Anda di halaman 1dari 7

Alifa Nadia Rahmani

230110180158
Perikanan C
Ujian Tengah Semster Ekonomi Sumberdaya Perairan
Rabu, 10 Maret 2021
Dosen : Prof. Zuzy Anna, M.Si.

1. Jelaskan dan bandingkan posisi klasifikasi pemanfaatan sumber daya perikanan


seperti yang jelaskan oleh Copes (1992) dengan sektor ekonomi sumber daya alam
lainnya seperti hutan, pertanian, minerba dan lain-lain.
Jawab :
Sumber daya perikanan termasuk kedalam sumber daya bersama (Commons
pool resource). Copes (1992) mengenalkan konsep perikanan berdasarkan
pemanfaatan sumber daya.

Gambar 1. Klasifikasi sumberdaya


Sumber: Copes 1992
Berdasarkan gambar diatas, pada kolom pertama menggambarkan tipologi
berdasarkan proses eksploitasi, mobilitas sumberdaya, struktur hak kepemilikan dan
klasifikasi sector. Jika dilihat dari proses eksploitasi, hunting atau berburu erat dengan
sumberdaya perairan yang bergerak atau fugitive sementara gathering berhubungan
dengan sumberdaya yang menetao (sedentary). Selanutnya pada baris ketiga
menggambarkan struktur kepemilikan milik bersama (common property) meskipun
sebagian gathering dapat dimiliki secara individu. Lalu pada baris kelima, merupakan
klasifikasi fishing yang berhubungan dengan gathering dan hunting dengan struktur
kepemilikan bersifat common property.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan perikanan akan mempunyai karakteristik


yang berbeda dengan kegiatan farming, hal ini dapat dilihat dari tipologi diatas. Sumber
daya ikan dianggap sebagai Ferae naturae dimana ikan mempunyai sifat asal alamiah
yang menyebabkan tidak boleh ada yang mengklaim kepemilikannya. Berbeda dengan
sumberdaya pertanian, mineral dan lainnya yang jelas akan kepemilikannya dan
bersifat private property.

2. Salah satu tipe ekonomi perikanan adalah subsisten dan perikanan rekreasi. Jelaskan
bagaimana perbedaan kedua tipe tersebut dan perkembangan baik aktivitasnya,
dampak ekonominya dan juga pengaturannya baik di Indonesia dan di negara-
negara maju.
Jawab :
Menurut Satria (2009) tipe ekonomi perikanan subsisten yaitu pemanenan atau
penangkapan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi saja bukan untuk kebutuhan
komersil. Sedangkan tipe ekonomi perikanan rekreasi biasanya hasil tangkapannya
hanya untuk kesenangan semata. Seperti di negara Australia, hasil tangkapan yang
didapatkan harus dikembalikan ke tempat asalnya ketika sudah mendapatkan
kesenangan.
Dalam pengembangan serta pengaturannya di Indonesia sendiri perikanan
rekreasi didorong dalam sektor pariwisata bahari seperti yang dikutip KKP (2019)
dalam artikelnya disebutkan bahwa pengembangan pariwisata daerah akan melibatkan
UMKM di bidang pariwisata Setidaknya tercatat 12 bidang usaha sektor pariwisata
yang diusulkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang dapat
dibiayai dalam program KUR diantaranya usaha daya tarik pariwisata, jasa transportasi
wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan minuman, penyediaan akomodasi,
kegiatan hiburan dan rekreasi, usaha penyelenggaraan MICE (meeting, incentive,
convention, exhibition), jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa
pramuwisata, wisata tirta, serta industri kerajinan dan pusat oleh-oleh.
3. Jelaskan kondisi pasar perikanan di Indonesia, apakah sudah berada dalam kondisi
pasar bersaing sempurna? Ataukah mengalami kegagalan pasar? Jelaskan ciri-
cirinya beserta contoh kasusnya di Indonesia?
Jawab :
Kondisi pasar di Indonesia saat ini dapat dikatakan belum bersaing sempurna.
Banyak faktor yang membuat pasar di Indonesia belum dapat bersaing sempurna jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya seperti negara Jepang dan Korea
Selatan karena pangan dari laut begitu terintegrasi kedalam kultur pangan kedua negara
tersebut (Setyorini, 2006).
Faktor yang membuat masyarakat masih enggan untuk mengkonsumsi ikan
diantaranya terdapat perbedaan pola konsumsi atau budaya makan ikan. Biasanya
budaya makan ikan masyrakat pesisir akan lebih banyak dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di perkotaan (Suryadiana, dkk. 2014). Selain itu, pada variabel
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan dan selera berpengaruh nyata
terhadap jumlah konsumsi jenis ikan (Chotimah, 2003). Serta masih kurangnya
pengetahuan masyarakat akan manfaat yang didapatkan jika mengkonsumsi ikan serta
cara pengolahannya. Belum lagi ditambah dengan keadaan pandemic Covid-19 yang
membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala). kebijakan tersebut menghambat dan menyulitkan nelayan lokal dan juga
industri perikanan tangkap dalam kegiatan memasarkan hasil tangkapan mereka.
Menurunnya aktivitas tersebut jika berlangsung lama tentunya akan berdampak pada
penurunan pendapatan harian masyarakat terutama nelayan lokal dan pembudidaya
ikan.
Contohnya terdapat studi kasus mengenai Dampak Covid-19 Terhadap Sektor
Kelautan Dan Perikanan. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan November tahun
2020 oleh Mery Nova Sari dkk. Penelitian tersebut menganalisis isu-isu yang terjadi
tentang aktivitas pelaku perikanan beserta penyebabnya pada berbagai lokasi di
Indonesia. Di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jakarta terjadi penurunan harga
ikan hingga 50% yang diakibatkan karena adanya PSBB. Sedangkan di Serang, Banten
diakibatkan karena sepinya pembeli.
Dari penelusuran tersebut, untuk meningkatkan konsumsi ikan maka
diperlukan penyediaan ikan dengan harga yang terjangkau dengan memperhatikan
pangan, perlu diadakannya tahap edukasi bagi masyarakat mengenai manfaat yang
akan diperoleh apabila memakan ikan, melakukan pengembangan produk dari ikan
tersebut agar yang awalnya tidak suka menjadi suka, serta pengelolaan yang baik dari
pemerintah juga agar distribusi nya tetap lancar termasuk pada saat akan mengekspor
ikan.

4. Apa yang dimaksud dengan biaya sosial perikanan? Jelaskan dalam konteks
diagram copes maupun perikanna secara umum.
Jawab :
Biaya sosial merupakan biaya yang mana mewakili manfaat yang diterima
bisnis dan rumah tangga dari aktivitas produksi atau konsumsi mereka atau sama
dengan manfaat pribadi (private benefit) plus manfaat eksternal (external benefit)
(Mathews, 1997). Biaya sosial biasanya meliputi seluruh biaya operasi perusahaan
(bahan baku yang dibeli, hutang, kerusakan lingkungan dan hal-hal yang menyangkut
perusahaan (Memed, 2001).
Copes juga mengklasifikasikan manfaat dan biaya menjadi beberapa
komponen yaitu:
a. Nilai utilitas tangkapan (Utility value) terdiri dari upah normal nelayan / normal
wages (a) sampai ke nilai ikan bagi konsumen yang dibayarkan (j).
b. Nilai ikan yang didaratkan (landed value) terdiri dari biaya sosial dan manfaat
sosial bersih (net social benefits).
• Biaya sosial meliputi biaya penangkapan dan biaya pengelolaan.
- Biaya penangkapan mencakup upah normal nelayan (a) samapai ke biaya
operasi termasuk depresiasi (c) dan
- biaya pengelolaan mencakup biaya pengelolaan yang dikeluarkan
pemerintah (d).
• Manfaat sosial bersih (net social benefits) meliputi surplus produsen
(rente), rente sumberdaya dan surplus konsumen.
- Surplus produsen (rente) mencakup penerimaan nelayan karena kelebihan
skill (highliner) (e) sampai ke penerimaan bagi pemilik kapal karena
kelebihan skill (highliner) (f).
- Rente sumberdaya mencakup bagian dari rente sumberdaya yang didapat
oleh nelayan (g) sampai ke bagian dari rente sumberdayayang didapat
oleh pemerintah (i)
- Surplus konsumen mencakup nilai ikan bagi keperluan di atas harga yang
dibayarkan (j).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya sosial berdasrkan diagram Copes
(1986) mencakup segala kebutuhan internal yang dibutuhkan dalam kegiatan perikanan
yang harus dicukupi oleh nelayan atau pelaku perikanan lainnya.

5. Apakah perikanan yang diatur dalam kondisi open access akan memberikan rente
ekonomi baik untuk konsumen, produsen dan pemerintah secara berkelanjutan?
Uraikan dan jelaskan secara logik.
Jawab :
Menurut Williams & Staples (2010) open access fisheries menyebabkan
terjadinya overfishing karena akses terhadap sumber daya perikanan relative terbuka
sehingga pelaku perikanan berlomba lomba menangkap ikan sebanyak-banyaknya
ini menimbulkan tindakan nelayan melakukan perlombaan menangkap ikan (race
for fish). Dalam hal ini pengaruh kondisi open access terhadap rente sumber daya
akan berdampak positif bagi surplus melalui pajak yang diterapkan pemerintah
dalam eksploitasi sumber daya, karena akan semakin banyak para pelaku perikanan
termasuk dari negara asing yang mengekploitasi sumberdaya perikanan Namun
untuk jangka waktu yang sementara. Dalam pemanfaat berkelanjutan kondisi open
access akan berdampak sangat buruk terhadap rente ekonomi baik konsumen,
produsen dan pemerintah , karena sumber daya alam di eksploitasi besar-besaran
yang akan mengakibatkan sumber daya hayati menjadi berkurang bahkan
menghilang sehingga roda ekonomi tidak akan berjalan baik karena ketersediaan
sumber daya yang terbatas akibat eksploitasi yang besar-besaran
DAFTAR PUSTAKA
Chotimah Kh. 2003. Analisis perbandingan jumlah konsumsi ikan pada penduduk di daerah sentra
produksi dan daerah non sentra produksi di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur serta
faktor-faktor penentu jumlah kon sum sinya. Jurnal penelitian Perikanan Universitas
Brawijaya. Fakultas Perikanan.Isjd.pdii.lii.go,id/i n dex.
Mathews, M.R. 1997. Twenty-five years of Social and Environmental Accounting Research, is
There a Silver Jubblee to Celebrate?. Accounting, Auditing and Acountability Vol.
10:4. 481-531.
Memed Sueb. 2001. Pengaruh Akuntansi Sosial terhadap Kinerja Sosial dan Keuangan
Perusahaan Terbuka di Indonesia. Disertasi Universitas Padjadjaran Bandung.
Nova, Mery Sari., Fransiska., Mahimah. 2020. Dampak Covid-19 terhadap sektor kelautan dan
Perikanan. Universitas Hangtuah: Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan.
Satria, D. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka
Program Pengentasan Kemiskinan. Journal Of Indonesian Applied Economics.Vol. 3
No. 1, 37-47. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.
Setyorini, E. 2007. Pangan Laut Belajar dari Jepang, Inovasi, vol 6/xviii/maret 2006.http://io.ppi-
Jepang.org/article.php
Suryadiana E., Kusharto, Clara M. N, dan Naufal M. 2014. Kontribusi konsumsi ikan terhadap tkt
kecukupan protein pada suku Sunda dan Bugis disekitar Waduk Cirata, Kab. Cianjur.

Anda mungkin juga menyukai