Anda di halaman 1dari 12

“PENERAPAN GREEN MANUFACTURING BAGI

PERUSAHAAN INDUSTRI UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE


CONSUMPTION AND PRODUCTION”

Dosen Pengampu : Gandung Satriyono, ST.,MM

Disusun Oleh :

Novi Choirul Nisa 18419574

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KADIRI

Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Seminar
Manajemen. Adapun judul proposal ini adalah “PENERAPAN GREEN
MANUFACTURING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI UNTUK MENCAPAI
SUSTAINABLE CONSUMPTION AND PRODUCTION”.

Pertama-tama penulis menyampaiakan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Gandung Satriyono, ST,.MM. selaku dosen yang telah mendidik


dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat
selama penyusunan proposal ini.

3. Teman-teman satu bimbingan proposal.

Kami selaku penulis sudah berusaha untuk memenuhi kriteria penulisan


proposal, namun saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat
kekurangan, oleh kaena itu kami mengharapkan agar pembaca memberikan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun guna untuk meningkatkan kualitas dalam
menjalankan segala kegiatan yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang. Dan
juga saya selaku penulis meminta maaf jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan
yang dikehendaki pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk pembaca.

Kediri, 10 Oktober 2021

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................................2
1.3 Pembatasan Masalah......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
2.1 LANDASAN TEORI.....................................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN GREEN MANUFACTURING....................................................3
2.1.2 MANFAAT DAN KEGUNAAN GREEN MANUFACTURING........................3
2.1.3 TUJUAN PENERAPAN GREEN MANUFATURING dan KAITANNYA
DENGAN KONSEP SUSTAINABLE PRODUCTION & PRODUCTION.......4
2.2 KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................8
3.2 SARAN..........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memang sulit untuk lepas dari masalah sampah. Bau
menyengat dan keberadaannya yang bertebaran secara sembarang di lingkungan
sekitar menjadi bukti bahwa sampah ibarat “teman hidup” kita sehari-hari.
Permasalahan yang belum kunjung membaik ini tentu akan memunculkan satu
pertanyaan yaitu kapan masalah sampah ini berakhir. Banyak riset telah membuktikan
buruknya permasalahan sampah di Indonesia. Menurut Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, pada tahun 2020 Indonesia menghasilkan sampah sekitar 67,8 juta
ton dan angka ini diperkirakan akan bertambah setiap tahunnya.
Perusahaan industri yang semakin berkembang membuat limbah yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Pencemaran akan lingkungan juga semakin
diperparah dengan adanya limbah industri selain persentase utama di duduki oleh
limbah rumah tangga. Pembangunan sektor industri selain telah memberi dampak
positif bagi negara, juga memberikan dampak negative terhadap permasalahan
lingkungan terutama pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri
serta pemanfaatan sumber daya alam yang tidak efisien. Produk industri tersebut
memiliki siklus hidup, mulai dari perancangan, pembuatan, distribusi, pemanfaatan
dan sisa produk yang memiliki dampak kerusakan terhadap lingkungan dan
kesehatan, serta mengkonsumsi sumber daya alam seminial mungkin. Sampah atau
emisi yang dihasilkan dari hasil produksi lama-lama akan merusak bumi, padahl kita
harus menjaga bumi ini untuk kelangsungan hidup anak cucu kita nanti.
Masalah sosial lainnya adalah perubahan iklim. Hubungan antara manusia
dengan lingkungan (ekologi) menjadi terganggu. Masalah ekologi yang muncul
semakin lama semakin kompleks. Didalam pola konsumsi masyarakat, pemasaran
tidak secara langsung menjadi penyebab munculnya masalah ekologi.
Tanggungjawab terhadap masalah ekologi berada pada teknologi produksi teknologi
produksi merupakan penyumbang terbesar terhadap munculnya masalah ekologi
dengan melalui limbah produksi yang tidak dikelola dengan baik dan benar.
Masalah ekologi salah satunya muncul dari perilaku tidak
bertanggungjawab baik dari produsen maupun konsumen. Oleh karena itu
membutuhkan kerjasama antara produsen dengan konsumen untuk mengatasi
masalah tersebut. Produsen harus mulai memikirkan untuk melakukan inovasi
teknologi produksi baik dalam produk maupun kemasan sehingga tidak menambah
semakin banyaknya sampah yang tidak dapat diurai. Konsumen sebagai pengguna
produk yang dihasilkan oleh perusahaan sudah dipastikan akan membuang produk

