Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR ILMU POLITIK

PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKOWI BERDASARKAN


PRINSIP-PRINSIP NEGARA DEMOKRASI

DOSEN PENGAMPU : Nurbani Adine Gustianti, S.IP, M.I.Pol

Disusun oleh :

Aas Rismayanti ( 2110631190143 )


Kamila Adinda Syahrani ( 2110631190140 )
Muhammad Charlie Muslim ( 2110631190098 )
Rifa Aisa Nabillah ( 2110631190139 )
Sella Noviyah Ramadhani ( 2110631190120 )
Tito Dwi Apriliyo ( 2110631190129 )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pemerintahan Jokowi
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Negara Demokrasi”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurbani


Adine Gustianti, S.IP, M.I.Pol selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Politik yang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut Negara Demokratis, dan juga mengenai
Demokrasi Pada masa Jabatan Jokowi.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata
yang kurang berkenan.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER ……………..………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………...…… 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………..…… 5
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………..….. 5
D. Manfaat Penulisan ……………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
A.Konstitusi……………………………………....………………….
B. Pembuatan Undang-Undang………………...………..………..…. 7
C. Interest Group…………………...……..…...…………………….. 8
D. Pemilu…………...………………..………………………………. 9
E. Kekuasaan……….……..…………………………………...…….. 10
F. Right To Known……………………………………………….….. 11
G. Desentralisasi…………………………………………………..…. 12
H. Peran Media…………………………………………………...….. 13
I. Hak, Kontrol, dan Sistem…………………………………….…… 14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………..…………12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dua puluh satu tahun setelah reformasi, peneliti politik Edward Aspinall dan Marcus
Mietzner dari Australian National University di Canberra, Australia,
mengatakan demokrasi Indonesia berada pada titik terendahnya.
Salah satu penyebab kemunduran terbesar demokrasi Indonesia adalah kepemimpinan
Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Jokowi menyuarakan komitmennya dalam menjaga demokrasi. Tapi pada
kenyataannya, banyak kebijakan serta tindakan pemerintah yang represif dan anti-
demokrasi dihasilkan di bawah kepemimpinannya.
Diantaranya adalah keputusan Jokowi untuk mendukung pengesahan revisi Undang-
Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (RKUHP) walau ditentang banyak pihak.
Beberapa kebijakan Jokowi yang menyumbang pelemahan demokrasi, bisa dilihat
sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (perppu) No.
2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (ormas) dan Peraturan Presiden
(perpres) No. 37 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Tentara Nasional Indonesia
(TNI).

Perppu tentang ormas yang digunakan pemerintah untuk membubarkan Hizbut Tahrir
Indonesia, walau benar secara substansi tapi cacat secara prosedur karena
mengeliminasi proses peradilan.
Selain itu, perpres jabatan TNI juga dianggap berbenturan dengan undang-undang
(UU) dan semangat reformasi.
Kekhawatiran masyarakat sipil bukan tanpa sebab. Di masa Orde Baru, Dwifungsi
ABRI menjadi perangkat otoritarianisme yang memfasilitasi banyak pelanggaran
HAM dan melanggengkan kekuasaan.

Pada 2019, ditangkapnya beberapa pendukung Prabowo Subianto - lawan politik


Jokowi pada masa pemilihan umum - advokat Eggi Sudjana dan pensiunan jenderal
Kivlan Zen atas tuduhan makar juga menjadi isu anti-demokrasi.
Tuduhan makar seperti ini belum pernah dilakukan di masa pemerintahan pasca
reformasi, kecuali pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
yang memenjarakan aktivis Filep Karma karena mendukung kemerdekaan Papua
Barat.

Pada era Jokowi, banyak tokoh-tokoh aktivis yang dikriminalisasi. Di antaranya


seperti Veronika Koman karena tuduhan provokasi insiden asrama mahasiswa Papua
di Surabaya, Jawa Timur; lalu Dandhy Dwi Laksono atas konten tentang Papua yang

1
dia unggah dalam akun Twitter miliknya. Aktivis Ananda Badudu juga sempat
ditahan karena mendukung demonstrasi mahasiswa minggu lalu.
Demokrasi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,58 poin dari tahun 2016
menjadi 6,39 pada tahun 2017 dan 2018 dalam Indeks demokrasi yang
dikeluarkan The Economist Intellegence Unit.
Dalam indeks tersebut Indonesia termasuk dalam kategori sebagai demokrasi tidak
sempurna (flawed democracy). Status ini artinya Indonesia menyelenggarakan
pemilihan umum yang relatif bebas dan adil dan menghormati kebebasan sipil dasar,
namun memiliki beberapa persoalan seperti pelanggaran kebebasan media serta
persoalan tata kelola pemerintahan.

Berdasarkan data Badan Pusat Stastik tahun 2018, Indonesia juga mengalami


penurunan pada indeks aspek kebebasan sipil sebesar 0,29 poin, dan pada aspek hak-
hak politik turun sebesar 0,84 poin dibandingkan tahun 2017.
Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo seharusnya menggunakan masa jabatan
keduanya ini untuk mempromosikan hak asasi manusia bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama kelompok minoritas dan kelompok terpinggirkan lainnya, kata Human Right
Watch hari ini dalam suratnya kepada Presiden.

