Anda di halaman 1dari 4

Nama: Steffy Amelia Savitri

NPM: 22320029
Kelas: 2B
Prodi: Pendidikan Biologi
1. Buatlah deskripsi rumusan pengertian demokrasi !
Jawab:
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari dua
kata yakni demos (rakyat) dan kratos, kra-tein(kekuatan,kekuasaan). Dengan demikian
pengertian demokrasi secara etimologi adalah “rakyat berkuasa”, atau bisa juga
ditafsirkan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
 Menurut Bonger pemerintahan demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dari
kolektifitas yang memerintah diri sendiri yang di dalamnya sebagian besar
anggotanya turut mengambil bagian (berpartisipasi) baik langsung maupun tidak
langsung, di dalamnya juga terjamin kemerdekaan jasmani-rohani serta adanya
praktek persamaan di depan hukum dan pemerintahan.
 Menurut Sidney Hook : demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang di dalamnya
keputusan –keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan kepada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa yang lazimnya melalui pemilihan umum maupun referendum.
2. Berikan beberapa contoh penerapan kriteria pemerintahan demokratis !
Jawab:
a) Adanya partisipasi rakyat dalam pembuatan keputusan.
b) Adanya persamaan kedudukan dihadapan hukum dan pemerintahan.
c) Adanya distribusi pendapatan secara adil.
d) Adanya kesempatan memperoleh pendidikan.
e) Adanya kebebasan mengemukakan pendapat, pers, berkumpul, dan beragama.
f) Adanya kesediaan dan keterbukaan informasi.
3. Deskripsikan dengan singkat tahapan perkembangan sistem pemerintahan demokrasi di
Indonesia !
Jawab:
1) SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA PERIODE 18 AGUSTUS 1945
S.D. 27 DESEMBER 1949
a. Dasar hukum pada periode ini adalah UUD 1945, tetapi belum dapat
dijalankan secara murni dan konsekuen karena bangsa Indonesia baru saja
memproklamasikan kemerdekaannya, kelengkapan lembaga-lembaga negara
sebagaimana ditentukan oleh UUD 1945 belum lengkap, yang ada baru
Presiden dan Wakil Presiden yang pertama kali dipilih oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
b. Bangsa dan negara masih harus melakukan perjuangan fisik dan deplomatik
untuk mempertahankan kemerdekaan dan keberlangsungan hidup bernegara.
2) SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA PADA SAAT KONSTITUSI RIS
TAHUN 1949
a. Sejak 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS
1949, sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Pemerintah
RI dan Pemerintah Belanda. Pada periode ini, Indonesia menjadi negara
serikat, Republik Indonsia Serikat (RIS). Sistem pemerintahan yang dianut
oleh Konstitusi RIS adalah sistem PemerintahanParlementer. Sistem
Pemerintahan yang kabinetnya dipimpin oleh Perdana Menteri dan
bertanggung jawab pada Parlemen (DPR), bukan pada Presiden. Presiden
hanya sebagai Kepala Negara, bukan Kepala Pemerintahan.
b. Sistem pemerintahan yang dianut Konstitusi RIS ialah sistem Kabinet
Parlementer Semu (Quasi Parlementer) :
1) Perdana menteri diangkat oleh presiden, bukan oleh parlemen
2) Kekuasaan perdana menteri masih dikendalikan oleh presiden
3) Kabinet dibentuk oleh presiden bukan parlemen
4) Pertanggungjawaban kabinet pada parlemen
5) Parlemen tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya kepada kabinet
6) Presiden RIS menduduki jabatan rangkap sebagai kepala negara sekaligus
sebagai kepala pemerintahan.
3) SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI PARLEMENTER (UUDS
1950): 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada masa itu, digunakan sistem demokrasi parlementer atau demokrasi liberal
secara penuh. Artinya, berlaku bukan hanya dalam praktik tetapi juga diberi
landasan konstitusionalnya berdasarkan Undang Undang Dasar Sementara Tahun
1950 (UUDS 1950).
4) PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN DALAM DEMOKRASI
TERPIMPIN
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia pernah dikeluarkan Dekrit Presiden 5
juli 1959 yang salah satunya memberlakukan kembali UUD Tahun 1945.
Kemudian mendasari berlakunya sistem pemerintahan yang dikenal dengan nama
“Demokrasi Terpimpin”, yakni sistem demokrasi yng dipimpin oleh Presiden.
Masa berlaku : 5 Juli 1959 – 1965
Landasan Konstitusi : UUD 1945
Demokrasi Terpimpin merupakan alat untuk mengatasi pertentangan parlementer
di antara partai-partai politik ketika berlaku demokrasi liberal. Cara yang
dilakukan adalah dengan menganut sistem campuran atau sering disebut juga
sebagai sistem quasi presidential. Alasannya, karena sistem presidensial juga
memasukkan unsur parlementer, yaitu berupa pertanggungjawaban presiden
kepada MPR, tidak langsung kepada rakyat sebagaimana umum pada sistem
presidensial.
5) PELAKSANAAN DEMOKRASI SISTEM PEMERINTAHAN ORDE
BARU
Landasan Konstitusi : UUD 1945
Masa 1965 sampai dengan Maret 1966 adalah masa peralihan dari sistem
demokrasi terpimpin atau “Orde Lama” ke “Orde Baru”.
Masa : 1966 – 1998
Birokasi pemerintahan pada orde baru mempunyai karakteristik, yaitu kuatnya
hierarkhi birokrasi pemerintahan dan legalistik. Seperti pendapat William Liddle
(ahli poitik tentang Indonesia dari Amerika Serikat) yang memberikan gambaran
karakteristik khusus tentang birokasi era orde baru. Liddle mengatakan bahwa
karakteristik khusus birokasi Indonesia mempunyai citra diri yang baik hati.
Dalam citra ini, birokasi di Indonesia ini mempunyai persepsi bahwa rakyat tidak
tahu apa-apa alias bodoh dan oleh karena itu mereka (rakyat) masih perlu dididik.
Karena birokasi sudah benevolence (berlaku bijak), maka sudah seharusnya
patuh, taat, dan setia kepada pemerintahannya.

6) PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN PADA ERA REFORMASI


Landasan Konstitusi : UUD 1945 dan Amandemen (Perubahan)- nya.
Masa : 21 Mei 1998 sd. sekarang
Pelaksanaan sistem pemerintahan dan politik pada era reformasi merupakan
transisi dari sistem politik otoriter ke demokrasi multi partai.

Dalam rangka menuju negara Indonesia maju,diperlukan adanya “disiplin


nasional”. Untuk itu harus dilakukan upaya menumbuhkan disiplin nasional,
melalui Keteladanan, Teguran, dan pemberian sanksi yang tepat.
4. Berikan gambaran harapan pada pelaksanaan PEMILU 2024 yang mencerminkan nilai-
nilai demokrasi Pancasila !
Jawab:
Pada Pelaksanaan Pemilu 2024, terdapat beberapa harapan yang bisa mencerminkan
nilai-nilai demokrasi Pancasila. Berikut adalah gambaran harapan-harapan tersebut:
a) Partisipasi yang Tinggi: Harapan pertama adalah adanya partisipasi yang tinggi
dari seluruh warga negara dalam pemilu. Setiap warga negara memiliki hak untuk
ikut serta dalam proses demokrasi dan memberikan suara mereka. Partisipasi
yang tinggi akan mencerminkan semangat demokrasi Pancasila yang menghargai
suara rakyat.
b) Pemilu yang Adil dan Bersih: Harapan kedua adalah adanya pelaksanaan pemilu
yang adil dan bersih. Semua peserta pemilu harus mematuhi aturan dan etika
politik yang menjunjung tinggi integritas. Adanya pengawasan yang ketat dan
transparansi dalam proses pemilu akan memastikan bahwa setiap suara dihargai
dan hasilnya mencerminkan kehendak rakyat.
c) Pendidikan Politik yang Meningkat: Harapan selanjutnya adalah adanya
peningkatan pendidikan politik di tengah masyarakat. Dengan pengetahuan yang
memadai tentang sistem politik, hak-hak pemilih, dan isu-isu yang relevan,
masyarakat akan lebih mampu membuat keputusan yang cerdas dan mendukung
demokrasi Pancasila. Pendidikan politik yang berkualitas juga dapat mengurangi
politik identitas dan mempromosikan pemilihan berdasarkan visi, misi, dan
kinerja calon.
d) Dialog dan Toleransi: Harapan berikutnya adalah adanya dialog yang terbuka dan
toleransi antara peserta pemilu dan pendukungnya. Proses pemilu sering kali
melibatkan perbedaan pendapat dan visi politik yang beragam. Namun, nilai-nilai
demokrasi Pancasila mendorong dialog yang konstruktif dan saling menghormati.
Semua pihak harus berusaha menjaga kerukunan sosial dan meminimalisir
konflik yang dapat mengganggu proses demokrasi.
e) Akuntabilitas dan Keterbukaan: Harapan terakhir adalah adanya akuntabilitas dan
keterbukaan dari para pemimpin yang terpilih. Para pemimpin yang dipilih dalam
pemilu harus bertanggung jawab kepada rakyat dan menjalankan tugasnya
dengan integritas. Mereka harus mampu memberikan laporan yang transparan
tentang kegiatan dan kebijakan yang diambil, serta terbuka terhadap partisipasi
publik dalam proses pengambilan keputusan.
5. Berikan contoh upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dalam upaya membangun
“disiplin nasional” !
Jawab:
Mahasiswa memiliki peran penting dalam membangun "disiplin nasional" di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam
rangka membangun disiplin nasional:
a) Mahasiswa dapat mengambil peran sebagai agen perubahan dengan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya disiplin nasional melalui pendidikan
dan sosialisasi. Mereka dapat mengadakan seminar, lokakarya, atau diskusi
publik untuk menyampaikan informasi tentang pentingnya disiplin dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan kampus maupun masyarakat
umum.
b) Mahasiswa dapat menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan sikap dan
perilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat mengikuti peraturan
kampus, menghormati waktu, menjaga kebersihan, dan melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan baik. Dengan menjadi teladan, mahasiswa dapat
menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka dalam membangun
disiplin nasional.
c) Mahasiswa dapat membentuk komunitas atau kelompok studi yang berfokus pada
pembangunan disiplin nasional. Dalam kelompok ini, mereka dapat berdiskusi,
saling mendukung, dan melaksanakan kegiatan yang mempromosikan disiplin
dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, mengadakan program pelatihan
manajemen waktu, mengorganisir kegiatan gotong royong, atau
mengkampanyekan penggunaan fasilitas umum dengan bijak.
d) Mahasiswa dapat melakukan penelitian dan mengadvokasi isu-isu terkait disiplin
nasional. Mereka dapat mengumpulkan data dan informasi yang relevan,
menganalisis masalah yang ada, dan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang
dapat meningkatkan disiplin dalam berbagai sektor, seperti pendidikan,
transportasi, lingkungan, atau pemerintahan. Advokasi ini dapat dilakukan
melalui publikasi jurnal, seminar, atau pertemuan dengan pemangku kepentingan
terkait.
e) Mahasiswa dapat terlibat dalam kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat yang
berfokus pada membangun disiplin nasional. Mereka dapat mengadakan program
pengajaran kepada anak-anak atau masyarakat umum tentang pentingnya disiplin
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka dapat ikut serta dalam kampanye
kebersihan, program pengelolaan sampah, atau program penghijauan untuk
meningkatkan kesadaran dan praktik disiplin di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai