Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KEWIRAUSAHAAN

BUDIDAYA, PEMASARAN DAN ANALISIS USAHA TANI

SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

Dosen Pengampu : Tedy Herlambang, S.P., M.P

Nama Anggota Kelompok :

1. Sholeh Andika 18 141 0009


2. Dina Amalia 18 141 0021
3. Iwan 19 142 0001

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI DAN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Bersyukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan


segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan laporan Kewirausahaan “Budidaya,
Pemasaran Dan Analisis Usaha Tani Semangka (Citrullus vulgaris)” ini
dalam bentuk maupun isi nya yang sederhana.

Dalam penyusunan tugas ini, kami sampaikan terimakasih


kepada Dosen Pengampu Kewirausahaan yaitu Bapak Tedy
Herlambang, S.P., M.P yang telah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami akan menyelesaikan tugas
ini dengan maksimal dan tepat waktu.

Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengetahuan


yang kami miliki masih belum banyak. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat
membangun.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Probolinggo, 20 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

1.3 Tujuan.................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Tanaman Semangka............................................................... 4

2.2 Pemasaran.............................................................................................. 10

2.2 Analisis Usaha Tani Semangka.............................................................. 10

2.2 Perbandingan Budidaya dan Usaha Tani

di Kenya dan Indonesia ...................................................................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang tentunya sebagian besar


wilayahnya terdiri dari lahan pertanian dan sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian terus dituntut berperan
dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,
pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga
memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier
effect) yaitu keterkaitan input- output antar industri dan investasi, dampak
pengganda tersebut relatif lebih besar sehingga sektor pertanian layak
dijadikan sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian
juga menjadi andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan
melalui pengembangan usaha berbasis pertanian.

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh


merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari
daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan
pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia.
Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada
daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua
tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi
cepat.

Terdapat beberapa tempat yang membudidayakan semangka di daerah


Jawa Timur dan ada beberapa jenis yang diminati para petani atau konsumen.
Di di Jawa Timur yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok

1
yaitu: Semangka Lokal dan Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan
Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka tersebut
diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya: benih Yamato, Sugar
Suika, Cream Suika dan lainnya. Tanaman semangka dibudidayakan untuk
dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan
buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur.

Tanaman semangka termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan


semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi
rumah tangga maupun negara. Pengembangan budidaya komoditas ini
mempunyai prospek cerah karena dapat mendukung upaya peningkatan
pendapatan petani, pengentasan kemiskinan, perbaikan gizi masyarakat,
perluasan kesempatan kerja, pengurangan impor dan peningkatan ekspor
nonmigas (Rukmana, 2005).

Dari penanaman semangka tersebut dapat memberikan nilai tambah


yang lumayan bagi petani kecil, terutama petani yang biasanya hanya
menanam semangka. Hal ini selaras dengan kebijaksanaan pemerintah dalam
pengembangan tanaman hortikultura. Kebijaksanaan pemerintah dalam
pengembangan tanaman hortikultura di Indonesia antara lain bertujuan
untuk :

a. Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi dan


kualitas hortikultura.

b. Mendukung pengentasan kemiskinan dan pemenuhan gizi di


pedesaan.

c. Meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru di


bidang hortikultura.

d. Mencukupi kebutuhan produk hortikultura di dalam negeri dan


meningkatkan ekspor hortikultura (Prajnanta, 2003).

2
Semangka mempunyai daya tarik khusus karena buahnya yang berasa
segar, banyak mengandung air lebih kurang 92 persen. Walaupun nilai gizinya
termasuk rendah yaitu hanya mengandung 7 persen karbohidrat dalam bentuk
gula dan kandungan vitamin dan mineralnya pun tergolong rendah, namun
buah ini diminati konsumen karena rasanya yang segar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saya yang langkah-langkah dalam budidaya tanaman semangka?

2. Bagaimanakah usaha tani semangka?

3. Bagaimanakah pemasaran semangka?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam budidaya tanaman semangka

2. Untuk mengetahui usaha tani semangka

3. Untuk mengetahui pemasaran semangka

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Tanaman Semangka

a. Membersihkan dan membajak tanah

Menanam semangka dimulai dengan membersihkan dan membajak


tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kapur pertanian
sebanyak 1,5 ton/ha untuk pH tanah dibawah 6. Campur tanah dengan
pupuk kandang fermentasi sebanyak 1,5 ton/ha dan pupuk NPK
perbandingan 15:15:15 sebanyak 100 kg/ha. Kemudian dilakukan
pengadukan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan
tanah.

b. Membuat bedeng

Membuat bedeng dilakukan dengan cara mencangkul tanah


kemudian menaikkan tanah tersebut sehingga permukaan bedeng
menjadi lebih tinggi. Bedeng untuk menanam semangka dibuat selebar
lima meter, jarak antar bedeng adalah 60 cm serta tinggi bedeng adalah
40-60 cm.

Langkah selanjutnya, tanah di bagian tengah bedeng dibagi


menjadi dua bagian lalu diangkat ke tepi bedengan sehingga kedua tepi
bedeng akan membentuk tanah dengan lebar satu meter. Sehingga
dalam satu bedeng selebar lima meter terdapat dua bedeng tanam di
kanan dan kiri selebar satu meter. Kedua bedeng tanam tersebut dibuat
miring ke arah tengah. Pada titik tengah, pertemuan kedua bedeng
dibuat saluran air selebar 20 cm dengan kedalaman 10 cm.

4
c. Menutupi bedeng dengan mulsa plastik

Siapkan mulsa plastik dengan membuat lubang berdiameter 10 cm


dengan jarak yang sama dengan jarak tanam. Mulsa plastik ditutup di
atas bedeng. Pinggir mulsa dipasak dengan bilah bambu atau kawat.

d. Persiapan pembibitan

Persiapan pembibitan untuk menanam semangka membutuhkan


tempat semai benih untuk melindungi bibit muda. Sediakan media
semai dengan komposisi 10 liter pupuk kandang, 20 liter tanah, dan
150 gram pupuk NPK halus. Campur media tersebut lalu masukkan ke
dalam tempat semai.

Setelah menyediakan media semai, ikuti langkah untuk


menyiapkan bibit semangka sebagai berikut. Benih semangka
direndam selama 8-12 jam lalu ditiriskan. Masukkan benih ke dalam
kantong plastik ukuran 1 kg. Tiup dan ikat kantong plastik dengan
karet. Benih semangka akan berkecambah setelah tiga sampai empat
hari. Media semai disiram secukupnya. Benih terpilih yang sudah
muncul akan langsung disemai dalam polybag ukuran 1-1,5 cm.
Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari
penuh. Beri plastik transparan dengan salah satu ujung/pinggirnya
terbuka.

e. Pembuatan lubang tanaman

Pembuatan lubang tanaman dilakukan satu minggu sebelum


penanaman dengan kedalaman 8-10 cm dan berjarak 20-30 cm dari
tepi bedeng. Jarak antar lubang tanam semangka adalah sekitar 90-100
cm.

f. Menanam semangka

5
Bibit yang sudah tumbuh daun sejati sejumlah empat helai siap
dipindah ke lahan. Satu lubang tanam untuk satu bibit. Menanam
semangka sebaiknya dilakukan saat pagi hari sebelum jam 10.00 WIB
atau sore hari setelah jam 15.00 WIB untuk menghindari tanaman
mengalami stress tinggi akibat sengatan terik matahari.

g. Memberi pupuk untuk tanaman semangka

Pupuk untuk tanaman semangka adalah jenis NPK dengan


perbandingan 15:15:15 dan dosis dua sampai tiga gram per batang
tanaman. Pemberian pupuk disiram selama seminggu sekali. Ketika
tanaman sudah memasuki fase generatif, bisa diberikan pupuk KCl
dengan dosis dua hingga tiga gram per batang tanaman semangka.

h. Pemeliharaan Tanaman Semangka

Dalam pemeliharaan tanaman semangka, perlu diperhatikan hal-hal


penting. Berdasarkan buku “Petunjuk Teknis Budidaya Semangka”
yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, berikut
cara pemeliharaan tanaman semangka.

