Anda di halaman 1dari 8

Bab 7 Hak Asasi Manusia

A. Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Secara definitif "hak" merupakan unsur
normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: a) pemilik hak, b) ruang lingkup penerapan hak, dan c)
pihak yang bersedia dalam penerapan hak. Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian
dasar tentang hak.

B. Islam dan Hak Asasi Manusia


Dalam sudut pandang Islam Hak Asasi Manusia sudah diatur berdasarkan atau berpedoman
pada Al-Qur'an dan Hadis. Karena Al-Qur'an dan Hadis merupakan pedoman hidup bagi seluruh
manusia yang ada di bumi ini pada umumnya dan bagi umat Islam pada khususnya. Oleh karena
itu, umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya apabila tidak ingin hak-
haknya dirampas oleh orang lain, maka hendaknya ia harus mengetahui hak-haknya dan selalu
memperjuangkannya selama tidak mengambil atau melampaui batas dari hak-hak orang lain.

Hukum Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak manusia, antara lain:

1. Hak Hidup dan Memperoleh Perlindungan

Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang merupakan karunia dari
Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum Islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat
dari ketentuan-ketentuan syariah yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa
manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.

2. Hak Kebebasan Beragama

Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan Hak Asasi Manusia, termasuk di
dalamnya kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam
melarang keras adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah menganut
agama lain.

3. Hak atas Keadilan


Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin mutlak untuk menegakkan
kehormatan manusia.

4. Hak Mendapatkan Pendidikan

Dalam Islam, mendapatkan pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan
kewajiban bagi setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadis Nabi Shallallahu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Ibn Majah : Rasul Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim."

5. Hak Kebebasan Berpendapat

Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalm batas-
batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorang pun dibolehkan
menyebarkan fitnah dan berita-berita yang menganggu ketertiban umum dan mencemarkan
nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan ide atau
gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

C. Tujuan dan Perkembangan Pemikiran HAM


Tujuan Hak Asasi Manusia, yaitu sebagai berikut: Pertama, Hak Asasi Manusia adalah alat
untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan. Kedua, Hak Asasi Manusia
mengembangkan saling menghargai antarmanusia. Ketiga, Hak Asasi Manusia mendorong
tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang
lain tidak dilanggar.

Perkembangan pemikiran HAM secara umum dibagi dalam empat generasi, yaitu: Generasi
pertama berpendapat bahwa pemikiran Hak Asasi Manusia hanya berpusat pada bidang hukum
dan politik.

Generasi kedua pemikiran Hak Asasi Manusia tidak saja menuntut hak yuridis melainkan
juga hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Generadi ketiga sebagai reaksi pemikiran Hak Asasi Manusia generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.

Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negatif seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.
D. HAM pada Tatanan Global di Indonesia
Iklim reformasi Indonesia terasa membahana. Isu dan wacana penguatan kelembagaan
negara dalam kerangka perwujudan Indonesia yang demokratis terus menguat. Format
konstitusionalisme Indonesia tengah ditata dan meniscayakan peran aktif seluruh
komponen bangsa. Memang terkadang kecemasan dan keprihatinan berbangsa mencuat
akibat dari beragam praktik penyalahgunaan kekuasaan dan teriakan minusnya peran
negara dalam upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM sebagai mandat
konstitusi dan unsur terpenting dalam praksis demokrasi konstitusional.

E. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia


Sejak Indonesia merdeka Hak Asasi Manusia mendapatkan momen pasang surut, kendati
di era reformasi udara kebebasan untuk meraih hak mulai kelihatan. Indikatornya menurut
ahli hukum tata Negara ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai-partai
politik dengan beragam ideologinya masing-masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar
demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain
dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair (adil), dan demokratis. Keempat,
parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan
kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yamg semakin efektif
terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang
kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
Namun, kebebasan berpolitik yang sangat besar tersebut harus dibayar mahal dengan hak
ekonomi masyarakatnya. Hal ini terjadi lantaran isu politik yang terlalu mengudara
membuat isu-isu ekonomi terlupakan. Pembangunan tidak dikerjakan karena anggota DPR
terlalu sibuk berdebat mengenai posisi mereka.

Bab 8 Good Governance Tanpa Korupsi

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Governance


Bangsa Indonesia menghadapi gelombang besar pada masa reformasi berupa
meningkatnya tuntutan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan
serupa pernah terjadi pada beberapa kurun waktu yang lalu, namun tuntutan saat ini
mengandung nuansa yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman. Globalisasi yang
menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan negara menuntut
reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga
memungkinkan interaksi perekonomian antardaerah dan antarbangsa berlangsung lebih
efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari
daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian kebijakan
publik.

Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu
dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip tata
kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara, sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kata "good" pada Good Governance bermakna: Pertama, Berorientasi pada kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, Keberdayaan masyarakat dan swasta. Ketiga,
Pemerintahan yang bekerja sesuai dengan hukum positif negara. Keempat, Pemerintahan
yang produktif, efektif, dan efisien. Sementara kata "governance" bermakna: Pertama,
Penyelenggaraan pemerintah. Kedua, Aktivitas pemerintah melalui fasilitas publik dan
pelayanan publik.

B. Prinsip dan Konsepsi Good Governance


Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di
dalamnya. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental
dalam good governance yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip itu di antaranya adalah;

1. Partisipasi (participation)

Sebagai pemilik kedaulatan, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengambil bagian dalam proses bernegara, berpemerintahan, serta bermasyarakat.
Partisipasi tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui institusi intermediasi,
seperti DPRD, LSM, dan lainnya. Partisipasi yang diberikan dapat berbentuk buah, pikiran,
dana, tenaga, ataupun bentuk-bentuk lainnya yang bermanfaat. Partisipasi warga negara
dilakukan tidak hanya pada tahapan implementasi tetapi secara menyeluruh, mulai tahapan
penyusunan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi, serta pemanfaatan hasil-hasilnya.

2. Penegakan Hukum (Rule of Law)


Good governance dilaksanakan dalam rangka demokratisasi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah adanya penegakan hukum yang
adil dan tidak pandang bulu. Tanpa penegakan hukum yang tegas, tidak akan tercipta
kehidupan yang demokratis, tetapi anarki. Tanpa penegakan hukum, orang secara bebas
berupaya mencapai tujuannya sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain dengan
menghalalkan segala cara. Oleh karena itu, langkah awak penciptaan good governance
adalah membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya, perangkat kerasnya
maupun sumber daya manusia yang menjalankan sistemnya.

3. Transparansi (Transparancy)

Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karakteristik ini sesuai
dengan semangat zaman yang serba terbuka adanya revolusi informasi. Keterbukaan
tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik, dari proses
pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana publik, sampai pada tahapan evaluasi.
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good
governance. Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Dengan adanya transparansi maka pemerintah menujakan
kinerjanya sebagai tolak ukur dan informasi bagi masyarakat di pemerintahan.

4. Daya Tanggap (Responsivenes)

Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, setiap komponen yang terlibat dalam proses
pembangunan good governance harus memiliki daya tanggap terhadap keinginan atau
keluhan para pemegang saham (stake holder). Upaya peningkatan daya tanggap tersebut,
terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini cenderung tertutup, arogan, serta
berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan konsumen (costumer
satisfaction).

5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus Orientation)

Kegiatan bernegara, berpemerintahan, dan bermasyarakat pada dasarnya merupakan


aktivitas politik, yang berisi dua hal utama, yaitu konflik dan konsensus. Dalam good
governance, pengambilan keputusan ataupun pemecahan masalah bersama lebih
diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan dengan kesediaan untuk konsisten
melaksanakan konsensus yang telah diputuskan bersama. Konsensus bagi bangsa Indonesia
sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena nilai dasar kita dalam memecahkan persoalan
bangsa adalah melalui musyawarah untuk mufakat.

6. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi, karena kemampuan masing-masing warga
negara berbeda-beda, sektor publik harus memainkan peranan agar kesejahteraan dan
keadilan dapat berjalan seiring sejalan.

7. Efektif dan Efisien (Efectivenes and Efficiency)

Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan ketiga domain
dan governance harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam setiap kegiatan.
Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama ditujukan pada sektor publik karena
sektor ini menjalankan aktivitasnya secara monopolistik. Tanpa kompetisi, tidak akan ada
efisiensi.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu


mempertanggungjawabkan kepada publik. Tanggung gugat dan tamggung jawab tidak
hanya diberikan kepada atasan saja, tetapi juga pada para pemegang saham yaitu
masyarakat luas. Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Secara
teoretis, akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki
pengertian bahwa setiap pejabat harus mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan
pelaksanaan tugas-tugas nya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua
akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga
yang setara.

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Dalam era yang berubah secara dinamis, setiap domain dalam good governance harus
memiliki visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu bangsa dan negara akan
mengalami ketertinggalan. Visi itu, dapat dibedakan antara visi jangka panjang (long time
vision) antara 20 sampai 25 tahun serta visi jangka pendek (short time vision) sekitar lima
tahun.

C. Karakteristik Dasar Good Governance


Untuk mengetahui tata kelola pemerintah yang baik dan bersih, maka ada tiga
karakteristik dasar good governance.
1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan
yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah
yang abadi.

2. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat
agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat dan pendirian orang lain.

3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan,


demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan peri kehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

D. Good Governance di Tengah Tantangan Global


Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah,
pihak swasta atas nama pemerintah maupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau
tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Ada
beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good governance di Indonesia.

1. pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara diwakili pemerintah
berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan
mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.

2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good governance dan clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.

3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance yaitu pemerintah,


masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan demikian, pelayanan publik menjadi titik
pangkal efektifnya kinerja birokrasi.

E. Korupsi Sebagai Musuh Bersama


Indonesia menurut berbagai lembaga pemeringkat internasional sejak awal tahun 90-an
hingga sekarang selalu masuk kategori negara terkorup. Gejala korupsi ini seperti belum
terbesit harapan untuk pemberantasannya. Hal ini karena korupsi telah kadung menjadi
kebudayaan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya korupsi antara lain: kemiskinan, rakus
kekuasaan, budaya maling, inkonsistensi dan lemahnya sistem hukum, dan rendahnya
kualitas keimanan.

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: Corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan, menyelewengkan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai