Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Wr Wb

Salam Hormat,

Perjanjian Kyoto di Jepang tahun 1997, merupakan perjanjian Internasional dimana negara-
negara di dunia sepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di bumi. Kualitas
lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya mendasari Negara-negara dunia memerlukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh
semua pemangku kepentingan. Sehingga dalam amanatnya, Protokol Kyoto mewajibkan
negara yang untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan khususnya untuk menjaga
kestabilan kontroversi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dan tidak membahayakan iklim
bumi.

Pembangunan berkelanjutan menurut (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang
berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi
pada masa kini maupun masa mendatang. Namun, umumnya kemajuan pembangunan sering
berbanding terbalik dengan pelestarian lingkungan. Bahkan ada yang beranggapan bahwa
pengelolaan dan pelestarian lingkungan adalah salah satu penghambat terjadinya
pembangunan. Hal tersebut dikarenakan oleh jika terjadi pembangunan maka ada
Lahan/Bahan alami yang harus diolah atau diubah fungsikan untuk menjadi suatu sarana guna
terjadinya pembangunan.

Oleh sebab itu, pembangunan yang berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan agar dapat
menjamin pembangunan yang memperhatikan pula hak atas lingkungan yang baik dan
sehat bagi generasi selanjutnya melalui pembangunan berkelanjutan.

Sasaran Pembangungan Berkelanjutan sendiri mencakup upaya untuk Pemerataan manfaat hasil-
hasil pembangunan antar generasi (intergeneration equity), safeguarding atau pengamanan
terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi, mempertahankan
kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan, mempertahankan manfaat pembangunan,
menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi.

Sehingga, disinilah pentingnya faktor ekoefisiensi dalam pembangunan berkelanjutan tersebut.


Tanpa ekoefisiensi dalam pembangunan tersebut, maka pembangunan berkelanjutan tidak akan
tercapai dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) gagal dilakukan.

Ekoefisiensi dapat memberikan solusi penghematan bahan baku, air, dan energi untuk
memangkas adanya barang yang terbuang sia-sia serta sebagai bentuk menghargai lingkungan
karena dapat mencegah limbah yang lebih buruk (Widodo, 2013).
Eko-efisiensi adalah suatu konsep yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau
suatu produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi serta dampak
lingkungan per unit produksinya (Rifa’atussa’adah, 2017). Ekoefisiensi mengarah pada
perbaikan ekologi dan ekonomi dengan peningkatan kualitas kinerja industri dimulai dari proses
produksi sampai dengan evaluasi. Dengan teori ekoefisiensi, diharapkan adanya perubahan ke
arah yang lebih baik dari segi ekonomi dan efisiensi yang terjadi di Industri tersebut.

Dengan ekoefisiensi, maka pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan, karena dengan


pembangunan dapat berjalan maka tujuan pembanguanan untuk kesejahetaraan masyarakat dapat
tercapai, tanpa harus merusak lingkungan.

Hal itu, karena ekoefisiensi memiliki peran seperti:

1. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber


2. daya alam, tanpa meningkatkan sumber daya
3. alam yang digunakan (misalnya melalui
4. dan
5. 2. Usaha minimisasi limbah yang mengurangi
6. efek mengurangi resiko pencemaran dan
7. penyusutan sumber daya alam
1. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, tanpa meningkatkan sumber
daya alam yang digunakan, misalnya, melalui Reuse, Reduce, Recovery dan Recycle.
2. Usaha minimalisir limbah yang mengurangi efek mengurangi resiko pencemaran dan
penyusutan sumber daya alam. Pada industri yang menerapkan konsep ekoefisiensi
secara efektif akan mengurangi konsumsi penggunaan bahan baku, energi, tenaga dan
waktu kerja.

Sehingga, dengan menerapkan ekoefisiensi maka akan memerikan keuntungan:

1. Dari segi Efisiensi, Efisiensi akan meningkat karena makin banyak bahan dan energi
termanfaatkan dalam proses produksi, sehingga semakin sedikit yang terbuang.
2. Dari segi ekonomi ini berarti bahwa peningkatan efisiensi akan mengurangi bahan dan
energi yang dibutuhkan, sehingga biaya produksinya turun.
3. Dari segi lingkungan hidup berarti makin sedikit bahan dan energi yang terbuang
sehingga makin sedikit limbah yang terbentuk dan potensi dampak lingkungannya
menurun.

Dengan demikian ekoefisiensi dapat menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya alam
(material dan energi) dan meminimalkan limbah yang terjadi.

Dari hal tersebut, maka pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat terwujud.

Misalnya,suatu perusahaan dalam keberlanjutan perusahaan ingin menerapkan ekoefisiensi agar


mampu membayar pekerjanya serta ikut serta mencegah kerusakan lingkungan khususnya
mengurangi produksi karbon. Perusahaan tersebut, mengunakan lampu hemat energi (LED) serta
barang yang memiliki green label, sehingga perusahaan tersebut mampu menekan biaya
produksinya serta mampu membayar pekerjanya sehingga keberlangsungan perusahaan tersebut
terus berjalan. Sementara di sisi lain, penggunaan produk yang hemat energi tersebut,
mengurangi penggunaan gas karbon sehingga membantu mengurangi emisi gas karbon di
atmosfer.

Refrensi :

1. Subari, D. (2012). Ekoefisiensi dan Faktor Pendukung Dalam Implementasinya Pada


Proses Produksi Industri Kayu Lapis Di Kalimantan Selatan (Ecoefficiency and
Supporting Factors in the Implementation on Production Process of Plywood industry in
South Kalimantan). Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
2. Kaleseran, A. (2015). Implementasi Protokol Kyoto Terhadap Pembangunan
Berkelanjutan Ditinjau Dari Aspek Hukum Lingkungan Di Provinsi Sulawesi
Utara.Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado.
3. Rahadian, A.H.(2016). Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Institut Ilmu Sosial dan
Manajemen STIAMI.

Anda mungkin juga menyukai