PSIKOTERAPI ISLAM
Disusun Oleh :
Dyna Refiany (2010305001)
Mata Kuliah :
Metodologi Psikoterapi Islam
I
wawasan materi para pembaca. Akhir kata, saya
menyadari masih terdapat kekurangan sehingga
saya mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca sehingga pada penulisan
selanjutnya bisa lebih sempurna.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………I
DAFTAR ISI…………………………….……..II
BAB I PENDAHULUAN………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoterapi Islam………………3
B. Objek Psikoterapi Islam……………………9
C. Metodologi Psikoterapi Islam……………13
D. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam……18
E. Paradigma Psikoterapi Islam………………23
BAB III PENUTUP…………………………26
DAFTAR PUSTAKA…………………………28
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
Namun demikian, ditengah-tengah diskusi
panjang dan kajian ilmiah yang mendalam,
psikoterapi Islam semakin populer dan diakui
keberadaannya, diterima sebagai salah satu mata
kuliah di perguruan tinggi dan digunakan dalam
praktik pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling
Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 186.
2
Pius A partanto, Kamus Ilmiah Populer
(Surabaya: Arkola, 1994), 638.
3
Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan
Psikoterapi Kontemporer (Malang: UIN Malang
Press, 2009), 191.
3
yang berhubungan dengan kejiwaan atau hati
manusia.
4
Ahmad Saifuddin, Psikologi Agama:
Implementasi Psikologi untuk Memahami
Perilaku Beragama (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), 207.
5
Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam
Mulia, 2007), 170
4
Lalu bagaimana dengan pengertian Islam?
Secara harfiah, Islam berasal dari kata salima
yang berarti selamat, damai dan sentosa. Dari
kosakata salima itu dibentuk menjadi aslama
yang berarti berserah diri, patuh, tunduk setia,
sehingga keselamatan, kedamaian dan
kesentosaan dapat dicapai. Pengertian Islam dari
segi kebahasaan ini tampak sejalan dengan fitrah
dan jiwa manusia yang mendambakan sebuah
kehidupan yang selamat, damai, dan sentosa.
6
Namun pengertian ini bisa saja memunculkan
kesombongan umat muslim yang berpikir mereka
akan selamat dan memberikan keselamatan
kepada orang lain tanpa bantuan apapun, padahal
Allah lah yang berkehendak atas semua yang ada
di dunia ini dan manusia haruslah tunduk dan
berserah diri kepada-Nya. Sifat tunduk/pasrah
diri itu ditunjukkan dengan selalu beribadah
karena Allah dengan tulus hanya untuk merasa
6
Abuddin Nata, Psikologi Pendidikan Islam
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), 41.
5
lebih dekat dengannya tanpa paksaan atau aturan
yang membuat diri merasa tertekan.
7
Khairunnas Rajab, Rekonstruksi psikoterapi
islam (Pekan Baru: Cahaya Firdaus, 2007), 1.
6
Ajaran Islam yang yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Ini mengemban misi suci
kemanusiaan yang sangat luhur. Islam ingin
mempersatukan jiwa manusia dengan iman dan
takwa kepada Allah, mengeluarkan manusia dari
kesesatan kepada jalan yang terang benderang,
mendamaikan manusia yang bertikai,
menunjukkan manusia dari kehidupan yang sesat
kepada kehidupan yang lurus, serta
menyelamatkan manusia dari tepi jurang
kehancuran. Misi ini sejalan pula dengan jiwa
manusia yang menginginkan sebuah tatanan
kehidupan yang terang benderang, selamat dari
berbagai hal yang merugikan, serta terbebas dari
berbagai penderitaan.
7
psikoterapi Islam adalah pengobatan penyakit
dengan cara kebatinan, atau penerapan dengan
cara khusus pada penyembuhan penyakit mental
atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari, atau penyembuhan lewat keyakinan
agama, dan diskusi personal dengan para guru
dan teman.8
Fuad Anshori juga mengemukakan dalam
bukunya yang berjudul aplikasi psikologi Islam,
bahwa psikoterapi Islam adalah upaya
penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara
rohaniyah yang didasarkan pada tuntunan Al-
Qur’an dan Hadist, dengan metode analisis
esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala
yang tampak pada manusia.9
8
Hamdani Bakran Adz-Dzaky. Konseling dan
Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Al-Manar, 2008),
228.
9
Fuad Anshori, Aplikasi Psikologi Islam
(Yogyakarta: 2000), 242.
8
penyembuhan, pengobatan, atau perawatan jiwa
melalui ajaran agama islam yakni yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk
merawat jiwa ataupun membersihkan hati diri
sendiri maupun orang lain maka perlu
mendekatkan diri kepada Sang Penyembuh
karena hanya Allah yang dapat memberikan
kekuatan untuk memperbaiki problem kejiwaan.
Psikoterapi Islam tidak hanya untuk mengobati
jiwa orang lain namun juga untuk memperbaiki
diri sendiri. Psikoterapi Islam ini tidak hanya
membebaskan kita dari penyakit jasmani dan
rohani melainkan juga menyelamatkan kualitas
jiwa untuk meraih kehidupan yang sejahtera.
9
Psikoterapi Islam ini adalah suatu hal yang
dijadikan sasaran untuk melakukan pengobatan
terhadap jiwa melalui ajaran agama islam.
10
meningkatkan atau mengembangkan akal dan
pikiran kita akan dapat menghasilkan kecerdasan
atau intelektualitas. Intelektualitas adalah
kecerdesan, berpikir jernih berdasarkan ilmu
pegetahuan.
11
tulus kita akan merasakan bahwa Allah sangat
dekat dengan kita sehingga kita bisa meraih sift-
sifat Allah yang dianggap begitu jauh dan
mustahil untuk diraih.
12
penyakit atau perbuatan-perbuatan tercela
tersebut.11
11
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Koseling dan
Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al Manar,
2008), h. 237.
13
nalar, atau yang lebih populer disebut dengan
istilah ilmu pengetahuan.13
Hamdani Bakran Adz-Dzaky
mengemukakan tentang metode psikoterapi Islam
dengan pendekatan Tasawuf. Metode tasawuf
adalah suatu metode peleburan diri dari siaft-
sifat, karakter-karakter dan perbuatan-perbuatan
yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan
keTuhan-an. Metode tersebut dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Takhalli, adalah pengosongan diri dari akhlak-
akhlak tercela dengan jalan melakukan
pertobatan yang sesungguhnya. Pada fase ini
adalah fase pensucian jiwa, mental, akal fikiran,
kalbu dan moral (akhlak) dengan sifat-sifat yang
mulia dan terpuji.
2. Tahalli, adalah pengisian diri dengan
melakukan perbuatan-perbuatan baik
3. Tajalli, adalah tersingkapnya hijab antara
Allah dan manusia bahkan tidak adalagi jarak
14
antar keduanya.14 Menurut Imam Junaid seorang
hamba sudah mencapai pada kondisi ini,
dinamakannya sebagai “manusia yang sudah
masuk dan menetap di dalam Allah” (Dakhil
Qa’im), dimana sifat kemanusiaanya lenyap
dalam keabadian Tuhan.15
14
M. Hamdani Bakran adz-Dzaky, Konseling
dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002),
hal. 259.
15
Sholahuddin Ashani, dkk, Trilogi Pemikiran
Tasawuf Imam Junaid al-Baghdadi (Mitsaq,
Fana, dan Tauhid), (Syifa al-Qulub, Vol. 5, No.
2, 2021), h. 109.
15
langsung memperkenalkan diri-Nya kepada
hamba-hamba-Nya).16 Syarat untuk menyadari
segala keagungan Allah dan lebih mengenal
Allah adalah mencintai Allah dan Rasulnya.
Ibnul Qoyim Al-Jauziyah berpendapat
bahwa cinta berasal dari kata alhabbab artinya
busa air yang meluap setelah turunnya hujan.
Kata mahabbah di pergunakan untuk
menyebutkan istilah cinta karena
menggambarkan luapan hati dan bergejolaknya
ketika ia ingin bertemu dengan kekasihnya.
Begitulah jika kita mencintai Allah maka kita
akan merasakan luapan hati yang bergejolak dan
sangat ingin melihat atau merasakan Allah berada
di dekatnya.17
Dalam memahami cinta, Prof Afif dalam
tulisannya, menjelaskan bahwa Imam Ahmad bin
Hambal membagi cinta menjadi tiga bagian,
16
Muhammad Nursamad Kamba, Mencintai
Allah Secara Merdeka, (Tanggerang:
Iman,2020).
17
Ibnul Qoyim Al Jauziyah, Taman Orang Jatuh
Cinta, Bandung: Jabal, 2010. hal. 19
16
pertama, cinta yang didasari oleh pemberian.
Cinta bagian ini sementara, dirasakan oleh hamba
yang hanya mengharapkan imbalan dari Allah,
dia akan mencintai Allah ketika diberi
kenikmatan dan dia akan murka jika kenikmatan
itu dicabut. Kedua, cinta yang didasari oleh rasa
kekaguman, cinta ini terjadi karena tampak di
depan mata seperti hal nya ketika menyukai
seseorang karena dia terlihat rupawan dari
fisiknya dan kaya dari material nya. Jika
mencintai hanya karena melihat dari fisiknya lalu
bagaimana dengan Allah yang tidak nampak
fisiknya. Jika hanya menjawab karena Allah
maha kuasa, maha penyayang maka cinta ini
adalah cinta karena materialistik bukan
ketulusan. Ketiga, cinta yang didasari oleh
ketulusan, cinta ini lah yang kekal. Cinta yang
tidak mengharapkan imbalan apapun, cinta yang
tidak didasari dengan sebab-akibat, dan cinta
yang didasari dengan kesetiaan.18 Ketika cinta
17
sudah didasari dengan ketulusan maka Allah
akan menampakkan keagungan-Nya dan
memperkenalkan diri-Nya, mengambil alih sifat
kemanusiaan dan diganti dengan sifat ketuhanan.
237-238.
18
kebaikan dan kemanfaatannya. potensi dan
pengendalian diri itu dapat dipahami secara
tersirat dari pesan-pesan ayat Allah: Artinya:
“dan adalah Allah Maha mengawasi segala
sesuatu.” (Q.S. Al-Ahzab : 52)
19
dan mengaplikasikan ilmu ini, ia pun berarti
melakukan proses pengembangan aksistensi
keinsanannya menuju esensi yang sempurna.
20
b. fungsi penyembuhan atau perawatan
psikoterapi Islam akan membantu seseorang
melakukan pengobatan penyembuhan dan
perawatan terhadap gangguan atau penyakit
khususnya terhadap gangguan mental spiritual
dan kejiwaan, seperti dengan berdzikir, hati dan
jiwa menjadi terang dan damai.
19
Hamdani Bakran Adz-Dzaky. Konseling dan Psikoterapi Islam.
Al-Manar. Yogyakarta. 2008. hlm. 271
21
Berdasarkan fungsi-fungsi psikoterapi di atas
maka tujuan dari psikoterapi Islam adalah:20
22
Secara sederhana paradigma dapat diartikan
sebagai cara pandang atau cara berpikir.21 Jadi
paradigma psikoterapi islam adalah cara kita
memandang psikoterapi islam. Psikoterapi islam
sendiri telah kita ketahui merupakan pengobatan
atau perawatan jiwa melalui ajaran-ajaran agama
islam.
Islam itu tidak bisa hanya dipahami secara
definisi saja karena Allah tidak bisa digambarkan
bagaimana bentuknya. Sehingga islam benar-
benar harus dipahami dan dipelajari secara tulus
dari hati dengan mengamalkan ajaran-ajaran
Allah. Dan dengan ketulusan itu islam bisa
menjadi sarana kita untuk memperbaiki mental,
spiritual, dan moral.
Beribadah dengan tulus adalah hal terpenting
bagi Allah karena sejatinya seluruh ibadah kita
tidak akan bermanfaat untuk Allah. Namun,
dengan beribadah inilah yang membuat
kepribadian kita menjadi lebih baik dan menjadi
21
Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya:
Apollo Lestari, t.t), h. 466.
23
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Sayangnya, pada zaman sekarang ibadah tidak
dilakukan dengan tulus dari hati tetapi
kebanyakan sekarang seseorang hanya
melakukan ibadah secara formal, mengharapkan
imbalan dan takut akan dosa karena
meninggalkan kewajiban. Padahal cara beribadah
seperti itu akan membuatnya jauh dari Allah.
Nursamad kamba dalam bukunya yang berjudul
"Kids Zaman Now Menemukan Kembali Islam"
berpendapat bahwa bertasawuf adalah berislam
itu sendiri.22 Maksudnya adalah untuk memahami
islam yang sebenarnya dari hati maka kita harus
mempelajari tasawuf terlebih dahulu. Hal
tersebut disebabkan karena tasawuf merupakan
jalan yang ditempuh oleh seorang hamba melalui
pengalaman spiritual dengan tujuan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.23 Pengalaman spiritual
adalah penghayatan esoterik terhadap ajaran-
22
Nursamad Kamba, Kids Zaman Now Menemukan Kembali
Islam, (Tanggerang: Imani, 2018).
23
Simuh, Sufisme Jawa Transformasi Tasawuf ke Sufistik Jawa,
(Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999), h. 26
24
ajaran agama.24 Hanya dapat dipahami oleh
orang-orang tertentu. Tasawuf dapat diartikan
sebagai perjalanan spiritual yang dilakukan
seseorang dengan penghayatan yang dalam
secara tulus terhadap ajaran agama islam untuk
meraih kedekatan atau pengenalan terhadap
Allah. Sebagaimana dijelaskan oleh Dadang
Kahmad bahwa tasawuf adalah jalan atau cara
untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat)
dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.
Melalui cara ini, seorang sufi dapat mencapai
tujuan peleburan diri dengan nyata (fana fil al-
haqq).25
BAB III
PENUTUP
24
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), h. 2.
25
Dadang Kahmad, Tarekat dalam Islam: Spiritual Masyarakat
Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 74.
25
Psikoterapi Islam adalah penyembuhan,
pengobatan, atau perawatan jiwa melalui ajaran
agama islam yakni yang bersumber dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Hamdani Bakran Adz-
Dzaky dalam bukunya yang berjudul “Konseling
dan Psikoteapi Islam” mengemukakan bahwa
yang menjadi objek sikoterapi islam ada 3, yaitu :
mental, spiritual, dan moral. Menurutnya metode
psikoterapi islam dibagi menjadi 3 yaitu takhalli,
tahalli, dan tajalli. Adapun fungsi dari psikoterapi
islam yaitu : fungsi pemahaman, fungsi
pengendalian, fungsi peramalan, fungsi
pengembangan, dan fungsi pendidikan.
Berdasarkan fungsi-fungsi psikoterapi di atas
maka tujuan dari psikoterapi Islam adalah:
Memberikan pertolongan kepada setiap individu
agar sehat jasmai dan rohaniah, sehat mental,
spiritual dan moral, atau sehat jiwa dan raganya,
Menggali dan mengembangkan potensi esensial
sumber daya insani, Mengantarkan individu pada
perubahan kontruksi dalam kepribadian dan etos
kerja, Meningkatkan kualitas keimanan, ke-
26
Islam-an, keikhlasan, dan ketauhidan dalam
kehidupan sehari-hari dan nyata, Mengantarkan
individu untuk mengenal, mencintai, dan
berjumpa dengan esensi diri atau jati diri serta
Dzat Yang Maha Suci yaitu Allah SWT.
paradigma psikoterapi islam adalah cara kita
memandang psikoterapi islam. Psikoterapi islam
sendiri telah kita ketahui merupakan pengobatan
atau perawatan jiwa melalui ajaran-ajaran agama
islam.
27
DAFTAR PUSTAKA
28