Anda di halaman 1dari 23

KONFLIK SOSIAL DAN KONFLIK POLITIK

Oleh Kelompol 1:

Putri Diermala Sultan C1E120058

Sitti Padvika Mukminin C1E120014

Elsa Frafidya C1E120082

Bayu Pramana Putra C1E120022

Muhammad Aditya C1E120104

Fajar Akbar C1E120004

La Ode Aldin C1E120036

Andika Saputra C1E119020

Fandi Fatriawan C1E116014

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 11 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………....…………….......…........i

KATA PENGANTAR………………………………………....…………….......……ii

DAFTAR ISI………………………………………………..….………………….....iii

BAB I…………………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………….......…………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………..……………………2
C. Tujuan…………………………………………………………………………2

BAB II ………………..
……………………………………………………………….3

A. Contoh Kasus
Politik…………………………………………………………..3
B. Contoh Konflik Sosial…………..……………………………………………
13

BAB III……..………………………………………………………………..............15

A. KESIMPULAN……………………………………………………………....15

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan
lain sebagainya, dimana tujuan dari mereka bertikai itu tidak hanya untuk
memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya dengan
kekerasan atau ancaman.
Menurut Fisher, konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-
sasaran yang tidak sejalan. Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak
terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat
tidak sejalan. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-
hubungan sosial, seperti kesenjangan status sosial, kurang meratanya
kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan
masalah-masalah diskriminasi.
Karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan
berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial politik.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusun Poerwadarminta (1976),
konflik berati pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul
ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak
berseberangan.
Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat
menyeluruh dalam kehidupan. Konflik berasal dari kata kerja latin "configere".
Artinya saling memukul. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang
terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi
karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan
negara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, dan untuk mengetahui gambaran lebih
jelas tentunya akan mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah sebagai
berikut :
1. Memberikan contoh konflik politik dan konflik sosial.
2. Menganalisis konflik politik dan konflik sosial.
3. Bagaimana penyelesian konflik politik dan sosial

C. Tujuan

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan makalah ini yaitu dapat menganalisis konflik-konflik
sosial dan politik .
BAB II

ISI

A. Contoh Kasus Politik


1. Penjelasan Kasus
Konflik politik adalah terjadinya perbedaan pendapat yang memicu
adanya persaingan dan pertentangan di antara individu dan kelompok
ataupun organisasi sosial perpolitikan dalam upaya memperoleh maupun
mempertahankan sumber-sumber dari keputusan atas kekuasaan yang
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah yang berkuasa.
Menurut Rauf (2001), pengertian konflik politik adalah pertikaian
dalam perpolitikan yang mempunyai keterkaitan hubungan dengan
negara, pemerintah, pejabat, dan kebijakan yang diciptakan.

Contoh konflik politik :

Konflik internal dalam tubuh partai Demokrat

Partai Demokrat atau secara umum disingkat dengan PD adalah


sebuah partai politik Indonesia. Partai ini didirikan pada 9
September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Pendirian partai ini
erat kaitannya dengan niat untuk membawa Susilo Bambang Yudhoyono,
yang kala itu menjadi Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan
di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden. Karena hal inilah, Partai
Demokrat terkait kuat dengan figur Yudhoyono.
Pada tahun 2021 kemarin terjadi Konflik internal di tubuh Partai
Demokrat masih belum surut. Bermula dari saling klaim kepemimpinan
hingga kini berujung saling lapor. Api mulai memercik setelah Ketua
Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut
ada gerakan pengambilalihan kepemimpinan partai.
Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang digelar dan
menunjuk Moeldoko sebagai ketua baru versi KLB. KLB Partai Demokrat
itu sendiri adalah agenda partai yang salah satunya bertujuan untuk
memilih dan menetapkan ketua umum. Selain itu, juga meminta dan
menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Pergelaran Kongres Luar Biasa pun harus disetujui oleh Majelis Tinggi
Partai. Sementara saat ini, posisi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat
dipegang oleh SBY.
Sebagaimana tertuang dalam AD/ART Partai Demokrat pasal 81,
kongres adalah pemegang kekuasaan tertinggi partai yang diselenggarakan
sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Kongres Luar Biasa
memiliki wewenang dan kekuasaan yang sama dengan Kongres.
Kongres dan Kongres Luar Biasa berwenang (ayat 3) untuk:
1) Meminta dan menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan
Pimpinan Pusat.
2) Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3) Memilih dan menetapkan Ketua Umum.
4) Menetapkan Formatur Kongres. Menyusun Program Umum
Partai.
5) Menetapkan Keputusan Kongres lainnya.
Kongres Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan (ayat 4): Majelis
Tinggi Partai, atau Sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
Dewan Pimpinan Daerah dan 1/2 (satu per dua) dari jumlah Dewan
Pimpinan Cabang serta disetujui oleh Ketua Majelis Tinggi Partai.

Kongres Luar Biasa dapat dilakukan khusus untuk perubahan atau


penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
dengan tetap memenuhi syarat sebagaimana dimaksud ayat (4) tersebut.

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan sampai angkat


bicara soal klaim kepemimpinan ini, dan AHY melaporkan KLB yang
dinilainya tak sah ke Kemenkumham. Tak mau kalah, Partai Demokrat
kubu Moeldoko menyerahkan hasil KLB yang telah digelar ke
Kemenkumham sehari setelahnya, Selasa (9/3/2021).

Ada beberapa alasan terjadinya konflik tersebut, yaitu :


1) Upaya ambil alih kepemimpinan
Pada 1 Februari, AHY menyelenggarakan konferensi
pers dan menyebut ada sebuah gerakan yang mengarah pada
upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.
"Adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya
pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa
yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai
Demokrat,"kata AHY dalam video konferensi pers yang
diunggah dalam akun Youtube-nya.
Ia menyampaikan, gerakan ini melibatkan 5 orang, 4
merupakan mantan kader, dan seorang lainnya adalah pejabat
penting pemerintahan di lingkar kekuasaan Presiden Joko
Widodo. AHY menyebut para elit tersebut aka.
menyelenggarakan KLB untuk mengganti pimpinan Partai
Demokrat. Ia menegaskan tetap menghormati asas praduga tak
bersalah dalam permasalahan yang ada.
2) Surati Presiden dan Menkopolhukam
Masih dari konferensi pers yang sama, AHY
menyampaikan ia telah mengirim surat secara resmi kepada
Presiden Joko Widodo pada (1/2/2021) pagi harinya. Dalam
surat itu, ia meminta konfirmasi dan klarifikasi Presiden atas
kabar adanya gerakan tersebut. Namun surat itu tidak mendapat
tanggapan dari pihak Istana.
Tidak berhenti, Partai Demokrat kembali berkirim surat
kepada jajaran Pemerintahan, kali ini Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan HAM (Menkopolhukkam) Mahfud MD.
Mahfud mengaku menerima surat yang berisi permohonan
perlindungan hukum dan pencegahan penyelenggaraan KLB
itu pada 4 Maret 2021.
3) KLB Deli Serdang
KLB benar terjadi pada 5 Maret pukul 15.00 WIB di
The Hill Hotel and Resort Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera
Utara. Hasil dari KLB itu adalah terpilihnya Kepala Kantor
Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko menjadi Ketua Umum
Partai Demokrat kubu KLB, melalui proses voting.
Selain Moeldoko, nama lain yang diajukan untuk
menjadi ketum dalam kesempatan itu adalah Marzuki Alie.
Namun, pada akhirnya Moeldoko yang terpilih. Keputusan pun
diambil dan disetujui oleh para peserta KLB dengan riuh tepuk
tangan dan seruan kata "setuju!". KLB ini diprakarsai oleh
seorang mantan kader Demokrat yang telah dipecat, Darmizal.
4) SBY angkat bicara
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono angkat bicara terkait KLB tersebut. Ia menyebut
pihaknya berkabung atas terjadinya KLB yang dinilai
menyerang kedaulatan Partai Demokrat. "Hari ini kami
berkabung, Partai Demokrat berkabung, sebenarnya bangsa
Indonesia juga berkabung, berkabung karena akal sehat telah
mati, sementara keadilan supermasi hukum dan demokrasi
sedang diuji," kata SBY dalam konferensi pers secara daring,
Jumat (5/3/2021).
SBY juga menyebut pelaku atau dalang di balik KLB
itu sebagai pihak yang benar-benar tega dan berdarah dingin. Ia
tidak pernah terpikir bahwa partai yang selama ini menjadi
rumah dan kendaraan politiknya mendapat perlakuan yang
sedemikian ini.
Mereka mengaku tidak ingin mengganggu konsentrasi
Kemenkumham dengan hadirnya keramaian di kantor
kementerian itu.

Tidak hanya itu konflik masih berlanjut Perselisihan Partai Demokrat


antara kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan kubu Moeldoko
belum mereda. Hari ini, Rabu, 17 Maret 2021, Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Pusat, Jakarta menggelar sidang gugatan pemecatan Jhoni Allen
Marbun sebagai anggota Partai Demokrat. Jhoni adalah Sekretaris Jenderal
Demokrat versi Moeldoko yang ditetapkan dalam kongres luar biasa (KLB)
di Deli Serdang, Sumatera Utara.“Acara adalah pembacaan gugatan
penggugat,” kata Kepala Humas PN Jakarta Pusat Bambang Nurcahyono
seperti diwartakan Antara.

Dalam masalah ini, Jhoni Allen menggugat Ketua Umum Partai


Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sekretaris Jenderal Partai
Demokrat Teuku Riefky Harsya, dan Ketua Dewan Kehormatan DPP
Partai Demokrat Hinca Panjaitan.Penggugatan tersebut terkait dengan
pemecatan Jhoni sebagai kader partai. Sebelumnya, Jhoni dipecat oleh
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat versi AHY dari anggota
partai pada 26 Februari.

Selain itu, tim hukum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang juga


sudah mendaftarkan hasil KLB ke kantor Kementerian Hukum dan HAM.
Langkah ini dilakukan tak lama setelah AHY mendatangi kantor tersebut.
AHY mendatangi Kemenkumham untuk menyerahkan surat berisi laporan
pelanggaran Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang
dilakukan peserta kongres luar biasa di Deli Serdang.

Dalam melihat kasus ini di lihat dari sudut pandang interaksionis


dimana konflik yang terjadi di dalam tubuh internal partai demokrat terjadi
karena adanya perbedaan pandangan antara Demokrat kubu AHY dan
Demokrat kubu KLB.