1) Penyulaman tanaman semangka Penyulaman tanaman semangka


dilakukan tidak lebih dari 10 hari dari penanaman tahap pertama.
Hal ini bertujuan agar pertumbuhan tanaman seragam. Bibit yang
terserang penyakit rebah (busuk) batang perlu dimusnahkan
kemudian permukaan tanahnya dibuang dan diganti dengan tanah
yang baru kemudian ditanam bibit sulaman.  Penyulaman tanaman
semangka paling lambat dilakukan umur 3 hari setelah tanam
(HST) sampai umur tanaman 10 hari. Tanaman semangka yang
sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan
pertumbuhannya menjadi tidak seragam. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap perawatan tanaman semangka serta
pengendalian hama penyakit ketika berumur dewasa.

6
2) Pemangkasan cabang Jika tanaman semangka terlalu banyak
cabang dan daun, maka akan menghambat pertumbuhan generatif.
Selain itu, apabila kondisi lingkungan lembap, maka tanaman akan
mudah terserang penyakit atau produksi rendah (buah kecil).
Cabang yang dipelihara hanya tiga sampai empat cabang utama per
tanaman agar ukuran buah semangka menjadi besar. Pemangkasan
titik tumbuh dilakukan tujuh hingga sepuluh hari setelah tanam
menggunakan pisau atau gunting steril. Bekas pangkasan tangkai
semangka disemprot dengan fungisida. Jika percabangan mencapai
tinggi 20 cm maka disisakan tiga cabang yang sehat dan kekar
untuk dipelihara sebagai cabang utama apabila akan memelihara
lebih satu buah per tanaman. BACA JUGA Tanihub Ekspor 14,5
ton Semangka ke Uni Emirat Arab

3) Penyerbukan buatan Penyerbukan buatan biasanya dilakukan mulai


minggu ke empat bulan kedua atau 21 hari setelah tanam sampai
minggu satu bulan ketiga atau 28 hari setelah tanam. Keuntungan
penyerbukan buatan adalah buah yang dihasilkan sempurna dan
populasi tanaman semangka dapat diatur Bunga betina yang dipilih
dimullai dari ruas daun ke-13 atau ke-14 untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan. Satu bunga jantan polinator hanya diserbukkan
pada satu bunga betina.

4) Penjarangan (seleksi) buah semangka Tiga sampai lima hari setelah


penyerbukan, dapat diketahui keberhasilan penyerbukan tersebut.
Ciri penyerbukan yang berhasil adalah bunga yang diserbuki
menjadi terbalik dan menghadap ke bawah supaya bakal buah
berkembang. Jumlah buah yang dipelihara tergantung pada
kebutuhan dan kondisi tanaman.

5) Pemberian serasah/jerami/alas buah Pemberian serasah/jerami


untuk alas buah berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma.

7
Buah yang tidak diberi alas berakibat pada bentuk yang tidak
normal dan mudah terserang penyakit. Pada musim hujan, alas
buah diganti dengan bilah bambu. Karena jerami basah dapat
menyebabkan perkembangbiakan penyakit tanaman.

6) Pengairan Tanaman semangka memerlukan banyak air, terutama


pada fase vegetatif. Pengairan pada fase generatif (muncul bunga)
perlu dikurangi. Saat tanaman mulai berbuah, pengairan ditambah
lagi dan dikurangi ketika fase pemasakan buah. BACA JUGA
Segudang Manfaat Buah Salak, Buah Asli Indonesia yang Baik
untuk Diet

7) Penyiangan tanaman semangka Penyiangan dilakukan dengan hati-


hati agar tidak terkena akar tanamans semangka.

8) Pupuk tambahan Pupuk tambahan yang diberikan pada tanaman


semangka pada umur 25 hari setelah tanam adalah pupuk daun dan
pupuk siram dengan kandungan nitrogen yang tinggi. Pupuk daun
yang digunakan adalah jenis multimikro dengan dosis 2 cc/liter dan
campuran ZA + NPK (15:15:15). Pupuk tersebut dicairkan dengan
perbandingan 1:1, yaitu 5 gram per liter air. Fase generatif dan
pembuahan dengan pemberian NPK 10 gram per liter dicairkan
dan disiramkan sebanyak 250 ml per lubang tanaman. Pada fase
pembesaran dan peningkatan kadar gula buah (45-55 hari setelah
tanam) diberikan tambahan pupuk KNO3 sejumlah 10-15 gram per
liter dan dicairkan. Siram pupuk sebanyak 250 ml pe rlubang
tanaman.

9) Pembalikan buah Pembalikan buah semangka dilakukan dua kali


seminggu. Warna kulit buah yang tidak pernah dibalik akan
menjadi putih kekuningan karena tidak terkena sinar matahari.

8
i. Panen Buah Semangka

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi umur panen buah


semangka. Merujuk pada buku “Petunjuk Teknis Budidaya
Semangka”, umur panen buah semangka bervariasi antara 65 hingga
85 hari setelah tanam, tergantung faktor genetika, klimat, serta
tindakan budidaya.

Penanaman semangka pada ketinggian 700-900 meter di atas


permukaan laut mempunyai umur panen yang lebih lama, yaitu sekitar
90 hingga 100 hari setelah tanam. Ciri-ciri buah semangka yang siap
panen adalah :

1) Warna dan tekstur kulit buah terlihat bersih, jelas, dan


mengkilat.

2) Sulur pada pangkal buah kecil dan telah berubah warna


menjadi cokelat tua dan mengering.

3) Suara buah bila diketuk dengan jari akan bersuara agak berat.

4) Tangkai buah mengecil hingga terlihat tidak sesuai dengan


ukuran buah.

5) Bagian buah yang terletak di atas landasan telah berubah warna


dari putih menjadi kuning tua.

Saat panen yang tepat adalah di pagi hari, karena proses


penimbunan zat makanan terjadi pada malam hari. Buah dipanen
dengan pemotongan pada bagian tangkai menggunakan pisau
dengan jarak tujuh sentimeter dari buah.

Panen buah semangka dilakukan bertahap dengan


mengutamakan tanaman yang sudah siap panen terlebih dahulu.
Buah yang dipanen dikumpulkan dalam keranjang dengan hati-hati
untuk mencegah cacat buah secara fisik.

9
2.2 Pemasaran

Kegiatan akhir dari sebuah usahatani adalah pemasaran. pemasaran


merupakan proses yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. pemasaran juga diartikan sebagai kegiatan penyaluran
barang dari produsen kepada konsumen. kegiatan penyaluran barang tersebut
tentunya melibatkan satu atau lebih lembaga pemasaran. lembaga pemasaran
yang terlibat membentuk suatu saluran pemasaran. lembaga pemasaran yang
terlibat pada pemasaran semangka terdiri dari 4 lembaga pemasaran yaitu
tengkulak, pedagang besar, pedagang pengecer dan eksportir. lembaga
pemasaran tersebut mendistribusikan semangka melalui 4 saluran pemasaran
sebagai berikut :

a. Petani – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen.


b. Petani – tengkulak – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen.

c. Petani – tengkulak – pedagang pengecer – konsumen.

d. Petani – eksportir – importir.

2.3 Analisis Usaha Tani Semangka

Analisis usaha tani ini dari Jurnal Lukman, Gema Iftitah Anugerah
Yekti2 pada tahun 2020 yang merupakan Usahatani Semangka Non Biji di
salah satu Desa di Kabupaten Situbondo.

a) Biaya Produksi Usahatani Semangka Non Biji

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh


petani dalam kegiatan produksi, komponen biaya adalah salah satu faktor
yang perlu mendapat perhatian bagi setiap pelaku ekonomi, termasuk
usahatani semangka non biji. Pada usaha pertanian semangka non biji,

10
biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri atas biaya tetap dan biaya
variabel.

Biaya total merupakan biaya yang diperoleh dari hasil biaya tetap
dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani semangka non biji. Biaya
total merupakan biaya yang dikeluarkan oleh para petani untuk
meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya memberikan keuntungan yang
lebih besar kepada para petani. Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh
petani semangka non biji di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih dapat
dilihat pada Tabel berikut.

Total Biaya Rata-rata Usahatani Semangka Non Biji Musim Tanam 1 (2017) dan
Musim Tanam 2 (2018) Perhektar Di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Situbondo

Keterangan Musim Tanam 1 (Rp) Musim Tanam 2 (Rp)

Biaya Tetap 14.906 14.906

 Pajak 498.791 541.602

 Penyusutan Alat 513.697 556.508

Biaya Variabel

 Biaya Faktor Produksi


1. Benih 4.250.016 4.375.000

2. Mulsa 2.833.958 3.295.300

3. Pupuk 3.017.842 3.017.841

4. Pestisida 2.105.502 2.263.981

Jumlah 12.207.318 12.952.122

 Biaya Tenaga Kerja 6.005.488 6.343.73

Total Biaya Variabel 18.726.503 19.295.875

11
Total Biaya 18.726.503 19.852.383

Rata-rata Kedua Musim 19.289.443

Sumber : Data Primer Diolah

Pada tabel, dapat diketahui bahwa jumlah total biaya rata-rata


usahatani semangka non biji musim tanam II tahun 2018 di Desa
Sumberejo dapat diketahui bahwa jumlah total biaya rata-rata usahatani
semangka non biji musim tanam II perhektar di Desa Sumberejo mencapai
Rp. 19.852.383,-. Total biaya tersebut diperoleh dari jumlah biaya tetap
dan biaya variabel petani semangka non biji selama satu musim yang
bervariasi dari keseluruhan petani responden, dimana rata-rata total biaya
tetap yang diperoleh selama satu musim perhektar adalah sebesar Rp.
556.508,- yang dikeluarkan oleh seluruh petani semangka non biji di Desa
Sumberejo, sedangkan rata-rata total biaya variabel perhektar yang
dikeluarkan selama satu musim adalah sebesar Rp. 19.295.875,- yang
dikeluarkan oleh seluruh petani semangka non biji di Desa Sumberejo.

Sedangkan total biaya usahatani semangka non biji rata-rata dari


kedua musim di Desa Sumberejo mencapai Rp. 19.289.443,-. Total biaya
rata-rata tersebut diperoleh dari biaya tetap dan biaya variabel rata-rata
dari kedua musim tanam yang dilakukan petani semangka non biji di Desa
Sumberejo.

Dapat disimpulkan bahwa total biaya usahatani semangka non biji


di Desa Sumberejo pada musim tanam I (2017) ddan musim tanam II
(2018) dihasilkan jumlah total biaya yang lebih besar dikeluarkan oleh
petani berada pada musim tanam II yaitu pada tahun 2018. Hal tersebut
terjadi disebabkan oleh lebih tingginya total biaya yang dikeluarkan petani
pada musim tanam II daripada musim tanam I untuk melakukan usahatani
semangka non biji baik dari biaya tetap maupun biaya variabel pada lahan
tanam yang sama milik petani. Tingginya biaya pada musim tanam II
karena harga sarana produksi dipasaran naik seperti benih, mulsa dan

12
pestisida. Selain itu jumlah penggunaan juga ditingkatkan meskipun tidak
terlalu banyak, hal tersebut dirasa perlu dilakukan oleh petani untuk
meningkatkan hasil yang diperoleh dari usahatani semangka.

b) Pendapatan Usahatani Semangka Non Biji

Pendapatan diperoleh dari perhitungan selisih antara penerimaan


dan biaya produksi. Jika nilai yang diperoleh adalah positif maka usaha
tersebut memperoleh pendapatan dan jika nilai yang diperoleh adalah
negatif maka usaha tersebut mengalami kerugian maka untuk memperoleh
pendapatan maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya
(Soekartawi, 2011). Adapun besarnya pendapatan petani semangka non
biji di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo
dapat dilihat pada Tabel berikut.

Pendapatan Usahatani Semangka Non Biji Musim Tanam I (2017) dan Musim
Tanam II (2018) Perhektar Di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih Kabupaten
Situbondo

Keterangan Penerimaan Total Biaya Pendapatan


(Rp) (Rp) (Rp)

MT I 65.068.569 18.726.503 46.342.067

MT II 86.964.571 19.852.383 67.112.189

Rata-rata 76.016.570 19.289.443 56.727.128

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata


usahatani semangka non biji musim tanam II tahun 2018 di Desa
Sumberejo mencapai Rp. 67.112.189,-. Pendapatan tersebut diperoleh dari
pengurangan penerimaan dengan jumlah total biaya keseluruhan petani
pada musim tanam II perhektar di Desa Sumberejo, dimana penerimaan
rata-rata yang diperoleh keseluruhan petani perhektar sebesar Rp.
86.964.571,- yang diterima oleh seluruh petani semangka non biji.

13
Sedangkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan seluruh petani perhektar
sebesar Rp. 19.852.383,- yang dikeluarkan oleh seluruh petani semangka
non biji.

Sedangkan pendapatan usahatani semangka non biji rata-rata dari


kedua musim tersebut mencapai Rp 56.727.128,-. Pendapatan tersebut
diperoleh dari pengurangan penerimaan dengan jumlah total biaya petani
semangka non biji rata-rata dari kedua musim tersebut perhektar di Desa
Sumberejo, dimana penerimaan rata-rata dari kedua musim tersebut
perhektar sebesar Rp. 76.016.570,-. Sedangkan total biaya rata-rata dari
kedua musim tersebut perhektar sebesar Rp. 19.289.443,- yang
dikeluarkan oleh seluruh petani semangka non biji. Pendapatan adalah
hasil keuntungan bersih yang diterima petani yang merupakan selisih
antara penerimaan dan biaya produksi.

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan usahatani semangka non biji


di Desa Sumberejo pada musim tanam I (2017) ddan musim tanam II
(2018) dihasilkan jumlah pendapatan yang lebih besar diterima oleh petani
berada pada musim tanam II yaitu pada tahun 2018. Hal tersebut terjadi
disebabkan oleh lebih tingginya pendapatan yang diterima petani pada
musim tanam II daripada musim tanam I untuk melakukan usahatani
semangka non biji, sebab dari kedua musim tersebut nilai penerimaan
usahatani semangka non biji lebih tinggi pada musim tanam II karena
produksi dan harga jual semangka tinggi sedangkan total biaya yang
dikeluarkan hanya memiliki selisih yang tidak terlalu besar.

c) Efisiensi Usahatani Semangka Non Biji

Return cost ratio adalah suatu usaha untuk mengetahui tingkat


efisiensi dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani. Suatu usaha
dinyatakan efisien atau masih dalam tingkat layak bila nilai R/C ratio bila
lebih dari satu, semakin besar nilai R/C ratio semakin besar tingkat

14
efisiensinya. Analisa R/C Ratio usahatani semangka non biji adalah analisa
untuk mengetahui efisiensi usahatani semangka non biji efisien atau tidak.

R/C Ratio Rata-rata Usahatani Semangka Non Biji Musim Tanam I (2017) dan
Musim Tanam II (2018) Perhektar Di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Situbondo

Keterangan (Rata-rata) Nilai

MT I 3,47

MT II 4,38

Rata-rata 3,93

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa efisiensi rata-rata usahatani


semangka non biji pada musim tanam II perhektar berdasarkan
penghitungan R/C Ratio di Desa Sumberejo mencapai 4,38. Sedangkan
efisiensi usahatani semangka non biji rata-rata dari kedua musim tersebut
perhektar berdasarkan penghitungan R/C Ratio di Desa Sumberejo
mencapai 3,93. Sedangkan usahatani semangka non biji rata-rata dari
kedua musim tersebut di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih efisien
dan menguntungkan untuk diusahakan. Faktor pendorong yang
mengakibatkan R/C Ratio usahatani semangka non biji rata-rata dari kedua
musim tersebut efisien sampai 3,93 adalah besarnya penerimaan yang
diperoleh, harga semangka non biji yang cukup tinggi serta jumlah
produksi semangka non biji yang relatif tinggi sehingga menyebabkan
tingginya penerimaan usahatani semangka non biji rata-rata dari kedua
musim tersebut. Maka setiap penambahan 1 rupiah biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan usahatani semangka non biji rata-rata dari kedua musim
tersebut akan menghasilkan penerimaan usaha sebesar Rp. 3,93,-.

Dapat disimpulkan bahwa efisiensi usahatani semangka non biji di


Desa Sumberejo pada musim tanam I (2017) ddan musim tanam II (2018)

15
dihasilkan jumlah efisiensi yang lebih besar berada pada musim tanam II
yaitu pada tahun 2018. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh nilai
penerimaan usahatani semangka non biji lebih tinggi pada musim tanam II
karena produksi dan harga jual semangka tinggi sedangkan total biaya
yang dikeluarkan hanya memiliki selisih yang tidak terlalu besar.

Usahatani semangka non biji memiliki nilai R/C Ratio sangat besar
artinya bertanam semangka dapat memberikan keuntungan yang besar
apabila di tanam yang tepat yaitu saat permintaan tinggi di Situbondo dan
biasanya pada saat musim kemarau, namun demikian perlu kiranya petani
harus mempersiapkan pemasaran dengan baik. Pada saat panen raya terjadi
penurunan harga semangka sehingga petani merugi, petani perlu
memahami kapan harus menanam komoditi ini, mengingat umur panennya
yang sangat singkat (58-60 hari).

d) Kelayakan Usahatani Semangka Non Biji

Soekartawi (2011), menyatakan bahwa analisis ratio keuntungan


atas biaya (B/C Ratio) merupakan salah satu cara untuk mengetahui
perbandingan antara keuntungan dan biaya yang dikeluarkan. Analisis
B/C Ratio digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani semangka
non biji yang ada di Desa Sumberejo sehingga peneliti mengetahui
apakah usaha tersebut layak untuk dikembangkan

Untuk hipotesa yang ketiga yaitu agar dapat mengetahui


kelayakan usahatani semangka non biji layak atau tidak tidak untuk
dikembangkan di masa yang akan datang maka diperoleh melalui analisis
B/C ratio yaitu pembagian antara total pendapatan (Benefit) dan total
biaya (Cost). Untuk analisis tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

B/C Ratio Rata-rata Usahatani Semangka Non Biji Musim Tanam I (2017) dan
Musim Tanam II (2018) Perhektar Di Desa Sumberejo Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Situbondo

16
Keterangan (Rata-rata) Nilai

MT I 2,47

MT II 3,38

Rata-rata 2,93

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa kelayakan rata-rata usahatani


semangka non biji pada musim tanam I perhektar berdasarkan
penghitungan B/C Ratio di Desa Sumberejo mencapai 2,47. Kelayakan
rata-rata usahatani semangka non biji pada musim tanam II perhektar
berdasarkan penghitungan B/C Ratio di Desa Sumberejo mencapai 3,38.
Sedangkan kelayakan usahatani semangka non biji rata-rata dari kedua
musim tersebut perhektar berdasarkan penghitungan B/C Ratio di Desa
Sumberejo mencapai 2,93.

Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani semangka non biji rata-


rata dari kedua musim tersebut di Desa Sumberejo Kecamatan
Banyuputih layak untuk diusahakan. Faktor pendorong yang
mengakibatkan B/C Ratio usahatani semangka non biji rata-rata dari
kedua musim tersebut layak sampai 2,93 adalah besarnya pendapatan
yang diperoleh, harga semangka non biji yang cukup tinggi serta jumlah
produksi semangka non biji yang relatif tinggi sehingga menyebabkan
tingginya pendapatan usahatani semangka non biji. Maka setiap
penambahan 1 rupiah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani
semangka non biji rata-rata dari kedua musim tersebut akan
menghasilkan keuntungan usaha sebesar Rp. 2,93,-.

2.4 Perbandingan Budidaya dan Usaha Tani di Kenya dan Indonesia

a) Cara mendapatkan benih

Cara mendapatkan benih di Indonesia yaitu dengan membeli di


toko pertanian dan juga toko online. Berdasarkan pada sumber Jurnal

17
Lukman, dkk pada tahun 2020, biaya benih per-hektare yaitu Rp.
4.250.016. Sedangkan cara mendapatkan benih berkualitas di Kenya
yaitu di toko Kenya Seeds Company dan Simlaw Seeds Company. Harga
500 gram benih yaitu Ksh 12.500 atau sekitar Rp. 1.592.125 dan bisa
digunakan untuk luasan lahan 1 Hektar.

b) Memilih varietas yang tepat

Menurut Dinas Pertanian Yogyakarta, di Indonesia Terdapat


puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia
varietas yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan, Semangka Batu
Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor
(dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya:
benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.

Menurut Bapak Robert Musyaki, di Kenya terdapat varietas yang


dikenal dengan nama Sweet Rose yang merupakan pilihan terbaik bagi
Petani karena sangat tahan terhadap penyakit dan hama. Varietas lain
yang banyak di diminati di Kenya antara lain Sugar-Baby, Jubilee dan
Congo.

c) Berapa lama untuk panen?

Di Indonesia umur panen Semangka yaitu 70-100 hari setelah


penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan
batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).
Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid,
maupun jenis buah berbiji).

Di Kenya umur panen Semangka yaitu 80-100 hari. Ciri-ciri nya


yaitu melihat buah Semangka apakah ada bercak kuning di bagian yang

18
menempel ke tanah. Cara lain untuk memeriksa kematangan buah
Semangka adalah dengan memukul buah, jika terdengar suara yang
tumpul maka tandanya buah sudah matang.

d) Bisakah menanam Semangka di area rumah?

Salah satu syarat tumbuh tanaman Semangka di Indonesia yaitu


suhu optimal ± 25 derajat C (siang hari) dan seluruh areal pertanaman
semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu
panen. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous
(sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang
terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.

Sedangkan di Kenya, syarat tumbuh tanaman Semangka yaitu


Semangka tumbuh baik di daerah Pantai yang sedang panas dan dataran
kering. Semangka tumbuh baik di daerah tanah kapas hitam (seperti
Kitengela) jika di tanam di bawah irigasi tetes.

e) Tantangan yang harus di waspadai

Di Indonesia tantangan membudidayakan Semangka yaitu hama


dan penyakit yang menyerang tanaman Semangka. Hal ini berkaitan
dengan Pestisida, dimana Petani harus menemukan Pestisida yang tepat
untuk mengendalikan hama dan penyakit.

Di Kenya, budidaya Semangka memiliki tantangan yang cukup


besar. Salah satunya yaitu menemukan pestisida yang tepat dan fungisida
seelalu menjadi tantangan.

f) Berapa banyak anggaran yag dibutuhkan?

Kenya Indonesia

Benih Rp. 1.592.125 Rp. 4.250.016

19
(Ksh 12.500)

Tenaga Kerja Rp. 1.272.920 Rp. 6.005.488

(Ksh 10.000)

Pupuk Rp. 318.230 Rp. 3.017.842

(Ksh 2.500)

Di Kenya, lahan satu hektar bisa menghasilkan 45.000 kg. Setiap


Kilogram dijual dengan harga di tingkat Petani yaitu Rp. 1.272 – Rp.
1,909 (Ksh 10 – Ksh 15). Singkatnya, kita berbicara tentang kembalinya
minimal Rp. 57.284.601 (Ksh 450.000).

Sedangkan di Indonesia, lahan satu hektar bisa menghasilkan


40.668 kg. Harga per-kilogram yaitu Rp. 1.600. Sehingga penerimaan
yang di dapatkan yaitu Rp. 65.068.569.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tahapan Budidaya Tanaman Semangka yaitu membersihkan dan


membajak tanah, membuat bedeng, menutupi bedeng dengan mulsa
plastik, persiapan pembibitan, pembuatan lubang tanaman, menanam
semangka, memberi pupuk untuk tanaman semangka, pemeliharaan
Tanaman Semangka dan panen Buah Semangka. Kegiatan akhir dari
sebuah usahatani adalah pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat
pada pemasaran semangka terdiri dari 4 lembaga pemasaran yaitu
tengkulak, pedagang besar, pedagang pengecer dan eksportir.

Berdasarkan analisis usahatani, budidaya tanaman semangka


menghasilkan pendapatan yang tinggi. Budidaya semangka juga efisien
dan layak untuk dikembangkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Meningkatkan pendapatan dengan budidaya semangka pada


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74409/meningkatkan-
pendapatan-dengan-budidaya-semangka/

Dinas Pertanian Yogyakarta. 2000. SEMANGKA (Citrullus vulgaris) pada


http://distan.jogjaprov.go.id

Laily, I.N. 2021. Cara Menanam Semangka, dari Pembibitan, Pemeliharaan, dan
Panen pada https://katadata.co.id/iftitah/berita/61778e0ccd142/cara-
menanam-semangka-dari-pembibitan-pemeliharaan-dan-panen

Lukman, Yekti G.I.A. 2020. ANALISA KELAYAKAN USAHATANI


SEMANGKA NON BIJI DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN
BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO. Jurnal Ilmiah Vol 18 No 2

Musleh, E., Mayangsari, A. 2019. ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI


SEMANGKA (STUDI KASUS DI DESA JANGKAR, KECAMATAN
JANGKAR, KABUPATEN SITUBONDO). Jurnal Ilmiah Vol 17 No 2

Anda mungkin juga menyukai