun galur
murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak muai
memeliharanya.
5
Perkembangan teknologi penyilangan dan genetika dalam menghasilkan
strain ayam broiler sangat dinams. Ada kalanya pada waktu tertentu satu strain
ayam broiler lebih unggul dibanging strain lain, tapi adakalanya lagi strain tersebut
mengalami kelemahan.
1) Cobb
Strain cobb dikembangkan dan populer lebih dari 60 negara. Strain ini memiliki
fokus pengembangan untuk memperbaiki performa rasio pemberian pakan
(Food Convertion Ratio, FCR). Secara genetik strain ini dikembangkan untuk
memiliki pembentukan daging dada. Mudah beradaptasi di lingkungan iklim
tropis yang panas.
2) Ross
Strain Ross dikembangkan untuk memiliki FCR yang efesien, pertumbuhan
yang cepa dan daya tahan hidup yang lebih baik. Fokus pengembangan genetik
diarahkan untuk memiliki kaki yang kuat sebagai penopang badan yang besar.
3) Hybro
Strain hybro memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya hidup.
Performanya untuk daerah tropis cukup baik dan memiliki ketahanan terhadap
penyakit ascites. Fokus pengembangan genetik pada hasil karkas. (Risnandar,
2019)
6
terjangkau, dapat dikonsumsi segla lapisan masyarakat dan cukup tersedia di
pasaran. Setelah pemeliharaan selama 35 hari bobot badan ayam broiler dapat
mencapai 1,6 kg (Adiwinarto, 2005).
Tanaman lidah buaya (LB) dari jenis Aloe vera barbadens dipersiapkan
dalam berbagai bentuk yaitu gel LB segar, gel LB kering, daun (campuran gel dan
kulit daun) LB segar dan daun LB yang dikeringkan. Masing-masing LB yang
dipersiapkan kemudian dicampur dengan pakan standar (kontrol) dengan
konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 g/kg setara gel kering. Penambahan gel maupun daun
LB kering dilakukan pada saat pencampuran pakan, sedangkan gel atau daun LB
segar dicampur dengan ransum kontrol setiap 3 hari sekali yaitu Ransum kontrol
(K) dan K + antibiotik (bacitracin 50 ppm) dibuat sebagai pembanding, dengan
demikian terdapat perlakuan ransum. Ransum disusun sesuai kebutuhan ayam
pedaging hingga umur 5 minggu yang terdiri dari jagung, dedak, minyak, bungkil
kedelai, tepung ikan, tepung kapur, dikalsiumfosfat, DL-methionine dan campuran
vitamin-mineral, dengan kandungan gizi (protein 22%, energi metabolis 3200
kkal/kg).
Pembuatan pakan dengan lidah buaya segar adalah dengan cara mengupas
kulit, dihaluskan dagingnya dengan menggunakan blender. Lidah buaya yang telah
dihaluskan ditimbang sesuai dengan dosis yang akan diberikan, dicampur dengan
pakan komersial yang telah digiling terlebih dahulu, diaduk sampai benar benar
homogen. Pembuatan pakan dengan lidah buaya segar yang dikeringkan hampir
sama dengan bentuk segar, bedanya setelah lidah buaya yang dihaluskan dicampur
7
dengan pakan yang sudah digiling sampai benar-benar homogen, dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 60-70ºC selama 2 hari.
Kemudian ayam pedaging diberi perlakuan yang terdiri dari: Kontrol tanpa
antibiotik (K); K + antibiotik; K + 0,50 g lidah buaya kering (LBK)/kg; K + 1,00 g
LBK/kg; K + antrakinon; K + lidah buaya dalam bentuk semi likuid dengan
konsentrasi setara dengan 1,00 g LB kering/kg. Jumlah antrakinon yang diberikan
(2 ppm) adalah setara dengan konsentrasi antrakinon dalam 1 g lidah buaya kering.
Masa adaptasi pakan perlakuan dapat dilakukan selama tujuh hari yang
dilakukan secara bertahap. Pada hari pertama ayam diberi pakan komersial tanpa
dicampur dengan lidah buaya. Hari kedua dan ketiga diberi pakan yang dicampur
dengan 25% dari total lidah buaya yang akan diberikan sesungguhnya, hari keempat
dan kelima 50%, hari keenam 75%, hingga hari ketujuh pakan komersial dicampur
dengan 100% dari total lidah buaya yang diberikan. Setelah masa adaptasi,
dilakukan pengamatan untuk melihat pengaruh pemberian lidah buaya kering dan
segar dalam pakan dengan dosis yang telah ditentukan pada ayam pedaging
tersebut.
8
2.7. Efek Pemberian Lidah Buaya pada Ayam Broiler terhadap Performan
dan Persentase Karkas
2.7.1. Pertumbuhan Bobot Badan
9
menghambat pertumbuhan bakteri patogen E.coli dan Salmonella hadar, tetapi
tidak menghambat bakteri menguntungkan seperti Lactobacillus sp.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pakan tambahan (feed additive) adalah setiap pakan yang tidak lazim
dikonsumsi ternak sebagai pakan, yang sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak
nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk hewan. Salah
satu feed additive yaitu lidah buaya. Protein dalam lidah buaya (Aloe vera)
ditemukan dalan jumlah yang cukup kecil, tetapi secara kualitatif protein lidah
buaya (Aloe vera) kaya akan asam-asam amino esensial terutama leusin, lisin, valin,
histidin, asam glutamat dan asam aspartate
3.2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.A. 2000. The role of nutricines in health and total nutrition. Proc. Aust
Poult. Sci. Sym. 12: 17-24.
Gill, C. 1999. More science behind "botanicals": Herbs and plant extract as growth
enhancers. Feed International 20(4): 20-23.
Kamel, C. 2000. A novel look at a classic approach of plant extracts. Feed Mix.
Special Edition, November 2000. pp. 19-21.
Morsy, E. M . 1991. The Final Technical Report on Aloe vera, 5th Ed. CITA
Internal. USA.
12
Togatorop MH, AP Sinurat, T Purwadaria, J Rosida, S Sitompul dan H Hamid.
2001. Studi Kandungan Bioaktif dalam Tanaman Lidah Buaya
danPemanfaatan secara Tradisional. Laporan Penelitian. Balai Penelitian
Ternak Bogor.
Wahju. (2004). Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
13