Anda di halaman 1dari 38

Laporan Pratikum Identifikasi Pakan Ternak

Unggas

Oleh :
Muh. Muh Irham A Ilyas
05.10.20.2225
1H Budidaya ternak

Program Studi D-III Budidaya Ternak


Jurusan Peternakan
Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pratikum
yang berjudul “Nutrisi Makanan Ternak”.
Terimah Kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membimbing kami dan para narasumber yang telah membantu kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan pratikum yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi bahasa, mapun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menjadi acuan
agar kami bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga laoran pratikum ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk kedepannya.

Gowa, 18 April 2021

Muh Irham A Ilyas

I
Daftar isi
Kata Pengantar.......................................................................................................I
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan..................................................................................................2
C. Tujuan pratikum.....................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Pakan ternak................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................11
METODE PRAKTIK..........................................................................................11
A. Tempat dan Waktu...............................................................................11
B. Teknik Pengumpulan Data...................................................................11
BAB IV..................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................12
A. Hasil Pratikum.......................................................................................12
B. Pembahasan...........................................................................................15
BAB V...................................................................................................................33
PENUTUP.............................................................................................................33
A. Kesimpulan............................................................................................33
Daftar pustaka.....................................................................................................III

II
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam


budidaya ternak unggas secara intesif biaya pakan menduduki urutan pertama
yaitu mencapai 71,79% dari total biaya produksi (Budiraharjo, 2010).
Disamping harga pakan, nilai gizi pakan juga menentukan produksi ternak
karena dengan nilai gizi yang baik maka produksi ternak semakin baik.
Kemampuan dalam menekan biaya pakan tanpa mengurangi kualitasnya
merupakan prasyarat mutlak bagi kelangsungan peternakan.
Usaha meningkatkan kualitas pakan tidak terlepas dari biaya
pengolahan pakan. Penggunaan bahan pakan impor mengakibatkan tingginya
harga pakan dan bila itu berlangsung secara terus menerus banyak peternak
yang akan mengalami kerugian. Upaya untuk meminimalkan biaya pakan
dapat menggunakan alternatif bahan pakan lokal yang bersifat
nonkonvensional dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, harganya
murah tetapi mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik. Salah satu
alternatif penggunaan bahan pakan lokal adalah dengan memanfaatkan limbah
pertanian berupa onggok.
Upaya untuk meningkatkan nilai gizi pada onggok dengan sasaran
utama adalah peningkatan kadar protein dan menurunkan kadar serat terlah
diketahui menggunakan kapang antara lain fermentasi menggunakan kapang
Sacchomyces cereviceae yang hanya dapat menurunkan serat kasar menjadi
14,43% dan meningkatkan kadar protein menjadi 2,54% (Suprayogi,2010),
selanjutnya fermentasi dengan Aspergillus niger, dimana peningkatan protein
kasar sebesar 23,4% namin penurunan serat hanya 0,8% (Suprayati,2003;)
begitu pula fermentasi menggunakan Aspergillus niger oleh (Purwati,2012),
yang mampu meningkatkan kadar protein kasar sebesar 13,99% namun hanya
mampu menurunkan kadar serat kasar sebesar 1,70%. Secara umum semua
produk akhir fermentasi biasanta mengandung senyawa yang lebih sederhana
dan mudah di cerna daripada bahan asalnya (Purwadia dan Laelasari, 2004).
Namun menurut Wizna et al.,(2005), pengolahaan secara fermantasi dengan
menggunakan kapang terhadap bahan pakan yang mengandung pati dan serat
tinggi mempunyai suatu kelemahan dimana hifa dari kapang tersebut
merupakan serat kasar sehingga kandungan serat kasar subtrat tetap tinggi
selain itu juga fermantasi menggunakan kapang memerlukan waktu yang lebih
lama sehingga sebagian besar pati yang terkandung dalam bahan pakan

1
tersebut berkurang. Fardiaz (1988), menyatakan bahwa bakteri sebagai
inokulum dalam proses fermantasi membutuhkan waktu lebih sedikit
dibangdingkan kapang karena waktu generatif lebih cepat yaitu berkisar 1
sampai 2 jam, sedangkan kapang 3-6 hari. Selain karena waktu generatif yang
lebi cepat bakteri juga dapat menghasilkan enzim selulase sehingga
penggunaan bakteri dalam fermentasi onggo lebih di pertimbangkan dibanding
penggunaan kapang

B. Rumusan
Identifikasi makanan ternak unggas ?

C. Tujuan pratikum
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi 15 bahan pakan ternak yang
asalnya berbeda yaitu bahan pakan yang berasal dari hewani, nabati, dan juga
pakan tambahan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan ternak
Pakan adalah semua makanan yang dapat dimakan oleh hewan ternak,
tidak mengganggu kesehatan, dapat diberikan sebagai asupan sumber energi, dan
zat-zat gizi bagi ternak. Keberhasilan suatu usaha peternakan sangat ditentukan
oleh adanya pemberian pakan yang berkualitas. Kandungan pada bahan pakan
yang harus diperhatikan adalah sumber proteinnya. Protein merupakan satu dari
biomolekul raksasa diantaranya polinukleotida, polisakarida, lipid, dan yang
merupakan penyusun utama dalam perkembangan makhluk hidup (Henni Rosaini,
Roslinda Rasyid 2015).
Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak, diantaranya yaitu
dengan melakukan riset untuk menghasilkan pakan yang ekonomis atau pakan
alternatif dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak (M R
Fahmi, Hem, and Subamia 2007). Tingginya kebutuhan bahan pakan bersumber
protein tinggi menyebabkan naiknya biaya pakan menjadi sangat pesat dari tahun
ketahun. Adanya biaya bahan pakan sumber protein tentunya menjadi perhatian
lebih bagi peternak, karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam
kegiatan usaha peternakan yaitu kurang lebih sekitar 50 sampai 70%.
Ketersediaan bahan pakan berkualitas yang kurang memadai menjadikan masalah
utama dalam berternak, sehingga menyebabkan kurang optimalnya hasil panen.
Peternak yang bermitra dengan perusahaan penyedia pakan sering diresahkan
dengan biaya yang mahal, oleh karena itu banyak peternak yang mengalihkan
pakan ternak kearah pakan alternatif, selain dapat menekan biaya, pakan alernatif
tetap mempunyai nutrisi yang cukup bagi hewan ternak. (M R Fahmi
2010)menyebutkan bahwa Indonesia menganggarkan kurang lebih US$ 200 juta
per tahun untuk mengimpor bahan baku utama pembuatan pakan seperti tepung
dan minyak ikan sebagai nutrisi pakan. Semakin meningkatnya biaya pakan,
ancaman mutu atau kualitas pakan ternak, serta meningkatnya permintaan protein
di pasar menyebabkan biaya protein yang berbasis hewan semakin mahal (FAO,
2013).
2.2 PROTEIN
Protein adalah molekul organik yang paling banyak didalam sel. Zat ini
terdapat disemua bagian jasad hidup dan merupakan golongan yang paling
beraneka macamnya diantara senyawa yang penting dalam biologi. Protein
bertanggung jawab atas keterpaduan struktur jasad tertentu maupun enzimyang
mengatur Universitas Sumatera Utarafungsi kehidupan. Penelitian mengenai
protein menunjukkan batas-batas yang agak dipaksakan dalam ilmu kimia
(Pine,1988).

3
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara
alami. polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai
protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam
amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam
amino. Struktur primer protein merupakan rangkaian asam amino dan komponen
prostetik pembentuk protein, hal ini terutama ditentukan dengan cara kimia yang
telah dibahas. Struktur protein sekender dan tersier mengacu pada kedudukan tiga
matra dari makromolekul, struktur kuartener menggambarkan susunan kompleks
protein nekarantai (Parakkasi,1995).
Protein juga merupakan kelompok nutrien yang amat penting. Senyawa ini
didapatkan dalam sitoplasma pada semua sel hidup, baik binatang maupun
tanaman. Protein adalah substansi organik dan mereka mirip lemak maupun
karbohidrat dalam hal kandungan unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Tatapi, semua protein juga mengandung nitrogen, dan beberapa di antaranya
mengandung belerang dan fosfor. Maka protein lebih bervariasi dan lebih
kompleks strukturnya dibanding lemak atau karbohidrat. Tumbuh-tumbuhan dapat
mensintesis protein dari bahan-bahan anorganik. Karbondioksida dari udara dan
air dari tanah menyediakan karbon, hidrogen dan oksigen yang penting untuk
sintesis protein. Nitrogen diperoleh dari dalam tanah dalam bentuk senyawa
anorganik, umumnya nitrat dan nitrit.
2.2.1 Struktur Protein
Molekul protein amat besar dan terdiri dari rantaian panjang asam-asam amino
yang berikatan secara kimiawi. Dua puluh enam asam amino dapat ditemukan
dalam protein, dua puluh diantaranya sering terdapat dalam protein yang biasa
didapat dalam makanan. Setiap molekul asam amino mengandung paling sedikit
sebuah gugus amino (-NH2) dan sekurang-kurangnya sebuah gugus asam (-
COOH). Dengan demikian asam amino dapat bersifat asam dan basa sekaligus,
dan keadaan ini disebut amfoter. Tidak benar jika dikira bahwa semua asam
amino mempunya pH dibawah 7. Dapat dilihat struktur atau rumus umum dari
asam amino seperti gambar dibawah ini:
H H O
N C C OH
H R
Gambar 2.1 Rumus umum asam amino
Satu molekul protein mengandung kira-kira 500 asam amino, tergabung bersama
dengan ikatan peptida. Ikatan peptida terbentuk jika gugus amino (-NH2) dari satu
asam amino bereaksi dengan gugus asam (-COOH) dari asam amino berikutnya.
Keadaan alami molekul protein adalah kompleks karena molekul tersebut dapat

4
memuat ke 20 asam amino dalam sembarang rangkaian. Jika satu polipeptida
disusun hanya dengan 10 macam asam amino saja, susunan asam aminonya akan
sebanyak 2010 atau lebih dari satu miliar. Karena protein yang paling sederhana
saja mengandung lebih dari 50 unit asam amino maka dapat Universitas Sumatera
Utaradipahami bahwa dapat dibentuk berbagai molekul protein dalam jumlah
yang hampir tak terhingga. Ukuran atau pola asam amino dalam molekul protein
dikenal sebagai proteinstruktur primer. Struktur protein sangat bervariasi, tetapi
meraka dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, menurut bentuk
molekulnya.
1. Protein Globular
Molekul-molekul protein globular adalah bulat tetapi tidak harus berbentuk bola
(bundar). Rantai asam aminonya terlipat dan molekul dapat dipertahankan bentuk
oleh adanya ikatan-ikatan silang antar asam amino dalam rantai itu. Strukturnya
tiga dimensi tetapi dapat direpresentasikan dalam dua dimensi. Molekul-
molekulnya tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah
menerobos keruang ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat
terdispersi dengan mudah baik dalam air atau larutan garam membentuk koloid.
Beberapa contoh protein globular adalah albumin telur, dijumpai pada putih telur
dan kasein pada susu.
2. Protein Bentuk Serat
Molekul-molekul protein bentuk serat ini lebih lurus. Mereka dapat dalam
keadaan hampir lurus sempurna (protein tidak elastis atau gulungan). Dalam
protein bentuk serat biasanya terdapat susunan yang teratur dan molekul-
molekulnya terkumpul rapat. Pada molekul itu terdapat ikatan silang antar rantai-
rantai asam amino yang berdekatan sehingga molekul air sukar menerobos
struktur itu. Karena protein bentuk serat biasanya tidak larut dalam air. Gluten,
protein tidak larut yang didapatkan pada Universitas Sumatera Utaragandum
adalah contoh protein yang elastis. Jika ditarik, gluten akan terentang tetapi
cenderung untuk kembali ke bentuk semula jika gayanya tidak ada lagi. Ini
disebabkan karena molekul-molekul gluten membentuk gulungan sehingga
berwatak seperti pegas. Mereka dapat terentang tetapi tidak akan kembali ke porsi
semula karena genggaman ikatan-ikatan silang atas rantaian protein. Elastin,
penyusun jaringan ikat yang didapatkan dalam daging dan dikenal sebagai tulang
rawan, dan keratin, salah satu protein yang juga didapatkan pada jaringan ikat
adalah contoh proteiin terentang.
2.2.2 Sifat-sifat protein
Sifat substansi ditemukan oleh strukturnya, karena amat banyaknya variasi
struktur protein sifatnya pun juga sangat bervariasi. Protein bentuk serat bersifat
lebih tidak terlarut dan tidak terlalu dipengaruhi oleh asam, basa dan panas yang
tidak terlalu tinggi. Protein globular membentuk larutan koloidal dan terpengaruh

5
oleh asam, alkali dan panas. Protein dapat mengalami suatu proses yang dikenal
sebagai denaturasi, jika molekul sekundernya berubah tetapi struktur primernya
tetap. Bentuk molekulnya mengalami perubahan, biasanya karena terpecah atau
terbentuknya ikatan-ikatan silang tanpa mengganggu urutan asam aminonya.
Proses ini biasanya tidak dapat berlangsung balik (irreversible), sehingga
tidakmungkin untuk mendapatkan kembali struktur asal protein itu. Denaturasi
dapat merubah sifat protein, menjadi lebih sukar larut dan makin kental, keadan
ini disebut koagulasi.Universitas Sumatera UtaraKoagulasi dapat ditimbulkan
dengan berbagai cara:
1. Dengan pemanasan
Banyak protein mengkoagulasi jika dipanaskan. Koagulasi ini digunakan
secara meluas dalam penyimpanan berbagai jenis makanan seperti puding
telur.
2. Dengan asam
Jika susu menjadi asam, bakteri dalam susu memfermentasi laktosa
menghasilkan asam laktat. Derajat keasaman susu menurun menyebabkan
protein susu, yaitu kasein mengkoagulasi.
3. Dengan enzim-enzim
Rennin yang secara komersial dikenal sebagai rennet adalah enzim yang
mengkoagulasikan protein.
4. Dengan perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis seperti mengocok putih telur dapat menyebabkan
terjadinya koagulasi parsial pada protein.
5. Penambahan garam
Garam-garam tertentu seperti natrium klorida, dapat mengkoagulasikan
protein.
2.2.3 Fungsi Protein Dalam Tubuh
1. Pertumbuhan dan pemeliharaan
Protein merupakan penyusunan utama sel-sel tubuh. Membran sekeliling sel
terbuat dari protein, protein juga didapatkan didalam sel. Jumlah sel dalam tubuh
meningkat selama periode pertumbuhan karenanya selama Universitas Sumatera
Utaraperiode anak-anak dan remaja kebutuhan proteinnya sangat tinggi.
Tambahan lagi, protein dalam jaringan selalu mengalami perombakan, karena itu
harus diganti, dari asam amino yang disediakan dalam susunan makanan.
2. Energi
Kelebihan protein ini digunakan untuk energi. Asam amino yang tidak diperlukan
untuk sintesis protein akan mengalami deaminasi di dalam hati, yaitu bagian dari
molekul asam amino yang mengandung nitrogen dipisahkan untuk membentuk
urea (Gaman & Sherrington,1981).

6
2.2.4 Klasifikasi protein
Yang disebut protein kasar adalah semua ikatan yang mengandung nitrogen (N)
yang dapat dibagi dalam Protein sesungguhnyadan zat-zat yang mengandung N
tapi bukan protein, misalnya asam-asam amino, alkaloid-alkaloid, garam-garam
amonium dan lain sebagainya.Protein terdiri atas unsur-unsur C (karbon) 51,0-
55,0%, H (Hidrogen) 6,5-7,3%, O (oksigen) 21,5-23,5%, N (nitrogen) 15,5-18,0%
dengan rata-rata 16%, S (sulfur) 1,5-2,0% P (phospor) dan 0,0-1,5% kemungkinan
unsur-unsur lain.
Menurut sifat-sifat fisiknya, protein dapat dibagi atas tiga macam:
a. Protein Sederhana
b. Protein (sederhana) yang berikatan dengan molekul-molekul lainnya
(conjugated proteins) yang termasuk dalam protein golongan ini adalah: Nukleo-
protein, yakni protein yang berikatan dengan asam nukleat Universitas Sumatera
Utara(misalnya protein dari lembaga biji-bijian. Glikoprotein, yakni protein yang
berikatan dengan karbohidrat bukan asam nukleat ( misalnya musin).
Posfoprotein, yakni protein yang berikatan dengan molekul-molekul yang
mengandung P bukan asam nukleat lesitin (misalnya kasein). Hemoglobin, yakni
protein-protein yang berikatan dengan hematin dan molekulmolekul yang serupa
(misalnya hemoglobin), dan Lesitiprotein, yakni protein yang berikatan dengan
molekul-molekul lesitin (misalnya fibrinogen).
c. Protein yang diperoleh (derived proteins) dari suatu proses. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah produk-produk yang diperoleh akibat pemanasan,
proses-proses enzimatis atau proses kimia dari ikatan protein (misalnya protein
yang berkoagulasi, peptida-peptida.
2.3 Lemak
Lipida adalah kumpulan zat-zat makanan yang tidak larut dalam eter, khloroform
dan benzon. Umumnya didalam praktek disebut dengan lemak. Dalam analisa
peroksimat, lemak yang diperoleh merupakan lemak kasar. Dan secara umum ada
beberapa perbedaan lemak dan pati yang terutama terletak pada tingginya
kandungan atom C dan H dibanding dengan atom O dalam molekulnya dapat
dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Kandungan unsur C, H dan O dalam lemak dan pati
C (%) H (%) O (%)
Lemak 77 12 11
Pati 44 6 50

7
Dengan demikian lemak mempunya nilai energi yang lebih tinggi oleh karena
lebih banyak dari pada pati (Parakkasi,1990). Lipid merupakan senyawa yang
dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid ini
merupakan komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Cara
penggolongannya agak tidak biasa, karena lipid tidak mempunyai sifat kimia dan
struktur yang khas. Satu-satunya kesamaan yang mempertalikan senyawa dalam
golongan ini adalah cara mengisolasinya dan asal mula biogenetiknya yang sama.
Dalam banyak segi, penggolongan lipid merupakan wadah bagi banyak molekul
biologi yang beraneka dan menarik. Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid
paling umum. Senyawa ini merupakan triester dari asam karboksilat berantai
panjang. Karena meraka dapat terbentuk dari kelebihan karbohidrat dalam jasad
hidup, maka lemak dan minyak berfungsi sebagai gudang utama energi.Lemak
merupakan trigliserida padat, sedangkan minyak mmerupakan cairan pada suhu
kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebut semua cairan organik kental sebagi
minyak. Asam lemak yang merupakan senyawa penyusun lemak dan minyak,
biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung Universitas
Sumatera Utara14 sampai 22 atom karbon. Yang menarik ialah, senyawa itu
hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap. Baik asam lemak jenuh
maupun tidak jenuh biasanya diperoleh kembali daari hidrolisis bahan lipid.
Trigliserida mungkin merupakan ester asam lemak yang sama atau yang berbeda.
Lemak alam dan minyak alam merupakan campuran ester gliserol dengan satu
atau dua komponen asam lemak yang biasanya terdapat paling banyak. Sebagai
contoh misalnya, minyak jaitun mengandung asam oleat berkadar tinggi dan
minyak jagung terutama terdiri atas asam linoleat dan asam oleat. Ini adalah
minyak tak jenuh yang umum digunakan dalam memasak makanan. Mentega
mengandung banyak asam lemak, yang kebanyakan bersifat jenuh (Pine et
al,1988). Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama. Dalam
penggunaan secara umum, kata lemak (“fat”) dipakai untuk menyebut trigliserida
yang padat pada suhu udara biasa, sedangkan kata minyak (“oil”) dipakai untuk
menyebut senyawa yang cair pada suhu tersebut. Perbedaan antara lemak dan
minyak disebabkan karena terdapatnya asam-asam lemak yang berbeda. Lemak
mengandung sejumlah besar asam-asam lemak jenuh yang terdistribusi diantara
trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai sejumlah besar asam lemak
tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan rendahnya
titik lincir yaitu suhu dimana lemak atau minyak mulai mencair. Pada umumnya,
lemak diperoleh dari bahan hewani sedangkan minyak dari bahan nabati.
Keduanya, lemak dan minyak mengandung sejumlah kecil non-trigliserida,
khususnya senyawa kompleks asam lemak yang mengandung fosfat yang
dinamakan fosfolipida.Universitas Sumatera Utara2.3.1 Sifat Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa
kimia yang lain. Sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut:
1. kelarutan

8
Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Namun begitu, karena adanya suatu
substansi tertentu yang dikenal sebagai agensia pengemulsi, dimungkinkan
terbentuknya campuran yang stabil antara lemak dan air. Campuran ini dinamakan
emulsi. Lemak dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter
dan karbon tetraklorida. Pelarut-pelarut tipe ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kotoran gemuk pada pakaian.
2. pengaruh panas
Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan nyata pada tiga titik
suhu.
(a) Titik cair
Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida
mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suhu
rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik lincir.
Titik cair untuk lemak adalah dibawah suhu udara biasa, yaitu kebanyakan pada
suhu antara 30℃ dan 40℃
(b) Titik asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai
mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan
asap dengan bau karakteristik yang menusuk. Kebanyakan Universitas Sumatera
Utaralemak dan minyak mulai berasap pada suhu diatas 2000 umumnya, minyak
nabati mempunyai titik asap lebih tinggi dari pada minyak hewani.
(c) Titik nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu ini
dikenal sebagai titik nyala.
3. Plastisitas
Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisitas
lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing-
masing mempunya titik cair sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa pada suatu suhu,
sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal padat.
Lemak yang mengandung kristalkristal kecil akibat proses pendinginan cepat
selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis.
4. Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan
minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi berperan pada proses ketengikan.
5. Safonifikasi

9
Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses ini
dikenal dengan safonifikasi.
2.3.2 Fungsi Lemak
Ada beberapa fungsi lemak yang paling umum diketahui, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Energi
Lemak dipecah (diuraikan) dalam tubuh oleh proses oksidasi, dan energi
dibebaskan. 1gram lemak menyediakan 38kj (9kkal). Lemak mempunyai
nilai kalori lebih dari dua kalinya karbohidrat sehingga merupakan sumber
energi yang jauh lebih tinggi. Untuk orang yang berkebutuhan energinya
tinggi, sebaiknya memasukkan sejumlah lemak dalam susunan makannya
sehingga dapat mengurangi volume makanan yang harus dimakan.
2. Pembentukan jaringan Adipose
Kelebihan lemak yang tidak segera di perlukan untuk energi, disimpan
dalam jaringan adipose dimana memiliki tiga fungsi:
a. Lemak di simpan dengan cara ini untuk penyusun cadangan energi
b. Lemak dalam jaringan adipse dibawah kulit membentuk lapisan
isolator panas dan membantu mencegah kehilangan panas yang
berlebihan dari dalam tubuh. Ini akan membenatu menjaga agar suhhu
tubuh tetap.
c. Lemak dimpan dalam jaringan adipose sekitar organ yang peka seperti
ginjal untuk melindungi organ ini dari kerusakan fisik.
3. Asam-asam Lemak Esensial
Asam-asam lemak esensial tersebut meliputi asam-asam linoleat,linoleate
dan asam arakidonat, yang pernah disebut dengan vitamin F. kemungkinan
hanya asam linoleatlah satu-satunya asam lemak esensial yang
sesungguhnya, karena penelitian memberikan petunjuk bahwa asam-asam
linoleate dan arakodinat dapat dibentuk dalam tubuh dari asam linoneat.
4. Vitamin yang Larut dalam Lemak
Lemak-lemak tertentu dalam susunan makanan membantu memberi
jaminan akan tercukupinya suapan vitamin A,D,E, yang larut dalam
lemak. Tetapi, di negara-negara dengan suapan lemak rendah, vitamin-
vitamin ini dapat di peroleh dengan cara lain (Gaman & Sherrington,
1981).

10
BAB III

METODE PRAKTIK

A. Tempat dan Waktu

Pratikum ini dilakukan di Sulawesi Selatan Kab. Gowa pada tanggal 14 april –
selesai

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Mencari 5 bahan pakan yang berasal dari tanah kemudian mengidentifikasi


bahan pakan tersebut.
2. Mencari 5 bahan pakan yang berasal dari ternak kemudian
mengidentifikasi bahan pakan tersebut.
3. Mencari 5 bahan pakan tambahan kemudian mengidentifikasi bahan pakan
tersebut.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pratikum

Tabel. 1.1 Hasil Identifikasi Bahan Pakan Ternak Berdasarkan Hewani, Nabati
dan Tambahan
N BAHAN ASAL FOTO KANDUNGAN DAERAH
O PAKAN NUTRISI PENGHAS
1 Tepung Hewani -Protein 56,48 % Pulau Jawa
Jeroan (hewan)
-Lemak 23,54 %
Ayam
-Abu 4,52 %
-Mineral 4,98 %
-Serat
Kasar
13,14%
-BETN 2,31%
2  Tepung Hewani(Hewan) -Protein Kasar  Garut
Bulu
% 85
-Serat Kasar, %
  0,3
- 1,5
-Abu, % ,0 - 3,5
-Calsium, %
0,20 - 0,40
-Phospor, %
0,20 - 0,65
-Garam, % 0,2
3  Tepung Hewani -kadar protein  Gunung
Ikan (Hewan) 60,50% Kidul
-kadar lemak
kasar 9,40%
-kadar serat kasar
  0,70%
-kadar P 0,65%

12
-Me 2820,00
kkal/kg
4  Tepung  Hewani -protein 25,54%  Semarang
Tulang (Hewan) -lemak 3,8%
-serat kasar 1,8%
-air 5,52%

 
5   Tepung  Hewani -Kadar Bahan Pulau jawa
Darah (Hewan) Kering 90,33%
-Kadar Protein
Kasar 85,23%
-Kadar Serat
 
Kasar 3,51%
-Kadar Lemak
Kasar 1,49%

6 Antitoksin Pakan Antiktoksin Seluruh


Tambahan daerah
indonesia

7  Obat Pakan  -protein 76%  Seluruh


cacing Tambahan - lemak 45% daerah
-abu 1,5% indonesia

 
8 Vitamin Pakan tambahan Antibiotik Seluruh
daerah
indonesia

13
9 Antibiotik Pakan tambahan Antibiotik Seluruh
daerah
indonesia

10 Enzim Pakan tambahan Enzim Seluruh


daerah
indonesia

11 Bungkil Nabati -kadar protein Jawa barat


Kacang (Tumbuhan) 50,70%
Tanah -kadar serat kasar
11,90%
-kadar lemak
kasar 1,20%
-Me 2200,00
kkal/kg
Kadar p 0,63%

12  Dedak  Tanaman -Kadar Air  -


(Nabati 16,74%
-Kadar protein
kasar 10,36%
-kadar lemak
kasar 6,82%
  -BETN 32,75%
-kadar serat kasar
33,54%

13 Bunkil Tumbuhan -protein kasar  Sumatera


Kelapa (Nabati) 15,74% barat
Sawit -kadar lemak
kasar 7,20%
-kadar serat kasar
  20,42% lignin
-ME(Kkal/kg)
2017,87 Kkal/kg

14
14 Kacang Nabati -Me 345 Jawa timur
hijau (Tumbuhan) kilokalori
-protein 22,2
gram
- karbohidrat 62,9
gram
-lemak 1,2 gram
-p 320 gram
15 Bungkil Nabati -kadar protein Argentina
Kedelai (Tumbuhan) 44,00%
-kadar serat kasar
7,3%
-kadar lemak
kasar 0,80%
-kadar p 0,65%
-Me 2230,00
kkal/kg

B. Pembahasan

1. Tepung Darah
Tepung darah merupakan bahan ransum yang berasal dari darah yang segar
dan bersih yang biasanya diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
Penggunaan darah sebagai bahan pakan ternak juga bisa mengurangi pencemaran
lingkungan yang disebabakan oleh darah yang belum dimanfaatkan. Masih
terbatasnya pengetahuan dan teknologi tentang pengolahan tepung darah
menjadikan produk ini belum berkembang luas, padahal peluang bisnis
pengolahan tepung darah sangatlah cerah.
Kandungan Nutrisi Tepung Darah
            Tepung darah mengandung protein kasar sebesar 80 %, lemak 1,6 % dan
serat kasar 1 %, tetapi miskin asam amino, kalium dan phospor. Darah yang
dihasilkan dari seekor ternak yang disembelih antara 7-9 % dari berat badannya.
Namun demikian yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya pada ternak
adalah batas pemberian karena tepung darah mengandung zat nutrien yang dapat
menghambat proses kecernaan bahan ransum lainnya, yaitu asam amino
pembatas isoleucine, yang apabila dikonsumsi berlebihan dalam ransum akan
menurunkan pertambahan berat badan ternak.

15
Pembuatan Tepung Darah
Darah yang diambil dari RPH kemudian direbus dulu selama 15 menit
setelah itu darah hasil rebusan diletakkan pada loyang dan dikeringkan pada oven
pada suhu 600C selama 3 hari. Alternatif pengeringan adalah menggunakan sinar
matahari. Lapisan darah pada loyang diusahakan tidak terlalu tebal (+ 1 cm) untuk
mempercepat proses pengeringan. Setelah kering, kemudian dijadikan tepung
dengan menggunakan alat pembuat tepung (miller). Setelah jadi tepung,
dikeringkan lagi untuk menghindari jamur.

Kelemahan Tepung Darah


            Tepung darah sebagai bahan pakan mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya yaitu tingkat palabitasnya kurang, daya cernanya rendah.
Artinya sebagian besar terbuang karena sulit dicerna, maka pengguanaannya harus
dikombinasikan dengan pakan lain dan diperlukan adaptasi pemberian pada
ransum. Tepung darah  miskin isoleucin dan rendah kalsium dan fosfor. Sulit saat
pengeringan (out door) dan hasilnya sering terkontaminasi sehingga tidak baik
untuk kesehatan ternak.
2. Dedak
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan
kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah
hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak
padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan
beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan
gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya
tidak bersaing dengan manusia. Menurut (Schalbroeck, 2001), produksi dedak
padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap
kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut
Yudono et al. (1996) proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling
sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam
23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%,
lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et
al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak (Scott et al., 1982). Kelemahan utama dedak padi adalah
kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa

16
fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan
oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang
berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam
penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar
antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan
asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral
(Rasyaf, 2004).
Sebagai bahan pakan. Dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu
mempunyai struktur yang cukup kasar, Mempunyai bau khas wangi dedak,
Berwarna coklat dan tidak menggumpal, Dedak padi umumnya tidak tahan
disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan
lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim.
Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika
disimpan melebihi waktu tertentu.
3. Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstraksi dan pengeringan. Selain itu bungkil inti kelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak. Bungkil kelapa sawit ini termasuk dalam jenis
pakan konsentrat atau pakan penguat. Yang mana mempunyai manfaat sebagai
sumber energi, protein,vitamin, dan mineral (Ketaren, 2008). Potensi kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di dunia cukup besar, yaitu sebesar 4 milyar ton. Di
Indonesia, komoditas kelapa sawit cukup besar sehingga akan mendukung potensi
bungkil inti sawit (BIS) yang merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan
minyak inti sawit. Devendra (1977) mengemukakan bahwa pada pengolahan inti
sawit menghasilkan 45% minyak inti Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas :
Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Subfamily :
Cocoideae Genus : Elaeis Species : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K)
Cortes 3. E. odora7 sawit sebagai hasil utama dan bungkil inti sawit sekitar 45%
sebagai hasil sampingan.
Menurut Sinurat (2012) BIKS merupakan hasil samping dari pemerasan
daging buah inti sawit atau palm kernel. Proses pemerasan minyak secara mekanis
menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal masih cukup banyak (sekitar 9,6%).
Hal ini menyebabkan bungkil inti kelapa sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak
yang masih cukup tinggi tersebut. Bungkil inti kelapa sawit biasanya
terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit dengan jumlah sekitar 9,1 hingga
22,8%. BIKS mengandung protein 14,9%, metionin 0,14%, lisin 0,49%, dan
energi metabolis 2087 kkal/kg. Pecahan cangkang mempunyai tekstur yang keras
dan tajam. Hal ini menyebabkan bahan ini kurang disukai ternak dan
dikhawatirkan dapat merusak dinding saluran pencernaan ternak muda. BIKS
dapat digunakan untuk pakan ternak sebagai sumber energi atau protein. Namun,

17
penggunaannya untuk pakan unggas terbatas karena tingginya kadar serat kasar
yaitu 21,7%, termasuk hemiselulosa (mannan galaktomanan), serta rendahnya
kadar dan kecernaan asam amino. Batas penggunaan bungkil inti sawit dalam 8
campuran pakan unggas bervariasi, yaitu antara 5-10% pada ransum ayam broiler
dan bias digunakan hingga 20-25% dalam ayam petelur (Sinurat, 2012).
4. Tepung ikan
Tepung ikan adalah sebuah produk komersial yang kebanyakan terbuat
dari ikan yang tak ditujukan untuk konsumsi manusia. Tepung ikan umumnya
dipakai untuk dijadikan pakan hewan ternak dalam peternakan.

Proses Pembuatan tepung Ikan


Selain mengandung sebuah zat seperti mineral dan protein tinggi, tepung
ikan sedemekian ini memiliki juga sumber lemak hewani yang sifatnya tak jenuh,
dan sehingga sangat memiliki peran yang besar dalam memperbaiki gizi di setiap
hewan ternak.
Ketika pada tahun 1997, bernama Mandell Et Al telah menyatakan bahwa
sebuah tepung ikan, ternyata di dalamnya mengandung banyak asam lemak
esensial eicosapentaenoic acid dengan singkatan (EPA, C20:5N-3) sebanyak 5,87
gram dan disertai juga docosahexanoic acid dengan (DHA, C20:6N-3)sejumlah
9,8 gram/kilogram.
Dan hasil dari beragam macam penelitian telah dilakukan dan
mendapatkan sebuah hasil bahwa asam lemak esensial merupakan sebuah fungsi
unik yang dapat meningkatkan jumlah produktivitas dalam produk peternakan.
Usahakan juga untuk menjauhkan bahan tepung ikan ini dari kontimasi serangan
dari sebuah serangga, tempat yang banyak kotoran dan sebuah tempat-tempat
yang sekitarnya tidak layak di tempati.
Manfaat Tepung Ikan untuk Sebuah Campuran Pakan Ternak

manfaat tepung ikan untuk ternak hewan


Saat tahun 1981 masa lalu, Donald Et Al menjelaskan dalam
pengertiannya bahwa dalam proses pembuatan bahan tepung ikan jadi,
setelah mendapatkan proses pengeringan dan kemudian dengan proses
penggilingan. Sedangkan proses pembuatan tepung ikan tersebut juga
mempengaruhi sebuah pada hasil akhir atau final, seperti kualitas protein
yang juga menurun.
Hal seperti ini juga sangat berkaitan dengan proses dalam masa
pengeringan. Kualitas tepung sangat berpengaruh pada sebuah
perkembangan hewan ternak yang akan membuahkan pakan tepung ikan
itu juga.

18
Dan The International of Fish Manufactur merilis sebuah data
klarifikasi untuk mengenai dalam kualitas dari tepung ikan dan membagi 4
bagian:
1. Kandungan protein tinggi akan mengandung lebih dari 680 gram/kg
protein dengan dalamnya mengandung sebuah minyak kurang dari 90
g/kg.
2. Kandungan protein reguler yang mengandung protein sejumlah dengan
perbandingan antara 640–679 g/kg dengan kandungan minyak sebanyak
130 g/kg.
3. Kandungan reguler dengan kandungan minyak rendah dengan kisaran
perbandingan antara 640–679 g/kg dengan kandungan minyak 60 g/kg.
4. Protein standar dengan kandungan 600–639 g/kg protein.
Selain itu juga dari hasil dari sebuah bahan tepung ikan ini rata-rata juga
berkisaran 55% protein dan tidak lebih dari 4% garam yang ternyata ada
didalamnya juga.
Kriteria yang harus kita perhatikan juga saat menggunakan sebuah tepung
ikan merupakan keseimbangan nitrogen, efisiensi protein, disgebilitas
protein, lysin dan metionin.
Di bawah juga ada sebuah point yang harus diperhatikan dalam ketika
memberikan pakan seperti tepung ikan dalam hewan dalam peternakan:
1. Memenuhi Syarat dan Gizi
Sebagai sosok orang yang ahli dalam beternak, pasti juga tidak mungkin
memberikan seenaknya dalam pakan hewan ternaknya. Ingat yang harus
diperhatikan juga dalam kandungan gizi yang terkandung dalam pakat itu
adalah apakah sudah dipenuhi syarat gizi atau bahkan masih ada
kekurangannya.
2. Mencari Harga yang Besahabat dengan Kantong
Maksud dari semua ini adalah dalam sebuah lingkungan pakan ternak,
konsentrat yang juga termasuk dalam golongan nutrisi tambahan untuk
ternak memiliki harga yang relatif mahal juga. Diusahakan dalam mencari
sebuah harga yang terjangkau dan tidak merugikan kita, kalau bisa untuk
mencari yang murah saja namun kualitas juga tidak kalah dengan lainnya.
3. Cari Juga Bahan yang Mudah
Dalam usaha ini kita berusaha juga untuk mencari bahan pakan
yang gampang di dadapt dan tidak jauh dari lingkungan sekitar rumah.
Kalau kita memesannya dari sebuah toko media online, pastikan juga
untuk kapan akan datang ke rumah.
Jika kita bisa memprediksinya ini tidak akan merugikan sei hewan
ternak. Dengan begini stok dalam pakan hewan ternak akan tersedia untuk
seterusnya.
4. Kondisi dan Bahan Pakan Berkualitas
Pasti dalam usaha untuk mencari bahan pakan yang memiliki kondisi yang
baik dan tidak jamuran atau terkontanminasi dari penyerangan oleh suatu

19
zat-zat yag mengundang bahaya untuk pakan ternak. Sekarang juga
banyak sekali komplotan-kpmplotan yang ingin beruntung dalam hal ini
seperti mempalsukan sebuah barang demi tujuan ingin kaya.
Hal seperti itu akan merugikan bagi penggunanya, selain uangnya menjadi
sia-sia dan tidak berguna, barangnya tidak akan terpakai dan merugikan.
Nilai gizinya juga harus diperhatikan pula dalam hal seperti ini, seiring
sebuah perkembangan zaman, terkadang pula banyak yang mencampurkan
racikan yang tidak akan baik untuk dikonsumsi oleh hewan ternak atau
bahkan bisa beracun.
Sistem jual beli yang kami tawarkan yaitu sistem aman yang mana barang
dibayar kontan transfer sebelumnya dikirm. Sudah pasti kecocokan
kwalitas barang begitu kami sarankan kamu untuk bersama mengikuti
serta mengawasi pengangkutan tepung itu. Silakan menghubungi kami
disini untuk menanyakan harga tepung ikan berkualitas.

5. Tepung tulang
Tepung tulang merupakan hasil sampingan dari ternak yang sudah
tidak dimanfaatkan lagi, biasanya tepung tulang ini menggunakan sisa-sisa
tulang dari ikan, ayam dan bahkan tulang dari beberapa peternakan yang
tidak dimanfaatkan lagi. Tepung tulang ini memiliki kandungan fosform,
kalium, kalsium, magnesium, mangan, natrium dan masih banyak lagi,
sehingga sangat baik untuk pakan ternak ruminansia atau non ruminansia,
terutamnya pada ayam atau perunggasan lainnya. Dalam pembuatan
tepung tulang ini harus memperhatikan tulang yang akan di buat menjadi
tepung tulang karena akan sangat mempengaruhi kandungan dan senyawa
yang ada di dalamnya. Tulang yang baik digunakan biasanya berbentuk
serpihan berwarna coklat dengan tekstur kasarm dengan aroma khas
daging ayam, ikan, atau sapi tergantung tulang yang akan dibuat.

Namun kebanyakan hingga sampai saat ini para peternak membuat


tepung tulang yang berasal dari ikan, karena memiliki kandungan gizi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Nutrisi yang
terkandung dalam tepung tulang ikan adalah protein, lemak, abu, serat, air
dan mineral yang cukup tinggi sehingga banyak digunakan untuk pakan
tambahan ternak.

6. Tepung bulu
Salah satu produk limbah yang tersedia dalam jumlah banyak dan
belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan adalah bulu
ayam/unggas. Bulu ayam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber
protein pakan alternatif pengganti sumber protein konvensional seperti

20
bungkil kedele dan tepung ikan. Bulu-bulu itu dapat dimanfaatkan untuk
campuran pakan ruminansia, non ruminansia, dan unggas. Dukungan
ketersediaan limbah berupa bulu sangat terjamin kontinuitasnya
sehubungan jumlah ayam yang dipotong dari tahun ke tahun semakin
meningkat sehingga bulu ayam yang dihasilkan juga meningkat.
Pemanfaatan limbah bulu menjadi pakan ternak sangat memberikan
dampak positif karena sekaligus mampu mengatasi permasalahan limbah
bulu apabila tidak dikelola dengan baik.
Bulu ayam mengandung protein kasar sekitar 80-91 % dari bahan
kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan
tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003). Namun, kandungan protein kasar
yang tinggi tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Tingkat
kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam secara in vitro
masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai kecernaan yang rendah
disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan
ke dalam protein serat. Keratin merupakan protein yang kaya asam amino
bersulfur, dan sistin. Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino
sistin menyebabkan protein bulu sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme
rumen maupun enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen.
Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim sehingga pada
akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran
pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam akan dimanfaatkan sebagai
bahan pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah terlebih dahulu untuk
meningkatkan kecernaannya. Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa sebagai
bahan pakan harus melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu dan
hasilnya inilah yang dinamakan tepung bulu terolah sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal hewan yang potensial untuk
mengurangi harga ransum yang berasal dari pemanfaatan limbah.

Berbagai metode pengolahan untuk meningkatkan nilai nutrien


bulu unggas, yaitu 1) perlakuan fisik dengan pengaturan temperatur dan
tekanan, 2) secara kimiawi dengan penambahan asam dan basa (NaOH,
HCL), 3) secara enzimatis dan biologis dengan mikroorganisme dan 4)
kombinasi ketiga metode tersebut. Hidrolisat bulu ayam adalah bahan
pakan sumber protein yang dapat diproduksi secara lokal dengan
kandungan protein kasar sebesar 81−90,60% (NRC, 1985; Sutardi, 2001
dalam Siregar, 2005). Protein hidrolisat bulu ayam kaya asam amino
bercabang yaitu leusin, isoleusin, dan valin dengan kandungan masing-
masing sebesar 4,88, 3,12, dan 4,44%, namun defisien asam amino
metionin dan lisin. Untuk memenuhi kebutuhan asam lemak rantai cabang
bagi pertumbuhan bakteri selulolitik maka dilakukan suplementasi

21
hidrolisat bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang
berperan sebagai prekusor asam lemak rantai cabang.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan nilai biologis bulu ayam


dapat ditingkatkan dengan pengolahan dan pemberian perlakuan tertentu.
Contoh, bulu ayam yang diolah dengan proses NaOH 6 % dan
dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan
64,6 %. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin bulu
ayam hingga 62,9 %. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat
merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan
terjadinya reaksi kecoklatan (browning reaction).

Keunggulan penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak


ruminansia adalah tepung mengandung protein yang tahan terhadap
perombakan oleh mikroorganisme rumen (rumenund egradable
protein/RUP), tetapi mampu diurai secara enzimatis pada saluran
pencernaan pasca rumen. Nilai RUP berkisar 53-88 %, sementara nilai
kecernaan dalam rumen hanya 12-46 %. Penggunaan tepung bulu ayam
sebagai bahan pakan sumber protein ternak ruminansia merupakan salah
satu pilihan yang perlu mendapat pertimbangan. Pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba rumen terutama bakteri selulolitik
membutuhkan asam lemak rantai cabang(BCFA). Bakteri selulolitik
menggunakan asam lemak rantai cabang sebagai kerangka karbon untuk
sintesis protein tubuhnya. Asam lemak rantai cabang yakni isobutirat,
isovalerat dan 2- metil butirat diperoleh dari protein pakan. Asam lemak
rantai cabang ini adalah hasil deaminasi dan dekarboksilasi dari asam
amino rantai cabang (BCAA) yakni leusin, isoleusin, dan valin. Bila
kandungan asam amino rantai cabang pakan rendah maka asam lemak
rantai cabang merupakan faktor pembatas pertumbuhan bakteri selulolitik.

Hidrolisat bulu ayam kaya akan asam amino bercabang yaitu


leusin, isoleusin, dan valin dengan kandungan masing-masing sebesar
4,88, 3,12, dan 4,44%, namun defisien akan asam amino metionin dan
lisin. Untuk memenuhi kebutuhan asam lemak rantai cabang bagi
pertumbuhan bakteri selulolitik maka dilakukan suplementasi hidrolisat
bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang berperan
sebagai prekusor asam lemak rantai cabang. Bagi ternak ruminansia
mineral merupakan nutrien yang esensial, selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen.
Hidrolisat bulu ayam adalah bahan pakan sumber protein yang dapat

22
diproduksi secara lokal dengan kandungan protein kasar sebesar
81−90,60% (NRC, 1985; Sutardi, 2001). Hasil pengujian biologis, tepung
bulu dapat digunakan sebagai pengganti komponen bahan pakan penyusun
konsentrat untuk ternak ruminansia.

Penggunaan tepung bulu ayam untuk ransum unggas sebagai


pengganti sumber protein pakan konvensional (bungkil kedelai) sampai
dengan taraf 40 % dari total protein ransum memberikan respons sebaik
ransum kontrol. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung
bulu dapat digunakan pada level tidak lebih dari 4 % dari total formula
ransum tanpa membuat produktivitas unggas merosot. Semakin baik
pengolahannya, semakin baik pula hasilnya. Semakin banyak digunakan
tepung ini justru akan menekan prestasi unggas, produksi telur berkurang
dan pertambahan berat badan juga merosot (Rasyaf, 1992). Sebagai bahan
makanan unggas dan juga babi, tepung bulu ini memang tergantung pada
kemampuan mengolah tepung bulu itu.

7. Vitamin
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya
tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat
menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama Retinol, merupakan
vitamin yang berfungsi dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik,
terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen
mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh
paparan panas, cahaya matahari, dan udara.
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain
susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan
juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai
merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Akibat kekurangan vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja
dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat
mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan
kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara

23
lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan
pingsan.Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di
dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan
tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit.

Vitamin B1 (Thiamin)
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama Tiamin, merupakan
salah satu jenis vitamin yang memiliki fungsi penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi
yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin
B1 juga membantu proses metabolisme protein danlemak. Sumber yang
mengandung vitamin B1 yaitu gandum, nasi, daging, susu, telur, dan
tanaman kacang-kacangan.
Akibat kekurangan vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai
gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami
beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 (Riboflavin) banyak berfungsi penting dalam
metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan
sebagai salah satu kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin
mononucleotide,FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine
dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi
energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan
dalam pembentukan molekulsteroid, sel darah merah, dan glikogen, serta
menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan
kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar,
kacang kedelai, kuning telur, dan susu.
Akibat kekurangan vitamin B2 akan menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah,
dan sariawan.
Vitamin B3 (Niacin)
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah Niasin. Vitamin ini
berfungsi penting dalam metabolismekarbohidrat untuk menghasilkan
energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3
memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah
tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun
dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini.

24
8. Antibiotik
Sejak ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908) berhasil
mengklasifikasi jenis mikro-organisma yang terdapat dalam saluran
pencernaan manusia, makin terkuak lebar peranan penting akan berbagai
genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup.

Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan


merugikan dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian lebih
demi terciptanya hidup yang sehat bagi manusia dan produksi yang tinggi
bagi ternak.
Keseimbangan populasi bakteri dalam saluran pencernaan
(eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang
menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang
merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%.
Dengan komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang
menguntungkan dalam tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah
terbentuknya koloni bakteri phatogen (colonisation resistence) bisa
teroptimalkan.
Ketidakseimbangan populasi antara bakteri yang menguntungkan
dan merugikan (dysbiosis) berakibat turunnya produksi ternak.
Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di dalam saluran
pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik dipercayakan
dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen yang berakibat
melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran
pencernaan.

Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang


terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-
zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi
pertumbuhan bakteri phatogen.
Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi
ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme
phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan unggas di North
Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik tertentu, ternak
resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri
Escherichia coli.

25
Di bagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-
produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi
konsumen yang mengkonsumsinya.
Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam
broiler di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati
ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan
kanamycin.
Penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak pun menjadi
perdebatan sengit oleh para ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan
tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi
produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging,
susu maupun telur.
Beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat aditif
tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark tahun
1995,Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999.
Selanjutnya pada 1 Januari 2006 Masyarakat Uni Eropa berdasar
regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai
macam antibiotik di mana selama beberapa dekade belakang merupakan
substans yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia.
Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai
senyawa promotor pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya
peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut
mengkonversikan nutrisi dalam pakan secara efisien dan efektif.
Akan tetapi, pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas
pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin
(Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa).

Hingga kini, hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan


penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu
flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.
Berbagai upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari
bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang
berbahaya tersebut.
Bahan Aditif Pengganti Antibiotik
Konsep pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan
energi dan protein ternak) mulai ditinjau ulang oleh nutritionis akhir-akhir
ini. Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan terbebas

26
dari residu berbahaya telah mengajak ilmuan untuk mencari alternatif
sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditif yang aman.
Konsumen rela membayar dengan biaya berlipat demi mendapat
makanan yang sehat, aman dan terbebas dari residu kimia. Produk
pertanian dan peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun bahan kimia
dalam bahasa Jerman dikenal “okologische produkte” mulai mempunyai
pasar tersendiri. “Feed quality for food safety“ merupakan slogan yang
acap di dengungkan dimana-mana pada masyarakat Eropa termasuk
Jerman.
Kerja keras berbagai pihak dalam usaha menemukan zat aditif
pengganti antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak begitu
mengecewakan. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu
meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek samping bagi
ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.
Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan
bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan
prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan berbagai
jenis enzim. (Samadi/ Inovasi/ YR)

9. Enzim
Enzim terdapat secara alami pada semua organisme hidup dan
berperan sebagai katalisator dalam reaksi kimia.  Istilah enzim mulai
diperkenalkan pertama kali tahun 1878 oleh Kuhne yang mengisolasi
senyawa enzim dari ragi sedangkan konsep kerja enzim dikembangkan
oleh Emil Fischer di tahun 1894 yang mempopulerkan istilah “gembok
dan kunci” untuk menjelaskan interaksi substrat enzim.  
Saat ini lebih dari 3000 enzim telah diidentifikasi.  Seperti halnya
protein, enzim juga tersusun dari rantai asam amino.  Enzim ini akan
mempercepat reaksi kimia dengan cara menempel pada substrat dan
keseluruhan proses reaksi akan stabil dan menghasilkan kompleks enzim
substrat.  Dengan bantuan enzim ini, energi yang digunakan untuk
menggerakan proses reaksi kimia menjadi lebih kecil.  Enzim akan bekerja
pada kondisi lingkungan yang tidak mengubah struktur aslinya yaitu yang
paling baik pada suhu dan pH menengah.  
Alasan utama penggunaan enzim dalam industri makanan ternak
adalah untuk memeperbaiki nilai nutrisinya. Semua binatang
menggunakan enzim dalam mencerna makanannya, dimana enzim tersebut
dihasilkan baik oleh biantang itu sendiri maupun oleh mikroorganisme

27
yang ada pada alat pencernaannya.  Namun demikian proses pencernaan
tidak mencapai 100 % dari bahan makanan yang dicerna, karena itu perlu
ada suplemen enzim pada pakan untuk meningkatkan efisiensi
pencernaannya.  
Di dalam sistem produksi peternakan, pakan ternak menempati
komponen biaya yang paling besar karena itu keuntungan peternakan akan
tergantung dari biaya reltif dan biaya nilai nutrisi pada makanan.  Ada
empat alasan utama untuk menggunakan enzim dalam industri pakan
ternak (Bedford dan Partridge, 2001) yaitu:  
- Untuk memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat di dalam campuran
makanan.  Kebanyakan dari snyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh
enzim endogeneous di dalam ternak, dapat mengganggu pencernaan
normal.
- Untuk meningkatkan ketersediaan pati, protein dan garam mineral yang
terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna
oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga
ternak tidak mampu mencerna (contoh: pospor dalam asam pitat)
- Untuk merombak ikatan kimia khusus dalam bahan mentah yang
biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim ternak itu sendiri.
- Sebagai suplemen enzim yang diproduksi oleh ternak muda yang mana
sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogeneous
kemungkinan belum mencukupi. 

10. Kacang hijau

Biji kacang hijau memiliki kandungan gizi yang baik seperti karbohidrat,
lemak, selenium, magnesium dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin
b1, b2, b3, c dan e. kandungan protein nabati dalam kacang hijau juga
mencapai 24% dengan kandungan asam amino esensial seperti isoluesin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan. Tidak hanya baik
bagi kesehatan manusia, protein nabiti ini sangat potensial di gunakan
sebagai pakan ternak karena mampu meningkatkan fertelitas/kualitas
spermatozoa jantan.

Kacang hijau adalah salah satu tanaman yang kecamba nya sering kita
sebut dengan tauge. Selain kacang hijau tauge juga berasal dari kecambah
kacang kedelai. Dalam pembuatan kecambah di butuhkan biji-bijian atau
kacang-kacangan yang sehat, tidak busuk, dan bersih dari pestisida serta
lingkungan yang optimal berupa ruang gelap, lembap, dan kadar air yang

28
cukup. Kecambah kacang hijau mengandung vitamin E tinggi yang tidak
ditemukan pada kacang tanh dan kedelai .

Folat yang terkandung di dalam kacang hijau juga cukup tinggi. Tak heran
jika ibu hamil sangat dianjurkan untuk minum sari kacang hijau karena
folat sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan sel dan membantu
membentuk sel darah merah normal dan mencegah anemia. Selain itu
kacang hijau dapt membantu mengontrol nafsu makan sehingga dapat
membantu menjaga berat badan.

11. Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan hasil ikutan atau


bahan yang tersisa setelah kedelai diolah dan diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan surnber protein yang baik bagi ternak. Kandungan protein
bungkil kedelai sekitar 44-51% dan merupakan sumber protein yang amat
bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup
lengkap dan tinggi. Asam amino yang tidak terkandung dalam protein bungki
kedelai adalah metionin dan sistein, yaitu asam amino yang biasanya
ditambahkan pada pakan campuran jagung-kedelai. Tetapi bungkil kedelai
memiliki kandungan lisin dan triptofan yang tinggisehingga dapat melengkapi 
defisiensi pada protein jagung dan memberikan kebutuhan asam amino
esensial bagi temak.
1.   Bungkil Kedelai Untuk Pakan Ternak Non Ruminansia.
Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai bahan
makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan
protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein
bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga
macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal
sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994).

Sekitar 50% protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan
pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisar antara 15-30%,
sedangkan untuk pakan ayam petelur 10-25% (Wina, 1999). Kandungan
protein bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga mengandung
zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan
unggas, namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga
aman untuk digunakan sebagai pakan unggas. Bungkil kedelai dibuat melalui
beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan

29
(Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari
12% (Hutagalung, 1999).

