Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR AGRIBISNIS

SUBSISTEM HULU USAHATANI JAGUNG

DOSEN MATA KULIAH PENGANTAR AGRIBISNIS


Intani Dewi, SPt, MSc, MSi

KELOMPOK 2 MAB D P2

Annisa Aulia Rahma J0310201069


Brilian Idha Fernanda J0310202322
Daru Kartika Aji J0310201117
Dita Puspitasari J0310201289
Eduard Sitepu J0310202339
Ivena Salcea J0310201017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan tentang Subsistem Agribisnis Hulu Komoditas
Jagung.
Kami berterimakasih kepada Ibu Intani Dewi, SPt, MSc, MSi selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Agribisnis yang telah membimbing kami
agar dapat menyelasaikan makalah ini, seluruh anggota kelompok yang
terlibat, dan pihak lainnya yang menjadi pendukung dalam penyelesaian
laporan ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kami dan pembaca. Akhir kata mohon
maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan dan dari segi isi
makalah. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

Bogor, 07 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................6

2.1 Input Pada Subsistem Agribisnis Jagung dan Pelaku Yang Terlibat ...............6

2.2 Kontinuitas Ketersediaan Input Subsistem Budidaya Komoditas Jagung........10

2.3 Resiko dan Ketidakpastian serta Upaya Mengatasi Resiko .............................11

2.4 Lembaga Penunjang Yang Berperan Dalam Subsistem Hulu .........................13

BAB III PENUTUP....................................................................................................16

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16

3.2 Saran .............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan


penting dan strategis dalam pembangunan nasional, jagung termasuk
dalam tanaman serelia atau biji-bijian yang dapat hidup pada iklim tropis
maupun subtropis. Jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan
tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan pakan dan industri, bahkan sudah
mulai digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi.
Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industry pangan dan
pakan di Indonesia maka terjadi peningkatan pula akan kebutuhan jagung
di dalam negeri. Oleh karena itu, produksi jagung dalam negeri perlu
ditingkatkan sehingga volume impor dikurangi bahkan ditiadakan
(swasembada jagung).
Permintaan jagung terus mengalami peningkatan sebagai dampak dari
berkembangnya industri perternakan. Hal ini dikarenakan jagung memiliki
kandungan energi, protein, dan gizi lain yang sesuai dengan kebutuhan
ternak terutama unggas. Peningkatan permintaan jagung oleh industri
pakan dan pangan menyebabkan permintaan jagung terus meningkat. Laju
peningkatan permintaan jagung lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan produksi jagung. Akibatnya harga jagung terus meningkat
dari tahun ketahun.
Apabila kebutuhan jagung terus meningkat maka dikhawatirkan akan
mematikan industri pangan dan pakan yang berbasis jagung karena
berkurangnya pasokan bahan baku. Oleh karena itu, kegiatan sektor
hirilisasi jagung perlu didorong agar terus tumbuh.
Dalam kegiatan Agribisnis, resiko dan ketidakpastian di bidang
pertanian bukan merupakan hal yang baru, karena pada kenyataannya
petani telah banyak mengambil keputusan yang berkaitan dengan resiko
dan ketidakpastian. Maksudnya adalah bahwa petani tidak mengetahui apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ketidakpastian dapat
diartikan sebagai suatu situasi pada suatu keadaan atau kejadian di masa
mendatang yang tidak dapat didudga secara pasti. Resiko dan ketidak
pastian menjadi masalah yang dapat menyebabkan sistem ekonomi
menjadi kurang efisien. Sebagai contoh, karena meningkatnya
ketidakpastian, petani tidak memberi pupuk pada takaran yang dianjurkan,
sehingga hasil yang dicapai rendah. Karena ketidakpastian, petani tidak
mau meningkatkan skala usahanya untuk efisiensi tenaga kerja dan
peralatan. Ketidakpastian juga berimplikasi pada tata laksana bagi petani.

