Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MAMANINGEUN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair
Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun Diniah S.KM

Disusun oleh :
Kelompok 2

Elina Haqie CMR0180040


Fazrin Amarsyah CMR0180010
Gita Septi CMR0180013
Hany Noviyanti CMR0180042
Icka Irma CMR0180043
Inggit Nurpaidah CMR0180044
Melia Puspita Sari CMR0180081

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengelolaan Limbah Cair Industri Tahu”. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan limbah cair.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Bibit Nasrokhatun Diniah
S.KM selaku dosen mata kuliah Pengelolaan limbah cair yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kuningan, januari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3. Tujuan ................................................................................................. 3
1.4. Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
2.1 Industri Tahu ........................................................................................ 4
2.2 Jenis-jenis Limbah Industri Tahu ......................................................... 4
2.3 Karakteristik Limbah Cair Tahu ......................................................... 5
2.4 Baku Mutu Air Limbah Tahu ............................................................... 6
2.5 Dampak Limbah Tahu.......................................................................... 6
2.6 Pengolahan Limbah Tahu .................................................................... 7
2.6.1 Gambaran Pengolahan Limbah Tahu Mamaningeun ................. 7
2.6.2 Mekanisme Pengolahan Limbah Cair Tahu Yang Baik ............. 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahu merupakan salah satu produk pangan yang diolah dengan kedelai yang
sangat dikenal di indonesia. Bahan olahan ini mejadi salah satu makanan favorit
bagi masyarakat indonesia. Tahu memiliki kandungan protein nabati yang
tinggi dan cendrung dikonsumsi sebagai makanan pengganti protein hewani
untuk memenuhi kebutuhan gizi. Selain itu, tahu termasuk makanan yang
tergolong cukup teerjangkau oleh masayarakat indonesia dan pembuatan tahu
juga cukup sederhana.
Usaha tahu di Indonesia menjadi salah satu usaha yang digemari,
dikarenakan pembuatan tahu dilakukan dengan cara atau teknologi yang
sederhana. Oleh sebab itu, industri tahu mengalami perkembangan yang cukup
pesat pada industri skala kecil maupun industri skala menengah. Industri tahu
saat ini di Indonesia khususnya di Pulau Jawa terdapat 86.400 unit dengan
kapasitas produksi mencapai lebih dari 2,56 juta ton per tahun. Meningkatnya
jumlah industri tahu menjadikan timbulnya permasalahan kepada lingkungan.
Perkembangan industri tahu tidak diiringi dengan kesadaran lingkungan
terhadap limbah yang dihasilkan. Industri tahu berskala kecil dan menengah
khususnya di Yogjakarta masih banyak yang belum melakukan penanganan
terhadap limbah cair yang dihasilkan. Industri tahu ini membuang limbah cair
mereka di sungai, sehingga banyak industri tahu dibangun dekat badan air atau
sungai. Sebagian masyarakat menganggap bahwa industri kecil tidak dapat
mempengaruhi kualitas lingkungan. Selain itu, tingkat kesadaran dan
pemahaman dari para pelaku industri terhadap penanganan limbah masih kecil
(Ariani, 2011).
Proses produksi tahu membutuhkan air yang sangat banyak, sehingga
volume limbah cair yang dihasilkan cukup besar. Besar volume dari limbah cair
yang dihasilkan menjadi permasalahan dari industri tahu. Menurut (Pamungkas
& Slamet, 2017), Limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, 2