2.   Bungkil Kedelai Untuk Pakan Ternak Ruminansia.

Bahan pakan sumber protein memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-


beda. Semakin tinggi kelarutan protein dari suatu bahan, maka protein tersebut
semakin tidak tahan terhadap degradasi di dalam rumen. Berdasarkan tingkat
ketahanan protein di dalam rumen, bungkil kedelai termasuk kelompok sumber
protein dengan tingkat ketahanan rendah (<40%), bersama-sama dengan kasein,
bungkil kacang dan biji matahari (Chalupa, 1975). Oleh sebab itu bungkil kedelai
memiliki nilai biologis yang kurang memberikan arti bagi ternak ruminansia,
disebabkan sebagian besar protein kasar bungkil kedelai terfermentasi dalam
rumen dan kurang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Untuk memperkecil degradasi
protein bungkil kedelai dari perombakan mikroba di dalam rumen, maka bungkil
kedelai sebelum diberikan pada ternak perlu mendapat perlindungan.

Perlindungan dimaksudkan untuk mengurangi perombakan protein oleh


degradasi mikroba rumen tanpa mengurangi ketersediaan amonia untuk sintesis
protein mikroba dan tanpa mengurangi kemampuan hidrolisis oleh enzim-enzim
di dalam abomasum dan usus. Perlindungan protein dari degradasi rumen dapat
dilakukan dengan cara pemanasan, pemberian formalin, tanin dan kapsulasi.

12. Bungkil Kacang Tanah

Bungkil kacang tanah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang


tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan suplemen protein
tumbuhan yang berkualitas baik.
Akan tetapi dalam bungkil kacang tanah ini memiliki kandungan anti
nutrisi yang bisa menyebabkan kelenjar thyroid membesar pada ternak dan juga
mempunyai sifat pencahar, namun pengaruhnya lebih rendah dibandingkan
dengan kacang tanah.
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk
density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. 

30
Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam
dengan flouroglucinol dapat juga dilakukan.
Untuk protein dalam bungkil tanah terdapat 46.62% dan mempunyai serat
kasar sebesar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan
sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah
tetapi bungkil kacang tanah dan sekam.
Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN
84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedelai. 
Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%,
protein tercerna 36.6% dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari
PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.
Untuk kualitas protein pada bungkil kacang tanah hampir sama dengan
bungkil kedelai, namun ada perbedaan dalam bungkil kacang tanah yaitu pada
bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang lebih rendah daripada
bungkil kedelai. 
Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan
kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil biji kapas.
Selain itu bungkil kacang tanah kurang karotin, vitamin D, thiamin,
riboflavin,tetapi kaya akan niacin dan asam pantotenat. Direkomendasikan untuk
memberikan bungkil kacang tanah ke ternak sebanyak kurang lebih 25% dari total
konsentrat.

13. Antitoksin dan obat cacing


Antitoksin, hormon, antibiotik, obat cacing, merupakan contoh dari jenis
pakan ternak tambahan. Jika ternak diberikan antibiotik, tujuannya adalah agar
memodifikasi keseimbangan bakteri pada saluran cerna hewan ternak. Jika bakteri
yang menguntungkan dan merugikan pada tubuh ternak seimbang, maka ternak
bisa terjaga produksinya.

14. Tepung jeroan ayam


Pakan ternak dengan kandungan protein yang tinggi saat ini sulit didapat dan
memiliki harga yang relatif mahal, sehingga kebutuhan nutrisi ternak kurang
terpenuhi. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pakann
ternak dengan karakteristik yang baik dan untuk mendapatkan informasi
mengenai pemanfaatan tepung jeroan ayam untuk mensubstitusi tepung ikan
dalam formulasi pakan ternak ikan dan unggas. Tujuan dari penelitian ini yaitu

31
untuk mempelajari pengaruh suhu pengeringan 50oC, 70oC dan 90oC dan
pengaruh jenis jeroan terhadap kadar air akhir, protein dan warna. Mengetahui
kandungan protein tertinggi dari tepung usus, ampela dan hati ayam setelah
melalui tahap pengeringan dengan 3 parameter suhu yaitu 50, 70, dan 90oC.
Tahap penelitian dilakukan dengan proses pembersihan jeroan, pemotongan
sampel dengan ketebalan 0,2 cm untuk hati dan ampela dan Panjang 5 cm untuk
usus. Proses selanjutnya pengeringan, lalu pengukuran kadar air, penggilingan
menggunakan blender, pengayakan menggunakan ayakan mesh 50, lalu dilakukan
analisis protein.
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air, kandungan
protein dan warna.Sampel sebanyak 250 gram jeroan basah dapat menghasilkan
rata-rata berat tepung jeroan ayam pada semua suhu pengeringan sebesar 30,17
gram dan dapat menghasilkan nilai rendemen sebesar12,06%. Suhu optimum
yang dibutuhkan pada proses pengeringan jeroan ayam yaitu pada suhu 90oC.
Jenis jeroan ayam (usus, hati dan ampela) tidak mempengaruhi kadar air akhir,
dan protein namun mempengaruhi warna tepung jeroan. Kandungan protein
tertinggi tepung jeroan ayam terdapat pada suhu 90oC, memiliki presentase
kandungan protein pada usus sebesar 68,0%, hati 57,3% dan ampela sebesar
71,6%.

32
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting


dalam usaha budidaya ternak. Kebutuhan pakan ternak meliputi
jenis, jumlah, dan kualitas bahan pakan yang diberikan kepada
ternak secara langsung akan dapat mempengaruhi tingkat produksi
dan produkivitas ternak yang dipelihara.

Tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya


ternak sangat dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan,
dimana biaya pakan dapat mencapai 60 – 70% dari seluruh biaya
produksi yang diperlukan untuk usaha budidaya ternak.

Ketergantungn peternak pada penggunaan pakan jadi yang


diproduksi oleh perusahaan pakan masih tinggi, dimana sebagian
besar bahan pakan tersebut masih diimpor. Apabila terjadi fluktuasi
kenaikan harga bahan pakan akan mengakibatkan tingginya harga
pakan jadi.

Penyediaan pakan yang murah, dari bahan local uang


tersedia secara terys menerus di sekitar tempat usaha budidaya
serta dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak, perlu diupayakan
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam
menunjangkeberhasilan usaha budidaya yang dilakuan.

Sebelum melakukan pengolahan bahan pakan menjadi


pakan jadi, perlu dilakukan dulu survey ketersediaan bahan
pakan. Penggunaan bahan pakan lokal akan diperoleh beberapa
keuntungan antara lain :

- Dapat menyerap produk hasil pertanian local, terutama


bahan pakan utama, yaitu jagung, dedak padi, dan tepung
ikan, Selain itu juga bahanpakan substitusi/alternatif seperti
ampas tahu, ampas kecap, ampas kelapa, limbah kulit
udang, bungkil inti sawit dan lainnya
- Mendorong perekonomian pedesaan, karena dengan
digunakannya vahan pakan local akan meningkatkan
permintaan vahan pakan yang dapat diproduksi secara
kontinu karena ada kepastian pasar

33
- Mendorong pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan
produktif karena adanya permintaan hasil pertanian dan
kepastian pasar

Sebelum mengolah vahan pakan, perlu diperhatikan


informasi tentang keberadaan bahan pakan. Pakan yang akan
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Mengandung nilai nutrisi tinggi


- Mudah diperoleh
- Mudah diolah
- Tidak mengandung racun (anti nutrisi)
- Harga murah dan terjangkau
- Butirannya halus dan bisa dihaluskan

34
Daftar pustaka
Amelia, E. (2020, november 15). 9 Jenis Protein Unggas Mulai dari Hewani
Hingga Hijauan. Retrieved from bebekpeking.com:
https://bebekpeking.com/protein-unggas/#:~:text=Tepung%20ikan
%20bisa%20menjadi%20bahan%20pakan%20tambahan%20untuk,unggas
%2C%20karena%20mengandung%20nutrisi%20dan%20energi%20yang
%20cukup.
mannegara. (2009, november 14). pertanian-peternakan. Retrieved from
pertanian-peternakan-mannegara.blogspot.com: https://pertanian-
peternakan-mannegara.blogspot.com/2009/11/bahan-pakan.html
repostory. (2011, juni 13). Retrieved from /repository.usu.ac.id/:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66458/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

III

Anda mungkin juga menyukai