Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Sistem Peternakan Organik

Dosen/PLP : Dr. Mihrani, S.Pt.,M.P

TUGAS MAKALAH
PENGAMATAN SISTEM PETERNAKAN ORGANIK
PADA KANDANG AYAM PETELUR
KAMPUS II POLBANGTAN GOWA

Oleh :
Kelompok 2 (4D)

Aditya Tri Putra Ardana


Akbar Alham
Cindy
Misbahyanti
Novita Arsi
Nurfadilah Fausiah
Rey Reza Rizal
Sulfani Rahmadani Sultan
Zuhdiyah Aliyah R

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mengenai “Pengamatan Sistem Peternakan Organik Pada Kandang Ayam
Petelur Kampus II Polbangtan Gowa” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Sistem Peternakan Organik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bone, 30 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................4
A. Perkandangan.....................................................................................4
B. Bibit......................................................................................................6
C. Pakan...................................................................................................7
D. Pengobatan.........................................................................................8
BAB III
PENUTUP..................................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13
LAMPIRAN................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan peternakan berkelanjutan sangat ditentukan oleh


implementasi kebijakan pertanian berkelanjutan berupa integrasi pertanian
dan peternakan yang dikembangkan melalui LEISA (low external inputs
sustainable agriculture), diharapkan menjadi arah baru bagi pembangunan
pertanian dimasa depan, mencakup pertimbangan beberapa komponen,
yakni; a) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom),
b) meminimumkan penggunaan input eksternal, c) maksimalisasi daur
ulang (zero waste), d) meminimumkan kerusakan lingkungan (ramah
lingkungan) dan mengurangi limbah, e) diversifikasi usaha mencapai
tingkat produksi maksimal dan efisien, f) optimalisasi penggunaan lahan
secara berkelanjutan, g) memenuhi harapan untuk memenuhi ketahanan
pangan protein asal ternak, h) menciptakan kemandirian terutama bagi
petani/peternak, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan.
Pada dasarnya sistem ini berwawasan ekonomis, ekologis dan
berkesinambungan yang merupakan interaksi antara manusia guna
meningkatkan kebutuhan pangan dan kesejahteraan; ternak-tanaman-
limbah-energi serta pelestarian lingkungan. Untuk itu bentuk pertanian
terpadu bisa dilaksanakan untuk segala jenis ternak baik ternak besar,
kecil dan ayam serta itik. Pola pertanian terpadu antara
ternak/Ruminansia, manusia dan tanaman paling tidak dapat kita lukiskan
seperti pada.
Meningkatnya kekhawatiran akan keamanan pangan dan polusi di
sejumlah negara maju menyebabkan beberapa tahun belakangan ini
permintaan akan produk ternak organik semakin nyata, termasuk unggas
organik. Perkembangan ini sebagai respon terhadap naiknya preferensi
konsumen akan makanan yang segar, bebas bahan aditif, kimia, hormon,

1
antibiotik, dan diproduksi sesuai kesejahteraan hewan, kaedah ke
lestarian lingkungan alami tanpa meng gunakan bahan pakan yang
mengalami modifikasi gen. Peternakan organik adalah sebuah sistem
produksi yang menerapkan manajemen secara holistik yang mendorong
dan meningkatkan kesehatan agroekosistem, termasuk keanekaragaman
hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologis tanah, dan mengoptimalkan
kesehatan dan interdependensi komunitas dari kehidupan tanah. Sistem
ini bertujuan mengintegrasikan produksi ternak dan tanaman dan
mengembangkan hubungan simbiosis sumber daya serta daur ulang dan
terbarukan dalam sistem pertanian (Blair, 2008).
Oleh karena itu saat ini peternakan yang menggunakan sistem
perkandangan organik memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan peternakan pada umumnya. Hal ini tentunya dikarenakan
sulitnya mendapatkan label organik dan juga susahnya mendapatkan
produk yang betul-betul organik dipasaran yang mana akan sangat jauh
lebih memiliki manfaat dan sangat terasa perbedaannya. Tujuan penulisan
makalah ini untuk melihat sistem peternakan organik yang ada pada
ternak Ayam petelur di kampus II Polbangtan Gowa.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yaitu :


1. Bagaimanakah perkandangan Ayam Petelur di Kampus II
Polbangtan Gowa?
2. Bagaimanakah Bibit Ayam Petelur di Kampus II Polbangtan Gowa?
3. Bagaimanakah Pengobatan Ayam Petelur di Kampus II Polbangtan
Gowa?
4. Bagaimanakah Pakan Ayam Petelur di Kampus II Polbangtan Gowa?

