Hukum Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak manusia, antara lain:
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang merupakan karunia dari
Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum Islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat
dari ketentuan-ketentuan syariah yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa
manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan Hak Asasi Manusia, termasuk di
dalamnya kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam
melarang keras adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah menganut
agama lain.
Dalam Islam, mendapatkan pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan
kewajiban bagi setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadis Nabi Shallallahu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Ibn Majah : Rasul Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim."
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalm batas-
batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorang pun dibolehkan
menyebarkan fitnah dan berita-berita yang menganggu ketertiban umum dan mencemarkan
nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan ide atau
gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Perkembangan pemikiran HAM secara umum dibagi dalam empat generasi, yaitu: Generasi
pertama berpendapat bahwa pemikiran Hak Asasi Manusia hanya berpusat pada bidang hukum
dan politik.
Generasi kedua pemikiran Hak Asasi Manusia tidak saja menuntut hak yuridis melainkan
juga hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Generadi ketiga sebagai reaksi pemikiran Hak Asasi Manusia generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negatif seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.
D. HAM pada Tatanan Global di Indonesia
Iklim reformasi Indonesia terasa membahana. Isu dan wacana penguatan kelembagaan
negara dalam kerangka perwujudan Indonesia yang demokratis terus menguat. Format
konstitusionalisme Indonesia tengah ditata dan meniscayakan peran aktif seluruh
komponen bangsa. Memang terkadang kecemasan dan keprihatinan berbangsa mencuat
akibat dari beragam praktik penyalahgunaan kekuasaan dan teriakan minusnya peran
negara dalam upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM sebagai mandat
konstitusi dan unsur terpenting dalam praksis demokrasi konstitusional.
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu
dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip tata
kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara, sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Kata "good" pada Good Governance bermakna: Pertama, Berorientasi pada kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, Keberdayaan masyarakat dan swasta. Ketiga,
Pemerintahan yang bekerja sesuai dengan hukum positif negara. Keempat, Pemerintahan
yang produktif, efektif, dan efisien. Sementara kata "governance" bermakna: Pertama,
Penyelenggaraan pemerintah. Kedua, Aktivitas pemerintah melalui fasilitas publik dan
pelayanan publik.
1. Partisipasi (participation)
Sebagai pemilik kedaulatan, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengambil bagian dalam proses bernegara, berpemerintahan, serta bermasyarakat.
Partisipasi tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui institusi intermediasi,
seperti DPRD, LSM, dan lainnya. Partisipasi yang diberikan dapat berbentuk buah, pikiran,
dana, tenaga, ataupun bentuk-bentuk lainnya yang bermanfaat. Partisipasi warga negara
dilakukan tidak hanya pada tahapan implementasi tetapi secara menyeluruh, mulai tahapan
penyusunan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi, serta pemanfaatan hasil-hasilnya.
3. Transparansi (Transparancy)
Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karakteristik ini sesuai
dengan semangat zaman yang serba terbuka adanya revolusi informasi. Keterbukaan
tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik, dari proses
pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana publik, sampai pada tahapan evaluasi.
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good
governance. Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Dengan adanya transparansi maka pemerintah menujakan
kinerjanya sebagai tolak ukur dan informasi bagi masyarakat di pemerintahan.
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, setiap komponen yang terlibat dalam proses
pembangunan good governance harus memiliki daya tanggap terhadap keinginan atau
keluhan para pemegang saham (stake holder). Upaya peningkatan daya tanggap tersebut,
terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini cenderung tertutup, arogan, serta
berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan konsumen (costumer
satisfaction).
6. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi, karena kemampuan masing-masing warga
negara berbeda-beda, sektor publik harus memainkan peranan agar kesejahteraan dan
keadilan dapat berjalan seiring sejalan.
Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan ketiga domain
dan governance harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam setiap kegiatan.
Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama ditujukan pada sektor publik karena
sektor ini menjalankan aktivitasnya secara monopolistik. Tanpa kompetisi, tidak akan ada
efisiensi.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Dalam era yang berubah secara dinamis, setiap domain dalam good governance harus
memiliki visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu bangsa dan negara akan
mengalami ketertinggalan. Visi itu, dapat dibedakan antara visi jangka panjang (long time
vision) antara 20 sampai 25 tahun serta visi jangka pendek (short time vision) sekitar lima
tahun.
2. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat
agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat dan pendirian orang lain.
1. pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara diwakili pemerintah
berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan
mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good governance dan clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: Corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan, menyelewengkan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.