Anda di halaman 1dari 13

1

PERAN MASYARAKAT DALAM MENGAWASI PELAYANAN PUBLIK DI


PEMERINTAH DAERAH

PENDAHULAUN

Paragraf I : Konsep Negara dan Kedaulatan rakyat

Konsep Negara

Indonesia sebagai negara hukum yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang –
Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Indonesia adalah negara hukum”. Secara konstitusi ini
mengandung makna tentang doktrin hukum dan bagaiamana supermasi hukum terhadap
bernegara. Pengaturan mengenai sendi – sendi kehidupan telah diatur sedemikian rupa
tentang bagaiamana tata cara bernegara dan berbangsa. Di zaman modern, konsep Negara
Hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband,
Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’.
Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas
kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius Stahl, konsep
Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen
penting, yaitu: 1) Perlindungan hak asasi manusia; 2) Pembagian kekuasaan; 3)
Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan 4) Peradilan tata usaha Negara. Sedangkan
A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang
disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu: 1) Supremacy of Law; 2) Equality
before the law; dan 3) Due Process of Law.

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di atas
pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang
dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di
zaman sekarang. Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”, prinsip prinsip
Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak memihak
(independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin dirasakan
mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri
penting Negara Hukum menurut “The International Commission of Jurists” itu adalah: 1)
Negara harus tunduk pada hukum; 2) Pemerintah menghormati hak-hak individu; dan 3)
Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
2

Kedaulatan Rakyat

Indonesia yang berasaskan kedaulatan berada di tangan rakyat sebagaiamana yang


tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Dasar 1945 berbunyi: “Kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang – Undang Dasar”.
Kedaulatan Rakyat ini, dan dikaitkan dengan ajatan kedaulatan rakyat dari J.J. Rousseau
dalam bukunya yang terkenal. "The Social Contract", yang mendasarkan pendapatnya pada
hasil penemuannya, bahwa tanpa tata tertib dan kekuasaan, maka manusia tidak akan dapat
hidup dengan aman dan tenteram, karena manusia akan menjadi "homo homini lupus”, dan
kehidupan akan menjadi perang antar sesama manusia. Rakyat tidak menyerahkan
kekuasaan kepada raja, tetapi rakyat sendiri sebagai satu kesatuan dan memberikan mandat
kepada penguasa (raja), untuk menjalankan kekuasaan rakyat tersebut, akan tetapi rukyat
dapat merubah atau menank kembali mandatnya itu, sehingga ajaran Rousseau ini
berdasarkan kehen dakrakyatdan penerima mandat menjalankan kekuasaan itu harus sejalan
dengan kehendak rakyat, baik keseluruhan (volente de Tous), maupun kehendak sebagian
dai rakyat (volente generale).

Paragraf II : Good Goverment

Good Goverment

Pemerintahan yang bersih dan baik sangat diinginkan oleh setiap warga negara
khususnya negara Indonesia, agar masalah dalam urusan tata kelola industri di Indonesia
dapat terselesaikan dengan baik. Negara Indonesia sudah menerapkan konsep Good
Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut Undang - Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Adminsitrasi Pemerintahan, hukum ini menjadi dasar dalam
menyelenggarakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemerintahan yang
baik dalam upaya mencegah praktik kolusi, korupsi dan nepotisme. Oleh karena itu,
berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan harus mampu
menciptakan pemerintah yang transparan, efisien dan birokrasi yang semakin baik. Menurut
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006) mengatakan bahwa pemerintah
Indonesia saat ini sedang bekerja keras dalam melaksanakan Good Governance demi
mewujudkan pemerintahan yang berwibawa dan bersih.
3

Berdasarkan pemahaman Mardiasmo (2009) Good Governance diartikan sebagai


tata cara suatu negara yang digunakan untuk mengelola sumber daya ekonomi dan sosial
yang berorientasi pada pembangunan masyarakat demi mewujudkan pemerintahan yang
baik. Menurut Agoes (2013) mengartikan Good Governance sebagai suatu cara
pemerintahan untuk mengatur hubungan antara tugas komite, peran direksi, pemangku
kepentingan dan pemegang saham lainnya. Suatu proses yang dilakukan secara transparan
untuk menentukan tujuan pemerintah, penilaian kinerja dan pencapaian disebut juga
sebagai tata cara kelola pemerintah yang bersih dan baik. Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Kepemertintahan yang Baik Pasal 2 d yang dimaksud dengan Good
Governance berarti pemerintahan yang baik menerapkan dan mengembangkan prinsip
profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, demokrasi, kualitas layanan, efektivitas,
efisiensi, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Paragraf III : Orentasi Pelayanan publik

Orentasi Pelayana Publik

Pelayanan publik yang prima merupakan salah satu tuntutan masyarakat pada era
reformasi pada segi pemerintahan yang mengharuskan adanya transparansi, penghapusan
Kolusi, Korupsi, dan Napotisme (KKN), dan reformasi birokrasi. Dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi dijelaskan bahwa salah satu tujuan reformasi birokrasi adalah
membangun, membentuk profil dan perilaku aparatur Negara dengan kemampuan
memberikan pelayanan yang prima. Maka kelihatan bahwa pelayanan publik mempunyai
peranan yang sangat strategis sebagai salah satu fungsi pemerintah disamping regulasi dan
pemberdayaan.

Berdasarkan tuntutan adanya pelayanan publik yang prima, pemerintah


mengeluarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
sebagai acuan utama dalam memberikan layanan publik. Dalam Undang-Undang ini, selain
menjelaskan tentang apa itu pelayanan publik, juga menjelaskan tentang peran masyarakat
dalam mengawasi dan mengawal pelayanan yang diberikan pemerintah. Hal ini seperti
yang tertuang pada Pasal 39, dimana dijelaskan bahwa peran serta masyarakat dalam
pelayanan public dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan
pemberian penghargaan, dengan demikian masyarakat juga memiliki peran serta dalam
4

pemberian pelayanan publik, hal tersebut diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan
hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan
public.

Secara lebih khusus, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah, memberikan ruang bagi masyarakat yang secara khusus masyarakat di daerah
masing – masing bersama dengan pemerintah untuk menjalankan fungsi negara dan peran
masyarakat secara khusus di daerah. Otonomi daerah sendiri adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

METODE PENLITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang deskripsi
suatu keadaan secara obyektif. Sugiyono (2009), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat
perbandingan atau hubungan dengan variable yang lain. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan
subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak,
Kemudian penelitian tersebut akan dianalisis secara kualitatif. Fokus penlitian ini adalah
peran masyarakat dalam mengawasi pelayanan publik di pemerintah daerah. Sumber data
dalam penelitian ini meliputi data prrimer, sekunder, dan tersier.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tinjauan pustaka (library
research). Teknik anlisa data pada penelitian ini Analisis data yang diperlukan dalam
penelitian ini dikemukakan oleh Mathew B. Miles dan A. Michael Hubberman (Sugiyono
2009), yang meliputi antara lain: 1) Pengumpulan data Pengumpulan seluruh data pertama
dan data mentah, yang di kumpulkan dalam suatu kegiatan penelitian. 2) Reduksi Data
Merupakan pemilihan, pemusatan penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi dan
data kasar yang berkumpul dari catatan terluis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus
menerus selama penelitian berlangsung, serta data mana yang meringkas sejumlah bagian
yang terbesar, and cerita-cerita mana yang sedang berkembang. 3) Penyajian data Penyajian
data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pengambilan data ini membantu memahami
5

peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisis atau tindakan lebih lanjut berdasarkan
pemahaman. 4) Verivikasi Data/Penarikan Kesimpulan 5. Penarikan kesimpulan adalah
langkah keempat meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan pengujian data
dengan cara mencatat keteraturan pola-pola penjelasan secara logis dan meteologis,
konfigurasi yang memungkinkan prediksi hubungan sebab akibat.

HASIL DAN PEMBAHSAN

Pengertian Pengawasan Menurut Para Ahli

Pengawasan   adalah   rangkaian   kegiatan   yang   harus   dilakukan   atau diadakan


untuk penyempurnaan   dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang
direncanakan. Sangat penting untuk mengetahui sampai di mana pekerjaan sudah
dilaksanakan, mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif atau tindak lanjut, sehingga
pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Dengan demikian
pengawasan merupakan segala usaha, kegiatan atau tindakan untuk mengetahui dan menilai
pelaksanaan tugas atau kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.

 Adanya suatu proses perbandingan antara rencana dan pelaksanaan, maka


pengawasan   dapat disebut sebagai bagian dari manajemen.   Hal mana disebut demikian
karena dalam proses manajemen    yang lengkap dan sempurna dilakukannya fungsi -
fungsi manajemen, antara lain menurut. Terry sebagaimana dikutip Panglaikim dan Kansil
(1960) dalam Supriatna (1997) yaitu meliputi empat fungsi manajemen masing- masing
Planning, Organizing, Actuiting, and Controlling.

Nawawi (2003) menyatakan   pengawasan masyarakat (social control) disingkat


dalam bahasa Indonesia (Wasmas) adalah setiap pengaduan, kritik, saran, pertanyaan dan
lain- lain yang disampaikan anggota masyarakat mengenai pelaksanaan   pekerjaan   oleh
unit organisasi     kerja   non-profit di bidang pemerintahan dalam melaksanakan tugas
pokoknya memberikan pelayanan umum (public service) dan pembangunan untuk
kepentingan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Zainun (2004) menyatakan masyrakat pun melakukan pengawasan terhadap


manjemen sumber daya manusia berupa pengawasan masyarakat (wasmas) yang dapat
dilakukan dengan melalui media massa, termasuk surat pembaca, melalui kotak pos 5000,
6

melalui surat ke instansi masing – masing, melalui petisi atau resolusi, melalui lembaga
perwakilan, melalui delegasi dan melalui pengadilan Tata Usaha yang secara khusus
menampung pengaduan masyarakat bila mana terdapat tindakan melanggar hukum dari
pejabat maupun pegawai pemerintah.

Peran Masyarakat Dalam Pengawasan Beradasarkan Doktrin Kedaulatan Negara

Negara yang menempatkan kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat, berarti semua
kegiatan pemerintahan berdasarkan perataran perundang-undangan yang berlaku, dan
undang-undang ini ad,alah penjelmaan kehendak sebagian besar rakyat, dan pemerintahan
dikatakan : 'dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, (from the people, of the people, for
the people); dan negara ini disebut negara demokrasi; nilai demokrasi ini unfuk
menyelesaikan permasalahan secara damai dan melembaga, sehingga apabila terjadi
perubahan, dilakukan secara damai, melalui peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh wakil-wakil rakayatdalam suatu lembaga, dengan memperhatikan kehendak sebagian
besar rakyat, dengan mengakui keberagaman serta menjamin tewujudnya keadilan yang
merata.

Kedaulatan rakyat atau demokrasi inilah yang menjadi dasar pemikiran para pendiri
negara Indonesia dahulu, bahwa demokrasi Indonesia adalah berbeda dengan demokrasi
negara-negara barat, karena demokrasi Indonesia berdasarkan pada permusyawaratan yang
mendatangkan kesejahteraan sosial, dan rakyat mempusnyai hak untuk menentukan
nasibnya sendiri, dalam arti seluas-luasnya, terutama dalam menyusun pemerintahan
sendiri dan mengatur ekonominya sendiri, untuk mensejahterakan dirinya sendiri.
Demokrasi sebenamya merupakan suatu gagasan atau ide dalam melaksanakan kegiatan
pemerintah dalam pemerintah an padasuatu negara. Seluruh kegiatan dalam pemerintahan
berdasarkan peraturan atau hukum yang berlaku 'yang di kuasakan kepada pimpinan
pemerintahan (lembaga eksekutif) oleh rakyat, dan juga semua peraturandi buat oleh rakyat
melalui wakil-waki rakyat dalam lembaga legislatif, dan ada perlindungan terhadap hak-
hak rakyat baik hak_hak kebebasan sipil, maupun hak-hak politiknya. Kebebasan hak-hak
rakyat ini tidak tanpa batas' tapi dibatasi oleh peraturan yang berlaku dan telah ditetapkan
dalam konstitusi negara' Pelaksanaan kedaulatan rakyat ini dilakukan secara arif dan
bijaksana, melalui kekuasaan rakyat tersebut, akan tetapi rakyat dapat merubah atau
menarik kembali mandatnya itu, sehingga ajaranRousseau ini berdasarkan kehendak rakyat
7

dan penerima mandat menjalankan kekuasaan itu harus sejalan dengan kehendak rakyat, "
baik keseluruhan (volente de Tous) , maupun kehendak sebagian dari rakyat (volente
generale)"

Kehendak rakyat seluruhnya (volente de Tous) ini, hanya digunakan sekali saja,
pada saat pembentukafl negara, melalui perjanjian masyarakat; sedangkan kehendak
sebagian dari rakyat (volente generale), melalui keputusan suara terbanyak yang
diberlakukan setelah negara berdiri, supaya negara bisa berjalan dalam arti dapat
menjalankan pemerintahnnya dan memperlakukan rakyatnya sesuai dengan kehendak
sebagian besar rakyatnya itu. Ajaran Rousseau inilah yang menjadi dasar dari asas
demokrasi di negara-negara barat dan diikuti juga oleh negara-negara lainnya di dunia ini,
termasuk Negara Indonesia.

Pengawasan Berdasrkan Prinsip Good Goverment

Dari segi functional aspect: governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan,
atau sebaliknya? UNDP mendefinisikan sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authorithy to manage a nation’s affair at all levels”, sehingga governance
mempunyai tiga kaki, yaitu:

1. Economic Governance, meliputi proses – proses pembuatan keputusan yang


memfasilitasi aktifitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara
penyelenggara ekonomi. Economic Governance ini mempunyai implikasi
terhadap equity, poverty, dan quality of life.
2. Political Governance, adalah proses-proses pembuatan keputusan-keputusan
untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative Governance adalah proses implementasi sistem kebijakan. Oleh
karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu: State (negara
atau pemerintahan), Private Sector (sektor swasta atau dunia usaha) dan Society
(masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-
masing. Institusi pemerintahan berfungsi menciptakan lingkungan politik dan
hukum yang kondusif, di dalam ini termasuk lembaga-lembaga politik dan
lembaga-lembaga sektor publik, sektor swasta menciptakan lapangan pekerjaan
dan pendapatan, di dalam sektor swasta ini meliputi perusahaan- perusahaan
8

swasta yang bergerak di berbagai bidang dan sektor informal lain di pasar,
sedangkan Society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik,
termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi
dalam aktivitas ekonomi, ekonomi dan politik, ini meliputi lembaga swadaya
masyarakat (LSM), organisasi profesi dan lain-lain.

Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian, yaitu pertama,
nilai- nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan nasional kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; kedua, aspek-aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dalam melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Orientasi
pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen
konstitusinya seperti: legitimacy (apakah pemerintah dipilih dan mendapat kepercayaan
dari rakyatnya), accountability (akuntabilitas), securing of human rights, autonomy, and
devaluation of power, dan assurance of civilian control. Sedangkan orientasi kedua,
tergantung pada sejauh mana pemerintahan mempunyai kompetensi dan sejauh mana
struktur serta mekanisme politik serta administratif secara efektif dan efisien.

Karakteristik good governance adalah:

1. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan


keputusan. Partisipasi ini dibangun atas dasar kebebasanberasosiasi dan
berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of Law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia (HAM)
3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
5. Concensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
9

6. Equity. Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau


menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and Efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan
sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia sebaik mungkin.
8. Accountabillity. Para pengambil keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta
dan masyarakat bertanggung jawab kepada public dan lembaga-lembaga
stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan
yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan intenal atau eksternal
organisasi.
9. Strategic Vision. Para pemimpin dan public harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam itu.