2
C. Tujuan

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yaitu :


1. Mengetahui apakah perkandangan Ayam Petelur di Kampus II
Polbangtan Gowa termasuk perkandangan organik
2. Mengetahui apakah bibit Ayam Petelur di Kampus II Polbangtan
Gowa termasuk bibit organik
3. Mengetahui apakah pengobatan Ayam Petelur di Kampus II
Polbangtan Gowa termasuk pengobatan organik
4. Mengetahui apakah pakan Ayam Petelur di Kampus II Polbangtan
Gowa termasuk pakan organik

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkandangan

Penyediaan kandang/rumah bagi ternak bukan hal yang diharuskan


pada daerah yang kondisi iklimnya memungkinkan ternak untuk hidup
lepas (outdoor). Kondisi rumah/kandang ternak harus memenuhi
kebutuhan perilaku dan biologis, kenyamanan dan kesejahteraan ternak
dengan menyediakan (Ichim, 2012): (a) Akses yang mudah untuk
mendapat pakan dan air; (b) Insulasi, pemanas, pendingin, dan ventilasi
bangunan yang baik untuk mendapatkan sirkulasi udara, tingkat debu,
temperatur, kelembaban udara dan konsentrasi gas yang baik sehingga
tidak membahayakan ternak; (c) Adanya kecukupan ventilasi alami dan
sinar yang masuk.
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi
yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan khususnya
peternakan rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai dengan persyaratan
teknis akan mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam
penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Kondisi kandang belum memberikan keleluasaan, kenyamanan dan
kesehatan bagi ternak.
Ternak organik memerlukan kenyamanan kandang.Oleh karena itu
kandang ternak organik harus selalu dirawat agar tidak mengalami
kerusakan. Kegiatan perawatan terhadap kandang memerlukan beberapa
peralatan yaitu peralatan pertukangan perkayuan (palu, gergaji) maupun
peralatan kontruksi bangunan. Disamping itu juga memerlukan peralatan
kebersihan kandang seperti sapu lidi, sikat, sekop, dan gerobak dorong.
Peralatan tersebut jika telah digunakan, selalu dibersihkan dan
disucihamakan, kemudian disimpan di gudang peralatan.

4
Model kandang yang sesuai dengan sistem peternakan organik
adalah kandang yang menyediakan lading penggembalaan bagi ternak.
Hal ini terkait dengan kesejahteraan hewan yang menjadi perhatian utama
dalam pengembangan sistem peternakan organik. Khusus ternak unggas,
perkandangan yang sesuai dengan sistem peternakan organik adalah
perkandangan free range. Kandang ini tidak hanya menyediakan
kandang, tapi juga ladang penggembalaan yang disesuaikan dengan
habitat asli dari ternak unggas.
Berdasarkan pengamatan kami perkandangan ayam petelur di
kampus II Polbangtan Gowa ada yang organik dan ada yang tidak,
mengapa demikian? ada 2 kandang ayam petelur di kampus ini, yang satu
menggunakan sistem umbaran, dan yang satunya lagi menggunakan
sistem baterai, kandang dengan sistem umbaran dapat dikategorikan
sebagai kandang organik, hal ini dikarenakan ayam dapat bergerak dan
beraktifitas dengan bebas tapi tidak liar sehingga tidak rentan terserang
penyakit, sedangkan untuk kandang baterai dikatakan tidak organik.

5
B. Bibit

Cara pembibitan harus berpedoman pada prinsip-prinsip peternakan


organik dengan mempertimbangkan bangsa dan galur dipelihara dalam
kondisi lokal dan dengan sistem organik, pembiakannya lebih baik dengan
cara alami walaupun inseminasi buatan dapat digunakan, teknik transfer
embrio dan penggunaan hormon reproduksi tidak boleh digunakan, dan
teknik reproduksi dengan menggunakan rekayasa genetika tidak boleh
digunakan (Veerkamp dan Roep, 2001). Pemilihan bangsa, galur (strain)
dan metode pembibitan harus konsisten dengan prinsip-prinsip pertanian
organik, terutama yang menyangkut: (a) Adaptasinya terhadap kondisi
lokal; (b) Vitalitas dan ketahanannya terhadap penyakit; dan (c) Bebas
dari penyakit tertentu atau masalah kesehatan pada bangsa dan galur
tertentu; seperti porcine stress syndrom dan spontaneous abortion, dll
(MAF, 2011).
Peternakan organik dalam praktiknya diantaranya dilakukan dengan
menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =
genetically modified organism) (FAO, 2012).Ternak yang digunakan untuk
produksi yang memenuhi ketentuan dalam peternakan organik harus
berasal dari bibit ternak (dari kelahiran atau penetasan) dari
penyelenggaraan unit produksi yang memenuhi peternakan organik ini,
atau berasal dari keturunan induk yang dipelihara melalui cara-cara yang
ditetapkan dalam peternakan organik. Ternak harus dipelihara sesuai
dengan sistem ini pada keseluruhan hidupnya. (a) Ternak tidak boleh
ditransfer antara unit organik dan non-organik. Otoritas kompeten dapat
menetapkan peraturan detil tentang pembelian ternak dari unit yang lain
yang sesuai dengan standar ini; (b) Ternak yang sekarang belum dikelola
dengan cara-cara yang sesuai dengan standar ini dapat dikonversi ke
sistem organic (FAO, 2012).
Pembibitan ternak organik berpedoman pada prinsip-prinsip
peternakan organik dengan mempertimbangkan bangsa dan galur

6
dipelihara dalam kondisi lokal. Proses identifikasi sumber bibit ternak
didasarkan pada dokumen yang mencatat sumber bibit/asal usul ternak
(recording ternak). Seleksi calon bibir yang didasarkan pada pengamatan
dan penampilan fisik berkorelasi positif terhadap faktor genetik ternak.
Berdasarkan pengamatan kami bibit ayam petelur ini untuk kandang
ayam umbaran maupun baterai. bibit yang digunakan berasal dari pullet,
namun tidak dapat dipungkiri dalam pemeliharaan sebelumnya dod ayam
petelur tentunya diberikan bahan-bahan seperti antibiotik, vaksin dan
lainnya sehingga tidak dapat dikatakan organik, namun untuk kandang
ayam umbaran pemberian jamu ternak dengan menggunakan bahan-
bahan alami rutin diberikan sehingga memungkinkan rendahnya pengaruh
bahan kimia yang dapat menurun ke keturunannya di masa mendatang,
hal ini dapat dikuatkan dengan tidak adanya residu berbahaya yang ada di
dalam kandungan telurnya.

C. Pakan

Metode pemrosesan bahan pangan harus dilakukan secara mekanis,


fisik atau biologis (seperti fermentasi dan pengasapan) serta
meminimalkan penggunaan ingredient dan aditif non-pertanian (SNI
6729:2016). Sebelum membuat pakan ternak, dilakukan penyiapan
peralatan yang dibutuhkan. Pembuatan pakan ternak organik diawali
dengan menyusun formula ransum. Berdasarkan formula ransusm
tersebut, selanjutnya mengidentifikasi dan menimbang bahan pakan
sesuai dengan formula ransum. Langkah selanjutnya adalah mencampur
bahan pakan, diawali dari kuantitas bahan pakan sedikit hingga yang
paling banyak. Hal ini dimaksudkan agar hasil pencampuran bahan pakan
benar-benar homogen. Pencampuran bahan pakan ternak dalam jumlah
sedikit, bisa dilakukan secara manual. Sedangkan dalam jumah besar,
dilakukan dengan mesin (mixer).
Pengemasan pakan ternak dapat diartikan sebagai usaha
perlindungan terhadap pakan ternak dari segala macam kerusakan

7
dengan menggunakan wadah, sehingga pengemasan bertujuan untuk
melindungi atau mengawetkan pakan ternak. Bahan kemasan sebaiknya
dipilih dari bahan yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (bio-
degradable materials), bahan hasil daur-ulang (recycled materials), atau
bahan yang dapat didaur-ulang (recyclable materials); (SNI 6729:2016).
Selain memperhatikan metode penyimpanan juga perlu perhatian
terhadap konstruksi bangunan pabrik pakan diusahakan dapat
meminimalisir masuknya hama, burung, serangga dan hewan lainnya dari
daerah sekitarnya. Perawatan terhadap bangunan dan lantai dasar
diperhatikan supaya menciptakan kondisi bersih saat pegawai sedang
bekerja dan berlangsungnya produksi pakan. Peralatan yang tidak
digunakan bisa dipindahkan untuk mencegah menjadi tempat berkembang
biaknya hama. Di dalam bangunan juga harus disediakan ruang untuk
fasilitas dan ruang gerak bagi pegawai dalam bekerja.
Berdasarkan pengamatam kami, pakan ayam petelur yang
digunakan di kampus 2 Polbangtan Gowa bukan pakan organik, karena
dalam pencampuran pakan terdapat konsentrat tidak lengkap yang harus
ditambah dedak ataupun jagung, dan dalam konsentrat tidak lengkap
sendiri terdapat bahan-bahan yang tidak organik.

D. Pengobatan

Menurut SNI 6729:2016, prinsip pencegahan penyakit dalam


produksi ternak organik harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: (a)
Pilihan bibit atau galur ternak sebagaimana diuraikan di atas; (b) Aplikasi
praktek peternakan yang baik berdasar kebutuhan setiap spesies hewan
yang diternakkan yang mendorong ketahanan ternak terhadap penyakit
serta pencegahan infeksi; (c) Penggunaan pakan organik yang berkualitas
baik, bersamaan dengan latihan teratur, sehingga mempunyai dampak
yang mendorong terbentuknya ketahanan imunologis alami pada ternak
itu sendiri; (d) Menjaga kepadatan ternak yang baik, sehingga
menghindari kelebihan daya tampung (overstoking) serta masalah-

8
masalah lain yang berdampak buruk pada kesehatan ternak itu sendiri.
Jika dengan upaya-upaya di atas, ternak tersebut masih terserang
penyakit atau terluka, maka harus ditangani secepatnya, bahkan jika perlu
diisolasi dan dikandangkan tersendiri. Jika pengobatan dengan cara-cara
non-organik tidak bisa dihindari, maka hal ini boleh dilakukan walaupun
penggunaan cara pengobatan non-organik ini akan menyebabkan ternak
tersebut kehilangan status organiknya.
Penggunaan produk obat hewan kelompok sediaan farmasetika jenis
kemoterapetika dalam peternakan organik harus mengikuti prinsip-prinsip
berikut: (a) Jika penyakit tertentu atau masalah kesehatan terjadi atau
mungkin terjadi, dan tidak ada cara penanganan/pengobatan alternatif
yang diijinkan, atau dalam kasus seperti vaksinasi, maka penggunaan
obat hewan kelompok sediaan farmasetika jenis kemoterapetika
diperbolehkan; (b) Fitoterapi (tidak termasuk penggunaan antibiotik),
homeopathic atau produk ayurvedic dan unsur-unsur mikro dapat
digunakan terutama obat hewan kelompok sediaan farmasetika jenis
kemoterapetika atau antibiotik, sehingga dampak therapinya efektif
terhadap hewan tersebut; (c) Jika penggunaan produk-produk di atas
dirasa tidak akan efektif untuk menyembuhkan penyakit atau luka, maka
obat hewan kelompok sediaan farmasetika jenis kemoterapetika atau
antibiotik dapat digunakan dengan pengawasan dokter hewan. Lamanya
pemberian adalah sesuai dengan dosis pengobatan dan harus
diperhatikan tentang waktu henti obat (withdrawal time) dari masing-
masing sediaan farmasetika jenis kemoterapetika tersebut minimum 48
jam.
Penggunaan obat hewan kelompok sediaan farmasetika jenis
kemoterapetika atau antibiotik untuk tindakan pencegahan tidak
diperkenankan. Pemberian hormon hanya dapat digunakan untuk alasan
terapi dan harus dibawah pengawasan dokter hewan. Penggunaan
stimulan pertumbuhan atau bahan-bahan yang digunakan untuk tujuan
perangsangan pertumbuhan atau produksi tidak diperbolehkan.

9
Berdasarkan pengamatan kami, pemberian obat yang dilakukan di
kandang ayam petelur khususnya di kandang litter atau umbaran tidak
menggunakan obat kimia, melainkan peternak menggunakan pencegahan
dan pengganti antibiotik menggunakan jamu dan pengobatan herbal atau
alternative untuk ternak yang mengalami sakit, sehingga untuk
pengobatan dapat dikatakan organik namun untuk kandang baterai tidak
belum bisa dikatakan organik karena masih menggunakan obat-obatan
berbahan kimia.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan isi dari pembahasan sebelumnya, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Sistem perkandangan ayam petelur di kampus II Polbangtan Gowa
ada yang organik dan ada yang tidak, karena ada 2 kandang ayam
petelur di kampus ini, yang satu menggunakan sistem umbaran, dan
yang satunya lagi menggunakan sistem baterai, kandang dengan
sistem umbaran dapat dikategorikan sebagai kandang organik, hal
ini dikarenakan ayam dapat bergerak dan beraktifitas dengan bebas
tapi tidak liar sehingga tidak rentan terserang penyakit, sedangkan
untuk kandang baterai dikatakan tidak organik.
2. Bibit yang digunakan berasal dari pullet, namun tidak dapat
dipungkiri dalam pemeliharaan sebelumnya dod ayam petelur
tentunya diberikan bahan-bahan seperti antibiotik, vaksin dan lainnya
sehingga tidak dapat dikatakan organik, namun untuk kandang ayam
umbaran pemberian jamu ternak dengan menggunakan bahan-
bahan alami rutin diberikan sehingga memungkinkan rendahnya
pengaruh bahan kimia yang dapat menurun ke keturunannya di
masa mendatang, hal ini dapat dikuatkan dengan tidak adanya
residu berbahaya yang ada di dalam kandungan telurnya.
3. Pakan ayam petelur yang digunakan di kampus 2 Polbangtan Gowa
bukan pakan organik, karena dalam pencampuran pakan terdapat
konsentrat tidak lengkap yang harus ditambah dedak ataupun
jagung, dan dalam konsentrat tidak lengkap sendiri terdapat bahan-
bahan yang tidak organik.
4. pemberian obat yang dilakukan di kandang ayam petelur khususnya
di kandang litter atau umbaran tidak menggunakan obat kimia,

11
melainkan peternak menggunakan pencegahan dan pengganti
antibiotik menggunakan jamu dan pengobatan herbal atau alternative
untuk ternak yang mengalami sakit, sehingga untuk pengobatan
dapat dikatakan organik namun untuk kandang baterai tidak belum
bisa dikatakan organik karena masih menggunakan obat-obatan
berbahan kimia.

B. Saran

Berdasarkan isi dari pembahasan sebelumnya, maka dapat


disarankan bahwa sebaiknya di masa mendatang pemeliharaan ayam
petelur di kampus 2 polbangtan gowa agar sepenuhnya menggunakan
sistem peternakan organik, selain untuk menghindari penggunaan bahan
kimia yang berlebihan yang dalam hal ini berpengaruh terhadap
kesehatan pada saat mengonsumsi hasil hewan ternak yang bukan
organik, juga untuk menambah nilai jual pada hasil hewan ternak tersebut
khususnya pada ayam petelur.

12
DAFTAR PUSTAKA

Blair, R. 2008. Nutrition and Feeding of Organic Poultry. Cabb


International. Cromwell Press, Trowbridge.

FAO, 2012. Organic Agriculture and the Law. Food and Agruculture
Organization of the United Station. Rome.

MAF. 2011. Technical Rules for Organic Production. Ministry of Agriculture


and Forestry. Biosecurity. New Zaeland

Taufik, M., & Ma'shum, A. Buku Ajar Peternakan Organik.

Veerkamp, R.F., and Roep, D. 2001. Animal breeding in organic farming :


Discussion paper. Louis Bolk Institute. Driebergen.

13
LAMPIRAN

 Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Ayam Petelur di kandang Litter

Gambar 2. Pakan Ayam Petelur

14
Gambar 3. Ayam Petelur di kandang Baterai

15

Anda mungkin juga menyukai