Kelompok 1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................................4
C. Sistematika.................................................................................................................4
BAB II PERMASALAHAN................................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. Definisi Pemerintahan...............................................................................................5
B. Bentuk dari Pemerintahan yang Baik.....................................................................6
C. Bentuk dari Pemerintahan yang Buruk..................................................................7
D. Hubungan antara Pembentukan Pemerintahan yang Ideal dan Bela Negara....9
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berbentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah
yang luas. Negara kesatuan adalah bentuk negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai
satu kesatuan tunggal. Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas
tertinggi sedangkan wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan
kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Wilayah administratif di
dalam negara Indonesia saat ini terbagi menjadi 34 provinsi. Bentuk pemerintahan negara
Indonesia adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan negara Indonesia
adalah sistem presidensial. Bentuk pemerintahan republik merupakan pemerintahan yang
mandat kekuasaannya berasal dari rakyat, melalui mekanisme pemilihian umum dan biasanya
dipimpin oleh seorang presiden.
Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Bela Negara. Selain itu, tujuan umum dari makalah ini adalah untuk meningkatkan
informasi para mahasiswa terkait upaya pembentukan pemerintahan yang baik sesuai
prinsip bela negara.
3
B. Sistematika
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah termasuk latar belakang kasus yang
akan dibahas, menjelaskan tujuan penulis membuat makalah.
Bab III Pembahasan, mengemukakan pembahasan yang telah didapat penulis dari berbagai
sumber.
Bab IV Penutup, menjelaskan hal apa kesimpulan yang bisa ditarik dari pembahasan dan
saran kepada pihak-pihak yang disinggung penulis pada pembahasan.
BAB II
PERMASALAHAN
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Pemerintahan
Sementara itu, pemerintahan atau rezim merujuk kepada individu atau kelompok yang
sedang menjadi pemerintah. Sebagai contohh, istilah pemerintahan Presiden Jokowi merujuk
kepada pemerintah Indonesia ketika Presiden Jokowi sedang menjadi Presiden Republik
Indonesia. Hal paling mencolok yang membedakan antara pemerintah dan pemerintahan
adalah pemerintah akan selalu ada dan pemerintahan akan berganti-ganti. Proses pergantian
pemerintahan ini akan selalu terjadi idealnya melalui cara-cara yang konstitusional. Rakyat
secara teknis bisa mengubah jalannya dan mengganti pemerintahan apabila pemerintahan
dianggap kurang merepresentasikan kepentingan rakyat. Proses pengubahan jalan atau
penggantian pemerintahan sebagai bentuk dari keinginan rakyat yang diwujudkan melalui
5
infrastruktur politik seperti partai politik, kelompok kepentingan, gerakan pemuda, pers, dan
lainnya.
Keinginan Indonesia menjadi good and clean governance ke dalam norma hukum baru
dimulai setelah kita mengalami krisis pada tahun 1997 yang diikuti dengan kejatuhan rezim
otoriter Orde Baru pada bulan Mei 1998. Upaya ini dapat dilihat dengan adanya Ketetapan
MPR No. XI/ MPR/ 1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kemudian diikuti dengan pemberlakuan UU No. 28 Tahun
1999 tentangPenyelenngaraan Negara yang Bersih dan (KKN) yang diikuti dengan empat
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana UU No. 28 yaitu PP No. 65/ 1999 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara, PP No. 66/ 1999 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pengangkatan serta Pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa, PP No. 67/ 1999
tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi
Pemeriksa, dan PP No. 68/ 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dalam Peyelenggaraan Negara.
1. Prinsip Good Governance
6
e. Daya tanggap : pekanya para pengclola instansi publik terhadap
aspirasi masyarakat.
1.Integritas
Pelaku Pemerintahan Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari
para pelaku pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan
untuk melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
Jangan dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh politik.
Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis yang
berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus segera dilakukan
perbaikan.
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan
mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
7
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga menjalankan fungsi
pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika
masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah sosial
di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat kecil kemungkinan good
governance bisa ditegakkan.
Salah satu contoh kasus dampak pemerintahan yang buruk ada dalam sektor
kehutanan. Pihak berwenang Indonesia terus-menerus melanggar hak-hak masyarakat yang
menggantungkan hidupnya pada hutan melalui alokasi pemanfaatan hutan dan penerapan
batasan-batasan konsesi industri hutan. Hak ini termasuk hak masyarakat yang diakui hukum
domestik guna mendapatkan konsultasi berarti dan kompensasi yang adil atas hilangnya
akses terhadap tanah dan hutan; hak-hak masyarakat adat sesuai hukum internasional yang
mengendalikan tanah komunal dan sumberdaya alam; dan hak-hak yang diakui komunitas
internasional atas keselamatan seseorang, tiadanya gangguan terhadap kehidupan pribadi
terhadap privasi, keluarga dan rumah, dan untuk menikmati barang milik pribadi secara
nyaman. Salah urus pengelolaan dan korupsi terkait konsesi kehutanan dan pertanian juga
memicu konflik lahan, sesekali berbuntut kekerasan, antara perusahaan dan masyarakat lokal.
Mencari orang yang jujur dan memilik integritas tinggi sama halnya dengan mencari
jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku pemerintahan yang unggul akan
berpengaruh baik dengan penyelenggaraan negara. Korupsi yang masih tetap eksis sampai
8
saat ini adalah salahsatu faktor yang mempersulit dicapainya good governance.
Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak
pernah lelah untuk dilakukan. Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai
pemerintahan yang baik.
Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya yang dilakukan.
Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan
terbuka (open government). Jaminan kepada hak publik seperti hak mengamati perilaku
pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
dan hak mengajukan keberatan bila ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara memadai.
Jaminan yang diberikan jika memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan baik kepada
masyarakat (Hardjasoemantri, 2003).
9
Hal tersebut dapat memotivasi menuju bangsa dengan kaum muda yang bugar, cerdas
dan bijak serta menjadikan mereka optimis dalam memajukan seluruh sendi kehidupan
bangsa Indonesia. Outbound training adalah kegiatan pelatihan di luar ruangan atau di alam
terbuka (outdoor) yang menyenangkan dan penuh tantangan. Bentuk kegiatannya berupa
simulasi kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan
edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk pengembangan diri
(personal development) maupun kelompok (team development). Melalui pelatihan outbound,
diharapkan lahir “pribadi-pribadi baru” yang penuh motivasi, berani, percaya diri, berfikir
kreatif, memiliki rasa kebersamaan, tanggung jawab, kooperatif, rasa saling percaya, dan
lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan
clean and good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di
Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai
institusi penting pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi masyarakat,
tegaknya supremasi hukum, transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada consensus,
kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang Clean and good
governance dapat terwujud dan hilangnya faktor-faktor Kepentingan politik, KKN,
peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan
transparansi adalah beberapa masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih belum
bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah yang masih bertolak berlakang untuk mengatasi
masalah tersebut seharusnya menjalin harmonisasi dan kerjasama mengatasi masalah-
masalah yang ada.
10
B. Saran
Segenap elemen masyarakat Indonesia hendaknya lebih sadar dan paham terkait
urgensi pembentukan pemerintahan yang baik demi kepentingan bela negara.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Poernomo, D., Iryanti, E., & Arif, L. (2014). BUKU AJAR Pendidikan Bela
Negara. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
Dede, R. (2015, Juni 3). Pembinaan Kesadaran Bela Negara dalam Rangka Membangun
Karakter Bangsa. Retrieved Oktober 27, 2019, from UIN Syarif Hidayatullah:
https://www.uinjkt.ac.id/id/pembinaan-kesadaran-bela-negara-dalam-rangka-
membangun-karakter-bangsa/
11