1.2 Rumusan Masalah

a. Jelaskan jenis-jenis input subsistem agribisnis jagung dan para pelaku


yang terlibat
b. Jelaskan kontinuitas ketersediaan input yang dibutuhkan pada subsistem
budidaya komoditas jagung?
c. Apa saja resiko dan ketidakpastian pada subsistem hulu dan upaya yang
dilakukan untuk mengatasi resiko dan ketidakpastian pada subsistem hulu?
d. Apa saja lembaga penunjang (supporting system) yang berperan dalam
subsistem hulu komoditas jagung?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui jenis-jenis input subsistem agribisnis jagung, para


pelaku yang terlibat dan lembaga penunjang yang berperan pada subsistem
hulu komoditas jagung.
b. Untuk mengetahui resiko dan ketidakpastian yang terjadi pada subsistem
hulu dan upaya untuk mengatasi resiko dan ketidakpastian tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Input Pada Subsistem Agribisnis Jagung dan Para Pelaku Yang Terlibat

 Input pada subsistem agribisnis hulu komoditas jagung sebagai berikut,

1. Benih Tanaman Jagung

Pemilihan benih merupakan keputusan penting yang perlu dilakukan


dalam mengusahakan jagung karena di pasaran banyak beredar benih dan
petani sendiri sering memproduksi benih. Penggunaan varietas unggul
memiliki peran dalam peningkatan produktivitas yaitu produksi persatuan
luas dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Beberapa aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam memilih varietas, antara lain:

 Kesesuaian tanah dan iklim,

 Daya toleransi terhadap hama, penyakit, cekaman kekeringan,


kemasaman tanah.

 Pola tanam dan tujuan penanaman,

 Kesukaan (preferensi) petani terhadap karakter jagung seperti umur


tanaman, warna biji dan lain sebagainya.

2. Pupuk

Umumnya, untuk tanaman jagung, pupuk yang digunakan yaitu pupuk


tunggal. Adapun pupuk yang diperlukan oleh tanaman jagung adalah
sebagai berikut:

 Pupuk Urea dengan kandungan unsur Nitrogen (N)


 Pupuk SP-36 dengan kandungan Fosfor (F)
 Pupuk KCl dengan kandungan Kalium (K)
 Pupuk ZA
 Pupuk NPK sebagai pengganti alternatif yang mengandung Kalium (K)
3. Pestisida

Jenis-jenis pestidida yang dapat dihunakan untuk mengatasi serangga dan


jamur pada tanaman jagung yaitu,
 Carbofuran
 Folidol
 Azodrin
 Fungisida Score 250 EC
 Fungisida Anvil 50 SC
 Fungisida Sinergy 300 EC
 Fungisida Topsin 500 SC
 Fungisida Amistartop 325 SC
 Fungisida Tandem 325 SC

4. Lahan

Langkah-langkah dalam penyiapan lahan untuk melakukan usahatani


adalah sebagai berikut:
a) Penyiapan mulsa jerami

Langkah persiapan yang diperlukan adalah pembersihan lahan.


Bersihkan jerami sisa panen padi dari lahan dengan cara merajang atau
mencacahnya. Kemudian taburkan secara merata di atas permukaan lahan.
Jerami ini berguna sebagai mulsa penutup tanah.

b) Penyiapan drainase

Siapkan drainase di lahan yang akan digunakan. Drainase dibuat


berbentuk garis lurus dengan jarak antar ruas sekitar 2 meter. Tujuan
pembuatan drainase ini untuk membuang kelebihan air, karena tidak ada
pengolahan tanah, seperti peninggian bedeng tanam. Jangan sampai lahan
terendam air.
c) Pembersihan gulma

Gulma menjadi faktor yang cukup mengganggu dalam metode tanpa


olah lahan. Bila laha yang kita gunakan ditumbuhi gulma sebaiknya
terapkan pembersihan gulma dengan herbisida. Apabila gulmanya cukup
banyak, gunakan herbisida sistemik yang bisa membasmi gulma hingga ke
akarnya. Silahkan gunakan merek herbisida yang sesuai dengan kebutuhan
Anda (kami tidak menyebutkan merek) dan gunakan sesuai dengan takaran
yang dianjurkan.

Setelah 3 hari kontrol kembali lahan, apakah masih terdapat gulma atau
tidak. Bila masih terdapat gulma lakukan lagi penyemprotan. Seminggu
setelah penyemprotan herbisida, lahan siap untuk ditanami.

d) Pemupukan dan pengapuran

Bila bekas lahan yang digunakan kurang subur, bisa ditambahkan


penambahan pupuk organik. Boleh pupuk kompos atau pupuk kandang.
Pupuk ditaburkan dalam bentul larik, sesuai dengan baris lubang tanam.
Dosis pupuk organik untuk tanaman jagung sekitar 1,5-2 ton per hektar.
Bila perlu bisa lakukan pengapuran, cara menebarkan kapur sama dengan
pupuk dalam bentuk larikan. Dosis pengapuran sekitar 300-400 kg per
hektar.

5. Peralatan Pertanian

Peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung meliputi :


a) Cangkul
b) Parang
c) Sabit
d) Mesin panen jagung
e) Alat penyiang tanaman jagung
f) Alat tanam tugal
g) Alat tanam mekanis
h) Alat pemupukan dan tanam dengan tenaga penggerak traktor roda empat
6. Fasilitas lainnya

Fasilitas lainnya yang digunakan dalam usahatani adalah sebagai berikut:

a) Transportasi, yang merupakan prasarana pada kawasan pertanian untuk


memperlancar pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian,
dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat
penyimpanan, tempat pengolahan, atau pasar.

 Para pelaku yang terlibat dalam subsistem hulu komoditas jagung sebagai
berikut,

1. Sejumlah kecil perusahaan besar, seperti perusahaan yang


memproduksi pupuk anorganik, industri agrokimia yang memproduksi
pestisida, industri perbenihan dan industry mesin-mesin pertanian.

o Benih jagung bisa diperoleh dari perusahaan yang ada di Indonesia


seperti PT. Advanta Indonesia, PT. Dupont Indonesia, dan lain-
lain.
o Pupuk anorganik dapat diperoleh dari Jawa Timur yaitu PT. Damai
Agro Mandiri.
o Pestisida dapat diperoleh dari Mitra Kreasidharma
PT.[Bandung Baranch], PT. Mastalin Alindah, Jakarta.
o Mesin-mesin pertanian dapat diperoleh dari PT. Inter Agro, Jakarta.

2. Perusahaan kecil yang memproduksi input pertanian, seperti alat-alat


pertanian (cangkul, sabit, parang).

3. Pemerintah, kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap produk


agribisnis dengan menciptakan iklim usaha yang sehat dan kontinyu.
Kebijakan- kebijakan pemerintah adalah sebagai berikut;
o kebijakan harga

 Mengurangi ketidakstabilan harga dan pendapatan

 Memberikan manfaat kepada konsumen karena terjaminnya


penawaran dan mencukupi kebutuhan bahan baku industri
o kebijakan struktural

 Perbaikan prasarana pertanian

 Pengenalan teknologi pertanian

 Penyuluhan pertanian

 Pengusahaan alat-alat pertanian

o kebijakan perdagangan

 Tujuan: Memperlancar atau menghambat pemasaran komoditi


dari suatu wilayah ke wilayah yang lain.
 Kebijakan perdagangan merupakan suatu pembatasan yang
diberlakukan pada impor dan ekspor suatu komoditas.

4. Perorangan (Petani), input produksi diperoleh petani dengan cara


mengusahakan sendiri dengan tujuan meningkatkan nilai tambah.

2.2 Kontinuitas Ketersediaan Input Yang Dibutuhkan Pada Subsistem


Budidaya Komoditas Jagung.

1. Benih

 Upaya dalam menunjang kontinuitas ketersediaan benih unggul


bermutu tanaman buah disentra kawasan hortikultura.
 Salah satunya melalui penyelenggaraan pelatihan atau peyuluhan
pembenihan tanaman buah dalam rangka meningkatkan
keterampilan petani selaku penangkar benih buah.

2. Pupuk

 Pemilihan pupuk anorganik harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.

 Pemakaian (takaran) pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.

3. Hama

 Memberikan pestisida sesuai dengan kadar yang sesuai.

 Rajin membersihkan kebun/tanaman


2.3 Resiko dan Ketidakpastian Pada Subsistem Hulu dan Upaya Yang
Dilakukan Untuk Mengatasi Resiko dan Ketidakpastian Pada Subsistem
Hulu.

Dalam kegiatan usahatani terdapat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi


oleh para petani. Resiko yang dihadapi dalam melakukan usahatani jagung yaitu,

1. Resiko Produksi

Resiko produksi yang dialami oleh para usahatani jagung yaitu panen yang
gagal, mutu jagung yang tidak bagus, dan penyediaan input yang kurang
berkualitas. Hal-hal tersebut terjadi karena,
a) Bibit yang diperoleh tidak berkualitas.
b) Benih yang tidak sesuai dengan ukuran normal.
c) Pupuk yang kurang berkualitas sehingga pertumbuhan tanaman tidak sesuai
target dan tidak bisa bersaing dipasaran.
d) Hama dan tanaman penyakit yang menyerang tanaman jagung menyebabkan
tanaman jagung gagal panen.
e) Intensitas dan curah hujan yang tinggi.

2. Resiko Pasar

Resiko pasar yang dialami oleh para usahatani jagung yaitu,

a. Kurangnya kualitas produk yang dihasilkan

Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan yang


dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan
mulai dari prapanen sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik.

b. Berfluktuasi Harga

Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari


perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Pada saat musim produk
melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat
drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan
produksi, begitu juga dengan pedagang sulit dalam memperkirakan permintaan.

c. Kurangnya informasi mengenai pasar

Keterbatasan informasi pasar terkait dengan letak lokasi usaha tani yang
terpencil, pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data yang masih
kurang dan lain sebagainya. Di samping itu, dengan pendidikan formal
masyarakat khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan kemampuan
untuk mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat terbatas. Kondisi
tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan yang
matang. Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar dengan baik,
terutama kondisi makro.

3. Ketidakpastian Dalam Melakukan Usahatani Jagung

Ketidak pastian dalam melakukan usahatani jagung seperti, penurunan


kesuburan lahan, perubahan curah hujan (bulan basah dominan),
kekeringan/kekurangan air untuk kegiatan pertanian dan kemungkinan terjadinya
tanah longsor, erosi.

Upaya Menangani Resiko dan Ketidakpastian.

1. Penyelenggaraan pelatihan atau peyuluhan pembenihan tanaman buah


dalam rangka meningkatkan keterampilan petani selaku penangkar
benih buah.
2. Pemilihan pupuk anorganik harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
pemakaian (takaran) pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.
3. Memberikan pestisida sesuai dengan kadar yang sesuai dan rajin
membersihkan kebun/tanaman.
4. Melakukan penanaman jagun dengan sistem tumpang sari
5. Melakukan kebijakan structural untuk memperbaiki struktur produksi.
6. Meningkatkan pangsa pasar baik pasar domestic maupun pasar internasional.
7. Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pasca panen dan pemasaran
hasil pertanian jagung yang langsung dikelola oleh kelompok tani.
8. Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada
bidang pemasaran hasil pertanian jagung.
9. Meningkatkan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan dibidang pemasaran
hasil pertanian jagung.

2.4 Lembaga Penunjang (Supporting System) Yang Berperan Dalam


Subsistem Hulu Komoditas Jagung.

A. Perbankan

 Penunjang subsistem hulu:

Pada subsistem ini subsistem mendukung pendanaan atas penciptaan bibit


unggul dan penggunaannya oleh petani. Dari pendanaan oleh perbankan
selanjutnya dapat digunakan oleh para peneliti untuk pengembangan dan inovasi
atas bibit unggul yang masih kurang didalam budidaya buah naga. Selain itu
melalui pendanaan pula pihak perbankan bisa juga menyetujui pencairan dana
oleh petani yang kekurangan dana dalam input produksinya utamanya modal
untuk pembelian bibit maupun pengadaan peralatan dalam melakukan usahatani
jagung.

B. Transportasi

 Penunjang subsistem hulu

Perusahaan transportasi merupakan sebuah kunci atas distristribusinya faktor-


faktor produksi yang umumnya berskala besar separti traktor, maupun pupuk dan
bibit yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Kesemuanya tak mungkin dapat
digunakan apabila benda-benda itu tak dapat smapai ke petani untuk digunakan
dari pabrik sebagai penyedia.

C. Penelitian dan pendidikan

 Penunjang subsistem hulu


Di subsistem ini penelitian diutamakan pada pengadaan bibit unggul dan
bagaimana memproduksinya secara masal agar mampu digunakan secara luas oleh
petani. Apabila terlaksana maka pelaksanaan atas proses selanjutnya akan
terdorong. Di pihak pendidikan bisa dengan menyedikan tenaga yang mampu
menyediakan proses produksi melalui lulusannya.

D. Pemerintah

 Penunjang subsistem hulu

Peran pemerintah dalam penunjang subsistem hulu yaitu,

1. Memberikan Subsidi Pupuk

Langkah pemerintah membantu petani sangatlah nyata dengan diberikannya


subsidi terhadap kebutuhan pokok pertanian seperti subsidi pupuk secara langsung
dapat meringankan pengeluaran petani sehingga dalam biaya pembudidayaan bisa
ditekan seminimal mungkin.

2. Memberikan Bantuan Sarana dan Prasarana Pertanian

Pemerintah memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana pertanian,


bantuan ini bisa berupa benih, pupuk, pestisida, alsintan (alat mesin pertanian).

3. Memberikan Program Pelatihan

Selanjutnya yakni memberikan program berupa pelatihan bagi para petani,


peran pemerintah yang satu ini sering dilakukan karena dianggap penting. Tujuan
dari program pelatihan ini adalah memberikan ilmu dan meningkatkan
sumberdaya manusia khususnya untuk para petani. Seringkali program ini di isi
oleh para ahli ataupun oleh para petani yang berpengalaman.

4. Memberikan Permodalan
Paran serta pemerintah dalam membantu pengembangan usaha para petani
adalah dengan diberikannya permodalan. Permodalan ini ada yang bersifat
pinjaman dengan bunga rendah ataupun permodalan dengan hibah atau tanpa
pengembalian. Seperti saat ini, pemerintah memberikan modal kepada para petani
dengan cara KUR atau kredit usaha rakyak melalui kartu tani.
5. Memberikan bantuan lainnya
Yang kelima adalah memberikan bantuan yang bersifat pengembangan.
Seperti contohnya pemerintah memfasilitasi para petani memperoleh Perizinan,
memberikan studi kasus ataupun memfasilitasi untuk pengembangan sumberdaya.
Seperti contoh mengembangkan kawasan pangan lestari ataupun kawasan desa
organik.

E. Koperasi

 Penunjang Subsistem Hulu

1. Penyedia modal kerja melalui kegiatan simpan pinjam,


2. Penyedia sarana produksi pertanian, diantaranya ialah penyediaan benih,
pupuk, dan pestisida, serta alat-alat pertanian lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jagung sampai saat ini merupakan komoditi strategis kedua setelah


padi, karena dibeberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makakan
pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunya arti penting dalam
pengembangan industry hilir di Indonesia karena merupakan bahan baku
untuk industri pangan maupun industri pakan ternak. Dalam melakukan
kegiatan usahatani jagung, terdapat risiko dan ketidakpastian yang terjadi.
Beberapa resiko dan ketidakpastian yang terjadi dan upaya menangani
risiko dan ketidakpastian yang terjadi meliputi resiko produksi, resiko
pasar sehingga perlu beberapa upaya dalam menangani resiko dan
ketidakpastian tersebut.

3.2 SARAN

Subsistem hulu atau pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian


yang menjadi awal mula suatu usaha pertanian. Pentingnya memberi perhatian
lebih terkait dengan subsistem hulu atau agroinput pada usaha tani jagung maka
kita dapat memaksimalkan usaha tani tersebut dan menangani resiko serta
ketidakpastian dalam usahatani jagung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Scribd.com. Risiko dan Ketidakpastian Di Bidang Pertanian. Diakses pada


07 Oktober 2020.Dari https://www.scribd.com/doc/72864279/RISIKO-DAN-
KETIDAKPASTIAN-DI-BIDANG-PERTANIAN

Journal.ugm.ac.id. Analisis Ketidakpastian Dalam Memanfaatkan Lahan


Pertanian Di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka. Dari
https://journal.ugm.ac.id/mgi/article/download/32985/20697

Anda mungkin juga menyukai