1
pengpresan, dan pencetakan tahu. Dalam limbah cair industri tahu terdapat
bahan organik seperti COD dan BOD yang terkandung dengan kadar yang
tinggi. Apabila limbah tersebut dialirkan ke sungai tanpa adanya pengolahan
terlebih dahulu, akan menyebabkan terjadinya pencemaran pada sungai. Dan
bila sungai tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan
aktivitas warga sekitar dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare,
gatal – gatal, radang usus, diare, kolera dan penyakit lainnya (Kaswinarni,
2007).
Tingginya volume limbah dan kadar bahan organik yang dihasilkan akan
berdampak pada beban pencemaran yang diterima oleh sungai. Tingginya
beban pencemaran dapat mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan
dalam memulihkan masuknya bahan pencemar. Apabila beban pencemaran
sebenarnya lebih besar dibandingkan beban pencemaran maksimum, berarti
kapasitas proses pendegradasian bahan organik dalam air yang dapat terurai
secara alami sudah sangat terbatas (Sahubawa, 2008)
Peningkatan tingkat pencemaran disebabkan karena Tingkat kesadaran dari
para pemilik industri tahu dan kemampuan finansial yang kurang memadai
(Zannah, 2017). Sehingga hal ini menjadi kendala dalam penanganan limbah
tahu. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengatasi permasalahan
limbah industri tahu. Salah satunya adalah dengan menerapkan konsep produksi
bersih (cleaner production) untuk meminimisasi limbah yang dihasilkan dalam
industri tahu.

Penerapan produksi bersih pada Industri tahu menjadi suatu hal yang harus
diterapkan, meskipun industri tersebut berskala kecil. Dengan adanya
pendekatan produksi bersih pada industri tahu diharapkan dapat mengurangi
dan meminimasi limbah tahu yang dihasilkan. Dan juga meningkatkan kualitas
produk dari tahu, penghematan energi, dan peningkatan terhadap keuntungan
yang dihasilkan bagi industri.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini antara lain :

1. Apa Definisi Industri Tahu?


2. Apa Saja Jenis-jenis Limbah Industri Tahu?
3. Bagaimana Karakteristik Limbah Cair Tahu?
4. Bagaimana Baku Mutu Air Limbah Tahu?
5. Bagaimana Proses Pengolahan Limbah Tahu Mamaningeun?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk penelitian ini yaitu untuk mengetahui sumber air limbah di pabrik tahu dan
cara pengolahaannya.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Industri Tahu
2. Mengetahui Jenis-jenis Limbah Industri Tahu
3. Mengetahui Karakteristik Limbah Cair Tahu
4. Mengetahui Baku Mutu Air Limbah Tahu
5. Mengetahui Pengolahan Limbah Tahu Mamaningeun

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi industri kecil tahu di Kota
Kuningan untuk menerapkan produksi bersih, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi produksi dan meminimalisir limbah yang dihasilkan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Industri Tahu


Industri Pengolahan Tahu merupakan kegiatan yang melakukan
pemanfaatan kedelai sebagai bahan baku utama dalam menghasilkan tahu
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2014). Adapun pada pembahasan ini kami
melakukan kunjungan dan observasi pada industri tahu mamaningeun yang
terletak di Jl. Veteran, Kuningan, Kec. Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat 45511.
2.2 Jenis-jenis Limbah Industri Tahu
Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi
tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga
tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair
dan limbah padat. Limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi
mencemari lingkungan. Limbah ini terjadi karena adanya sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan
yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuningan yang dapat menimbulkan
bau tidak sedap bila dibiarkan (Nohong, 2010).
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk
limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan
tahun berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan
benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai
yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal
dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat
yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan
limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur
kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari
produk tahu yang dihasilkan (Kaswinarni, 2007).
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan

4
pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan
tahu yang disebut dengan air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang
tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan (Kaswinarni, 2007).
2.3 Karakteristik Limbah Cair Tahu
Karakteristik limbah cair Industri Tahu, adalah sebagai berikut:
1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical oxygen demand (BOD) merupakan parameter untuk menilai
jumlah zat organik yang terlarut (Metcalf, dan Eddy, 2003).
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical oxygen demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh oksidator dalam mengoksidasi material organik maupun
anorganik (Metcalf, dkk, 2003).
3. Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid (TSS) merupakan padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, dan tidak dapat mengendap langsung (Effendi Hefni, 2003).
4. Derajat Keasaman (pH)
Air limbah industri tahu bersifat asam, sehingga terjadi pelepasan zat-zat
yang mudah menguap, dan mengeluarkan bau busuk (Adibroto, T., 1997).

5
2.4 Baku Mutu Air Limbah Tahu
Air limbah Industri Tahu dapat dialirkan ke badan sungai apabila telah
memenuhi standar yang diatur Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2014 mengatur Tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
Tahu, pada Tabel sebagai berikut:
Baku Mutu Air Limbah Industri Tahu
Pengolahan Kedelai
Parameter
Kadar* (mg/l) Beban (kg/ton)
BOD 150 3
COD 300 6
TSS 200 4
Ph 6-9
Kuantitas air limbah paling tinggi
20
(m3/ton)
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup, 2014

2.5 Dampak Limbah Cair Tahu


Limbah cair Industri Tahu berasal dari sisa pengolahan kedelai yang
terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu (Nohong, 2010).
Limbah tahu terdiri dari dua jenis yaitu: limbah padat dan limbah cair
(Kaswinarni, 2007). Limbah padat atau ampas tahu dapat diolah menjadi
oncom atau dimanfaatkan sebagai makanan ternak, limbah cair merupakan
bagian terbesar dan berpotensi untuk mencemari lingkungan.
Dampak pencemaran dari limbah tahu seperti gangguan terhadap
kehidupan biotik, dan turunnya kualitas air perairan akibat meningkatnya
kandungan bahan organik (Herlambang, 2002). Aktivitas organisme dapat
memecah molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik yang
sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai
makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis. Selama proses
metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik
dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen

6
hasil proses fotosintesis dan oleh aerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi
beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang
menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam
asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik
bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap
keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan
menimbulkan bau (Herlambang, 2002).
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun
atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya
yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila
dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan
berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air
limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur
itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka
akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan
penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi
lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007).
2.6 Pengolahan Limbah Tahu
2.6.1 Gambaran Pengolahan Limbah Tahu Mamaningeun
Industri tahu mamaningeun menghasilkan dua jenis limbah dalam
proses pengolahannya yaitu :
1. Limbah padat pabrik pengolahan tahu yakni berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain
yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang
disebut dengan ampas tahu. Limbah padat tahu (ampas tahu) ini diolah
dan dimanfaatkan masyarakat untuk membuat oncom, tempe gembus,
pakan ternak, kerupuk, dan sebagainya.

7
2. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu, adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih.
Limbah ini dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
sehingga seringkali menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.

2.6.2 Mekanisme Pengolahan Limbah Cair Tahu yang Baik


Upaya untuk mengolah limbah cair tahu telah dicoba dan dikembangkan.
Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan dapat digolongkan atas
3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia, maupun biologis:
1. Pengolahan secara Fisika
Cara fisika, merupakan metode pemisahan sebagian dari beban
pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair
dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair
industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain filtrasi
dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi atau penyaringan menggunakan
media penyaring terutama untuk menjernihkan atau memisahkan partikel-
partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair. Dalam
sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan
memanfaatkan gaya gravitasi (MetCalf dan Eddy, 2003).
2. Pengolahan secara Kimia
Cara kimia, merupakan metode penghilangan atau konversi
senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-
bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat
diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara kimia
diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Proses
netralisasi biasanya diterapkan dengan cara penambahan asam atau basa
guna menetralisisr ion-ion yang terlarut dalam limbah cair sehingga
memudahkan proses pengolahan selanjutnya (MetCalf dan Eddy, 2003).
Proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik
cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif terlarut dalam limbah cair
melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut bermuatan

8
negatif. Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel
koloid bermuatan dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan
(koagulan) ke dalam koloid, dengan demikian partikel koloid menjadi
netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain membentuk mikroflok.
Selanjutnya mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk dengan dibantu
pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok
(flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara
pengendapan atau filtrasi (MetCalf dan Eddy, 2003).
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit,
aluminium, kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan
limbah secara kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan,
sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut (MetCalf dan Eddy,
2003).
3. Pengolahan secara Biologis
Pengolahan limbah cair industri tahu secara biologis merupakan
pengolahan yang melibatkan keberadaan mikroorganisme untuk
mendegradasi bahan organik yang berada pada sistem pengolahan.
Pengolahan limbah cair industri tahu secara biologis merupakan
pengolahan yang melibatkan keberadaan mikroorganisme untuk
mendegradasi bahan organik yang berada pada sistem pengolahan.
a. Pengolahan secara Biofilter
Proses pengolahan sistem biofilter mampu mereduksi polutan
organik BOD, COD, dan TSS (Nusa Idaman Said, dan Ruliasih
Marsidi, 2011). Pengolahan Biofiter fixed bed digester merupakan
sistem pengolahan limbah cair industri tahu yang mengandung bahan
berpori tetap, bakteri dilekatkan pada permukaan media, aliran air
limbah pada proses ini dilakukan dengan aliran atas ke bawah (down
flow).
b. Pembentukan Biofilm pada Biofilter
Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme yang melekat
pada permukaan media biofilter (Rittmann, dan McCarty, 2012).

9
Mekanisme pembentukan biofilm dimulai dengan lekatan pada
permukaan media (Schmint, dan Ahring, 1996). Bakteri yang melekat
pada permukaan media, membutuhkan waktu kontak dengan media
untuk dapat melekat pada permukaan media (Marshall, 1992).
Pembentukan biofilm pada pengolahan limbah cair industri tahu
dilakukan dengan dua cara, adalah sebagai berikut:
1) Suspended Growth adalah proses pertumbuhan mikroorganisme
pengurai tumbuh dalam keadaan tersuspensi dalam air limbah,
seperti kolam lumpur aktif (activated sludge).
2) Attached Growth adalah proses pemanfaatan mikroorganisme yang
menempel di media sehingga membentuk lapisan film yang
berfungsi sebagai pengurai zat organik.
Media biofilter terdiri dari bahan material organik dan bahan
material anorganik, bahan organik seperti: dalam bentuk jaring, dan
bentuk sarang tawon, selain itu bahan anorganik seperti: batu koral,
batu kerikil, dan batu marmer.

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi
tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu
sehingga tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu
limbah cair dan limbah padat. Limbah cair merupakan bagian terbesar dan
berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini terjadi karena adanya sisa air
tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses
penggumpalan yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuningan yang
dapat menimbulkan bau tidak sedap bila dibiarkan
2. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan
dan pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang
dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah
dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih. Cairan ini mengandung
kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering
dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga
menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.
3. Limbah cair Industri Tahu yang dibuang ke lingkungan berpotensi
mencemari badan air penerima karena memiliki kandungan bahan organik
(COD) yang tinggi.

11
3.2 SARAN
1. Pemilik Industri Tahu sebaiknya menerapkan waktu perendaman yang
singkat pada kedelai. Hal ini ditujukan untuk menurunkan kadar bahan
organik terutama protein yang terdapat pada kedelai agar tidak banyak
berpindah dari kedelai ke air yang menyebabkan kadar BOD, COD pada
limbah cair Industri Tahu tinggi.
2. Lebih baik apabila dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di
sekitar kawasan Industri Tahu agar limbah cair yang dihasilkan tidak
langsung dibuang ke badan penerima yang dapat mempengaruhi kualitas air
di badan penerima.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Aulia. 2020. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan


Menggunakan Biofilter. Skripsi. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Banda
Aceh

Kaswinarni, F. (2007). Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri
Tahu Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan
Gagak Sipat Boyolali. Semarang: Program Pascasarjana. Undip.

Nohong, N. 2010. Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Bahan Penyerap Logam


Krom, Kadmiun dan Besi dalam Air Lindi TPA. Jurnal Pembelajaran Sains,
6 (2), 257-269.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014


Tentang Baku Mutu Air Limbah

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai