KELOMPOK 2 MAB D P2
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan tentang Subsistem Agribisnis Hulu Komoditas
Jagung.
Kami berterimakasih kepada Ibu Intani Dewi, SPt, MSc, MSi selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Agribisnis yang telah membimbing kami
agar dapat menyelasaikan makalah ini, seluruh anggota kelompok yang
terlibat, dan pihak lainnya yang menjadi pendukung dalam penyelesaian
laporan ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kami dan pembaca. Akhir kata mohon
maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan dan dari segi isi
makalah. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.1 Input Pada Subsistem Agribisnis Jagung dan Pelaku Yang Terlibat ...............6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Input Pada Subsistem Agribisnis Jagung dan Para Pelaku Yang Terlibat
2. Pupuk
4. Lahan
b) Penyiapan drainase
Setelah 3 hari kontrol kembali lahan, apakah masih terdapat gulma atau
tidak. Bila masih terdapat gulma lakukan lagi penyemprotan. Seminggu
setelah penyemprotan herbisida, lahan siap untuk ditanami.
5. Peralatan Pertanian
Para pelaku yang terlibat dalam subsistem hulu komoditas jagung sebagai
berikut,
Penyuluhan pertanian
o kebijakan perdagangan
1. Benih
2. Pupuk
3. Hama
1. Resiko Produksi
Resiko produksi yang dialami oleh para usahatani jagung yaitu panen yang
gagal, mutu jagung yang tidak bagus, dan penyediaan input yang kurang
berkualitas. Hal-hal tersebut terjadi karena,
a) Bibit yang diperoleh tidak berkualitas.
b) Benih yang tidak sesuai dengan ukuran normal.
c) Pupuk yang kurang berkualitas sehingga pertumbuhan tanaman tidak sesuai
target dan tidak bisa bersaing dipasaran.
d) Hama dan tanaman penyakit yang menyerang tanaman jagung menyebabkan
tanaman jagung gagal panen.
e) Intensitas dan curah hujan yang tinggi.
2. Resiko Pasar
b. Berfluktuasi Harga
Keterbatasan informasi pasar terkait dengan letak lokasi usaha tani yang
terpencil, pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data yang masih
kurang dan lain sebagainya. Di samping itu, dengan pendidikan formal
masyarakat khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan kemampuan
untuk mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat terbatas. Kondisi
tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan yang
matang. Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar dengan baik,
terutama kondisi makro.
A. Perbankan
B. Transportasi
D. Pemerintah
4. Memberikan Permodalan
Paran serta pemerintah dalam membantu pengembangan usaha para petani
adalah dengan diberikannya permodalan. Permodalan ini ada yang bersifat
pinjaman dengan bunga rendah ataupun permodalan dengan hibah atau tanpa
pengembalian. Seperti saat ini, pemerintah memberikan modal kepada para petani
dengan cara KUR atau kredit usaha rakyak melalui kartu tani.
5. Memberikan bantuan lainnya
Yang kelima adalah memberikan bantuan yang bersifat pengembangan.
Seperti contohnya pemerintah memfasilitasi para petani memperoleh Perizinan,
memberikan studi kasus ataupun memfasilitasi untuk pengembangan sumberdaya.
Seperti contoh mengembangkan kawasan pangan lestari ataupun kawasan desa
organik.
E. Koperasi
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN