Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SIPIL DAN PESISIR

OLEH:

KELOMPOK 5

YUSRIANI (C1E120138)

RAHMAT ANAS (C1E120118)

ROY MARSELA (C1E120122)

LA ODE MUH. ALSYAIDDIN (C1E118094)

WAHIDIN (C1E120134)

WAWAN DARMAWAN (C1E120136)

SARDIN

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem daratdan laut, serta memiliki potensi sumber daya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun,karakteristik laut tersebut
belum sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan
pemerintahyang sektoral dan bias daratan, akhirnya menjadikan lautan sebagai
kolam sampah raksasa. Dari sisi socialekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih
terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai
jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia.
Kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak
untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi
pemanfaatannya.

Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya, kelompok


ekonomi yang mengalami kondisiketerasingan dari dinamika perekonomian
nasiaonal lebih parah terjadi pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber
dari sifat dasar arena aktifitas yang dimiliki yang tidak memiliki dukungan
perangkat hokum yangmemadai, seperti tidak dimungkinkannya pemilikan laut
atau kawasan pantai sebagai asset produksi, kebutuhaninvestasi yang relatif besar
dan beresiko tinggi, serta luas pemasaran yang cenderung hanya untuk
memenuhikebutuhan local. Kondisi seperti ini mengakibatkan kelompok
masyarakat nelayan cenderung tertinggaljauhdibandingkan dengan kelompok lain
yang bekerja didaratan.

Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan peningkatan


kualitas hidup nelayan adalahketerdesakkan kelompokm masyarakat ini akibat
semakin intensifnya penetrasi nelayan asing terhadap sumberdaya dan pasar
domestic. Pengusaha dalam bidang marine-bisnis nasional dengan modal besar
dengan jaringan pasar yang luas dan pemanfaatan teknologi yang hmpir mustahil
tersaingi oleh kelompok masyarakat nelayannasional. Upaya perlindungan melalui
peraturan daerah dan peningkata kemandirian kelompok masyarakat inimerupakan
agenda yang mendesak untuk segera dise;esaikan sebagai bagian integral
pengembangan masyarakatnelayan.Keseluruhan kecenderungan pembangunan
tersebut melahirkan ketersaingan kelompok yang tidak hanyanampak pada tingkat
pendapatan yang dimiliki, melainkam juga pada kualitas hidup, pola aktifitas
ekonomi,skala dan jenis output yang dihasilkan. Tentu saja pergantian generasi
pada kelompok masyarakat nelayan.

Keseluruhan kecenderungan pembanguna tersebut melahirkan keterasaingan


kelompok yang tidak hanya Nampak pada tingkat pendapatan yang dimiliki,
melainkan juga pada kualitas hidup, pola aktivitas ekonomi, skala dan jenis output
yang dihasilkan. Tentu saja pergantian generas pada kelompok masyarakat ini
juga berlangsung secara marjinal dengan segala konsekwensi social yang terbawa
serta. Bila keadaan seperti ini berlanjut, maka investasi yang dibutuhkan untuk
pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya pengembangansumberdaya
manusia makin bertambah mahal.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

1. Apa saja potensi sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia?


2. Apa masalah dan isu yang dihadapi dalam pemanfaatan dan pengolahan
sumber daya pesisir?
3. Bagaimana strategi pengembangan masyarakat pesisir?

C. Tujuan

Adapaun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui potensi sumber daya pesisir dan laut Indonesia.


2. Untuk mengetahui mengetahui masalah dan isu yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengolahan sumber daya pesisir.
3. Untuk mengetahui strategi pengembangan masyarakat pesisir.
BAB II PEMBAHASAN

A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan

Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam


pembangunan sejak Repelita VI rezimOrde Baru. Sejak kemerdekaan sampai awal
Repelita VI tersebut, pemerintah lebih memperhatikan eksploitassumber daya
daratan, karena pada masa tersebut daratan mempunyai potensi yang sangat besar,
baik sumberdaya mineral maupun sumber daya hayati, seperti hutan.

Namun setelah hutan ditebang habis sumber minyakdan gas baru sulit
ditemukan didaratan, maka pemerintah berpaling ke sektor kelautan.Potensi
kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau
dengan garis pantaisepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau sebesar
70% dari luas total wilayah Indonesia. Potensi tersebut tercermin dengan
besarnya keanekaragaman hayati. Potensi budidaya perikanan pantai dan laut
sentral pariwisata bahari. Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru
dimanfaatkan sebagian kecilnya saja. Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru
dimanfaatkan sebersar 62% saja. Potensi perikanan pantai dan lautan juga
barudimanfaatkan sebagian kecil saja. Demikian juga pariwisata bahari baru
dimanfaatkan pada pulau-pulau tertentusaja. Biota laut untuk pengembangan
industri pangan, kosmetik, dan farmasi baru sebagian kecil dimanfaatkan.Jasa
perhubungan laut antara pulau di tanah air maupun dengan negara-negara lain
sebagian besar masihdidominasi oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan gas
buni dilaut sudah banyak dimanfaatkan, namun barusebagian kecil dari potensi
yang ada.

B. Masalah dan Isu

1. Masalah

Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi
dalam pemanfaatan dan pengelolaansumber daya pesisir, yaitu :

a. Aspek sosial
1. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan
pesisir.
2. Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk
berpartisipasi secara aktif dandiberdayakan dalam upaya berbagai
pelestarian lingkungan serta dalam proses pengambilan keputusan untuk
pengelolaan sumber daya pesisir.

b. Aspek ekonomia.

1. Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan


pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan
modal, sarana produksi, pengetahuan dan keterampilan, serta faktor
eksternal sepertiketerbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh
pemerintah.
2. Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan
dan pengambilan keputusan olehinstansi-instansipemerintah daerah yang
berkaitan dengan pembangunan pesisir.

c. Aspek ekologis

Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi,


menjaga keseimbangan danmemantapkan ekosistem pesisir, sehingga
terjadi banyak pengrusakan hutan bakau (magrove), tumbuh karangdalam
jangka waktu pendek.

d. Aspek administratif

Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan


penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan perairan karena selama
inimasih terdapat banyak tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab
diantara lembaga-lembaga pemerintahdan nono pemerintah yang terkait.
2. Isu

Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi


dalam pengelolaan sumber daya pesisirdan laut untuk kedepan, yaitu :

a. Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.


b. Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan
masyarakat.
c. Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan
secara optimal sebagai suatu usaha yangdapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat
d. Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu
sektor andalan dalam pembangunandaerah.
e. Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik
pembangunan prasarana sosial maupun prasarana fisik.

C. Skenario Pengembangan kelompok Nelayan

Pengembangan kelompok nelayan tidak dapat hanya didekati dari sudut yang
sempit atau secara sektoral.Pengembangan suatu sistem yang didasari oleh
pendekatan pembangunan masyarakat, merupakan cara yangterbaik. Dalam
hubunga ini, pengembangan kualitas kelembangaan, kualitas sumber daya
manusia, daninfrastruktur penunjang dan atau pemanfaatan infrastruktur yang
telah ada kedalam skenario pengembangan,merupakan suatu pola pembangunan
masyarakat yang memerlukan perumusan permasalahan secara
terintegrasi.Interaksi fungsional keseluruhan variabel strategis tersebut diharapkan
sanggup menciptakan proses pemberdayaan kelompok masyarakat nelayan yang
dapat mempertahankan diri dan terlindungi dari polainteraksi yang sehat dengan
kelembagaan lain yang sejenisnyadan atau yang terkait dalam
menjalankanusahanya.

D. Strategi Pengembangan

Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi


pengembangan, yaitu :
a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan
pemetaan kulitas hidup, potensi dankendala pengembangan yang mereka
hadapi
b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan
pemetaan sumber daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan
baik dari sudut daya dukung yang dimiliki maupun terhadap daya saing
pada pasar regional, nasional, dan global.
c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang
telah melekat secara historis maupunkarena adanya perkembangan
eksternal yang menyebabkan terciptanya kendala kelembagaan.
d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok
nelayan, baik dari lembaga pemerintahmaupun swasta nasional atau asing.
Dalam hubungan ini dilakukan evaluasi peluang dan hambatan
pengembangan kemitraan terhadap lembag-lembaga yang terkait dan
pemecahan yang paling memungkinkanuntuk mengatasinya.
e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.

1. Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan

Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan,


baik dalam bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi nelayan
dan atau unit usaha nelayan yang terbentuk sebagai tindaklanjut pembentukan
kelompok nelayan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun aspek-aspek
tersebut, palingtidak menyangkut beberapa hal utama :

a. Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan,


koperasi dan pelaku ekonomi swasta(nasional atau asing)
b. Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi /
unit usaha.
c. Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga
financial / perbankkan dan kelompoknelayan
d. Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non
ekonomis, seperti pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap
usaha ekonomi ekonomi yang dilakukan maupun terhadap pemeriharaan
asset produksi yang dimiliki, maupun terhadap bantuan aktifitas social
yang berkaitan dengan budaya setempat.

2. Pengembangan Model Adaptasi Teknologi Marikultura

Pengembangan model adaptasi teknologi, khususnya pembudidayaan hasil laut,


merupakan tahapan yang palingstrategis. Adaptasi teknologi yang dimaksud disini
bukan hanya yang berhubungan dengan aspek keterampilanteknis, melainkan
mencakup pengorganisasian dan peningkatan kemampuan manejerial. Adapun
tahapan darimateri yang akan ditawarkan kepada kelompok masyarakat nelayan
secara garis besarnya meliputi :

a. Pelatihan dan percontohan dalam bidang budidaya hasil laut. Aktifitas ini
dilakukan secara bertahap dan bergilirterhadap kelompok masyarakat
nelayan pada wilayah sasaran.
b. Pemagangan bagi kelompok nelayan yang merupakan target pada tahap
lebih lanjut pada kelompok yang telahterlatih sebelumnya atas
pengawasan kelompok penyuluhan, akan akan dilaksanakan agar proses
adaptasiteknologi dapat menyebar.
c. Studi banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang
kemudian hari dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh
untuk berkunjung pada daerah yang lebih maju.
d. Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi
adalah :
 Peningkatan keterampilan dalam proses produksi
 Peningkatan kemampuan manajerial usaha
 Peningkatan kemampuan kualiti control
 Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan
lingkungan hidup.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
menjadi kesimpulan dalam makalah ini,sebagai berikut :

 Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi


untuk mengatasi ketidakberdayaanindividu dan masyarakat dalam
menghadapi masalah dan meningkatkan kemampuan mengambil
keputusanyang menyangkut dirinya sendiri dan memberi kesempatan
untuk mengaktualisasikan diri.
 Bila dilihat dari studi kasus, maka dapat disimpulkan bahwa masih
kurangnya masyarakat pesisir terhadapancaman kerusakan pesisir dan laut,
seperti kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat desktruktif, yaitu
penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun, dan lain-lain
 Bila dibandingkan dengan kelompok ekonomi lainnya, kelompok pelaku
ekonomi yang mengalami keterasingandari dinamika perekonomian
nasional lebih parah terjadi pada kelompok nelayan.
 Rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan yang
sedemikian besar terutama disebabkankarena berbagai macam Kendala
yang dihadapi terutama pada masyarakat pesisir misalnya : rendahnya
kualitasSDM, keterbatasan akses pasar, sumberdaya financial, teknologi
dan lain-lain

B. Saran

Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan


Di Sekitar Hutan, DepartemenKehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.
2. Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen
Kehutanan. Jakarta
3. Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya
Penanggulangan Kemiskinan.
4. Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan
Kemiskinan Melalui PemberdayaanMasyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah

Anda mungkin juga menyukai