Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PSIKOTERAPI ISLAM

“Pendekatan Psikoterapi Islam dan Konseling Sufistik dalam menangani masalah


kejiwaan”

Dosen Pengampu : Husnun Nahdhiyyah, M.H

Disusun oleh :
Syarah Padia 12006035
Reisa Amalia 12006044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapakan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat di tersusun sampai selesai. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda
Rasulullah SAW. Karena berkat perjuangan beliau membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
ke zaman terang bederang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tugas
makalah ini. Khususnya Ibu Husnun Nahdhiyyah, M.H selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikoterapi Islam dan juga teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Sebagai penyusun kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 03 Desember 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Pembuatan Makalah........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Psikoterapi Islam dalam menangani masalah kejiwaan..............................................5
B. Konseling Sufistik dalam menangani masalah kejiwaan............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................................9
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gangguan kejiwaan adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang,
yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia. Fenomena yang kita lihat bahwa penyakit yang
diderita manusia tidak selamanya dapat disembuhkan dengan obat medis atau
kecanggihan perangkat medis. Ketika penyakit jasmani disembuhkan maka yang tampak
adalah kesehatan secara fisik. Akan tetapi, jika penyakit psikis disembuhkan yang tampak
adalah perilaku-perilaku mental hidup yang sehat. Di sinilah kemudian tasawuf
memberikan jawaban untuk menemukan totalitas jasmani dan rohani dalam diri manusia.
Karena itu, kaum sufi memperkenalkan pengobatan secara sufistik atau psioterapi
sufistik. Terapi sufistik ini yang dimaksudkan adalah pengobatan yang bernuansa islami
dengan sasaran untuk mewujudkan manusia yang berjiwa sehat. Pendekatannya dapat
dilakukan melalui bimbingan penyuluhan, pendekatan tobat, pendekatan dzikir, dan
sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Psikoterapi Islam dalam menangani masalah kejiwaan.
2. Bagaimana Konseling Sufistik dalam menangani masalah kejiawaan.

C. Tujuan
1. Memaparkan bagaimana Psikoterapi Islam dalam menangani masalah kejiwaan.
2. Memaparkan bagaimana Konseling Sufistik dalam menangani masalah kejiwaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Psikoterapi Islam dalam menangani masalah kejiwaan


Psikoterapi islam adalah proses perawatan dan penyembuhan terhadap gangguan
penyakit kejiwaan dan keruhanian melalui intervensi psikis dengan metode dan teknik
yang didasarkan atau berpedoman ke pada Al-Quran dan sunnah. Proses perawatannya
disebut dengan isitilah isytisyifa. Disiplin ilmu Psikoterapi Islam masih dianggap relatif
baru, terutama dari sisi penyebutan. Akan tetapi, dari segi esensi praktik dan nama asli
dalam Khazanah Dunia Islam sebenarrnya sudah demikian berkembang, seperti adanya
nama al-Thib al-Rahmany, dan al-Thib al-Ilahy. Apalagi akhir-akhir ini muncul nama
‘ilm al-nafs dan istilah lain yang sudah lebih mengarah kepada disiplin psikologi dan
psikoterapi. Bagian tulisan ini akan dicoba mengungkap apa yang dimaksud psikoterapi
islam, bagaimana metode dalam pembinaan mental dan bagaimana terapi dalam
pembinaan mental.
Sesungguhnya sebaik-baiknya terapi mental adalah dengan membaca Al-Quran,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam banyak ayat Al-Quran Allah berfirman “Dan Kami
turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain
kerugian”. Dilihat dari cara pengambilannya, metodologi psikoterapi Islam didasarkan
kepada empat cara sebagai berikut:
1. Metode Istimbath, yaitu diturunkan langsung dari Al-Quran.
2. Metode Iqtibas, yaitu dari hasil ijtihad para ulama.
3. Metode Istiqra’iy, yaitu dari penalaran dan hasil penelitian empirik termasuk dari barat
sejauh tidak bertentangan dengan semangat Al-Quran dan Sunnah.
4. Memadukan metode komperehensif Jami’ bayna nufus al-zakiyyah wa-al ‘uqul al-
shafiyyah.
Dari manhaj-manhaj tersebut lalu dikembangkan menjadi beberapa metode seperti,
terapi dengan Al-Quran, terapi dengan Doa, terapi zikir, terapi shalat, terapi mandi, terapi
puasa, terapi hikmah, dan terapi tarikat dan tasawuf. Berkaitan dengan proses pembinaan
mental/akhlak manusia dalam dunia tasawuf dan tarekat dikenal adanya tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Takhalli, adalah agar seorang muslim (klien) dapat mengenali, menguasai,
membersihkan diri. Untuk itu ada beberapa teknik yang digunakan:
a. Teknik pengenalan diri.
b. Teknik pengembangan kontrol diri (teknik puasa dan teknik paradox).
c. Teknik-teknik pembersihan diri (teknik dzikrulloh, teknik membaca Al-Quran,
teknik penyangkalan diri).
2. Tahap Tahalli, yaitu tahap penyembuhan atau perbaikan, maka tahap Tahalli adalah
tahap pengembangan. Tujuannya yaitu untuk menumbuhkan sifat-sifat terpuji pada
diri seseorang. Adapun teknik terapi yang bisa diterapkan yaitu:
a. Teknik internalisasi Asma’ul Husna
b. Teknik teladan Rasul.
c. Teknik pengembangan Hablum-minannas.
3. Tahap Tajalli dalam psikoterapi Islam memfokuskan diri pada hubungan dengan
sesama manusia, maka tahap ini adalah peningkatan hubungan dengan Allah (hablum
minallah).

B. Konseling Sufistik dalam menangani masalah kejiawaan


Konseling Sufistik adalah model konseling yang berbasis ajaran tasawuf. Tasawuf
adalah bagian dari tiga pilar Islam (Iman, Islam dan Ihsan), di mana tasawuf bertumpu
pada pilar Ihsan. Penerapan al-Ihsan didasarkan pada konsep ibadah, “seakan-akan
melihat Allah dan yakin bahwa Allah melihat apa yang dilakukan oleh hamba-Nya”.
Konseling sufistik berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam dan juga dapat dikatakan
juga semakna dengan konseling Islam.
Terapi sufistik (ath-thibb ash-shufi) bukan sekedar teori, tetapi juga bersifat praktis.
Para sufi telah membuat rumusan tata cara menerapi penyakit jiwa bagi para pasien
mereka, yaitu dengan cara menjelaskan kepada para pasien tersebut jalan menuju
kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan ruh keimanan dalam jiwa lemah, mengajak
mereka untuk membersihkan niat, memperkuat tekad, menyerahkan segala urusan kepada
Allah SWT dan taqwa kepada-Nya. Dan dianjurkan mereka untuk memenuhi jiwa dengan
kejujuran, hati dengan ikhlasan, dan perut dengan barang-barang yang halal. Kemudian
mengajak mereka untuk menerapi jiwa-jiwa yang resah melalui dzikir yang benar, yang
dapat menentramkan jiwa yang lemah dan depresi.
Adapun metode yang digunakan dalam konseling sufistik untuk menangani
masalah kejiwaan, yaitu :
1. Melakukan Pertaubatan, Istilah taubat secara bahasa berarti kembali, yaitu kembali
dari berbuat dosa dan maksiat menuju berbuat baik dan ketaatan, sesudah menyadari
keburukan dan bahaya perbuatan dosa dan maksiat. Taubat dapat membantu
seseorang melepaskan diri dari kegelisahan dan kegoncangan jiwa yang dapat
mempengaruhi kesehatannya. Dalam pertobatan terdapat perubahan sikap yang
terjadi pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Dzikir, Menurut Al-Ashfahani dzikir adalah menghadirkan sesuatu baik dalam bentuk
perasaan (hati) maupun perbuatan. Dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang
yang hilang, sebab aktivitas dzikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut
dan mereduksi kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya.
3. Al-qur’an, banyak sekali manfaat dan sumber ilmu pengetahuan yang penting bagi
manusia. Dari Al-Qur’an, segala hukum bermula. Membaca Al-Qur’an, terlebih
menghafalkannya, diyakini para ilmuan dunia mampu membuat kita sehat dan
berdampak positif terhadap kejiwaan, psikis, intelektual, spiritual, dan jasmani
seseorang.
4. Doa, Doa dapat diartikan sebagai permintaan atau permohonan. Sebagai terapi, doa
merupakan sebuah terapi yang luar biasa. Banyak orang yang sembuh penyakitnya
dengan beberapa ucapan doa dari orang-orang tertentu.
5. Shalat, Shalat dapat menghilangkan ketegangan karena adanya perubahan pola gerak
tubuh. Sebagaimana diketahui, gerak seperti ini, secara fisiologi akan menimbulkan
nuansa rehat yang penting bagi tubuh. Shalat yang dikerjakan dengan khusyuk dan
tenang membantu menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan oleh berbagai hal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya pengobatan dan
perawatan untuk gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup
berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan
emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu
tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis.
Praktek pengobatan yang ada dalam Al-Qur’an, yaitu dengan praktik fisik dan
psikis. Namun pada tahap penyembuhan penyakit yang paling utama adalah psikis dalam
kejiwaan. Pasalnya, jika kejiwaan dalam diri manusia terganggu, maka mengakibatkan
penyakit spiritual dan berakibat pula pada penyakit fisik. Jiwa merupakan hal yang
penting bagi manusia karena jiwa dapat mempengaruhi tingkat spritual kita.
DAFTAR PUSTAKA

H. Isep Zainal Arifin. “Bimbingan Dan Penyuluhan IslamPengembangan Dakwah


Bimbingan Psikoterapi Islam”. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.23
Kementrian Agama RI., Al-Quran dan Terjemahannya, h. 290
H. Isep Zainal Arifin. “Bimbingan Dan Penyuluhan IslamPengembangan Dakwah
Bimbingan Psikoterapi Islam”. h.30
M.A. Subandi. “Psikologi Agama & Kesehatan Mental”. h. 158
Duski Samad. “Konseling Sufistik : Tasawuf Wawasan dan Pendekatan
Konseling Islam”. h.4
M. Solihin. “Terapi Sufistik; Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf”.
(Bandung: Pustaka Setia, 2004), h.123
M. Solihin. “Terapi Sufistik; Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf”.
(Bandung: Pustaka Setia, 2004), h.127
Gusti Abdurrahman. “Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan”.
(Yogyakarta: AswajaPressindo, 2010), h.77

Anda mungkin juga menyukai