Pemerintah Jokowi telah mengambil sejumlah langkah untuk melawan kebangkitan


Islamisme intoleran, namun juga ada usulan untuk memeriksa para pegawai negeri
atas kecenderungan agama dan politik mereka.

Pemerintah Jokowi telah mengambil sejumlah langkah untuk melawan kebangkitan


Islamisme intoleran, namun juga ada usulan untuk memeriksa para pegawai negeri
atas kecenderungan agama dan politik mereka.

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo menyampaikan dalam pembangunan


hukum, Mahkamah Agung (MA) terus melanjutkan inovasi. Proses pemanggilan dan
pemberitahuan sidang, serta penyampaian putusan peradilan juga dilakukan
secara onlineBahkan, saat ini MA sudah melangkah lebih jauh lagi dengan
mengembangkan e-court  menuju e-litigasi. Semua langkah inovasi ini harus kita
apresiasi.
Presiden Jokowi: Demokrasi Indonesia berdasarkan Konstitusi, bukan Otoriter maupun
Mobokrasi

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka masalah yang


akan dibahas adalah :

1. Konstitusi

2. Pembuatan UU

3. Interest Group

4. Pemilu

5. Kekuasaan

6. Right to Know

7. Desentralisasi

8. Peran Media

9. Hak, Kontrol, dan Sistem pada masa Pemerintahan Jokowi

C. Tujuan Penulisan

Untuk Menjelaskan Pemerintahan dan Sistem Demokrasi Soeharto


berdasarkan Prinsip-Prinsip Negara Demokrasi, serta untuk memenuhi tugas
oleh dosen mata kuliah.

D. Manfaat Penulisan

Mampu membuat kita mengetahui dan mempelajari bagaimana Masa


Pemerintahan Jokowi Demokratis atau tidak.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konstitusi

Indonesia juga termasuk salah satu negara yang menerapkan konstitusi


dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini, konstitusi yang dianut
Indonesia tidak lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 memuat dasar-
dasar dan tujuan negara yang dibentuk pada masa awal pemerintahan Indonesia.

Terdapat beberapa tujuan konstitusi yang perlu diketahui. Hal ini tidak lain


berkaitan dengan batasan-batasan yang diberikan pada pemerintah dalam
melaksanakan dan mengatur pemerintahan. Batasan ini diberikan tentu saja untuk

4
menghindari dan mencegah terjadinya tindakan yang melanggar wewenang dan
merugikan rakyat.

Selain tujuan konstitusi, terdapat beberapa jenis konstitusi yang berlaku di


Indonesia. Bukan hanya itu, beberapa jenis konstitusi ini tentu mempunyai fungsi
tersendiri dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, masyarakat perlu memahami tujuan
konstitusi, apa saja jenis konstitusi, serta berbagai macam fungsi yang dijalankan.

Dengan memahami konstitusi, tentu dapat memberikan kesadaran bagi


masyarakat dalam menjalankan peran dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Presiden Jokowi: Demokrasi Indonesia berdasarkan Konstitusi, bukan


Otoriter maupun Mobokrasi

“Kita memegang teguh Konstitusi, memastikan adanya penghormatan,


perlindungan, pemenuhan hak-hak asasi warga negara Indonesia. Setiap warga negara
punya kesamaan kedudukan, kesetaraan. Tidak ada warga negara kelas satu, kelas
dua, dalam negara konstitusi. Konstitusi menjadi pelindung kemajemukan, pelindung
keragaman, baik keragaman pendapat maupun keragaman etnis, budaya dan agama.
Konstitusilah yang menjaga agar tidak ada satupun kelompok yang secara sepihak
memaksakan kehendaknya tanpa menghormati hak warga negara lainnya. Konstitusi
juga mencegah adanya mobokrasi, yang memaksakan kehendak berdasarkan jumlah
massa pendukungnya. Merujuk konstitusi, di kita tidak ada satupun instansi atau
lembaga yang memiliki kekuasaan mutlak apalagi seperti diktator, perimbangan
kekuasaan antara lembaga negara dan saling mengontrol,” ujar Presiden Joko
Widodo.

Simposium internasional bertema “Mahkamah Konstitusi sebagai Penjaga


Ideologi dan Demokrasi dalam Masyarakat Majemuk” berlangsung selama dua hari
di Solo. Simposium ini dihadiri 13 negara anggota Asosiasi Mahkamah Konstitusi
dan Institusi Sejenis se-Asia dan 7 negara sahabat dari kawasan Eropa dan Afrika.

Sementara itu, Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia Arief Hidayat


mengungkapkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai bagian dari Konstitusi
menunjukkan kemajemukan yang ada di Indonesia. Menurut Arief, konflik bernuansa
SARA muncul karena lunturnya semangat kebhinekaan.

B. Pembuatan Undang-Undang

 DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

5
 Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.
 Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi.
 Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diajukan oleh Presiden.
 Rancangan undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan oleh DPD, dalam hal berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan dan
disertai dengan naskah akademis, kecuali rancangan undang-undang
mengenai: 

a. APBN;
b. penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang-
undang; atau
c. pencabutan undang-undang atau pencabutan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang.

 Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2)


disusun berdasarkan Prolegnas.
 Dalam keadaan tertentu, hanya DPR dan Presiden yang dapat mengajukan
rancangan undang-undang di luar Prolegnas.
 Rancangan undang-undang yang sudah disetujui bersama antara DPR dan
Presiden paling lambat 7 (tujuh) Hari disampaikan oleh pimpinan DPR
kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.
 Dalam hal rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Daftar 5 UU Kontroversial yang Disahkan Pemerintahan Jokowi

1. UU Cipta Kerja

2. UU KPK

3. UU Minerba

4. UU Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk


Penanganan Pandemi Covid-19

6
5. UU MK

C. Interest group

Interest group atau kelompok kepentingan adalah suatu perkumpulan (bisa


berbentuk lembaga swadaya masyarakat) yang bertujuan untuk memengaruhi
keputusan politik, mencoba untuk meyakinkan para pejabat publik untuk bertindak
sesuai dengan suara atau kepentingan anggota kelompoknya.

Ada beberapa kelompok kepentingan pada masa kepresidenan jokowi, KIH


(Koalisi Indonesia Hebat), bisnis kelompok kepentingan, ormas, KMP (Koalisi
Merah Putih), Wapres dimana ada potensi disharmonisasi, dan partainya sendiri
(PDIP).

D. Pemilu

Pemilu Tahun 2014

Dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk memilih Presiden dan Wakil


Presiden Indonesia untuk masa bakti 2014-2019. Pemilihan ini menjadi pemilihan
presiden langsung ketiga di Indonesia. Presiden petahana Susilo Bambang
Yudhoyono tidak dapat maju kembali dalam pemilihan ini karena dicegah oleh
undang-undang yang melarang periode ketiga untuk seorang presiden.[1][2] Menurut
UU Pemilu 2008, hanya partai yang menguasai lebih dari 20% kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat atau memenangi 25% suara populer dapat mengajukan
kandidatnya. Undang-undang ini sempat digugat di Mahkamah Konstitusi, tetapi pada
bulan Januari 2014, Mahkamah memutuskan undang-undang tersebut tetap berlaku.
[3][4] Pemilihan umum ini akhirnya dimenangi oleh pasangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla dengan memperoleh suara sebesar 53,15%, mengalahkan pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh suara sebesar 46,85% sesuai dengan
keputusan KPU RI pada 22 Juli 2014.[5] Presiden dan Wakil Presiden
terpilih dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, menggantikan Susilo Bambang
Yudhoyono.

Pemilu Tahun 2019

Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2019 adalah sebuah proses demokrasi


untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024.
Pemilihan umum ini dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo-Ma'ruf
Amin dengan perolehan suara 55,50%, diikuti oleh Prabowo Subianto-Sandiaga

7
Uno dengan perolehan suara 44,50%. Pemilihan ini dilaksanakan serentak
dengan pemilihan umum legislatif.

E. Peran Media
Dizaman milenial sekarang dimana perkembangan teknologi dan informasi
semakin cepat. Termasuk yang dirasakan saat ini pada masa pemerintahan Jokowi
peran media sangat mendominasi. Pengelolaan informasi sangat gesit, tetapi tentunya
dapat menimbulkan dampak negatif seperti semakin meningkatnya pula informasi
palsu (hoax) yang dapat memicu perselisihan, kerusuhan, pro dan kontra di
masyarakat. Ini yang menjadi tantangan pada masa pemerintahan Jokowi yaitu
memberantas hoax.

Perkembangan media terutama media sosial di era pemerintahan Jokowi ini


membuat informasi dapat di akses dengan cepat di berbagai media sosial seperti
instagram, facebook, tweeter, tik-tok, dan lain-lain. Sehingga sensitifitas terhadap
informasi yang dapat menimbulkan pro dan kontra mudah berpengaruh terhadap
masyarakat. Ini pula salah satu alasan di bentuknya UU ITE yaitu untuk mengurangi
maraknya hoax yang beredar di media sosial.

F. Desentralisasi

Desentralisasi, yang terkenal dengan otonomi daerah sesungguhnya secara


konstitusional sudah ada sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pasal 18 UUD
1945 berbunyi ; “ pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang” adalah
adalah landasan penting otonomi daerah. Otonomi daerah berarti pemerintah pusat
menyerahkan sebagian wewenang pelaksanaan tugas pemerintahan. Implikasi
langsung dari pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah adalah desentralisasi fiskal. Artinya pelimpahan wewenang (otonomi daerah)
implikasinya adalah pelimpahan pembiayaan (desentralisasi fikal), yang dikenal
dengan istilah “money follow function”. Untuk merespon otonomi, pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang ini telah direvisi
masing-masing menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

8
Memasuki tahun ketujuh kepemimpinan Presiden Joko Widodo,
desentralisasi kekuasaan dinilai tergerus perlahan akibat penarikan beberapa
kewenangan daerah. Hal itu dianggap memicu peningkatan potensi korupsi.
Resentralisasi alias pemusatan kembali kekuasaan ke tangan pemerintah pusat
tercermin dalam sejumlah produk legislasi. Pertama, pengesahan revisi Undang-
Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang mengubah
setidaknya 15 pasal terkait kewenangan daerah mengelola tambang. Misalnya, Pasal
4 ayat (2) yang semula menyebut penguasaan mineral dan batubara diselenggarakan
oleh pemerintah daerah kini menjadi diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Selain
itu, UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Minerba itu juga menghapus Pasal 7 dan 8
yang mengatur rincian kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dalam
mengelola mineral dan batubara.

G. Kekuasaan
Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan
undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif
yang berati kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudikatif yang
berati kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-
komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif.

Ada beberapa asumsi yang hendak dibangun, yaitu terkait dengan piramid
kekuasaan yang dijalankan oleh pemerintahan ini. Pertama, pemerintahan Jokowi-JK
mendapatkan dukungan aktif dari para pengusaha, di mana terkadang mereka tidak
mau terganggu investasi mereka di Indonesia. Karena itu, para pengusaha, terutama
non-pribumi atau dari negara Tiongkok akan “mengamankan” pemerintahan Jokowi-
JK hingga di akhir pemerintahan mereka.

Kedua, pemerintahan Jokowi-JK telah menguasai media-media besar yang


mengatur berbagai setting agenda pemerintah. Beberapa media terkemuka dimiliki
oleh para pengusaha yang berada di lapis pertama kekuasaan pemerintahan Jokowi-
JK. Media tidak akan mungkin berusaha untuk mencari titik lemah pemerintahan
yang sah. Hal ini terkadang memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap
beberapa media, hingga mereka menjadikan media sosial sebagai senjata untuk

9
mengkritik pemerintahan. Namun, kekuatan media sosial merupakan bagian dari
perang psikologi dan perang hybrid, yang terkadang dilakukan juga berbagai upaya
penyesatan.

Ketiga, kekuatan partai politik yang menjadi basis utama pemerintahan di


dalam menguasai parlimen dan melakukan berbagai lobi kebijakan-kebijakan
strategis. Secara kebetulan pula, beberapa partai politik juga memiliki media,
sehingga sangat kecil kemungkinan partai politik, melakukan seperti era kejatuhan
Gus Dur pada 2001. Kekuatan partai politik menjadi salah satu kekuatan inti bagi
pemerintahan Jokowi-JK di dalam menghasilkan setiap kebijakan. Beberapa partai
politik yang pada awalnya tidak mendukung pemerintahan Jokowi-JK, malah
sekarang berubah haluan. Kekuatan oposisi di parlemen menjadi kekuatan yang
sangat artifisial belaka.

Keempat, kekuatan militer yang persis berada di paling bawah struktur


kekuasaan. Jika pada era Orde Baru, militer berada lapis pertama kekuasaan, maka
saat ini berada di lapis keempat. Mereka menjadi bagian rakyat. Rakyat lebih nyaman
sekarang mengadu ke militer, ketimbang ke parlemen.

H. Right to Know
Right to Know atau Hak Untuk Tahu menjadikan keterbukaan informasi
sebagai kunci dari pencapaian pembangunan berkelanjutan. Tujuan besar dari Open
Government (Pemerintahan terbuka) dan Clean Government (Pemerintahan lebih
bersih) ialah mengarah kepada bangsa yang lebih baik (best performance)
Kata kunci dari pengelolaan Keterbukaan Informasi ialah keberagaman dan
kebebasan yang merupakan dua sisi mata uang. Menjadi kekayaan bangsa yang tak
ternilai harganya sekaligus menjadi potensi konflik. Itulah sebabnya dibutuhkan
lembaga mandiri (Komisi Informasi) sebagai mediator guna mengelola demokrasi
dan kebebasan (hak) mendapatkan informasi.

Keberagaman dan kebebasan yang dimiliki bangsa Indonesia bak dua sisi
mata uang; di satu sisi merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, di sisi
lain keberagaman itu berpotensi besar menimbulkan konflik dan polemik. Itulah
sebabnya untuk mengelola demokrasi dan kebebasan informasi tersebut, dipandang
perlu hadirnya lembaga independen yang menjadi mediator untuk mengatasi potensi
konflik dalam masyarakat, terutama konflik dalam sengketa informasi.

10
I. Hak Minoritas

Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo seharusnya menggunakan masa


jabatan keduanya ini untuk mempromosikan hak asasi manusia bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama kelompok minoritas dan kelompok terpinggirkan lainnya, kata
Human Right Watch hari ini dalam suratnya kepada Presiden.

Human Right Watch membuat rekomendasi spesifik terkait masalah-masalah


termasuk kebebasan beragama, hak-hak perempuan dan LGBT, pertanggungjawaban
atas sejumlah pelanggaran, kebebasan berekspresi, situasi di Papua, hak atas tanah
bagi masyarakat adat, hak-hak penyandang disabilitas, dan peran Indonesia di
Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

 “Presiden Jokowi punya waktu lima tahun lagi untuk mengambil langkah-
langkah guna membawa perbaikan nyata atas kehidupan seluruh rakyat Indonesia,”
kata Elaine Pearson dari Human Right Watch. “Merupakan hal yang penting bagi
pemerintahan Jokowi untuk menangani meningkatnya diskriminasi terhadap
minoritas agama dan seksual.”  

Jokowi, yang kembali terpilih pada bulan Mei 2019, akan dilantik pada
bulan Oktober. Pada tanggal 14 Juli, dia berpidato menguraikan prioritasnya untuk
masa jabatan kedua ini, termasuk mengembangkan layanan penting seperti layanan
kesehatan dan pendidikan serta mereformasi birokrasi di Indonesia.

Berkembangnya intoleransi terhadap minoritas agama di Indonesia sejak


jatuhnya Presiden Suharto pada 1998 adalah keprihatian hak asasi manusia yang
utama, kata Human Right Watch.

Secara berturut-turut pemerintah daerah dan pusat sering gagal melindungi


anggota jemaat minoritas agama dari diskriminasi dan kekerasan. Korbannya
termasuk minoritas selain Islam dan selain Sunni serta penganut agama-agama asli.
Hukum Penodaan Agama tahun 1965 serta Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri tentang “kerukunan beragama” sering jadi andil kekerasan ini.
Hukum Penodaan Agama mengkriminalkan praktik agama yang menyimpang dari
enam agama yang “dilindungi” secara resmi. 

11
Pemerintah Jokowi telah mengambil sejumlah langkah untuk melawan
kebangkitan Islamisme intoleran, namun juga ada usulan untuk memeriksa para
pegawai negeri atas kecenderungan agama dan politik mereka.

Human Right Watch mendesak pemerintah untuk memastikan anggota


pasukan keamanan yang terlibat dalam pelanggaran berat, termasuk mereka yang
terlibat dalam tanggung jawab komando, agar diselidiki secara kredibel dan tidak
memihak, serta didisiplinkan atau dituntut sebagaimana mestinya. Pemerintah juga
seharusnya mengadakan forum yang membahas kekerasan etnis dan komunal di
Indonesia, termasuk yang terjadi di Aceh dan Lampung (Pulau Sumatra),
pembantaian etnis Tionghoa dan Madura (Pulau Kalimantan), kekerasan komunal di
Poso (Pulau Sulawesi) serta kekerasan di kepulauan Maluku (termasuk Ambon,
Seram, Halmahera, Ternate), serta di Provinsi Papua Barat dan Papua, serta
pembantaian besar-besaran terhadap aktivis komunis dan sayap kiri pada 1965-66 dan
membentuk komisi kebenaran untuk mendokumentasikan kekejaman masa lalu.

Pemerintah seharusnya mengizinkan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia


PBB secara leluasa mengunjungi Papua dan Papua Barat guna memeriksa persoalan
hak asasi manusia yang lama bergolak di sana.

Pemerintah seharusnya memanfaatkan sepenuhnya keanggotaannya di


Dewan Keamanan PBB saat ini untuk melindungi dan mempromosikan hak asasi
manusia di seluruh dunia dan berperan lebih aktif dalam mendukung resolusi terkait
hak asasi manusia di berbagai negara di Dewan HAM PBB, kata Human Right
Watch.

 “Pemerintah Indonesia punya peran penting untuk mendukung resolusi PBB


dan inisiatif HAM lainnya terutama di Tiongkok, Myanmar, Filipina, dan negara Asia
lainnya,” kata Pearson.

Presiden Joko Widodo menegaskan konsituasi di Indonesia telah


mengambarkan bahwa masa jabtan presiden belangsung selama dua periode.
Menurutnya aturan itu harus diaga semua pihak termasuk oleh presiden
sendiri.“kontisusi mngamanatkan (masa jabatan presiden)dua priode. Itu yang harus
kita jaga Bersama-sama.”ujar Jokowi dalam keterangan pers virtual melalui yputobe
secretariat residen senin.

12
Jokowi pim menegaskan dirinya tidak memiliki bit ntu menjadi presidn
selama tig priode.“saya tegaskan sayaa tidak ada iat tidak ada berminat menjadi
presiden tiga priode”.lanjutna. Janganlah membuat kegaduhan baru.kita saat initengah
focus pada penanganan pandemic.” Tambah kepala negara. Sebelumnya,pendiri
partai ummat amien rias menyabut ada scenario mengubah ketentuan dalam Undang-
undang dasar 1945 soal masajabatan presiden daua periode menjadi tiga periode.

Salah satu pihak yang mnyebutkan isu tersebut adalhpendiri partai


ummat,amien raisamien rias menyebutkan Jokowi kan mnguasai Lembaga negara
untuk mengubh aturan batas masa jabatan presiden tersebut.“jadi sekarang ada
semacam public opini, yang mula-mula samar-samar tapi skarang makin jelas k arah
mana rezim Jokowi. Jadi mereka akan mengambil langkah pertama meminta sidang
meminta MPR, yang mungkin satu, dua pasal yang katanya perlu diperbaiki yang
mana saya juga tidak tahu, tapi kemudian nanti akan ditawarkan baru yang kemudian
memberikan hak presidennya itu bisa dipilih tiga kali, nah kalau ini betul-betul
keinginan mereka, maka saya kira kita bisa segera mengatakan ya innalillahi wa inna
ilaihi rajiun,”

Juru bicara presiden republik Indonesia, fadjroel ranchman, menyatakan


presiden jokowi dodo sama sekali tidak berminat dan juga memilki minat menjabat
sebagai presiden ri selama tiga periode. Berdasakn prnyataan presiden pernyataan
presiden joko Widodo pada 15 maret 2021, saya tidak ada niat tidak juga berminat
menjadi presidentiga periode. Konstitusi mengamankan dua periode, itu yang arus
kita jaga Bersama.

J. Kontrol Sipil Atas Militer

Jika dibagi berdasarkan latar belakang profesional, presiden-presiden


Indonesia hanya terdiri dari dua kategori: militer dan nonmiliter. Sukarno, B.J.
Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo adalah
golongan nonmiliter alias sipil. Dua orang lainnya, Soeharto dan Susilo Bambang
Yudhoyono, berasal dari kalangan serdadu. Meski cuma dua orang yang berlatar

13
belakang militer, bila lama masa jabatan keduanya dijumlahkan akan menghasilkan
angka 42 tahun. Ini berarti memakan porsi 57 persen dari 74 tahun umur Republik
Indonesia. Siapa saja, baik orang sipil atau pensiunan tentara, memang boleh dan
berhak menjadi presiden asal memenuhi syarat dan terpilih dalam pemilihan umum.
Tapi masalahnya, sejarah militer Indonesia membuktikan bahwa dominasi kaum
serdadu dalam politik sudah berlangsung sangat lama dan terstruktur, siapapun
presidennya. Demokrasi mengidealkan supremasi sipil dan kontrol sipil atas militer.
Di Indonesia dua hal itulah yang berjalan tersendat-sendat meski sejak Soeharto
lengser republik ini sudah beberapa kali dipimpin presiden sipil. Dominasi militer
dalam politik menyebabkan ketergantungan pemimpin sipil terhadap para perwira
praetorian untuk menyangga kekuasaannya.
Baca selengkapnya di artikel ""Rezim Militer" Jokowi dan Cengkeraman Serdadu
atas Presiden Sipil", 
Jokowi dan Barisan Jenderalnya Sepanjang periode kepresidenannya, Jokowi seperti
punya kedekatan tersendiri dengan kalangan militer. Beberapa pensiunan jenderal didapuk
Jokowi menjadi menteri. Mereka yang tidak menjadi menteri pun mendapat jatah duduk di
lingkaran kekuasaan sebagai the president's men. Tedjo Edhy Purdijatno ditunjuk sebagai
Menko Polhukam pada 2014. Ia kena reshuffle setahun berikutnya dan digantikan Luhut
Binsar Panjaitan. Wiranto kemudian menggantikan Luhut. Selain itu ada Ryamizard Ryacudu
selaku Menteri Pertahanan, Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan, A.M.
Hendropriyono yang pernah menjadi tim transisi kabinet Jokowi, Agum Gumelar sebagai
anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Fachrul Razi Batubara di jabatan
Menteri Agama, dan Prabowo Subianto yang ditugaskan sebagai Menteri Pertahanan. Tidak
semua jenderal itu punya kedekatan personal dengan Jokowi. Mereka yang dianggap oleh
publik akrab dengan Jokowi adalah Hendropriyono, Moeldoko, Luhut, dan Wiranto.
Keempatnya punya posisi penting di pemerintahan Jokowi jilid I dan dua diantaranya,
Moeldoko dan Luhut, masih punya peran besar untuk lima tahun ke depan. Wiranto,
mantan Panglima ABRI dan Menhankam di akhir Orde Baru, mendapat jabatan Menko
Polhukam pada Juli 2016. Jokowi diprotes habis-habisan. Wiranto belum berhasil
memulihkan namanya sebagai penjahat kemanusiaan di Timor Timur. Namun Jokowi tak
peduli. Wiranto yang sudah merasakan tiga kali pemerintahan berbeda menjadi penting
bagi mantan Wali Kota Solo itu. Peranan Mr. Whisky panggilan akrab Wirant sejak dulu
sangat berarti di sektor militer dan organisasi massa Islam. Dalam Military Politics and
Democratization in Indonesia (2005), Jun Honna, ilmuwan politik dari Ritsumeikan
University, mencatat bahwa Wiranto berhasil mendapat dukungan dari sebagian besar
tentara karena posisinya sebagai Menhankam dan Panglima ABRI. Wiranto menjaga
stabilitas kekuasaannya di tubuh TNI dengan mendepak orang-orang yang bertentangan
dengan dirinya seperti Prabowo. Stabilitas militer dengan melakukan reformasi, termasuk
penghapusan diwfungsi ABRi saat itu, tak lepas dari “kekuasaan intra-militer di bawah
kepemimpinan Wiranto.” Honna juga menjelaskan bahwa Wiranto awalnya dekat dengan
kelompok Nahdlatul Ulama, khususnya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Tapi salah satu

14
kedekatan Wiranto dengan kelompok Islam yang paling mencolok adalah dengan Front
Pembela Islam (FPI).
""Rezim Militer" Jokowi dan Cengkeraman Serdadu atas Presiden Sipil Pendiri pusat
studiukum dan kebijakana (PSHK) bivtri susntimenybutkn wacana pnamhana mas jabatan
presiden lebih dari dua periode anya imajinasi politik. Waana masa jabatan presiden tiga
periode Kembali menghangat setelah muncul relawan jokpro mendukung presiden joko
Widodo maju Kembali di pilpres 2024 berpsangan dengan. Responden terpilih diwawancara
lewat tatap muka, Dengan quality control trhdap hasil wawancara dilakukan quality control
terhadap hasil wawancara dilakukan acak sebesar 20% dari total sampel oleh supervise
engan mendatangi responden terpilih tersebut dan tidak ditemukan kesalahan. Sistem
peradilan independent Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi Mahkamah Konstitusi
(MK) yang telah mengadili Pilpres 2019 secara adil, damai dan bermartabat. Jokowi juga
memberikan penilaian positif kepada Mahkamah Agung (MA) karena telah membuat
terobosan positif di bidang pengadilan. “Saya mengapresiasi MK yang telah menyelesaikan
sengketa perselisihan hasil Pilkada 2018, Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden 2019, dalam
koridor konstitusi secara damai, adil, dan bermartabat. MK juga telah menghadirkan proses
peradilan yang terbuka dengan tetap berpegang teguh pada prinsip independensi dan
imparsialitas," kata Jokowi dalam Sidang Paripurna MPR, di Gedung MPR, Jumat
(16/8/2019).
Jokowi Apresiasi MK yang Adili Pilpres 2019 dengan Independen, Jokowi juga mendukung
upaya MK untuk mengembangkan tata kelola lembaga peradilan yang modern dan
transparan, dengan memberikan kemudahan akses bagi pencari keadilan di MK. Kini, para
pencari keadilan dapat berperkara, sekaligus memantau proses peradilan di MK, melalui
berbagai aplikasi dan layanan modern berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
"Sebagai penjaga konstitusi, selama setahun ini MK telah menguji 85 perkara dan memutus
52 perkara pengujian UU. Putusan-putusan MK tersebut turut mendukung upaya
pemerintah dalam reformasi sistem perundang-undangan dan penataan proses legislasi.
Selain itu, MK telah memberikan kontribusi pada penguatan demokrasi konstitusional," ujar
Jokowi.
"Saya mendukung upaya MA untuk mempermudah rakyat dalam mencari keadilan. Saya
mendukung upaya MA untuk membangun budaya sadar dan budaya taat hukum agar makin
mengakar," kata Jokowi.
Kini, sistem peradilan berbasis elektronik sudah diterapkan di semua lingkungan lembaga
peradilan. Para pencari keadilan sekarang secara online makin mudah mendaftarkan
perkara dan melakukan pembayaran. Proses pemanggilan dan pemberitahuan sidang, serta
penyampaian putusan peradilan juga dilakukan secara online.
"Bahkan, saat ini MA sudah melangkah lebih jauh lagi dengan mengembangkan e-court
menuju e-litigasi. Semua langkah inovasi ini harus kita apresiasi," ujar Jokowi.

Untuk Komisi Yudisial (KY), Joko Widodo juga mengapresiasi KY yang telah
menjalankan fungsi preventifnya dengan menyelenggarakan pelatihan pemantapan kode
etik penyempurnaan pedoman perilaku bagi 412 hakim, serta pemantauan 93 perkara
persidangan yang menjadi perhatian publik.
"KY juga telah menjalankan fungsi represifnya, dengan merekomendasikan kepada MA

15
untuk menjatuhkan sanksi ringan hingga berat kepada 55 hakim," pungkas Jokowi.

K. Sistem Peradilan Independen

Kini, sistem peradilan berbasis elektronik sudah diterapkan di semua lingkungan


lembaga peradilan. Para pencari keadilan sekarang secara online makin mudah
mendaftarkan perkara dan melakukan pembayaran.

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo menyampaikan dalam pembangunan


hukum, Mahkamah Agung (MA) terus melanjutkan inovasi. Proses pemanggilan dan
pemberitahuan sidang, serta penyampaian putusan peradilan juga dilakukan
secara onlineBahkan, saat ini MA sudah melangkah lebih jauh lagi dengan
mengembangkan e-court  menuju e-litigasi. Semua langkah inovasi ini harus kita apresiasi.

“Saya mengapresiasi upaya MA dalam mewujudkan asas peradilan yang


sederhana, cepat, dan berbiaya ringan. Saya mendukung upaya MA untuk
mempermudah rakyat dalam mencari keadilan. Saya mendukung upaya MA untuk
membangun budaya sadar dan budaya taat hukum agar makin mengakar,” kata
Jokowi dalam Pidato Sidang Tahunan MPR/DPR RI di gedung MPR/DPR RI, Jumat
(16/8)Perluasan akses bagi para pencari keadilan juga dilakukan oleh MA. Hingga
akhir tahun 2018 lalu, MA telah meresmikan sebanyak 85 pengadilan baru di
berbagai pelosok tanah air. Ada tambahan 30 Pengadilan Negeri, 50 Pengadilan
Agama, tiga Mahkamah Syariah, dan dua Pengadilan Tata Usaha Negara. Dari
berbagai langkah tersebut, MA berhasil mengurangi jumlah tunggakan perkara
menjadi 906 perkara pada tahun 2018. Jumlah terendah sepanjang sejarah berdirinya
MA. MA juga terus berbenah dengan melakukan beberapa langkah perbaikan, seperti
pembaharuan dalam tata cara penyelesaian gugatan sederhana dan pembaharuan di
bidang manajemen perkara.

Seiring dengan langkah inovasi kelembagaan MA juga terus bekerja


memperkokoh dan memperteguh konstitusionalisme di negara kita. Jokowi bilang
terus mendukung upaya MK untuk mengembangkan tata kelola lembaga peradilan
yang modern dan transparan, dengan memberikan kemudahan akses bagi pencari
keadilan di MK.Para pencari keadilan dapat berperkara sekaligus memantau proses
peradilan di MK, melalui berbagai aplikasi dan layanan modern berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.Sebagai penjaga konstitusi, selama setahun ini MK telah
menguji 85 perkara dan memutus 52 perkara pengujian UU. Putusan-putusan MK
tersebut turut mendukung upaya pemerintah dalam reformasi sistem perundang-
undangan dan penataan proses legislasi.

Selain itu, MK telah memberikan kontribusi pada penguatan demokrasi


konstitusional. Presiden RI mengapresiasi MK yang telah menyelesaikan sengketa
perselisihan hasil Pilkada 2018, Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden 2019, dalam

16
koridor konstitusi secara damai, adil, dan bermartabat. MK juga telah menghadirkan
proses peradilan yang terbuka dengan tetap berpegang teguh pada prinsip
independensi dan imparsialitas.Sementara itu, Jokowi juga menyampaikan Komisi
Yudisial (KY) terus berupaya memajukan akuntabilitas dalam pengelolaan peradilan.
KY telah menjalankan fungsi pre-emtif dengan mengusulkan pengangkatan empat
orang calon hakim agung.KY telah menjalankan fungsi preventifnya dengan
menyelenggarakan pelatihan pemantapan kode etik penyempurnaan pedoman
perilaku bagi 412 hakim, serta pemantauan 93 perkara persidangan yang menjadi
perhatian public.KY juga telah menjalankan fungsi represifnya, dengan
merekomendasikan kepada MA untuk menjatuhkan sanksi ringan hingga berat
kepada 55 hakim.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, beberapa prinsip sudah dijalankan


dengan baik. Namun, ada beberapa beberapa kejadian yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip demokrasi. Seperti pembuatan undang-undang yang hanya
menguntungkan beberapa pihak, dan menimbulkan demonstrasi.

17
Jadi menurut kami, masa pemerintahan presiden Jokowi masih belum
demokratis, dikarenakan alasan berikut yang sudah dijelaskan di atas.

B. Penutup

Makalah ini kami buat untuk memenuhi nilai UTS semester ganjil tahun 2021.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat untuk dijadikan
bahan pembelajaran. Kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna dalam pengetikannya. Saran dan masukan sangat
kami harapkan agar kami mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang Prinsip-
Prinsip Demokrasi terutama pada masa pemerintahan Presiden Jokowi.

Demikian, materi yang dapat kami paparkan. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

https://theconversation.com/kemunduran-demokrasi-dalam-pemerintahan-jokowi-
nyalakan-tanda-bahaya-124100

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/nje6jc

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kelompok_kepentingan

18
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211019185005-32-709888/7-tahun-
jokowi-resentralisasi-kuasa-di-lingkar-istana

https://nasional.kompas.com/image/2021/03/15/19231611/jokowi-konstitusi-
mengamanatkan-masa-jabatan-presiden-dua-periode?
page=1&jxconn=1*188cxm1*other_jxampid*WjE3b05vNG9FMmIwYVJVNmJDdT
Jsa3ptaTlKbzZrZkZzUDIzTGdOZHlncVRtRmNzTy1nNmVYVUR2THNRUXM3d
Q..

https://media.neliti.com/media/publications/108730-ID-independensi-mahkamah-
konstitusi-dalam-p.pdf

https://www.presidenri.go.id/presiden-joko-widodo/

19

Anda mungkin juga menyukai