Anda di halaman 1dari 3

Carilah beberapa contoh permasalahan yang terjadi karena proses dilema sosial ini dan jelaskan mengapa

Anda menganggapnya sebagai dilema sosial.

Dilemma sosial atau lebih dikenal tragedy of commons merupakan sebuah situasi dimana masyarakat
secara luas mengalami suatu kondisi degradasi lingkungan yang menyebabkan berbagai macam
permasalahan lingkungan yang sebelumnya tidak pernah ada atau tidak pernah berada dalam level yang
meresahkan karena efek dari kegiatan/aktivitas penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan
secara bersama-sama.

Istilah tersebut dipopulerkan oleh Garret Hardin pada tahun 1968 yang mengemukakan kekhawatirannya,
bahwa suatu saat nanti manusia akan mengalami over population. Bahkan, pada tahun 1973 John plat
menejelaskan gejala dan perspektif yang sama yaitu social trap (perangkap sosial), dimana sekolompok
orang akan melakukan kegiatan jangka pendek dengan mengorbankan kegiatan jangka panjang. Sehingga,
bila dilemma sosial ini tidak segera di atasi akan mengancam kelangsungan hidup manusia karena sumber
daya alam yang diperebutkan semakin terbatas.

Dilema ini muncul karena adanya sumber daya yang terbatas yang digunakan bersama oleh banyak
orang.

Contoh dari dilema sosial adalah:

1. Pencemaran lingkungan: Ketika banyak orang membuang sampah sembarangan, lingkungan


menjadi tercemar dan semua orang akan merasakan dampaknya.

2. Penangkapan ikan berlebihan: Ketika banyak nelayan menangkap ikan secara berlebihan,
populasi ikan akan berkurang dan semua nelayan akan merasakan dampaknya.

3. Penggunaan berlebihan sumber daya alam: Ketika banyak orang menggunakan sumber daya alam
secara berlebihan, sumber daya tersebut akan habis dan semua orang akan merasakan dampaknya

Pada umumnya dilemma sosial dapat dibagi menjadi dua jenis :

1. Commons dilema/ resource dilemma


Merupakan dilemma yang muncul ketika sekelompok orang harus berbagi sumber daya yang
terbatas, yang pada dasarnya didapatkan secara gratis.Commons dilemma memberikan
keuntungan jangka pendek (yang bersifat egois dan individu), namun dapat mendatangkan
kerugian jangka panjang bagi masyarakat yang lebih luas.

Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Sakti Wahyu Trenggono dari Sekolah Arsitektur,
Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, pada tahun 2023 lalu.
Penelitian tersebut berdasarkan dari Hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan
(Komnaskajiskan) melalui Kepmen KP No 19 Tahun 2022 menunjukkan tingkat pemanfaatan
pelagis besar dan demersal di WPP 712 (Laut Jawa) masing-masing telah mencapai 130% dan
110% dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), sehingga terjadi overfishing atau
penangkapan ikan yang berlebihan.
Indikator keadaan overfishing, antara lain total produksi ikan yang ditangkap lebih besar dari
hasil Maximum Sustainable Yield, hasil tangkapan ikan menurun, ukuran ikan yang ditangkap
berkurang, dan fishing ground menjadi semakin jauh dari pantai sehingga penangkapan ikan
menjadi lebih sulit. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus akan sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup nelayan di daerah tersebut (Nugroho & Dahuri, 2012).

Hilborn et al. (2020) pun menyampaikan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan yang open access
(pemanfaatan terbuka) dan minim pengelolaan, yaitu setiap orang dapat memanfaatkan
sumberdaya secara terbuka. Bila dibiarkan terus menerus maka akan terjadi dilemma sosial,
berupa populasi ikan akan berkurang dan semua nelayan akan merasakan dampaknya.

Gambar
Sehingga untuk mencegah terjadi dilemma sosial, maka dilakukan penerapan kuota penangkapan
ikan. Hal itu sebagai salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
penangkapan ikan berlebihan. Dengan menerapkan kuota penangkapan ikan, jumlah ikan yang
ditangkap dapat dibatasi sehingga tidak melebihi batas aman. Hal ini dapat membantu menjaga
populasi ikan tetap stabil dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem laut.
Dalam penelitian ini, para peneliti menemukan bahwa penerapan kuota penangkapan ikan sebesar
20% dari hasil tangkapan maksimum dapat mengurangi tangkapan ikan sebesar 10%. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan kuota penangkapan ikan dapat secara efektif mengurangi
penangkapan ikan berlebihan dan membantu menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.

Studi ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan kuota penangkapan ikan adalah strategi
yang efektif untuk mengatasi masalah penangkapan ikan berlebihan. Oleh karena itu, penerapan
kuota penangkapan ikan perlu dipertimbangkan sebagai salah satu kebijakan untuk pengelolaan
sumber daya perikanan yang berkelanjutan.

2. Dilema barang umum (Public good dilema) adalah layanan/barang/jasa yang hanya tersedia
setelah sejumlah anggota kelompok masyarakat berkontribusi terhadap penyediaannya. Anggota
kelompok harus menyerahkan sesuatu (dapat berupa materi/jasa) dimasa sekarang untuk
merasakan manfaatnya dimasa depan.
Public good dilemma menjelaskan bahwa kerugian jangka pendek (dalam individu berupa
materi/jasa) dapat mendatangkan keuntungan jangka panjang bagi masyarakat luas.

Contoh dilema barang umum adalah pembayaran pajak. Membayar pajak adalah kewajiban setiap
warga negara yang digunakan untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, seperti
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Namun, banyak orang yang memilih untuk tidak
membayar pajak karena mereka tidak melihat manfaat langsung dari membayar pajak. Akibatnya,
pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk menyediakan barang dan jasa publik yang
dibutuhkan masyarakat.

Dilema barang umum adalah masalah yang kompleks dan tidak ada solusi yang mudah. Namun,
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya barang dan jasa publik, serta
memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar, kita dapat mengatasi masalah ini dan menciptakan
masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai