Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KESEHATAN TERNAK

PROGRAM INOVASI DESA PUDAK (PROIDE)

Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (CH4 dan N2O ) Melalui Modifikasi
Feses Dan Biourine Sapi Potong Di Desa Pudak

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sri Arnita Abu Tani, M.S.

OLEH:

Philipus Simamora (E10020102) - 2020


Mia Safitri (E10020005) - 2020
Cici Franika Purba (E10020090) - 2020
Muhammad Irsyad.F (E10020091) - 2020
Farhansyah (E10020094) - 2020
Bimo Wirayuda (E10020096) - 2020
Alfajri (E10020097) - 2020
Nur Aysah Mardhiah (E10020107) - 2020
Rindu Rahmatullah (E10020110) - 2020
Willy (E10020113) - 2020
Jantulus Simanungkalit (E10020114) - 2020
Arga Mateus (E10020118) -2020

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat da
n karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Kesehatan Ternak di
Desa Pudak Pada Program Inovasi Desa Pudak dengan baik. Pada kesempatan kal
i ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontri
busi dengan memberikan saran maupun semangat kepada penulis untuk menyeles
aikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini telah diupayakan penulis agar sesuai dengan apa yang diharap
kan dan dengan terselesainya makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pemba
canya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar k
iranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang perlunya se
buah tugas agar menjadi bahan pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini, pe
nulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, dikarenakan pengalaman yan
g dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kek
urangan tersebut, tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masuka
n yang bersifat membangun bagi penulis untuk menyempurnakan makalah ini den
gan baik.

Jambi, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................... 2
1.3. Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 6
3.1 Penyakit Mulut dan Kuku............................................................. 6
3.2 Pencegahan Mulut dan Kuku........................................................ 8
3.3 Pembuatan Jamu Sehat................................................................. 12
3.4 Sanitasi Kandang.......................................................................... 14
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan................................................................................... 17
4.2 saran.............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Pudak merupakan salah satu desa yang berada di Provinsi Jambi tepatny
a di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Luas Desa PUdak adalah 1.
600 ha. Mayoritas masyarakat di Desa Pudak memiliki profesi sebagai petani dan
peternak karena kawasan desa pudak cukup luas untuk kegiatan bertani dan betern
ak. Rata-rata peternak memiliki ternak sapi potong untuk dipelihara. Sapi potong
yang berada di Desa Pudak adalah sebanyak 500 ekor (Data Desa Pudak, 2021). B
anyaknya jumlah ternak sapi potong didesa yang menghasilkan limbah hasil terna
k baik padat maupun cair dapat menganggu Kesehatan ternak jika tidak dimanaje
men dengan baik. Satu ekor sapi setiap harinya menghasilkan kotoran berkisar 8 –
10 kg per hari atau 2,6 – 3,6 ton per tahun atau setara dengan 1,5-2 ton pupuk
organik sehingga akan mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
mempercepat proses perbaikan lahan (Huda and Wikanta, 2017). Jika
penumpukkan feses dan urine dibiarkan begitu saja maka akan membuat ternak
tidak nyaman dan ternak mudah terjangkit penyakit karena kurangnya kebersihan
kandang. Untuk mencegah mudahnya ternak sapi potong terjangkit penyakit maka
diperlukan kegiatan sanitasi kandang.
Sanitasi Kandang yang dilakukan di perkandangan sapi potong masyarakat se
kitar. Kegiatan sanitasi yang dilakukan yaitu pembersihan kandang dari limbah pa
dat dan cair dari hasil pencernaan sapi yaitu feses dan urine. Feses dan urine yang
sudah dikumpulkan dapat dijadikan pupuk organik berupa Trichokompos dan Bio
urine yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta mengurangi
amonia kandang. Pembuatan Trichokompos dan biourine dilakukan dengan meng
olah limbah hasil ternak sapi potong berupa feses dan urine dengan beberapa baha
n tambahan lainnya menjadi pupuk organik yang diberikan Trichoderma harzianu
m sp untuk mempercepat proses pematangan biourine dan trichokompos.
Dilain sisi maraknya kasus wabah tentang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) p
ada ternak ruminansia banyak membuat para peternak khawatir. Penyakit Mulut d
an Kuku (PMK) merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya luka pada lida

1
h ternak yang terjangkit serta diikuti dengan adanya infeksi dan luka pada kuku ter
nak tersebut. Jika penyakit mulut dan kuku ini sudah menjangkit pada ternak sedi
kit harapan ternak untuk terus bertahan hidup dan membuat produksi pada sapi po
tong menurun. Hidup ternak sapi potong akan terancam karena kekurangan gizi u
ntuk bertahan hidup. Penyakit mulut dan kuku ini akan membuat nafsu makan pad
a ternak salah satunya adalah sapi menurun dan mengurangi asupan gizi yang dibu
tuhkan tubuh ternak. Penyakit kuku yang juga menjangkit ternak sapi akan memb
uat sapi sulit untuk berdiri dan sulit beraktivitas sehingga kegiatan yang dilakukan
sedikit. Penyakit kuku ini membuat ternak sedikit bergerak dan mudah mengalami
stress. Produksi sapi menurun dan lebih baik jika langsung dipotong pada saat ciri
pertama sudah ditemukan karena jika dibiarkan lama kelamaan bobot badan sapi a
kan menurun dan mengurangi harga pasarnya dan bahkan dapat mengakibatkan ke
matian pada sapi tersebut.
Upaya pencegahan terjadinya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah denga
n memberikan jamu sehat kepada ternak sapi yang dipelihara. Jamu sehat ini diber
ikan dengan tujuan menambah nafsu makan dan juga mencegah PMK pada ternak.
Jamu sehat yang diberikan berupa jamu yang sudah disusun dari bahan penyusun
yaitu temulawak, kencur, kunyit, gula merah/molasses, bawang putih, jahe dan E
M4. Bahan penyusun jamu sehat diberikan kepada ternak dalam upaya meningkat
kan imunitas dan produksi ternak sapi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan program inovasi desa dengan melakukan pembuatan jam
u sehat untuk mencegah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi serta
menjaga kesehatan ternak dengan cara melakukan sanitasi kandang sapi dengan p
embuatan Trichokompos dan biourine.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan jamu sehat agar ternak sapi dapat sehat, nafsu makan
meningkat, produksi meningkat dan terhindar dari Penyakit Mulut dan Kuku. Kes
ehatan ternak juga dapat dijaga melalui kegiatan sanitasi kandang dan pembersiha
n kandang dari limbah padat dan cair berupa feses dan urine dengan mengolah fes
es dan urine menjaga pupuk organik yang dapat meningkatkan pendapatan masyar

2
akat sekitar. Pengolahan pupuk organik berupa sebuah produk akhir yaitu Trichok
ompos dan Biourine.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Kandang


Agus,dkk (2014) kotoran sapi perah mengandung mikroorganisme seperti
E.colI dan salmonella sp yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia seperti diare dan typus.
BPTP-Ungaran sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan
yang meliputi kebersihan kandang ternak dan lingkungan pemiliknya.
cacing dalam tubuh sapi hingga 73%.
DairyNZ (2015) tempat pakan dan minum ternak yang baik dapat berupa
papan kotak maupun ember plastik.
Gorman (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ternak dan
manusia dalam sistim pertanian terpadu, karena ternak berkaitan erat dengan kom
oditi makanan masyarakat.
Kesmas (2016) Pada dasarnya kandang berfungsi untuk melindungi ternak
dari pengaruh lingkungan yang merugikan, seperti hujan, sengatan matahari, angi
n, suhu malam hari, binatang buas, atau bahkan pencuri dan juga berperan penting
dalam menunjang tata laksana pemberian pakan, pengawasan, produksi dan repro
duksi, serta sanitasi.
Nenobesi et al (2017) Feses sapi sebagai hasil akhir dari usaha peternakan
memiliki potensi untuk dikelola menjadi pupuk organik seperti kompos yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, meningkatkan
produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi dampak
pencemaran terhadap lingkungan.
Pranamyaditya (2016) Gas metana yang terkandung pada kotoran ternak
menjadi penyebab rumah ozon dan perubahan iklim serta dapat mempengaruhi
kesehatan manusia seperti keracunan gas metana terutama pada peternak sapi
perah.

4
2.2 Penyakit Mulut Kuku

MacLachlan & Dubovi (2017) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sebabkan
oleh virus Food Mouth Disease (FMDV) termasuk dalam famili Picornaviridie
dan genus apthovirus.
OIE (2019) Diagnosa PMK di lakukan dengan cara pengamatan gejala dan
pengujian laboratorium melalui isolasi dan identifikasi agen penyebab, materi
genetik, virus secara serologis dengan mengacu pada pedoman.
Stenfeldt (2015) Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau Foot and Mouth
Disease (FMD) dalam bahasa latin Aphtae Epizootica (AE) merupakan penyakit
infeksius akut dan sangat menular yang disebabkan oleh virus yang masuk dalam
genus Apthovirus dan famili Picornaviridae.
Adjid (2020) Penyakit ini dilaporkan menyerang hewan berkuku belah atau
genap seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi dan sebangsanya, dengan
morbiditas 90-100%.
2.3 Pembuatan Jamu Sehat

Sahara (2020) menyatakan bahwa tanaman memiliki berbagai zak aktif


yang sangat bermanfaat untuk hewan ternak sebagai obat/jamu, dalam
implementasinya dapat dicampurkan pada ransum maupun air minum.
Purwandari (2001) Sumber bahan baku obat bisa didapatkan dari tanaman
perkebunan, pertanian, dan Toga (tanaman obat keluarga) seperti jahe, kunyit,
kencur, temulawak, kunci, lengkuas, sirih, pepaya dan lain-lain

Shan dan Iskandar (2018) Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman


rimpang yang banyak dimanfaatkan manusia sebagai antibiotik, antivirus,
antioksidan dan memperbaiki saluran pencernaan.

Benjelalai (1984) Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat


pada tanaman jahe terutama golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak
atsiri.

Menurut Nursal, (2006) senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan


fenolik, flavanoid, terpenoida dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe

5
diduga merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat
pertumbuhan bakeri.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sanitasi Kandang

Pada dasarnya kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari pengaruh l


ingkungan yang merugikan, seperti hujan, sengatan matahari, angin, suhu malam
hari, binatang buas, atau bahkan pencuri dan juga berperan penting dalam menunj
ang tata laksana pemberian pakan, pengawasan, produksi dan reproduksi, serta san
itasi (Kesmas, 2016). Menurut agus,dkk (2014) kotoran sapi perah mengandung
mikroorganisme seperti E.coli dan salmonella sp yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia seperti diare dan typus. Gas metana yang
terkandung pada kotoran ternak menjadi penyebab penipisan lapisan ozon dan
perubahan iklim serta dapat mempengaruhi kesehatan mannusia seperti keracunan
gas metana terutama pada peternak sapi perah (pranamyaditya, 2016). Sanitasi ada
lah satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak sapi melalui ke
bersihan. Menurut BPTP-Ungaran sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan
pencegahan yang meliputi kebersihan kandang ternak dan lingkungan pemiliknya.
Dengan sanitasi yang baik dan benar, ternak sapi dapat terbebas dari penyakit yan
g disebabkan oleh : bakteri, virus ataupun parasit. Sanitasi kandang merupakan ke
giatan pembersihan kandang guna mencegah masuk dan perpindahan bibit penyak
it yang menyerang ternak. cara yang biasa dilakukan antara lain:

1.  Menjaga kebersihan kandang, dengan:

a) Menyiram lantai kandang secara teratur dan menggunakan desinfektan unt


uk membasmi kuman dan bakteri
b) Tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk di kandang
c) Membersihkan tempat pakan dan minum setiap hari serta segera membersi
hkan sisa pakan yang tercecer di lantai

6
d) Merancang ventilasi kandang agar aliran udara dapat berjalan dengan lanc
ar
e) Merancang bangunan kandang agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
kandang

2. Membersihkan areal luar kandang seperti semak-semak dan sampah peternakan

3.  Menghindari pemberian pakan yang tercemar bahan-bahan berbahaya seperti u


lat, jamur, maupun lumpur serta tempata pemberian pakan yang baik.

4. Menjaga kebersihan badan sapi

5.  Pengasapan untuk mengusir nyamuk dan serangga berbahaya secara alami sert
a untuk menghangatkan badan ternak.

Dengan menerapkan sanitasi kandang, diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai


berikut:

1. Mencegah serangan penyakit pada hewan ternak

2. Menekan biaya pengobatan hewan ternak

3. Menjaga kesehatan hewan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya

4. Meningkatkan nafsu makan ternak, sehingga berat badannya selalu terjaga

5. Kualitas daging dan/atau susu selalu terjaga karena terbebas dari kontaminasi m
ikroorganisme

6. Kondisi kandang dan lingkungan kerja yang bersih dan nyaman bagi peternak.

Sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang meliputi ke


bersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam r
angka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Kandang KEM
Pudak Farm menerapkan sistem sanitasi sebelum ternak masuk ke kandang
sehingga ternak yang dari luar dapat merasa nyaman saat memasuki kandang.

7
Selain itu setiap kotoran yang di hasilkan oleh ternak akan selalu di bersihkan
sehingga ternak tersebut tidak meniduri kotorannya sendiri. Beberapa hal yang da
pat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain lokasi kandang, konstruksi
bangunan kandang, kebersihan kandang dan kepadatan lalat. Penempatan kandang
sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah atau jarak minimal 10 meter dari rum
ah maupun dari bangunan umum lainnya seperti halnya di KEM Pudak Farm.
Selain itu bau yang di hasilkan tidak akan tercium atau mempengaruhi masyarakat
sekitar karna jaraknya yang jauh dari pemukiman.

Selain menerapkan sanitasi kandang kebersihan ternak juga merupakan su


atu hal yang sangat di perhatikan, karena segala penyakit seperti virus,bakteri dan
mikroba juga banyak menempel pada ternak sehingga juga di perlukan sanitasi pa
da ternak itu sendiri. Hal yang dapat di lakukan yaitu  salah satunya dengan cara
memandikan sapi. Badan sapi terutama pada bagian kulit, seringkali kotor akibat :
kulit ari yang mengelupas atau debu/ lumpur yang melekat bersama dengan kering
at dan lemak sapi. Kemudian yang selanjutnya yaitu langkah pemberian pakan, pa
kan yang di berikan pada ternak harus dalam keadaan steril atau sehat sehingga tid
ak mengandung kotoran atau penyakit, pakan yang baik tidak mengandung tanah
ataupun lumpur kotor,Hama ulat,Jamur/cendawan, Terkontaminasi logam seperti
Besi (Fe), Seng (Zn), dan lainnya.

3.2. Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease (FMD) pad
a ternak merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus genus Aphtovir
us, yakni Aphtaee epizootecae (virus tipe A) keluarga picornaviridae, yang bersifa
t akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah.
Ciri-ciri ternak terkena penyakit PMK
Hewan yang terserang PMK ditandai dengan suhu tubuh meningkat (dapat

mencapai 410 C), lesu/lemah, enggan berdiri, pincang, hipersalivasi, nafsu makan
berkurang, produksi susu menurun, bobot hidup berkurang, lepuh-lepuh pada bagi
an lidah, puting, bibir bagian dalam, gusi, kuku, dan tingkat kesakitan mencapai 1
00%.

8
Dalam suatu diagnosa biasanya terdapat suatu informasi tentang gejala pad
a penderita. Gejala dan dampak pada ternak yang terinfeksi penyakit ternak rumin
ansia memiliki beberapa perbedaan sesuai dengan jenisnya. Gejala dan dampak ya
ng umum ditemukan pada kondisi tubuh ternak berdasarkan tabel berikut.
No Jenis Ternak Gejala Umum Dampak
1 Sapi Demam, nafsu makan turun, hi Kurus, produksi
persaliva, radang pada mulut da susu menurun, k
n lidah, lepuh-lepuh pada kuku, eguguran, hingg
puting dan ambing (sapi betin a kematian
a).

2 kambing Demam, lepuh pada gusi, perm Biasanya ringan


ukaan lidah, dan diantara teraca
k kaki dan korona kuku.

3 Domba Lesu, pincang kaki, lepuh pada Sangat ringan


mulu, lidah dan gusi.

4 Babi Kepincangan, hipersaliva, lepu Keguguran pada


h pada kuku yang terkelupas, le babi betina, hin
puh pada moncong, mulut, putti gga kematian (b
ng, dan kulit ambing. iasanya pada ba
bi muda)

9
Penyakit ini dapat menyerang ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, d
omba, rusa), babi, unta, dan beberapa hewan liar. Penyakit mulut dan kuku (PMK)
kini tengah mewabah di Indonesia. Penyakit ini memang tidak menyerang manusi
a, tetapi menyerang ribuan hewan ternak di sejumlah wilayah Indonesia. Kasus ini
kembali muncul setelah Indonesia dinyatakan bebas PMK lebih dari tiga dekade la
lu. Kasus pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022, dan
telah mengalami peningkatan kasus rata-rata dua kali lipat setiap harinya. Menurut
laporan terkini dari Kementan, jumlah kasus hewan ternak yang terinfeksi PMK di
Jawa Timur sebanyak 3.205 ekor dengan angka kematian 1,5%. Sementara kasus
PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan 1 kasus kematian.

Gejala penyakit PMK pada setiap jenis hewan bervariasi. Namun secara u
mum, penyakit ini menunjukkan gejala: demam tinggi (mencapai 39°C) selama be
berapa hari, tidak mau makan dan terjadi luka/lepuh pada daerah mulut (termasuk
lidah, gusi, pipi bagian dalam dan bibir) dan keempat kakinya (pada tumit, celah k
uku dan sepanjang coronary bands kuku atau batas kuku dengan kulit). Luka/lepu
h juga bisa terjadi pada liang hidung, moncong, dan puting susu.

Virus FMD memiliki 7 serotipe, yaitu serotipe A, O, C, Asia 1, SAT1,


SAT2, dan SAT3. Untuk serotipe A, O, dan C disebut serotipe Euroasiatic,
sementara Asia1 adalah serotipe untuk wilayah Asia1 dan serotipe SAT adalah

10
untuk wilayah Afrika Selatan. Selanjutnya dalam satu serotipe, virus mempunyai
banyak subtipe (McLachlan & Dubovi 2017). Kemampuan proteksi silang akibat
infeksi atau vaksinasi dari serotipe atau subtipe terhadap serotipe ataupun subtipe
yang berbeda sangatlah rendah (Haskell 2014). Lebih lanjut,tingginya variasi
antigen virus FMD ini menjadi masalah besar dalam seleksi strain vaksin untuk
pengendalian wabah PMK. Oleh karena itu, vaksinasi dalam rangka pengendalian
penyakit yang efektif adalah melakukan vaksinasi menggunakan vaksin yang
mengandung virus yang homolog pada tingkat subtipe atau kesamaan imunologis
virus FMD dengan virus yang bersirkulasi di lapang atau penyebab wabah
penyakit di wilayah tersebut.Secara fisik virus FMD berbentuk icosahedral
symmetry dengan ukuran capsid (pembungkus RNA antara 25-30 nm. Capsid
virus Picorna tersusun oleh 60 subunit protein yang identik, masing-masing unit
mengandung 4 protein virus (VP1-4). Masing-masing protein VP1-3 mengandung
8-stranded β-barrel, seperti halnya dengan yang dimiliki oleh capsid virus lainnya.

Sapi yang terserang PMK, pada umumnya menunjukkan gejala mengeluar


kan air liur berlebihan (hiper salivasi) disertai busa (Soeharsono et al. 2010; OIE 2
019), dan Adjid, 1983 melaporkan pada sapi bali yang terinfeksi penyakit PMK m
emperlihatkan hipersalivasi dan berbusa, hewan lebih senang berbaring, luka/lepu
h berdarah pada mulut, pada seluruh teracak kaki dan suhu tubuh mencapai 40°C.
Pada sapi perah disamping gejala tersebut di atas, terjadi penurunan produksi susu.

Gejala klinis PMK pada hewan rentan sedikit bervariasi antar spesies hewan
dengan masa inkubasi penyakit berkisar antara 2-8 hari. Secara umum,gejala
klinis PMK adalah demam mencapai 39°Cselama beberapa hari, tidak nafsu
makan dan lesi-lesi pada daerah mulut dan keempat kakinya. Lesi-lesi dalam
bentuk lepuh-lepuh pada permukaan selaput lendir mulut, termasuk lidah, gusi,
pipi bagian dalam dan bibir. Pada kaki lesi akan terlihat jelas pada tumit, celah
kuku dan sepanjang coronary bands kuku. Lesi juga bisa terjadi pada liang
hidung, moncong, dan puting susu. Gejala klinis PMK pada babi lebih dominan
berupa lesi-lesi pada kaki/teracak kaki dan biasanya babi mengalami kelemahan.
Pada sapi perah disamping gejala tersebut di atas, terjadi penurunan produksi
susu, sedangkan pada domba, kambing dan rusa, lesi-lesi berupa lepuh-lepuh kecil

11
dan sulit dilihat sehingga diperlukan pengamatan yang teliti. Pada beberapa kasus,
gejala PMK dapat dikelirukan dengan penyakit busuk kuku atau foot rot.

Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transport
asi daging dan ternak terinfeksi. Penularan terjadi melalui

(1) kontak langsung antara hewan rentan/peka;

(2) kontak tidak langsung antar hewan rentan dan manusia, pakaian, sepatu, perala
tan kandang, kendaraan, limbah yang tercemar oleh virus (dari hewan yang terinfe
ksi),

(3) melalui udara (terutama babi yang terinfeksi banyak menyebarkan virus melal
ui udara dari aktivitas pernafasannya). Penyebaran melalui angin ini mencapai 60
km di wilayah darat dan 300 km di wilayah laut.

3.3. Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit PMK merupakan penyakit non-zoonosis karena tidak menular


dari hewan ke manusia. Akan tetapi, penyakit yang disebabkan oleh virus dari
kelompok Aphthovirus ini sangat cepat menyebar/menular dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada hewan ternak yang masih muda. Hal ini
tentu saja menyebabkan potensi kerugian ekonomi para peternak dan mampu
mengancam ketahanan pangan, khususnya pasokan daging dan susu nasional.

Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK ini tidak hanya pada
peternak yang mengalami penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, akan
tetapi kerugian secara nasional. Mengingat besarnya potensi kerugian ekonomi
yang dapat ditimbulkan oleh merebaknya PMK ini, maka sangat perlu upaya
edukasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanganannya. Pence
gahan penyakit PMK dapat dilakukan dengan cara biosekuriti berikut:

1) perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan


lalu lintas dan pelaksanaan surveilans,

2) pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan ya
ng kemungkinan kontak dengan agen PMK,

12
3) mendesinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang,
mobil, baju, dll.),

4) pemusnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terin
feksi, dan

5) Tindakan karantina.

Pencegahan dengan cara medis untuk daerah tertular dapat dilakukan dengan cara:

1) vaksinasi menggunakan vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant. Kekeba


lan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen y
ang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah,

2) meningkatkan  pengawasan lalu lintas ternak di wilayah darat dan laut, dan

3) pelarangan pemasukan ternak dari daerah tertular.

Pengobatan dan pengendalian penyakit PMK dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) pemotongan dan pembuangan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi,

2) kaki yang terinfeksi diterapi dengan chloramphenicol atau bisa juga diberikan l
arutan cuprisulfat,

3) injeksi intravena preparat sulfadimidine juga disinyalir efektif terhadap PMK,

4) selama dilakukan pengobatan, hewan yang terserang penyakit harus dipisahkan


dari hewan yang sehat (dikandang karantina terpisah dari kandang hewan sehat),

5) hewan tidak terinfeksi harus ditempatkan pada lokasi yang kering dan dibiarka
n bebas jalan-jalan serta diberi pakan cukup untuk meningkatkan sistem kekebala
n tubuhnya,

6) pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari se
lama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali sebagai
cara yang efektif untuk pencegahan PMK pada ternak sapi.

13
3.4. Pembuatan Jamu Sehat Untuk Sapi Potong

Jamu merupakan bahan tanaman obat (herbal) baik secara tunggal maupun
kombinasi yang diramu dan dikonsumsi untuk tujuan menjaga kesehatan dan men
yembuhkan penyakit pada ternak. Penggunaan rempah-rempah untuk ternak mam
pu meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh sehingga dapat meningkatka
n pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang sangat signifikan. Jamu ternak b
ermanfaat untuk meningkatkan kesehatan ternak, nafsu makan, pertumbuhan dan
produktivitas optimal, kesuburan, mengendalikan penyakit secara tidak langsung s
erta dapat mengurangi bau kotoran di sekitar kandang. Jamu ternak dibuat dari ber
bagai jenis tanaman obat yang ditumbuk dan dilarutkan dalam air, kemudian dimi
numkan kepada ternak. Untuk pengobatan ternak yang luka, sakit kulit atau terser
ang kutu, jamu ternak dibuat dalam bahan pelarut minyak kelapa, kemudian jamu
tersebut dioleskan pada bagian ternak yang sakit.  Fungsi dari meminumkan jamu
ternak ini adalah untuk penyembuhan penyakit pencernaan pada ternak, membasm
i cacing dan parasit pada saluran pencernaan ternak, dan menjaga kesegaran terna
k.

Dalam pembuatan jamu sapi, menggunakan bahan rempah-rempah berupa


tanaman herbal yang di yakini mampu meningkatkan nafsu makan, menyehatkan t
ernak dari penyakit serta menyembuhkan ternak. Bahan-bahan yang di gunakan u
ntuk pembuatan 30 liter jamu pada ternak berupa:

 Kencur 750 gram

 Bawang putih 750 gram

 Jahe 375 gram

 Lengkuas 375 gram

 Kunyit 375 gram

 Temulawak 375 gram

 Daun sirih 187,5 gram

 Kayu manis 187,5 gram

14
 Molases/Tetes/Gula 0,5 persen

 EM 4 10 ml/liter jamu
Langkah dalam pembuatan jamu pada ternak ialah;

1) Cuci bersih semua herbal yang akan digunakan, lalu haluskan dengan men
ggunakan blender atau ditumbuk. Saring herbal yang sudah digiling denga
n menggunakan kain, ulangi proses penyaringan sampai setidaknya 3 kali.
Air hasil saringan ditampung pada drum, lalu tambahkan air sampai 30 lite
r.
2) Tambahkan molases atau gula sebanyak 0,5 persen dari 30 liter atau seban
yak 150—200 gram. Tambahkan EM 4 sebanyak 10 ml/liter jamu atau seb
anyak 300 ml EM 4. Aduk rata campuran jamu, gula dan EM 4, tutup rapa
t dan diamkan selama 5—7 hari untuk mengoptimalkan proses fermentasi.
3) Lakukan pengadukan pada hari ke-2 dan 4 proses fermentasi untuk memas
tikan fermentasi berjalan optimal. Setelah 5 atau 7 hari, jamu ternak siap di
gunakan sebagai campuran air minum.
4) Untuk pencegahan, jamu ternak dapat dicampurkan dengan air minum den
gan perbandingan 1:5. Satu liter jamu dapat dicampurkan dengan 5 liter air
minum. Untuk pengobatan, jamu ternak dapat dicampurakan dengan air mi
num dengan perbandingan 1:3 atau 1:2. Satu liter jamu dicampurkan deng
an 2—3 liter air minum. Pemberian jamu ternak bisa diberikan 2—3 kali d
alam 1 minggu. Untuk pemberian setiap hari, jamu bisa diencerkan lagi de
ngan perbandingan 1:7 atau 1:10.

Dalam hal ini manfaat dari berbagai bahan-bahan yang di gunakan ialah;
a. Temulawak dapat mempercepat kerja usus halus sehingga mempercepat pe
ngosongan dalam lambung. Hal ini menyebabkan ternak merasa lapar dan
nafsu makan meningkat sehingga konsumsi pakan meningkat dan pertamb
ahan bobot badan meningkat.
b. Kunyit ,Senyawa yang terkandung dalam tanaman kunyit adalah senyawa
Kurkuminoid yang memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid keb
anyakan berupa  kurkumin yang mempunyai kegunaan sebagai anti oksida

15
n, anti inflamasi. Jika ditambahkan dalam  pakan/minum, kunyit diharapka
n dapat menigkatkan kerja organ pencernaan.
c. Jahe mengandung minyak atsiri, gingerol, zingeron, resin, zat pati, dan gul
a, rimpang dipakai sebagai obat batuk, antimual, dan dijadikan minuman p
engusir masuk angin dan kembung. Kandungan  gingerol zat anti radang.
Kandungan minyak atsirinya mampu menghangatkan tubuh sehingga mele
gakkan saluran pernapasan, meredakan batuk dan asma.
d. Kencur mengandung banyak zat dan senyawa kimia yang bermanfaat bagi
kesehatan. Di antaranya adalah pati, mineral, sineol, asam metilkanil, pent
adekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamfen, paraeumarin, asam anis
at, alkaloid, dan gom. Etip p-metoksisinamat merupakan komponen utama
dari kencur.
e. Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama allin. Allin 
secara enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase  menjadi senyawa berba
u khas yaitu allicin . Senyawa allicin  dikenal mempunyai daya antibakteri
al yang kuat. Dengan adanya allicin  inilah maka pertumbuhan kuman dap
at dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian ku
man.
f. EM4 ,Pemberian EM4 peternakan pada pakan dan minum ternak akan me
ningkatkan nafsu makan karena aroma asam manis yang ditimbulkan. EM
4 peternakan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman bagi ternak.
g. MOLASES/TETES ,sebagai bahan tambahan  pakan ternak dan merupaka
n sember energi esensial dengan kandungan gula didalamnya. Molasses  in
i banyak dimanfaatkan dan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup bai
k. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 % , serat kasar 0,6 %, B
ETN 83,5 %, Lemak Kasar 0,8 % dan abu 11,9 %.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesehatan ternak merupakan suatu hal dasar yang harus di sadari bagi
seorang peternak, karena kunci dari sebuah usaha pada bidang peternakan yang

16
pertama ialah kesehatan pada ternak. Hal ini di karenakan dengan sehatnya ternak
akan memberikan hasil yang maksimal serta meningkatkan kualitas pada ternak,
ternak yang sehat pun tidak akan menghasilkan keturunan yang baik dan
kurangnya tingkat penyebaran penyakit. Kesehatan ternak sendiri dapat di mulai
dari hal-hal yang mudah seperti sanitasi kandang dan jamu sehat yang di mulai
pemberikan pakan yang baik serta berkualitas, membersihkan kandang seperti
menyiram lantai, pemandian ternak setiap minggunya serta pengasapan untuk
mengurangi gigitan nyamuk dan hewan yang berbahaya. Pemberian jamu sehat
juga berdampak sangat baik pada ternak, hal ini di karenakan banyak sekali virus
serta penyakit yang berbahaya bagi ternak, dengan pemberian jamu sehat, akan
mengakibatkan ternak lebih nafsu makan sehingga ternak lebih sehat dan kuat
sangat terserang penyakit.

4.2. Saran

Dalam pemeliharaan ternak, pemilihan jenis ternak yang baik dan sehat
akan baik bagi pemeliharaan jangka panjang. Dan sebelum adanya ternak masuk
sanitasi kandang sangat di perlukan seperti penyemprotan kandang dengan
disenfektan. Dalam pemeliharaan pun kebersihan ternak harus terus di jaga seperti
pemandian pada tubuh ternak dan pemberian pakan yang berkualitas dan di suplai
dengan pemberian jamu sehat.

DAFTAR PUSTAKA

[OIE] Office des International Epizootis 2019a. Manual of Diagnotis test and
Vaccines for teristerial animals 2019.
Agus C,, E. Faridah. D. Wulandari dan B.H. Purwanto (2014). Peran Mikroba
Sebagai Starter dalam Dekomposisi Kotoran Ternak dan Perbaikan

17
Kualitas Pupuk Kandang. Jurnal manusia dan lingkungan. Vol 21, no. 2
juli 2014 : 179-187.

Benjelalai. 1984. Pengantar ilmu pangan; Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah mada
University Press. Yogyakarta
BPTP-Ungaran. (2000). Sanitasi kandang sapi perah Jawa Tengan : BPTP-
Ungaran
cacing dalam tubuh sapi hingga 73%.
dairyNZ (2015). Dairy Cow Housing – A Good Practise Guide for Dairy Housing
in New Zealand.
Kesmas. 2016. Sanitasi Kandang dan Ternak dan Peranannya pada
Perkembangbiakan - Lalat, Nyamuk, Malaria dan Flu Burung.
http://www.indonesian-publichealth.com/sanitasi-kandang/.
MacLachlan NJ, Dubovi EJ. 2017. Fenners Veterinery Virology. 5th ed. Elsevier.
Oxford (UK): The Boulevard ,Langford,Kidilighton.

Nursal, WS., Juwita, WS. 2006. Bioaktivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Eschericia coli
Dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis. Vol 2(2) : 64-66.
Pranamyaditya, C.D. (2016). Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pekerja Peternakan Sapi di PT X Cabang Kota Kediri. The Indonesia
jurnal of occupational safety and healthy, vol 5 dan 1 jan-jun 2016: 1-10

Shan, C. Y., & Y. Iskandar. (2018). Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Farmaka Suplemen. 16
(2): 548-553.
Stenfeldt, C., Diaz-San Segundo, F., de los Santos, T., Rodriguez, L. L., & Arzt, J.
(2016).The Pathogenesis of Foot-and-Mouth Disease in Pigs. Frontiersin
Veterinary Science,3,41.https://doi.org/10.3389/fvets.2016.00041

LAMPIRAN

1. Survey dan Diskusi Bersama Peternak Sapi Potong

18
2. Pengumpulan dan Pembersihan Kandang dari Feses Sapi Potong di D
esa Pudak

19
3. Melakukan Sosialisasi Mengenai Jamu Sehat

20
4. Pelatihan Pembuatan Jamu Sehat Untuk Sapi Potong

21
5. Pemberian Jamu Sehat Dengan Mencampurkan Kedalam Pakan

22
23
6. Pelatihan Pembuatan Kompos Dari Limbah Sapi Potong untuk Meng
atasi Penumpukan Feses yang Berada Disekitar Kandang

24
7. Melakukan IB Kambing di Desa Pudak

25
8. Mengunjungi Beberapa Kandang Peternak di Desa Pudak

26

Anda mungkin juga menyukai