2. Analisis Konflik
Untuk bentuk dari konflik ini yaitu berbentuk Destruktif respond dimana,
Konflik destruktif adalah pertentangan yang terjadi karena adanya
perasaan tidak senang atau perasaan dendam dari seseorang atau
kelompok terhadap pihak lain yang bisa menimbulkan kerugian bagi
individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.
Konflik yang terjadi pada partai demokrat karena adanya pihak lain
yang merasa di rugikan terhadap menyebut "Adanya gerakan politik yang
mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat
secara paksa yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai
Demokrat," dari permasalahan itulah muncul konflik yang terjadi di partai
demokrat Perpecahan partai politik di Indonesia merupakan sebuah
fenomena yang umum.
Hal tersebut kebanyakan dipengaruhi oleh perebutan kekuasaan.
Sejatinya, terdapat dua faktor penyebab perpecahan partai politik, yakni
secara internal dan eksternal. Perbedaan pendapat, ideologi, dan
kepentingan dalam partai politik merupakan hal yang wajar. Namun,
resolusi atas permasalahan tersebut menjadi penting karena mempengaruhi
soliditas internal dan citra partai politik yang menentukan kepercayaan
masyarakat.
Analisis ini akan membahas mengenai konflik internal dalam Partai
Demokrat yang terjadi beberapa waktu lalu. Meskipun perpecahan
tersebut hanya berlangsung di waktu yang singkat karena kemenangan
jelas bagi kubu yang dekat dengan kekuasaan, fenomena tersebut cukup
berpengaruh terhadap citra partai biru hingga saat ini.
Konflik yang menimpa Partai Demokrat mengalami eskalasi semenjak
periode kedua kepemimpinan SBY, di mana banyak petugas partai yang
tersandung kasus korupsi. Ditambah dengan, adanya kasus kudeta yang
dilakukan oleh kubu Moeldoko terhadap AHY. Keterpilihan Moeldoko
sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sempat menyita perhatian
masyarakat karena ia bukan merupakan kader Demokrat, pun ditemui
indikasi keterlibatan istana. Secara garis besar, kudeta terjadi sebagai
reaksi atas kekecewaan beberapa kader terhadap kepemimpinan dan
resolusi konflik ala AHY.
Mengacu pada beberapa indikator manajemen partai politik, terdapat
beberapa alasan mengapa AHY dianggap belum memadai untuk menjabat
sebagai ketua umum dan menjadikan Partai Demokrat rentan terpaan
konflik atau intervensi eksternal, hingga akhirnya dilihat sebagai peluang
untuk melemahkan fungsinya sebagai oposisi.
Pertama, AHY dicap sebagai politikus karbit. Hal ini dilatarbelakangi
oleh indikasi kepemimpinan AHY yang belum matang dalam mengelola
partai, termasuk dalam resolusi konflik. Kepemimpinan AHY relatif
lemah karena ia belum mampu merangkul dan menjalin kedekatan dengan
tokoh senior partai ataupun eksternal.
Kedua, kuatnya kepentingan pragmatis dan tradisi kekerabatan dalam
menentukan jabatan strategis di Partai Demokrat. Sejak lama, SBY terlihat
selalu menjadikan keluarga ataupun kerabat terdekatnya sebagai kandidat
untuk menduduki kursi kepemimpinan dalam partai.
Ketiga, perpecahan internal Partai Demokrat. Konsolidasi dalam Partai
Demokrat belum cukup kuat karena cenderung bergantung terhadap sosok
SBY. Pun, adanya kubu dalam internal Demokrat menjadikan citra
Demokrat di masyarakat menurun.
Beberapa kasus di atas menandakan adanya kegagalan pemahaman
makna konsolidasi dan kaderisasi, baik secara etika dan moral. Pun,
keterlibatan pihak eksternal dalam kudeta menunjukkan adanya
ketergantungan anggota partai terhadap sosok di luar partai yang dianggap
lebih sesuai dengan apa yang dibutuhkan, dalam partai personal seperti
Demokrat, dimana kekuatan suatu individu dapat menggantikan pengaruh
ideologi. Dengan begitu, Demokrat perlu menekankan kembali demokrasi
internal partai, ideologi, dan pendidikan politik melalui kaderisasi dan
konsolidasi yang efektif, serta melakukan perbaikan pola komunikasi
secara internal maupun eksternal.

3. Penyelesaian Kasus
Menurut Pakar hukum tata negara sekaligus pengamat politik, Refly
Harun mengatakan, penyelesaian konflik internal partai politik sangat
mudah. Yakni menggunakan Pasal 32 UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik.
Pasal 32 ayat 1 berbunyi :
1) Perselisihan partai politik diselesaikan oleh internal partai
politik sebagaimana diatur dalam AD/ART.
2) Penyelesaian internal partai politik sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, dilakukan oleh Mahkamah Partai Politik atau
sebutan lain yang dibentuk oleh partai politik.
3) Susunan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan oleh pimpinan
partai politik kepada kementerian.
4) Penyelesaian internal partai politik sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 harus diselesaikan paling lambat 60 hari.
5) Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat
mengikat secara internal dalam hal yang berkenaan dengan
kepengurusan.

Selanjutnya Konflik internal di tubuh partai ini tidak hanya pernah


menimpa Demokrat, tetapi juga partai lain, seperti Golkar, Partai
Pembangunan Persatuan (PPP) Lantas bagaimana cara mengurus sengketa
partai politik di Indonesia, yaitu :

Cara Mengurus Sengketa Partai

Seperti dilansir Hukum Online, penyelesaian konflik internal partai


bisa diselesaikan lewat Mahkamah Partai. Namun, apabila ada pihak-pihak
yang keberatan atas putusan Mahkamah Partai, maka bisa mengajukan
keberatan ke pengadilan negeri (PN).

Selain itu, penyelesaian sengketa partai politik juga diatur dalam UU


Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik. Aturan itu tertuang dalam Pasal
32 dan Pasal 33, berikut isinya:

 Pasal 32
1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan dengan cara
musyawarah mufakat.
2) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan
Partai Politik ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan.
3) Penyelesaian perselisihan di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui
rekonsiliasi, mediasi, atau arbitrase Partai Politik yang
mekanismenya diatur dalam AD dan ART.

 Pasal 33

1) Perkara Partai Politik berkenaan dengan ketentuan


Undang-Undang ini diajukan melalui pengadilan negeri.
2) Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama
dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada
Mahkamah Agung.
3) Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan
oleh pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari
sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan
negeri dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan
Mahkamah Agung.

B. Contoh Konflik Sosial


1. Penjelasan Kasus
Konflik berasal dari bahasa latin configere yang bararti memikul.
Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dia
orang atau lebih, yang salah satu pihak berusaha ingin menyingkirkan
pihak lain dengan menghacurkannya.
Menurut Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa konflik adalah suatu
proses sosial ketika orang atau sekelompok manusia berusaha memenuhi
tujtuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan
anacaman dan atau kekerasan.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengertisn konflik sosial adalah
pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam
kehidupan.

Contoh konflik sosial :


Pengusiran Mahasiswa Papua di Yogyakarta
Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar. Julukan ini diduga diberikan
karena banyak pusat pendidikan yang berdiri di sana. Karena itu, banyak
pelajar yang tertarik untuk menuntut ilmu di sana. Tetapi dengan begitu
Yogya juga menjadi tempat berkumpulnya bermacam budaya, ciri khas,
serta pemikiran-pemikiran yang mereka percaya yang dibawa oleh diri
mahasiswa dari tempat asalnya.
Kejadian pengusiran mahasiswa Papua di Yogyakarta tersebut bermula
saat mahasiswa Papua yang menamai diri Persatuan Rakyat untuk
Pembebasan Papua Barat (PRPPB) membuat rangkaian acara pada tanggal
13-16 Juli 2016.
Acara tersebut dalam rangka mendukung ULMWP (United Lebration
Movment For West Papua) untuk bergabung di Melanesian Spearhead
Grup (MSG) yang sedang melakukan Konferensi Tingkat Tinggi di
Honiara, Solomon Island 13-15 Juli. PRPPB semula berencana melakukan
aksi long march dengan rute Asrama Mahasiswa Papua di Jalan
Kusumanegara ke Titik Nol KM di Jalan Panembahan Senopati
Tetapi sebelum long march dilakukan, ratusan personel kepolisian
sudah mengepung asrama tersebut. Mahasiswa didorong masuk ke dalam
asrama.
Konflik sosial terjadi di kawasan Yogyakarta. Mahasiswa yang
mendukung kemerdekaan Papua Barat mendapat perlakuan tidak
menyenangkan dari masyarakat. Asrama mereka dikepung oleh anggota
ormas yang meneriakkan kata-kata rasis. Tidak hanya itu, mahasiswa
Papua juga mengalami pengusiran akibat perbedaan pandangan ini.
Selain mendukung pembebasan Papua Barat, sedianya tuntutan yang
akan disampaikan pada long march mahasiswa Papua di Yogyakarta
adalah mencabut izin perusahaan perusahaan asing di tanah Papua.
Selain mendukung pembebasan Papua Barat, sedianya tuntutan yang
akan disampaikan pada long march mahasiswa Papua di Yogyakarta
adalah mencabut izin perusahaan perusahaan asing di tanah Papua.
Tidak hanya dukungan untuk Papua Barat, tuntutan mereka juga
adalah menarik seluruh pasukan TNI dan Polisi dari pulau tambang emas
itu.
Setelah terjadi pengepungan asrama oleh pihak kepolisian yang
berakibat pada gagalnya aksi long march mahasiswa Papua kemduia
menggelar orasi politik di halaman asrama. Setelah orasi tersebut selesai,
kemudian sejumlah ormas mendatangi asrama tersebut sambil
mengucapkan kata-kata rasialis dan nama-nama hewan.
Ada sekitar empat organisasi yang mendatangi asrama tersebut, yaitu :
1. Pemuda Pancasila,
2. Paksi Katon,
3. Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI Porli
Indonesia, dan
4. Laskar Jogja
Pada saat pengepungan terjadi pasokan makanan dan minuman atau
kebutuhan lainnya juga ditahan oleh ormas yang berjaga disana. Alhasil,
sekitar 150 orang mahasiswa mulai kelaparan.

Kemudian pada sabtu (16/7) aparat kepolisian menangkap delapan


mahasiswa Papua. Dari delapan korban tersebut satu orang dijadikan
tersangka.

Rekam jejak warga Papua di Yogyakarta memiliki dinamika sosial


yang unik. Seperti dimaksudkan Mas‟oud, dkk (2007) dalam Akhmad
muawal menyebutkan bahwa pertukaran kultural antara pendatang
terutama dari luar Jawa dengan warga asli Yogyakarta tak selamanya
damai. Tak sedamai slogan dan brand Daerah Istimewa Yogyakarta, yang
sudah dikenal luas se-nusantara dan mancanegara.
Ada saatnya, misal, ketika hubungan-hubungan antara mahasiswa dan
tuan rumah mencerminkan ketegangan-ketegangan etnisitas, khususnya
antara orang Jawa (meliputi pemerintah, ormas, masyarakat, atau aparat)
dengan mahasiswa-mahasiswa dari pulau luar Jawa, khususnya mahasiswa
dari Papua ternyata menunjukkan ketegangan ketegangan, yang baik laten
maupun manifest.
Ada banyak faktor yang menjadi pemicu dari munculnya ketegangan
laten maupun manifest antara mahasiswa Papua dengan berbagai elemen
masyarakat, termasuk ketegangan seperti antara mahasiswa Papua dengan
aparat ormas dan pemerintah kota Yogyakarta di asrama Papua kamasan I
JL. Kusumanegara. Dengan berbagai alasan dan multi aspek itulah yang
menjadi penyebab atas terjadinya konflik yang berujung menjadi konflik
manifest di Yogyakarta tanggal 14 Juli 2016 Lalu.
Karena adanya stigma negatif dan diskriminasi rasial yang tumbuh dan
berkembang terhadap orang Papua di Yogyakarta, dari cara yang paling
halus. Dari situ mahasiswa Papua meneriakkan hal ini, sebagai ketidak
adilan. Hingga berwujud aksi tuntutan mahasiswa Papua termaksud
disampaikan dalam perayaan peringatan pendapat rakyat ke 40 (Perpera).
Dalam melihat kasus ini di lihat dari sudut pandang interaksiois
dimana di dalam konflik "pengusiran mahasiswa Papua di Yogyakarta"
yang dapat di lihat dari yang terjadi adalah adanya perbedaan pandangan
antara interpersonal maupun kelompok dimana kelompok mahasiswa
Papua mendorong kemerdekaan Papua itu sendiri dimana menurut
beberapa ormas atau kelompok itu berbeda dengan pandangan yang
mereka pegang sehingga terjadi pengepungan di asrama mahasiswa papua
yang kemudian menjadi konflik.
2. Analisis Kasus
Untuk bentuk dari konflik ini yaitu berbentuk Destruktif respond dimana,
Destruktif respond atau Konflik destruktif adalah pertentangan yang
terjadi karena adanya perasaan tidak senang atau perasaan dendam dari
seseorang atau kelompok terhadap pihak lain yang bisa menimbulkan
kerugian bagi individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik
tersebut.
Dalam kasus ini mengapa menurut kami masuk kedalam destruktif
respon karena hasil dari kasus ini sendiri menghasilkan respon yang
cenderung merugikan tidak hanya bagi mahasiswa Papua yang menerima
perlakuan yang kurang menyenangkan dari masyarakat dimana mereka
bertempat tinggal maupun pihak lain yang terlibat dalam kasus tersebut.
Yang mana hasil dari respon destruktif di konflik ini yaitu terjadi
pengepungan asrama oleh pihak kepolisian yang berakibat pada gagalnya
aksi long march mahasiswa Papua kemduia menggelar orasi politik di
halaman asrama. Setelah orasi tersebut selesai, kemudian sejumlah ormas
mendatangi asrama tersebut sambil mengucapkan kata-kata rasialis dan
nama-nama hewan.
Ada sekitar empat organisasi yang mendatangi asrama tersebut, yaitu:
1. Pemuda Pancasila,
2. Paksi Katon,
3. Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI Porlik
Indonesia, dan
4. Laskar Jogja
Serta pada saat pengepungan itu terjadi pasokan makanan dan
minuman atau kebutuhan lainnya juga ditahan oleh ormas yang berjaga
disana.
Selain itu dalam kasus ini juga mengakitbatkan melebarnya jarak
antara mahasiswa Papua yang berada di Yogyakarta dengan mahasiswa
dari berbagai pulau yang ada di Indonesia maupun yang bertempat tinggal
di Yogyakarta sendiri. Tidak hanya itu tingkat kepercayaan mahasiswa
Papua mungkin saja akan menurun terhadap masyarakat yang berada di
sana akibat dari perlakuan yang mereka terima dalam kasus tersebut.

3. Penyelesaian Kasus
Untuk penyelesaian kasus ini menurut Gubernur Soekarwo atau
Pakdhe Karwo sapaan akrabnya bahwa setelah berdiskusi dengan Sri
Sultan Hamengkubowono X bahwa menurutnya, mahasiswa papua
sebaiknya jangan di biarkan tinggal berkelompok dan jika ada asrama
seharusnya mahasiswa papua ini bisa tinggal dengan mahasiswa dari
daerah lainnya sehingga dapat mengubah ekstreminitas menjadi sebuah
persatuan.
Selain itu, pemerintah daerah di harapkan harus bisa mendekati para
mahasiswa dengan baik dan juga bisa dengan mengahdirkan psikolog
dalam memecahkan masalah dengan mencari dasar dari permasalah
tersebut.
Dalam penyelesaian konflik ini juga Sri Sultan Hamengkubowono X
bersama dengan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius
Pigai serta mendatangkan empat tokoh masyarakat Papua di Yogya dan
sejumlah ormas yang mengatasnamakan Elemen Merah Putih Anti
Komunis di Kepatihan Yogyakarta.
Ia juga meminta masyarakat mengantisipasi terjadinya kasus itu dan
tidak terpancing isu yang beredar di media sosial maupun media
pemberitaan lainnya.
Serta menghimbau orang tua mahasiswa Papua, pemerintah daerah
Papua, dan pemerintah DIY bersama-sama bertanggung jawab terhadap
konflik yang terjadi serta tidak saling menunjuk siapa yang salah dan siapa
yang benar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan kedua kasus tersebut kami dapat menarik sebuah kesimpulan
yaitu dalam sebuah konflik yang terjadi sudut pandang dalam melihat konflik
tersebut sangatlah berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan sebuah konflik. Seperti pada kasus politik yang terjadi antara
internal dalam partai Demokrat yang dimana akibat dari konflik tersebut terjadi
perpecahan menjadi dua kubu yaitu Demokrat versi AHY dan Demokrat versi
KLB.
Begitu juga dengan konflik Pengusiran Mahasiswa Papua di Yogyakarta
yang terjadi terjadi akibat perbedaan pandangan mahasiswa Papua yang
mendukung kemerdekaan Papua yang mengakibatkan mereka mendapatkan
perlakuan yang kurang baik dari masyarakat di mana mereka tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

https://koran.tempo.co/read/opini/468456/konflik-internal-dan-gugatan-adart-partai-
demokrat-melalui-yusril-ihza-mahendra

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/10/150000965/kronologi-konflik-
demokrat-dari-klaim-kepemimpinan-hingga-saling-lapor
https://nasional.sindonews.com/read/361900/13/penyelesaian-konflik-partai-
demokrat-sangat-mudah-begini-caranya-1615492985

https://tirto.id/apa-itu-klb-partai-demokrat-bagaimana-aturannya-gaSC?
_gl=1*1d52qmf*_ga*VGlUQlBIZ04wV2U1MGZ0a0UzQXZpYnZWd2NocV
U1ZlkzalZqVFJCbmhLU2ZabXpaRXA2bjJSekp6RVpUVlFxZQ..

https://tirto.id/kasus-partai-demokrat-bagaimana-cara-urus-sengketa-partai-politik-
gbfg

https://m.merdeka.com/peristiwa/kronologi-pengepungan-mahasiswa-papua-di-
yogyakarta.html

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4328651/ini-solusi-gubernur-soekarwo-
redam-konflik-mahasiswa-papua

https://nasional.tempo.co/read/789558/sultan-konflik-papua-di-yogyakarta-sudah-
selesai

Anda mungkin juga menyukai