iv
atau kemasan yang tidak dapat dikonsumsi yang akibatnya menimbulkan timbunan
sampah.
Maka dari itu dibuatlah suatu gerakan baru dalam dunia manufaktur yaitu
green manufacture agar sampah atau emisi yang dihasilkan dapat diolah kembali atau
dapat diatasi dalam proses pembuangannya agar tidak merusak bumi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam,
krisis energy dan menurunnya daya dukung lingkungan, maka tuntutan untuk
mengembangkan industri yang ramah lingkungan atau yang dikenal dengan istilah
industri hijau (green industry) atau Green Production System telah menjadi isu
penting. Tujuan dari green manufacturing adalah sustainability atau ketahanan.
Manfaat dari green manufacturing itu sendiri adalah salah satunya menghemat biaya-
biaya seperti preventif lebih baik daripada kuratif. Proses green manufacturing
pegawai diikutsertakan atau dilibatkan dalam proses desain-daur ulang. Perusahaan
tetap perlu memikirkan green manufacturing untuk kualitas atau peningkatan
produksi. Proses green manufacturing itu sendiri memiliki manfaat yaitu dapat
membentuk reputasi yang baik terhadap masyarakat, memberikan investasi berlebih
di awal, meningkatkan system manufatur green design dan pengembangan system
manufaktur yang inovatif.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apa Pengertian Green Manufacturing?
2. Apa Manfaat dan Kegunaan Green Manufaturing?
3. Apa Tujuan Penerapan Green Manufacturing dan Bagaimana Kaitannya
dengan Konsep Sustainable Consumtion and Production dengan Green
Manufacturing?
4. Apa Kendala Penerapan Green Manufacturing?
5. Bagaimana Contoh Pengaplikasian Green Manufacturing dalam dunia
industri Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah


1. Untuk Mengetahui Konsep Grenn Manufacturing
2. Untuk Mengetahui Kaitan Green Manufacturing terhadap Sustainable
Consumption and Production.

v
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 PENGERTIAN GREEN MANUFACTURING


Green Manufacturing adalah suatu metode untuk meminimalkan limbah dan
polusi yang disebabkan oleh proses manufaktur (Foster,2001). Produk industri
memiliki siklus hidup, mulai dari perancangan, pembuatan, distribusi, pemanfaatan
dan sisa produk yang memiliki dampak kerusakan terhadap lingkungan dan
kesehatan, serta mengkonsumsi sumber daya alam seminimal mungkin. Green
Manufacturing merupakan suatu gerakan dalam dunia industri atau dunia manufaktur
dimana meminimalisir sampah atau gas buang yang dihasilkan dari proses produksi.
Sampah atau emisi yang dihasilkan dari hasil produksi lama-lama akan merusak
bumi, maka dari itu dibuatlah suatu gerakan dalam dunia manufaktur yaitu green
manufacturing agar sampah atau emisi yang dihasilkan dapat diolah kembali atau
dapat diatasi dalam proses pembuangannya agar tidak merusak bumi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Menurut Ottman (1999:89) menyatakan bahwa produk hijau secara prinsip
dapat bertahan dalam periode waktu yang cukup lama, tidak mengandung racun,
terbuat dari bahan yang bersahabat dengan lingkungan dan dapat didaur ulang, atau
dikemas secara minimalis. Green product tersebut dibuat, disebarluaskan dan
digunakan dampak negative terhadap lingkungan seperti kerusakan dan pencemaran
pada lingkungan

2.1.2 MANFAAT DAN KEGUNAAN GREEN MANUFACTURING


Penerapan metode Green Manufacturing memiliki beberapa manfaat, antara lain :
1. Mengontrol dan mengurangi limbah material dalam siklus produksi, karena
bahan-bahan hingga teknologi yang digunakan termasuk ramah lingkungan
sehingga limbah dan polusi yang dihasilkan dapat meminimalisir atau tidak ada.
2. Menghemat pengeluaran, karena perusahaan tidak perlu mengalokasikan dana
berlebih untuk mengelola limbah usaha.
3. Meningkatkan produktivitas, karena produk atau jasa yang diproduksi termasuk
ramah lingkungan dapat menarik minat banyak konsumen serta mendorong pihak
internal maupun eksternal untuk memastikan produksi dan operasional
perusahaan dapat berlanjut.
4. Meningkatkan research & development
5. Membentuk reputasi yang baik kepada perusahaan
Proses Green Manufaturing sangat dibutuhkan dalam hal ini karena mencakup cara
pemanfaatan sumber daya alam yang baik, melakukan daur ulang terhadap limbah
dan memberi pemahaman tentang wawasan lingkungan diperlukan terhadap tenaga
kerja. Karena tanggung jawab yang hanya sebagai pemabrik (manufacturer) tetapi
juga sebagai pendaur ulang produk dan mengurusi limbah yang dihasilkan oleh
produksinya supaya beban lingkungan akibat limbah industri bisa berkurang.
Aktivitas industri yang ada saat ini bisa dipandang sebagai suatu “ekosistem
industri”, karena melibatkan arus material dan energy yang berasal dari lingkungan.
Sehingga industri yang menyebabkan percepatan aliran material dan energy dari

vi
sumbernya diekosistem sekaligus mengancam keberadaan planet bumi. Karena
industri membuang emisi polutan ke udara, limbah cair dan padat, B3 dan polutan
L lain masuk dalam rantai sistem makanan. Sekali masuk dalam ekosistem dalam
rantai makanan, seperti polutan beracun, logam berat, peptisida dan herbisida dalam
produk pertanian, menyebabkan penyakit dan kanker bagi manusia. Sedemikian juga
bila merusak lapisan ozone dan membuat penumpukan gas rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global dan seterusnya.

2.1.3 TUJUAN PENERAPAN GREEN MANUFATURING dan


KAITANNYA DENGAN KONSEP SUSTAINABLE PRODUCTION
& PRODUCTION
Hubungan antara manusia ddengan lingkungan (ekologi) menjadi terganggu.
Masalah ekologis yang muncul semakin lama semakin kompleks. Didalam pola
konsumsi masyarakat, pemasaran tidak secara langsung menjadi penyebab
munculnya masalah ekologi. Tanggungjawab terhadap masalah ekologi berada pada
teknologi produksi. Teknologi produksi merupakan penyumbang terbesar terhadap
munculnya masalah ekologi dengan melalui limbah produksi yang tidak dikelola
dengan baik dan benar. Perilaku konsumen yang tidak bertanggungjawab juga
menjadi penyumbang terbesar masalah ekologi. Tujuan utama di terapkannya green
manufacturing adalah Untuk mencapai keberlanjutan produksi dan konsumsi
atau Sustainable Production and Consumption.

Gambar 1 Sustainable Consumption and Production Model

Bagan diatas menunjukkan bahwa kelestarian lingkungan menjadi


tanggungjawab bersama antara produsen dan konsumen melalui pola produksi dan
pola konsumsi yang berkelanjutan. Dengan demikian masalah lingkungan yang
terjadi akibat pola produksi dan pola konsumsi yang tidak terkontrol dan tidak dapat
terkendali dapat segera diatasi sebagai bentuk tanggungjawab produsen dan
konsumen kepada generasi yang akan datang.
Sustainable consumption and production keduanya dibutuhkan untuk
mencapai hasil nyata menuju kelestarian lingkungan. Perilaku konsumen harus
diarahkan pada perilaku pro lingkungan untuk memastikan bahwa kelestarian
lingkungan di masa yang akan datang tetap terjaga. Pola produksi harus diarahkan
pada pola produksi berkelanjutan. Beberapa barang/jasa hasil produksi perusahaan
yang dihantarkan kepada konsumen dapat dipastikan menghasilkan dan
meninggalkan kemasan. Kemasan tersebut dimungkinkan dapat diurai oleh tanah, air
atau udara dalam kurun waktu tertentu. Namun terdapat juga kemasan yang sama

vii
sekali tidak dapat diurai oleh tanah, air maupun udara yang pada akhirnya menjadi
salah satu sebab munculnya masalah ekologi.

Sustainable consumption mengajak konsumen untuk menjadi sustainable


green consumer. Yaitu konsumen yang memperhatikan kelestarian lingkungan
melalui pola konsumsi yang tepat, pola penanganan barang/jasa yang tidak
dikonsumsi secara tepat, dan memberi dukungan kepada perusahaan yang
memperhatikan masalah kelestarian lingkungan dengan cara hanya membeli
barang/jasa yang diproduksi oleh perusahaan pemerhati kelestarian lingkungan.

2.1.4 KENDALA PENERAPAN GREEN MANUFACTURING


Dalam dunia produksi memiliki kebijakan baru dalam memanfaatkan sumber
daya disekitar semaksimal mungkin dan dapat membuang limbah seminimal
mungkin. Terdapat beberapa kendala dalam penerapan green manufacturing di
Indonesia, seperti :
1. Minimnya kesadaran pada produsen
2. Keraguan terhadap produk yang berlabel green product
3. Produk yang berlabel green product relatif lebih mahal
4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang kompeten dalam penerapan green
manufacturing
5. Kebutuhan teknologi dan penelitian dan pengembangan yang dapat diterapkan
sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia

2.1.5 CONTOH PENGAPLIKASIAN GREEN MANUFACTURING PADA


INDUSTRI DI INDONESIA

PT Holcim Indonesia, Tbk (2011)


Pada tahun 2011 PT Holcim Indonesia, Tbk menerima penghargaan peringkat
pertama industri Hijau yang diserahkan secara langsung oleh presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Penghargaan Industri Hujai diberikan kepada PT Holcim
Indonesia, Tbk karena perusahaan ini telah melakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan berinovasi dalam menerapkan prinsip-prinsip industri hujai.
Upaya penghematan sumber daya alam secara rill juga terus dilakukan dan
menghasilkan sebagian penggantian bahan baku sumber daya alam menggunakan
material sisa industri. Penangan limbah internal dengan konsep zero waste juga
menjadi bagian program kepedulian lingkungan. Kepedulian terhadap lapisan ozon
dilakukan melalui komitmen penggantian zat perusak ozon dan penggantian bahan
bakar menggunakan biomassa melalui program CDM.

AQUA-Danone (2018)
Pelopor perusahaan Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia mendapat
penghargaan Industri Hijau 2018 melalui 10 pabriknya. Penghargaan tersebut didapat
atas upayanya secara aktif dan bijak menggunakan sumber daya dan teknologi yang
ramah lingkungan, sehingga menciptakan efektivitas dan efisiensi bagi keberlanjutan
operasional tiap pabrik. Menyusung visi “One Planet One Health” Danone-Aqua
menerapkan Planet Sirkular dalam operasionalnya yaitu sirkulasi air, sirkulasi plastic
dan sirkulasi karbon dan inovasi lain yaitu penggunaan solar panel dalam kegiatan
operasional perusahaan.

PT Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, Tbk (2019)


APP Sinar Mas menerima penghargaan Industri Hijau pada tahun 2019
dengan inovasi menggabungkan Circular Bio Economy, menggunakan konsep reuse,
recycle dan reduce (penggunaan kembali, daur ulang dan pengurangan) dan

viii
memastikan lingkaran tertutup (closed-loop system) berkelanjutan yang
menghubungkan proses produksi dengan pengguna akhir dalam lingkaran
operasionalnya guna memenuhi permintaan konsumen global terhadap produk kertas
berkelanjutan yang terus meningkat tiap tahunnya.

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk


Debu yang dihasilkan dari semen merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan masalah polusi udara yang akhirnya menganggu lingkungan. Hal
tersebut membuat perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa sadar bahwa
produknya dapat menjadi salah satu faktor yang bisa merusah lingkungan. Perusahaan
akhirnya membuat inovasi mengurangi emisi debu dengan cara melakukan
penggantian Electrostatic Precipitator (EP) dengan Bag Filter pada Plant 10. Hasilnya
teknologi EP mampu mengurangi rata-rata emisi debu keluar menjadi 53,7 mg/Nm3
dari batas baku mutu emisi (BME) yaitu 70 mg/Nm3.

2.2 KAJIAN PUSTAKA

- SUSTAINABLE CONSUMPTION and PRODUCTION MODEL (3-G


MODEL): Green Consumer, Green Company and Green Environment
Penelitian ini membahas masalah lingkungan dengan mengajukan tiga
variable (3G) : konsumen hijau, perusahaan hijau dan lingkungan hijau. Konsumsi
berkelanjutan mengharuskan konsumen untuk mempertimbangkan isu-isu yang
mungkin kurang pribadi seperti dampak produk atau layanan terhadap lingkungan
kita dan kesejahteraan orang laing. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana mendorong konsumen untuk memasukkan konsumsi
berkelanjutan ke dalam pilihan pembelian mereka, kita perlu memulainya dengan
menganalisis pola pembelian.
Perubahan gaya hidup konsumen menuju gaya hidup sehat melalui green
keputusan pembelian untuk menjadi konsumen hijau yang konsumsinya hanya
produk ramah lingkungan mendorong perusahaan untuk menjadi perusahaan hijau.
Bisnis dapat memainkan peran penting dalam mendorong konsumsi berkelanjutan
dengan memberikan nilai yang berkelanjutan kepada masyarakat dan konsumen
untuk memilih dan menggunakan barang-barang mereka dan layanan berkelanjutan
yang membantu mengurangi secara keseluruhan konsumsi bahan dan sumber daya.

- Green Drivers and Green Manufavturing Practices Integration in Agro


Processing Industry : Moderating Effect of Sustainability Orientation
Penelitian ini merupakan studi lanjutan pada sebelumnya yang dilakukan oleh
peneliti tentang efek langsung dari penggerak hijau pada praktik hijau dan saat ini
bertujuan untuk memoderasi peran orientasi berkelanjutan pada efek faktor
pendorong pada praktik hijau di Ghana. Analisis dilakukan dengan menggunakan
Structural Equation Modelling (SEM) yang menyimpulkan bahwa faktor antara
pendorng dan praktik desain hijau, praktik pembelian hijau dan praktik promosi hijau
berpengaruh secara signifikan.
Hasil dari penelitian ini berfungsi sebagai panduan menuju pengambilan
keputusan oleh pelaku industri dan pemerintah Ghana tentang perumusan kebijakan
dan proses yang lebih baik untuk meintegrasikan praktik hijau, tidak hanya di industri
pengolahan agro tetapi semua yang berpotensi merusak lingkungan.

- Green Manufacturing Strategy Considering Retailers Fairness Concerns

ix
Penelitian ini membahas masalah pengambilan keputusan manufaktur hijau
untuk green rantai pasokan dua saluran. Dalam supply chain yang diteliti pabrikan
akan memutuskan apakah akan mengadopsi manufaktur hijau di bawah pengaruh
saluran ganda berbasis perhatian keadilan pengecer. Jadi penelitian ini membahas dua
scenario keputusan yaitu strategi manufaktur tanpa hijau dengan keadilan pengecer
(NM Model) dan manufaktur hijau dengan keadilan pengecer (GM Model). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertama, mengadopsi strategi manufaktur hijau tidak
selalu bermanfaaat bagi anggota rantai pasokan ketika pengecer memiliki keadilan.
Khususnya ketika keadilan berada pada tingkat yang relatif tinggi, pabrikan tidak
akan mengadopsi manufaktur hijau. Kedua di bawah manufaktur hijau, produk hijau
derajat dan subsidi memiliki dampak porsitif pada harga dan permintaan dan
keuntungan anggota dan kegunaan. Ketiga membandingkan dua scenario (NM dan
GM), ditemukan bahwa harga saluran model GM lebih rendah dari model NM
akhirnya dari perspektif system rantai pasokan, sistam cenderung mengadopasi
manufaktur hijau dan menjaga masalah keadilan pengecer di teingkat yang lebih
rendah.

x
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Masalah lingkungan yang terjadi bukan lagi masanya untuk mencari tahu siapa
yang bersalah dan siapa yang paling bertanggungjawab untuk menyelesaikan atas
masalah tersebut. Namun lebih pada bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan
secara komprehensif. Proses produksi tidak lepas dari proses konsumsi. Oleh karena
itu, penyelesaian masalah lingkungan harus dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama
secara komprehensif baik oleh produsen maupun konsumen.
Proses produksi berkelanjutan menempatkan produsen tidak hanya sebagai
produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Namun juga bertanggungjawab terhadap
kemasan produk yang tidak dapat dikonsumsi oleh konsumen sehingga menimbulkan
tumpukan sampah kemasan produk yang sangat berbahaya apabila kemasan tersebut
menimbulkan tumpukan sampah kemasan produk yang sangat berbahaya apabila
kemasan tersebut dari bahan yang tidak dapat diurai dengan baik oleh tanah, air
maupun udara dengan memfasilitasi konsumen untuk mengembalikan kemasan ke
perusahaan untuk kemudian didaur ulang. Produsen juga harus memikirkan
bagaimana menggunakan energy sehemat mungkin dan menggunakan teknologi yang
bersifat renewable.
Pola konsumsi berkelanjutan menuntut konsumen untuk memiliki pola konsumsi
sehat. Kemasan yang terbuang tidak ditimbun begitu saja sehingga mencemari
lingkungan dalam jangka panjang, namun kemasan harus didaur ulang menjadi
produk yang memiliki manfaat ekonomis. Apabila konsumen tidak memiliki
kemampuan mendaur ulang secara mandiri, konsumen dapat mengembalikan
kemasan tersebut ke perusahaan melalui fasilitas backward distribution yang
difasilitasi oleh perusahaan.

3.2 SARAN
Terciptanya konsumsi dan produksi yang berkelanjutan memerlukan dukungan
semua pihak baik dari produsen hingga konsumen. Untuk itu, penulis memberi saran
kepada perusahaan di Indonesia untuk selalu memperhatikan, mendukung serta
menimplementasikan green production/green manufacturing diperusahaan mereka.
Gerakan sadar akan lingkungan harus dimulai oleh perusahaan yang memproduksi
kemasan lalu mengedukasi dan mengkampanyekan kepada konsumen dan masyarakat
banyak. Inovasi juga dibutuhkan untuk kemajuan teknologi dalam mendaur ulang
kemasan produk yang umumnya berbahan dasar plastik dan dapat didaur ulang.
Bagi lembaga pendidikan juga bisa ikut berpartisipasi dengan menambah
pendidikan akan sadar lingkungan sejak dini dengan menanamkan kebiasaan
membuang sampah pada tempatnya karena dari kebiasaan tersebut bisa menciptakan
atau setidaknya mengurangi pendaur ulangan sampah di Indonesia.
Terlepas dari beberapa saran yang dijabarkan hendaknya kita mulai dari diri
sendiri, peduli akan lingkungan dan memikirkan bagaimana nasib masa depan anak
cucu kita nanti jika dari sekarang tidak peduli dengan lingkungan.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Can, C., Well, D., Doing, B., Taganas, R., Hanoum, S., Labiba, Z., Consumer, G., Company, G.,
Environment, G., Julius, P., Share, C. M., & Sari, E. T. (n.d.). No Title.

Gyasi-mensah, W. (2021a). Green Drivers and Green Manufacturing Practices Integration in


Agro Processing Industry : Moderating Effect of Sustainability Orientation. 12(12), 21–
31. https://doi.org/10.7176/JESD/12-12-03

Gyasi-mensah, W. (2021b). Penggerak Hijau dan Integrasi Praktik Manufaktur Hijau dalam
Industri Pengolahan Agro : Efek Moderasi Keberlanjutan Orientasi. 12(12), 21–31.
https://doi.org/10.7176/JESD/12-12-03

Industri, T. (2017). “ GREEN PRODUCTION .”

Zhang, H., Zhang, Z., Pu, X., & Li, Y. (2019). Green Manufacturing Strategy Considering
Retailers ’ Fairness Concerns. 1–22.

xii

Anda mungkin juga menyukai