Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Sistem Peternakan Organik

Dosen/PLP : Dr. Mihrani, S.Pt., M.P

MAKALAH
PENGAMATAN SISTEM PETERNAKAN ORGANIK PADA
KANDANG KAMBING KAMPUS II POLBANGTAN GOWA

Oleh:
Kelompok 3 (4D)
Agustin Abimayu (05.03.19.1833)
Alfian Andi Baso (05.03.19.1835)
Andi Nurman Syah (05.03.19.1838)
Dian Hidayat (05.03.19.1841)
Huriyah Hafizah Amin (05.03.19.1845)
Novia Ayu Utari (05.03.19.1849)
Nur Salsadila (05.03.19.1852)
Riska Hardianti (05.03.19.1859)
Suriyana (05.03.19.1863)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN


KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita
memuji dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan.
Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri
dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.
Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT. yang
senantiasa memberikan kita kesempatan sampai dengan saat ini.
Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya pula kami tidak akan mampu
menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pengamatan Sistem
Peternakan Organis Pada Kandang Kambing Kampus II Polbangtan
Gowa” dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati masih terdapat
kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk penulisan makalah yang lebih
baik kedepannya.

Bone, 20 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................3

I. PENDAHULUAN.........................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................4

B. Rusan Masalah.....................................................................6

C. Tujuan...................................................................................7

II. PEMBAHASAN...........................................................................8

A. Perkandangan......................................................................8

B. Bibit.....................................................................................10

C. Pakan..................................................................................11

D. Pengobatan........................................................................13

III. PENUTUP..............................................................................15

A. Kesimpulan.........................................................................15

B. Saran..................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................16

DOKUMENTASI...............................................................................17
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan juga sedang berupaya mendorong
peternakan di Indonesia untuk menerapkan sistem peternakan
organik. Pemerintah Indonesia mengharapkan peternak di
Indonesia untuk menerapkan sistem peternakan organik, karena
memiliki banyak manfaat. Dalam menerapkan peternakan organik,
pemerintah harus terlebih dahulu menginspeksi sistem peternakan.
Sistem peternakan organik harus selalu diinspeksi oleh pemerintah,
yaitu meliputi pakan ternak, kesehatan ternak, kondisi tanah untuk
pakan.
Ternak merupakan bagian integral dari produksi pertanian
organik. Peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting
pada sistem usaha tani organik, seperti: memperbaiki dan
menjaga kesuburan tanah, memperbaiki pengelolaan
sumberdaya hayati, meningkatkan keanekaragaman hayati dan
meningkatkan diversitas sistem usaha tani.
Produksi ternak organik didasarkan pada hubungan yang
harmonis antara tanah, tanaman, dan ternak yang dicapai
melalui pengelolaan yang memperhitungkan kebutuhan fisiologis
dan perilaku hewan dan memberi pakan organik berkualitas baik.
Ternak dan produk asal ternak (susu, daging, telur, keju,
dst) organik dapat dipasarkan di Indonesia apabila telah
tersertifikasi organik berdasarkan SNI 6729:2016, Permentan
No. 64/2013 dan Perka BPOM No.1/2017 oleh lembaga
sertifikasi organik yang telah terakreditasi oleh KAN seperti
ICERT. Bila telah tersertifikasi organik, ternak dan produk ternak
dapat berlabel ORGANIK Indonesia.
Peternakan organik mengimplikasikan sistem pemeliharaan
ternak dengan cara alami dan meningkatkan kesejahteraan dan
kesehatan mereka. Hal ini tidak berarti bahwa ternak harus
dipelihara di lingkungan yang sepenuhnya alami, tetapi bahwa
mereka diberi cukup kesempatan untuk melakukan perilaku alami
dan cara hidup mereka. Semua spesies ternak memiliki organ
khusus tertentu, yang memberi mereka kemampuan dan fitur
khusus dan cara hidup yang berbeda. Perbedaan ini bersifat
intrinsik dan tidak dapat diubah, dan harus dihormati (Pretty, 2007).
Program dari pemerintah tersebut diharapkan dapat
memajukan peternakan di Indonesia. Hasil yang diharapkan dari
program tersebut ialah industri peternakan di Indonesia dapat mulai
dikelola secara modern dan profesional, untuk bisa menjadi
peternakan organik. Dalam membangun peternakan organik, hal
yang paling diperlukan ialah peternakan harus menerapkan sistem
modern. Karena pada peternakan organik, proses dalam
menghasilkan produk harus dilakukan secara khusus. Produk yang
dihasilkan harus bebas dari bahan kimia maupun obatobatan yang
dapat membahayakan kesehatan para pengkonsumsi. Kesehatan
ternak di peternakan organik harus selalu diperhatikan.
Sistem peternakan organik in iberawal pada gerakan pertanian
organik yang menyebar ke seluruh Inggris dan benua Eropa dari
tahun 1920 hingga 1950- an.Peternakan organik adalah sistem
produksi ternak yang mengutamakan kesejahteraan ternak dan
hasil produk yang bebas dari residu, baik yang berasal dari obat-
obatan maupun pestisida. Sistem ini memperkenalkan penggunaan
input organik dan biodegradable dari ekosistem dalam hal nutrisi
ternak, kesehatan ternak, perumahan dan perkembangbiakan
ternak.Peternakan organik mengimplikasikan sistem pemeliharaan
ternak dengan cara alami dan meningkatkan kesejahteraan dan
kesehatan mereka. Dalam sistem ini, ternak tidak harus dipelihara
di lingkungan yang sepenuhnya alami, tetapi bahwa mereka diberi
cukup kesempatan untuk melakukan perilaku alami dan cara hidup
mereka.
Produksi ternak organik adalah sarana produksi pangan
dengan sejumlah besar aturan yang diarahkan menuju status
kesejahteraan ternak yang tinggi, perawatan lingkungan,
penggunaan obat medis yang terbatas dan produksi produk yang
sehat tanpa residu (pestisida atau obat-obatan medis) (Kijlstra dan
Eijck, 2006). Peternakan organik, di sisi lain, didefinisikan sebagai:
sistem produksi ternak yang mempromosikan penggunaan input
organik dan biodegradable dari ekosistem dalam hal nutrisi ternak,
kesehatan ternak, perumahan dan perkembangbiakan ternak.
Sistem ini sengaja menghindari penggunaan input sintetis seperti
obat, aditif pakan dan input pemuliaan rekayasa genetika.
Produksi ternak organik berbeda dari sistem konvensional.
Dalam sistem organik ternak diperbolehkan area perkandangan
yang lebih besar (termasuk akses outdoor), wajib memiliki alas
kandang jerami, dan diberi makan pakan organik dan pakan serat
(khusus ruminansia). Pertimbangan terkait kekurangan pasokan
pakan organik masih ada penyisihan untuk menggunakan
persentase tertentu dari pakan konvensional selama beberapa
tahun (ternak sampai 31 Desember 2007; unggas dan babi hingga
31 Desember 2011).
B. Rusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkandangan kambing di Kampus II Polbangtan
Gowa?
2. Bagaimana bibit kambing di Kampus II Polbangtan Gowa?
3. Bagaimana pakan kambing di Kampus II Polbangtan Gowa?
4. Bagaimana pengobatan kambing di Kampus II Polbangtan
Gowa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditarik tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah perkandangan kambing di Kampus II
Polbangtan Gowa termasuk perkandangan organic.
2. Mengetahui apakah bibit kambing di Kampus II Polbangtan
Gowa termasuk bibit organic.
3. Mengetahui apakah pakan kambing di Kampus II Polbangtan
Gowa termasuk pengobatan organic.
4. Mengetahui apakah pengobatan kambing di Kampus II
Polbangtan Gowa termasuk pakan organic.
II. PEMBAHASAN
A. Perkandangan
Kandang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan kambing.
Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan kambing. Kandang
sangat berpengaruh dalam produktifitas ternak kambing. Kandang
yang nyaman akan membuat kambing juga merasa nyaman.
Kandang yang digunakan untuk tempat berlindung bagi
ternak juga harus dapat berfungsi memudahkan dalam
pengontrolan, sebagai tempat bagi ternak melakukan aktivitas
istirahat, perkawinan, makan minum dan melahirkan.
Model kandang yang dianjurkan untuk kambing berupa kandang
panggung type ganda atau tunggal dengan persyaratan pada dasar
lantai kandang mempunyai celah selebar 1,5 – 2 cm agar kencing
dan kotoran kambing domba dapat turun kebawah, kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum pada bagian kolong
kandang bisa berfungsi menampung kotoran dan kencing kambing
domba yang dapat diolah menjadi pupuk kandang.
Dalam sistem organik ternak diperbolehkan area
perkandangan yang lebih besar (termasuk akses outdoor), wajib
memiliki alas kandang jerami,
Penyediaan kandang/rumah bagi ternak bukan hal yang
diharuskan pada daerah yang kondisi iklimnya memungkinkan
ternak untuk hidup lepas (outdoor). Kondisi rumah/kandang ternak
harus memenuhi kebutuhan perilaku dan biologis, kenyamanan dan
kesejahteraan ternak dengan menyediakan (Ichim, 2012): (a) Akses
yang mudah untuk mendapat pakan dan air; (b) Insulasi, pemanas,
pendingin, dan ventilasi bangunan yang baik untuk mendapatkan
sirkulasi udara, tingkat debu, temperatur, kelembaban udara dan
konsentrasi gas yang baik sehingga tidak membahayakan ternak;
(c) Adanya kecukupan ventilasi alami dan sinar yang masuk.
Ternak organik memerlukan kenyamanan kandang.Oleh
karena itu kandang ternak organik harus selalu dirawat agar tidak
mengalami kerusakan. Kegiatan perawatan terhadap kandang
memerlukan peralatan kebersihan kandang seperti sapu lidi, sikat,
sekop, dan gerobak dorong. Peralatan tersebut jika telah
digunakan, selalu dibersihkan. kemudian disimpan di gudang
peralatan. Model kandang yang sesuai dengan sistem peternakan
organik adalah kandang yang menyediakan lading penggembalaan
bagi ternak. Hal ini terkait dengan kesejahteraan hewan yang
menjadi perhatian utama dalam pengembangan sistem peternakan
organik.
Adapun sistem perkandangan kambing yang ada di kampus
II polbangtan gowa berdasarkan pengamatan kelompok kami yaitu
terdapat 2 kandang kambing yang memiliki 8 sekat kandang ,
dengan ukuran 1,5 m². kandang tersebut merupakan jenis kandang
stall ganda face to face, dimana model kandang ini terletak di dua
sisi dejajar dengan gang ditengah dan kepala kambing saling
berhadapan. Di kandang terdiri dari 10 ekor kambing dengan jenis
kambing kacang dan etawa, di dalam kandang terdapat pedet,
induk, dan kambing jantan.
Konstruksi kandang menggunakan atap seng dengan dinding
sekat berupa jaring besi yang berukuran sekitar 1 meter dan tempat
pakan terbuat dari kayu, lantai terbuat dari semen. Kebersihan
kandang dan lingkungan sekitarnya sangat perlu diperhatikan dan
harus dijaga semaksimal mungkin agar tercipta suasana yang
nyaman, bersih, sehat, aman. Hal ini dikarenakan melakukan
perawatan kandang dan lingkungannya dapat menunjang
produktifitas dan kualitas yang baik pada kandang, ternak dan
lingkungan itu sendiri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kebersihan kandang yaitu: meliputi tempat makan, tempat minum,
dinding kandang, lantai dan lingkungan sekitar kandang.
Setiap kandang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran
ternak (feces dan urine) yang di hasilkan olek ternak. Jika terdapat
banyak air maka pembersihan dilakukan dengan menggunakan air,
namun jika air terbatas, kandang cukup dibersihkan dengan
menyapu dan mengangkat kotoran yang ada dengan sikat hingga
bersih.
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu faktor
produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan
khususnya peternakan rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai
dengan persyaratan teknis akan mengganggu produktivitas ternak,
kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak
terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang belum
memberikan keleluasaan, kenyamanan dan kesehatan bagi ternak.
B. Bibit
Permintaan ternak kambing domba mempunyai peluang
pasar yang masih terbuka luas seiring dengan banyaknya peminat
konsumen pada hasil olahan kuliner berbahan baku pangan
kambing domba. Salah satu usaha kambing domba yang dapat
ditekuni guna memenuhi permintaan kambing domba yang terus
mengalami peningkatan adalah usaha pembibitan kambing domba.
Pengelolaan peternakan organik harus dilakukan dengan
menggunakan metode pembibitan (breeding) yang alami. Pemilihan
bangsa, galur (strain) dan metode pembibitan harus konsisten
dengan prinsip-prinsip pertanian organik, terutama yang
menyangkut:
1. Adaptasinya terhadap kondisi lokal
2. Vitalitas dan ketahanannya terhadap penyakit
3. Bebas dari penyakit tertentu atau masalah kesehatan pada
bangsa dan galur tertentu; seperti porcine stress syndrom
dan spontaneous abortion, dan lain-lain.
Pembibitan ternak organik berpedoman pada prinsip-prinsip
peternakan organik dengan mempertimbangkan bangsa dan galur
dipelihara dalam kondisi lokal. Proses identifikasi sumber bibit
ternak didasarkan pada dokumen yang mencatat sumber bibit/asal
usul ternak (recording ternak). Seleksi calon bibir yang didasarkan
pada pengamatan dan penampilan fisik berkorelasi positif terhadap
faktor genetik ternak.
Untuk bibit kambing di kampus II Polbangtan Gowa sendiri
juga masih belum dikatakan organik, karena sebelum di pelihara di
kampus pemeliharaan sebelumnya tidak dipelihara dalam kondisi
lokal dengan sistem organik walaupun ada beberapa pedet yang
dihasilkan dari IB maupun kawin alam, indukan dari pedet tersebut
tidak organik sehingga bibit sapi di kampus II ini tidak dapat
dikatakan bibit organik. Selain itu klasifikasi organik tidaknya bibit
tidak bisa dikatakan organik mengingat tidak adanya dokumen yang
mencatat sumber maupun recording ternak. Yang dapat
menguatkan persepsi mengenai tidak organik bibit karena syarat
bibit dapat dikatakan organik ialah pemeliharaan dari indukannya
dan keturunannya harus betul betul menggunakan sistem
peternakan organik.
C. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang harus
menjadi kepedulian pengelola selain ternak pembibitan kambing.
Selain faktor penting, pemberian pakan juga akan menentukan
keberhasilan perkembangan kambing domba. Pemberian pakan
pada kambing domba harus mampu memenuhi persyaratan gizi
pakan untuk kebutuhan pada pertumbuhan ternak bibit.
Pemberian pakan harus terdiri dari pakan hijauan, pakan konsentrat
atau pakan tambahan yang akan melengkapi gizi pakan yang ada
pada hijauan.
Bahan pakan (bahan makanan ternak) dinyatakan bahan
pakan organik, jika bahan pakan ternak tersebut berasal dari
pembudidayaan pertanian organik. Bahan pakan dapat diberikan
kepada ternak yang sebagian atau keseluruhannya, dan dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Dalam penyediaan
ransum pakan ternak organik harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kebutuhan ternak mamalia muda untuk mendapatkan susu
alami dari induknya
2. Proporsi bahan kering dalam ransum pakan harian herbivora
harus mengandung tanaman segar atau kering atau silase
3. Hewan berlambung ganda (polygastric) tidak harus diberi
makan silase secara eksklusif
4. Dibutuhkan serealia dalam masa penggemukan unggas;
5. Dibutuhkan tanaman segar atau kering atau silase dalam
ransum harian babi dan unggas.
Pembuatan pakan ternak organik dilakukan dengan beberapa
tahapan :
1. Identifikasi bahan pakan ternak organik
2. Pembuatan pakan ternak
3. Pengemasan pakan ternak
4. Penyimpanan pakan ternak.
Metode pemrosesan bahan pangan harus dilakukan secara
mekanis, fisik atau biologis (seperti fermentasi dan pengasapan)
serta meminimalkan penggunaan ingredient dan aditif non-pertanian
(SNI 6729:2016). Sebelum membuat pakan ternak, dilakukan
penyiapan peralatan yang dibutuhkan. Pembuatan pakan ternak
organik diawali dengan menyusun formula ransum. Berdasarkan
formula ransusm tersebut, selanjutnya mengidentifikasi dan
menimbang bahan pakan sesuai dengan formula ransum. Langkah
selanjutnya adalah mencampur bahan pakan, diawali dari kuantitas
bahan pakan sedikit hingga yang paling banyak. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pencampuran bahan pakan benar-benar
homogen. Pencampuran bahan pakan ternak dalam jumlah sedikit,
bisa dilakukan secara manual. Sedangkan dalam jumah besar,
dilakukan dengan mesin (mixer).
Pakan ternak kambing di Kampus II Polbangtan Gowa juga
tidak dapat dikategorikan sebagai pakan organik, hal ini
dikarenakan pakan yang diambil berasal dari wilayah sekitar
kampus dimana sebelumnya terdapat pabrik pembuatan racun
tikus, selain itu dalam pengolahan lahannya sendiri seperti
pembersihan rumput menggunakan herbisida, selain itu dedak yang
digunakan juga berasal dari padi yang proses penanaman dan
pengolahannya masih menggunakan bahan bahan kimia sehingga
pakan ternak sapi disini tidak dapat dikatakan organik.
D. Pengobatan
Produksi ternak organik adalah sarana produksi pangan
dengan sejumlah besar aturan yang diarahkan menuju status
kesejahteraan ternak yang tinggi, perawatan lingkungan,
penggunaan obat medis yang terbatas dan produksi produk yang
sehat tanpa residu (pestisida atau obat-obatan medis) (Kijlstra dan
Eijck, 2006). Peternakan organik, di sisi lain, didefinisikan sebagai:
sistem produksi ternak yang mempromosikan penggunaan input
organik dan biodegradable dari ekosistem dalam hal nutrisi ternak,
kesehatan ternak, perumahan dan perkembangbiakan ternak.
Sistem ini sengaja menghindari penggunaan input sintetis seperti
obat, aditif pakan dan input pemuliaan rekayasa genetika.
Pencegahan penyakit dalam produksi ternak organik harus
didasarkan pada prinsipprinsip berikut :
1. Pilihan bibit atau galur ternak sebagaimana diuraikan di atas
2. Aplikasi praktik peternakan yang baik berdasar kebutuhan
setiap spesies hewan yang diternakkan yang mendorong
ketahanan ternak terhadap penyakit serta pencegahan infeksi
3. Penggunaan pakan organik yang berkualitas baik, bersamaan
dengan latihan teratur, sehingga mempunyai dampak yang
mendorong terbentuknya ketahanan imunologi alami pada
ternak itu sendiri
4. Menjaga kepadatan ternak yang baik, sehingga menghindari
kelebihan daya tampung (overstocking) serta masalah-masalah
lain yang berdampak buruk pada kesehatan ternak itu sendiri.
5. Penggunaan obat hewan kelompok sediaan farmasetikal atau
antibiotik untuk tindakan pencegahan tidak diperkenankan.
Walaupun dengan upaya-upaya di atas, ternak tersebut
masih terserang penyakit atau terluka, maka harus ditangani
secepatnya, bahkan jika perlu diisolasi dan dikandangkan
tersendiri. Jika pengobatan dengan cara non-organik tidak bisa
dihindari, maka hal ini boleh dilakukan walaupun penggunaan cara
pengobatan nonorganik ini akan menyebabkan ternak tersebut
kehilangan status organiknya.
Pengobatan ternak kambing di kampus II Polbangtan Gowa
belum bisa dikategorikan sebagai pengobatan organik karena
dalam beberapa jenis penyakit terkadang masih menggunakan
obat kimia yang dimana penyakit tersebut masih memiliki
pengobatan alternatif yang dapat digunakan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada kandang kambing Kampus II Polbangtan Gowa tidak
merupakan kandang organik.
2. Untuk bibit kambing di kampus II Polbangtan Gowa masih
belum dikatakan organik.
3. Pakan ternak kambing di Kampus II Polbangtan Gowa juga
tidak dapat dikategorikan sebagai pakan organik.
4. Pengobatan ternak kambing di kampus II Polbangtan Gowa
belum bisa dikategorikan sebagai pengobatan organik.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan sistem
peternakan organic di kampus 2 Polbangtan Gowa terkhusus di
kandang kambing maka penulis menyarankan kepada pihak yang
berkaitan dengan pemeliharaan kambing untuk tetap menjaga
kebersihan kandang untuk menghindari serangan penyakit pada
ternak kambing.
DAFTAR PUSTAKA

Ichim, O. 2012. Tinjauan peternakan babi organik di Rumania.


Penelitian Babi.Jurnal Internasional Masyarakat Bioflux. Vol 2.
Edisi 2. http://www.porc.bioflux.com.ro/
Pedoman KAN No 902 tahun 2006 Pelaksanaan Inspeksi Sistem
Pangan Organik SNI No.01-0222-1995 Bahan tambahan
makanan
Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/OT.140/5/2013
tentang Sistem Pertanian Organik
Taufik. M dan Ma’shum. A, 2018. Buku Ajar Peternakan Organik
Politeknik Pembangunan Pertanian. BPPSDMP. Kementrian
Pertanian: Jakarta
Pretty, J. 2007. Keberlanjutan pertanian: konsep, prinsip, dan bukti.
Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 363: 447–465.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai