Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Wr Wb,

Salam Hormat,

Permasalahan lingkungan yang terjadi di wilayah Kota Pangkalpinang terkait dengan perubahan
fungsi kawasan. Seharusnya, kota pangkalpinang memiliki lahan sebagai kawasan lindung namun
sebagian besar sudah menjadi lahan pertambangan dan pemukiman serta perkebunan dan
pertanian.
Berdasarkan Perda RTRW Kota Pangkalpinang Nomor 01 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pangkalpinang tahun 2011-2030, bahwa
kota pangkalpinang memiliki dua fungsi kawasan yakni kawasan budidaya dan
kawasan lindung. Kawasan Lindung yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan
melidungi kelestarian lingkungan.
Masih dalam perda tersebut, Kawasan Lindung Kota Pangkalpinang memiliki luas
2201.334 ha atau 21,05% dari luasan Kota Pangkalpinang 10455.66 ha. Kawasan
lindung Kota Pangkalpinang juga memiliki Pola Ruang sebagai Ruang terbuka
Hijau, Kawasan resapan air, dan Kawasan Perlindungan setempat yang dijumpai di
sempadan sungai, pantai maupun kolong, dengan luasan paling besar Ruang
terbuka Hijau sebesar 1002,702 ha.

Sumber : DLH Kota Pangkalpinang 2022

Sayangnya, kawasan lindung kota Pangkalpinang banyak yang sudah beralih


fungsi menjadi pemukiman, Ladang/tegalan hortikultura, bahkan kawasan
pertambangan. Tragisnya lagi, seluas 758,95 ha lahan kawasan lindung atau 34,48
% sudah beralih fungsi menjadi lahan bangunan industri, bangunan non
pemukiman, bangunan pemukiman kota, ladang tegalan hortikultura, lahan terbuka
lainnya, pelabuhan, tambang terbuka bukan sirtu. Tambang terbuka bukan sirtu
sendiri adalah lahan tambang berupa timah yang sejak dari dulu menjadi
primadona di Kota Pangkalpinang.
Padahal, dalam perda tata ruang kota pangkalpinang dijelaskan bahwa kota
pangkalpinang merupakan kota bebas pertambangan artinya tidak boleh dilakukan
pertambangan di Kota Pangkalpinang.
Gambar Salah satu aktivitas tambang inkonvensional (TI) di Sungai Teluk bayur yang
merupakan kawasan lindung di Kota Pangkalpinang

Bahkan, sejak tahun 2017 sampai 2019 luas wilayah pertambangan mengalami peningkatan, dari
luasan sekitar 105,43 ha menjadi 116,80 ha atau meningkat seluas 11,37 ha dan pada tahun 2020
luasan pertambangan menurun menjadi 2,02 ha. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Matrik Perubahan Kawasan Lindung yang sudah beralih fungsi di Kota Pangkalpinang
Tahun 2017-2020

Sumber : DLH Pangkalpinang 2022

Akibat alih fungsi lahan tersebut, membuat penyumbang terbesar untuk emisi GRK dari
sektor kehutanan pada tahun 2019 sebesar 310,66 Gg Co2eq atau 52,16 %, disusul
sektor Energi sebesar 137,70 Gg Co2eq atau sebesar 40,03 %, kemudian sektor
Limbah sebesar 42,74 Gg Co2eq atau sebesar 5,78 %, lalu sektor Proses Industri
Dan Penggunaan Produk (IPPU) sebesar 24,18 Gg CO2eq atau sebesar 1,18 % dan terakhir
sektor pertanian sebesar 6,08 Gg Co2eq atau sebesar 0,85 %. Emisi GRK
sendiri pada tahun 2019 sebesar 521,35 Gg CO2e.
Tabel Emisi GRK Tahun 2010-2019 Kota Pangkalpinang

Sehingga, Alih fungsi lahan menjadi salah satu masalah penting dalam pembangunan
berkelanjutan, khususnya terkait dengan dimensi lingkungan hidup karena berdampak negatif
pada kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem. Berikut dampak negatif dari alih
fungsi lahan :
1. Penurunan kualitas air: Alih fungsi hutan menjadi kawasan pemukiman atau industri
dapat mencemari sumber air.
2. Penurunan keanekaragaman hayati: Alih fungsi hutan menjadi area lain dapat
menyebabkan hilangnya habitat flora dan fauna.
3. Perubahan iklim: Alih fungsi hutan dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan
memperparah perubahan iklim.
4. Bencana alam: Alih fungsi hutan dapat meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir
dan tanah longsor.

Referensi :
1. Susanto,A ,dkk. (2021) Analisis Kebijakan Lingkungan. Universitas Terbuka. Tanggerang
Selatan.
2. Anisah, A.P, dkk.(2021).Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Keberlanjutan Suplai Air
Bersih Dalam Menjaga Ekosistem Darat. Universitas Internasional Batam.
3. Team DLH Kota Pangkalpiang. (2020).Laporan GRK Tahun 2020 Kota Pangkalpinang.
DLH Pangkalpinang Bangka Belitung.
4. Team DLH Kota Pangkalpiang. (2022).Laporan IKTL Tahun 2021 Kota Pangkalpinang.
DLH Pangkalpinang Bangka Belitung.

Anda mungkin juga menyukai