Kesembilan karakteristik saling memperkuat dan tidak dapat berarti sendiri, maka
dapat disimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggara pemerintahan
negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga
kesinergian interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta, dan
masyarakat. Oleh karena good governance meliputi sistem administrasi negara, maka upaya
mewujudkan good governance juga merupakan upaya penyempurnaan pada system
administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara menyeluruh. Jika dilihat dari
ketiga domain tersebut maka domain pemerintah (state) menjadi domain yang paling
memegang peranan penting dalam mewujudkan good governance karena fungsi pengaturan
yang memfasilitasi domain sector dunia usaha swasta dan masyarakat, serta fungsi
administratif penyelenggara pemerintahan melekat pada domain ini. Upaya-upaya
perwujudan ke arah good governance dapat dimulai dengan membangun landasan
demokratisasi penyelenggaraan negara dan dilakukan upaya pembenahan penyelenggaraan
pemerintahan agar dapat terwujud good governance.

Dari aspek pemerintahan, good governance dapat dilihat melalui aspek-aspek:

1. Rule of Law. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial,


politik, dan ekonomi.
10

2. Administrative Competence and Tranparency. Kemampuan membuat


perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan keterbukaan informasi.
3. Decentralization. Desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen.
4. Creating Competitive Market. Penyempurnaan mekanisme pasar, dan segmen lain
dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintahan dalam mengelola
kebijakan makro ekonomi.

Pengawasan Berdasrkan Hukum Otonomi Daerah

Terdapat pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi


Daerah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan otonomi daerah yang berbunyi:
“Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.”

Jadi setiap daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur daerahnya itu sendiri
berdasarkan peraturan perundangan-undangan. Meskipun setiap daerah mempunyai
kewenangan mengatur daerahnya sendiri, tidak luput dari pengawasan pemerintahan pusat.
Diadakannya daerah otonom untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan
masyarakat serta meningkatkan fungsi dari DPRD daerah otonom.

Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada


pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan, perencanaan
sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Sementara itu,
otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai dengan dan dalam rangka desentralisasi1.

Pengertian otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri,


sedangkan dalam makna yang luas dapat diartikan sebagai berdaya. Maka otonomi daerah
berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan keputusan mengenai
kepentingan daerahnya sendiri2. Otonomi Daerah sebagai prinsip yang berarti menghormati
kehidupan regional menurut riwayat, adat dan sifat-sifat sendiri-sendiri, dalam kadar negara
1
Iswan Kaputra,2000 Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia: Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan
Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Hal 66
2
Ubedilah,dkk, 2000 Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:Indonesia Center for Civic
Education, 2. hal.170.
11

kesatuan. Tiap daerah mempunyai historis dan sifat khusus yang berlainan dari riwayat dan
sifat daerah lain.3

Sebenarnya tujuan otonomi daerah yaitu untuk mengembangkan melestarikan


daerah berdasarkan kekhasan dan potensi yang dimiliki daerah tersebut termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Setiap otonomi daerah yang dimiliki daerah berbeda
dari satu dengan daerah lain.

Dalam kehidupan masyarakat, Peran serta atau partisipasi masyarakat sangat


menentukan keberhasilan dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama di suatu sistem
pemerintahan sebab masyarakat adalah pemegang kedaulatan tertinggi di Indonesia karena
indonesia merupakan negara yang demokrasi. Pada masa pelaksanaan otonomi daerah
seperti sekarang ini, partisipasi masyarakat merupakan sebuah tuntutan yang harus
diwujudkan. Telah kita pahami dari uraian terdahulu bahwa otonomi daerah akan
menciptakan kemandirian daerah. Tentu saja kemandirian tersebut tidak akan terwujud,
tanpa peran serta masyarakat. Oleh karena suara masyarakatlah yang menentukan arah
berjalannya negara ini.

Dengan adanya peran aktif masyarakat diharapkan dapat:

1. Menjadikan warga masyarakat memiliki otonomi (kebebasan). Otonomi tidak


hanya dimiliki oleh aparatur pemerintahan daerah. Otonomi harus pula dimiliki
oleh seluruh warga masyarakat. Otonomi warga masyarakat tersebut harus
tergambar nyata dalam proses partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan pembangunan.2) Mewujudkan masyarakat madani atau masyarakat
kewargaan (civil society).

Masyarakat madani adalah masyarakat yang warganya sadar akan hak-hak yang
dimilikinya, warga yang sadar akan kepentingan dan kebutuhannya, serta warga yang sadar
akan kewajiban-kewajibannya. Mereka memiliki kemandirian yang tinggi dan
berpartisipasi untuk memajukan masyarakat.

Hidup dalam masyarakat pada hakikatnya terdapat saling ketergantungan antara


anggota masyarakat satu dengan yang lain. Sudah disadari bahwa yang dimiliki setiap
anggota masyarakat tidaklah sama. Berbagai kemampuan yang dimiliki setiap orang satu
3
Rozali Abdullah, 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Alternatif. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Hal 12.
12

dengan yang lain berbeda beda oleh karena itu, dalam menyelesaikan suatu permasalahan
bersama harus saling bekerja sama. Berikut tiga bentuk partisipasi yang diperlukan dalam
kehidupan bernegara.

1. Para ilmuwan, akademikus, praktisi ahli, dan peneliti lebih banyak menyumbang
atau berpartisipasi dalam bentuk buah pikiran.
2. Para petani, nelayan, pedagang, tukang, dan buruh-buruh di pabrik, perkebunan,
peternakan, dan sebagainya lebih banyak menyumbang atau berpartisipasi dalam
bentuk tenaga dan keterampilan.
3. Para pengusaha dan orang-orang kaya lainnya menyumbang atau berpartisipasi
dalam bentuk keuangan dan harta benda (modal).4

Meskipun di setiap daerah memiliki otonomi yang sangat luas, namun otonomi itu tidak
ada artinya jika daerah tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Daerah
diharapkan dapat mampu mengelola sumber pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia yang ada secara efektif dan efisien di daerahnya masing masing. Oleh
sebab itu pentingnya diperlukan peran serta seluruh warga di daerah untuk membangun
daerahnya. Peran serta itu disesuaikan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap warga. Tujuan negara yang begitu berat itu menjadi tanggung jawab
semua pihak, baik warga negara maupun pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kerja
sama yang baik antara warga negara dan pemerintah. Kerja sama itu dapat diwujudkan
dalam tahapan-tahapan pembangunan di wilayah daerah masing-masing. Tahapan - tahapan
itu, meliputi perencanaan, pengelolaan, pengawasan, dan menikmati hasil- hasil
pembangunan.
KESIMPULAN

Peran masyarakat dalam mengawasi pelayanan publik di pemerintah daerah adalah:


Pertama, pengawasan dalam arti pelayanan publik meliputi terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan, sehingga dalam peran masyarakat dalam pengeritan ini masyarakat sebagai
kontrol. Kedua, berdasarkan doktrin kedaulatan rakyat yang terkandung dalam konstitusi
memberikan legitimasi bagi masyarakat untuk memberikan penngawasan terhadap

http://artikelpengertianmakalah.blogspot.com/2015/05/bentuk-bentuk-partisipasi-masyarakat.html
13

pelayanan publik yang secara filosofis pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan


publik diberikan kuasa oleh masyarakat.

Ketiga, pengawasan masyarakat prinsip Good Govermnet adalah Economic


Governance, Political Governance, Administrative Governance. Economic Governance
meliputi proses – proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi aktifitas ekonomi di
dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi, Political Governance adalah
proses-proses pembuatan keputusan-keputusan untuk formulasi kebijakan, Administrative
Governance adalah proses implementasi sistem kebijakan. Oleh karena itu, institusi dari
governance meliputi tiga domain, yaitu: State (negara atau pemerintahan), Private Sector
(sektor swasta atau dunia usaha) dan Society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan
menjalankan fungsinya masing-masing.

Keempat, peran pengawasan pelayanan publik berdasarkan pada otonomi daerah,


memerikan hak yang lebih eksklusif karena otonomi daerah untuk menentukan bagaiamana
kekuasaan yang di desentralisasi di daerah untuk menentukan sendiri tata kelolanya.
Sehingga dalam hal ini peran masyarakat untuk mengawasai pelayanan publik dapat
melalaui mekasnisme demokrasi dalam pengertiannya membangun kelompok – kelompok
untuk mengkaji, menganalisis, dan policy breif pada pelayanan publik disetiap daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai