Satu
menentramkan.
Nyala mengerti.
mensyukuri semua.
adalah istrinya.
membenarkan.
Nyala mengangguk.
Ya
“Ngantuk?”
Sun bed yang ditempati Nyala kini terasa sempit, sebab lelaki
itu memilih duduk di tepinya.
Ya, Tuhan ….
Ya, Tuhan ….
Shit!
***
DUA
Syahdu ….
kita utuh.
“Dari pihak koalisi, ada tiga orang yang akan menjadi saksi
penandatangan sertifikat. Dan dari pihak kita, ada empat
orang yang akan bergabung.”
“Siap, Pak!”
“Selamat malam.”
***
“Kenapa?”
“Seratus milyar untuk Irawan. Lalu akan ada satu koma lima
triliun untuk Kusno,” Hadi menarik napas panjang sambil
menggelengkan kepala. Merasa teramat lucu dengan
kelakuan ayahnya. “Saya sempat berpikir, bahwa mungkin
saja kamu sedang mengidap penyakit mematikan dan tengah
sekarat. Makanya, Papa butuh mengeluarkan banyak uang
untuk kamu. Tetapi ternyata, kamu baik-baik saja, ya?”
tawanya berderai pelan. “Mengulang kembali status sebagai
rahasia. Kali ini, untuk simpanan Harun Dierja?”
“Nyala istri saya,” sahutan itu berasal dari Harun yang baru
saja memasuki villa. Ia mendengar tudingan pertanyaan
Hadi Wijaya, dan langsung mengoreksinya tanpa menunggu
lama. “Nyala istri saya,” ulangnya lagi ketika langkah-
langkahnya telah menapaki ruang tamu. Ia berjalan di
sebelah sang istri dan merangkul bahu wanita itu tepat di
hadapan Hadi Wijaya. “Kami menikah,” terangnya dengan
tatap menghunus tajam.
Hadi Wijaya membalas tatapan itu sejenak, sebelum kemudian
ia mendengkus dan memutus benang netra yang tegang di
antara dirinya dan ketua umum partai Nusantara Jaya. “Kini,
dia menjadi rahasia untuk banyak orang, ya?” maksud Hadi
adalah Nyala. “Setelah berstatus sebagai anak rahasia. Rupanya,
dia juga bergelar sebagai istri rahasia,” kini kepalanya
mengangguk paham. “Sekarang, saya mengerti. Mengapa kini,
kamu dan Papa saja terlihat saling melindungi,” cibirnya
menebar tawa penuh ledekkan sinis.
***
“Sakit?”
***
TIGA
Dua Bulan Setelahnya ….
***
Narasi Republika.com
***
***
Issue Terkini.Media
***
“Hm, jadi, kita perlu bos Citra Televisi, ya?” Kusno Aji
manggut-manggut. “Kita sudah punya bos Multi
Group,” gumamnya sambil mengingat koalisi mereka dengan
Ahmad Bimasena. Sang ketua umum partai Demokrasi
Nasional. Pemilik salah satu stasiun televisi swasta yang
selama ini selalu berada di pihak Kusno Aji. “Apa yang bisa
kita lakukan untuk menarik bos Citra Televisi, ya?”
Citra Tele Group di miliki oleh salah seorang konglomerat
yang dulu sempat digadang-gadang akan menjadi menteri di
pemerintahan. Mengingat, bagaimana dekatnya hubungansang
pemilik beberapa stasiun televisi tersebut, dengan koalisi
Presiden sebelumnya. Namun, setelah Presiden
mengumumkan para menterinya, nama Gideon Sutjatmoko tak
ada di sana. Tetapi, putra kedua dari sang bos media itu,
terpilih sebagai salah satu dari staf khusus yang bekerja
langsung untuk Presiden.
Benar.
***
Lalu, belum lama ini, ada Ginta yang mampir mengisi hari- hari
politiknya. Ginta sempurna. Kepintaran dan fisiknya
berimbang.
Ya, Tuhan ….
Sial!
Astaga ….
Tetapi satu hal yang pasti, entah sejak kapan tepatnya, Nyala
mulai sigap menyambutnya kala ia pulang. Membawakan tas
kerjanya. Lalu menunggu Harun di depan pintu ruang kerja. Ah,
Nyala bilang, ia memang tidak berani masuk ke ruangan itu bila
Harun tidak ada. Sebab, wanita itu sangat yakin, bila isi ruang
kerja tersebut memuat dokumen-dokumen penting.
“Iya.”
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ;
Empat - Lima · Karyakarsa
EMPAT
Benar.
Itu pasti.
Diam-diam, Harun ikut melirik ke arah sang ibu yang sejak tadi
sama sekali belum berbicara dengannya. Dalam hati, ia merasa
lega dengan pengumuman deklarasi ini. Sungguh, kini akhirnya
ia paham mengapa Ginta Maharani enggan ikut bersamanya
menyebrang koalisi.
Kabar seserius ini, tak mungkin tak sampai ke telinga adik- adik
Harun. Walau mereka tak berkecimpung di dunia politik,
namun politik selalu menemani tumbuh kembang mereka sejak
dulu. Mereka tak asing dengan intrik politik yang memusingkan.
Karena, sebelum kakaknya menjabat, ayah mereka sudah
terlebih dahulu terjun ke dunia politik yang melelahkan ini.
Deg.
***
Astaga …
Dari segi apa pun, ia mampu memberikan Nyala hal yang sama
seperti yang selalu dilakukan oleh Hasbi untuk Ruby. Namun
dari kenyataan yang ada, Harun tak diperbolehkan melakukan
apa pun untuk istri dan anaknya.
Ya Tuhan ….
“Saya mau dia jadi kejutan buat kita, Pak,” jawab Nyala jujur.
Deg.
Nyala benar.
Deg.
***
LIMA
Nyala tahu.
“Iya deh, Ibu Ketum,” ledek Mayang singkat. “Jatah lahir batin
dari Pak Ketum, pasti memuaskan banget, ya?” godanya lagi.
“Padahal cuma gender reveal aja, ya, May? Kok bisa sih
semeriah itu?” desah Nyala akhirnya. Ia tak lagi menjadikan
Mayang sebagai pusat atensi. Sebagai gantinya, ia tatap langit
cerah di luar sana. “Yang diundang kalangan pejabat, ya? Pasti
artis-artis juga banyak.”
Sementara dirinya?
“Heh! Nggak usah aneh-aneh deh lo!” tuding Mayang tak setuju.
“Gila lo!” seru Mayang tak habis pikir. “Udah, deh, La. Lo
baek-baek aja di sini. Pikirin tuh bayiik dalam perut.”
“Makanya, please, May. Ajak gue ke sana, ya? Semua ini, demi
bayi dalam perut gue. Lo nggak kasihan apa sama gue, May?
Sama anak gue?”
***
Anaknya?
Ya, anaknya.
Harun mengelus dadanya yang berdesir nyeri. Sudah berapa
“Baik juga, Mas Harun. Besok kita ketemu lagi, ya, di Jogja? Om
udah janjian sama Papa kamu, buat ngehadirindeklarasi.”
“Run!”
“Mereka?”
Tidak mungkin.
Harun pasti salah.
Deg.
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Enam
- Tujuh · Karyakarsa
ENAM
Benar.
Nah, iya.
“Sama.”
“May?”
“Hm?”
Deg.Deg.
Hah?
“P—Pak Hadi?”
Ketika akhirnya Nyala memberanikan diri menatap pria
yangkini berada di sampingnya, ia kontan menelan ludah.
Benar.
***
Bila waktu itu, Nyala Sabitah hanya menjadi titik lemah bagi
Harun dan juga Sanusi. Kini, ketika koalisi telah terjadi
keberadaan Nyala Sabitah juga dapat mengancam keutuhan
koalisi yang dipimpin oleh Kusno Aji.
“Mas Harun.”
Namun hadangan di dekat pintu keluar, buat Harun harus
menghentikan aksi pura-puranya. Di sana, ada ibu dan
ayahnya. Dan wajah keduanya mengindikasikan kecemasan
yang begitu kentara. Sungguh, Harun belum pernah melihat
ibunya berekspresi sepanik ini.
“Sebentar, ya, Ma, aku tanya dulu,” jawab Harun tenang. Entah
kenapa, kegugupan yang tadi sempat melandanya saat melihat
keberadaan Nyala, seketika menghilang begitu menemukan
wajah panik ibunya. Sungguh, Harun menyukai ekspresi ibunya
sekarang. Karena percaya atau tidak, ibunya tampak manusia
dibanding ekspresi-ekspresi sang ibu selama ini.
“Mas—“
“Nyala?”
***
TUJUH
Ia siap bertempur.
Nyala tahu, dan ia pun hanya menatap pria itu. “Bapak nggak
marah?” hal itulah yang terus menari dalam benak. “Saya perlu
dimarah segera, Pak. Supaya saya bisa membuat
sanggahan perlawanan,” ujarnya jujur menantang.
Sejujurnya, iya.
“Nyala—“
“Saya janji, akan pura-pura nggak kenal sama Bapak. Saya juga
nggak akan berinteraksi dengan Bapak disepanjang acara.
Seperti yang kita lakukan di Bali, Pak. Izinkan saya, menjadi
bagian dari acara yang ada Bapaknya,” ia mengutip sedikitkata-
kata Mayang tadi. “Boleh, ya, Pak? Hari ini saya ulangtahun,
Pak. Hukumnya, wajib lho Pak, mengabulkan permintaan yang
sedang berulangtahun.”
Masalahnya, bukan tentang ulangtahun Nyala.
tungguh ….
“Kita sudah lama nggak ketemu, Pak. Dan setelah ini, Bapak
juga bakal sibuk untuk deklarasi ‘kan? Bayinya kangen, Pak,”
Nyala terpaksa menjual nama anaknya. Padahal,
sesungguhnya, ia yang resah karena sudah lama tak
berjumpa.
Tapi ….
Baik.
***
“Raf?”
“Siap, Pak.”
“Sabitah?!”
“Sabitah ‘kan?”
Sabitah?
Mas Iqbal?Siapa?
“Iya.”
memikirkannya nanti.
“Aku nggak tahu deh, Yang, kalau Iqbal sudah punya istri.”
Harla …
Harun mencoba menyabarkan hati.
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ;
Delapan - Sembilan - Sepuluh ·
Karyakarsa
DELAPAN
Seorang pria.
***
Benar.
Iqbal selalu seterang-terangan itu padanya.
Seolah, lelaki tersebut bangga telah memilikinya. Astaga ….
Pilu.
“Sabitah?”
Sabitah ….
Perasaan Nyala justru carut marut saat melihat ayah dari bayi
di dalam perutnya ini, justru sudah berada ke atas panggung
bersama dengan keluarga pria itu. Acara utama peletusan
balon akan segera di mulai. Dan para keluarga yang
mengenakan dress code pink dan blue diminta bersama-
sama untuk naik ke atas panggung tersebut.
Ya, Tuhan ….
“Sab?”
jiwanya risau.
Air matanya masih melintasi pipi, tetapi tak sedikit pun Iqbal
mencoba menegurnya. Pria itu juga tidak menghapusnya.
Hanya mengajaknya berdiri, di saat Nyala sendiri tidak tahu
harus ke mana ia langkahkan kakinya.
“Mas?”
Ucapan Mayang?
Ya, sesekali.
***
Sial! Berengsek!
Tetapi ….
Astaga ….
Nyala.
“Baik, Pak.”
“Ada apa?”
***
SEMBILAN
“Mayang tuh tahu banget kalau dia cantik. Terus, dia dulu jadi
mayoret, ya, Sab? Jadi, ya, ia ngerti banget cara nonjolin diri.”
Mengingat hal itu Nyala jadi tertawa. “Pertama kali datang, Mas
bukannya bawa bakso atau martabak, ya, tapi knalpot racing
second buat Bagus.”
“Apa, Mas?”
Kenapa, Tuhan?
Mungkinkah ….
“Aku juga kuliah, Mas,” entah untuk apa informasi itu ia beri.
“Tapi, cuma sampai D3 aja.” “Oh, ya? Wah, hebat, Sab.”
Iqbal memujinya.
Iqbal mengerti.
Pulang?
Nyala mengangguk.
Ya, ke mana?
Harun diam.
Harun menghela.
Ya, benar.
“Dan besok, Bapak juga akan bergelar sebagai bakal calon Wakil
Presiden.”
banyak kepura-puraan.
“Benar, Pak.Baik.
***
SEPULUH
Well, bagi Nyala, nekat dan impulsive itu merupakan dua hal
yang berbeda.
“Kok lo bisa jalan sama Iqbal, La?” tanya Bagus yang sudah
penasaran. “Lo lagi nggak ada niat bikin skandal
perselingkuhan ‘kan?”
Tsk, untung lo lagi bunting, kalau nggak, gue geplak pala lo,”
Bagus langsung sensi dengan perkataan adiknya itu. Bisa-
bisanya, Nyala mendoakannya gagal dalam Pemilihan
Umum nanti. Ck, ia sudah keluar modal banyak. Rumah pun
sampai terjual. “Kita bertiga tuh simbol kesuksesan anak-
anak broken home,” ia ulangi kalimatnya tadi dengan mimik
yang lebih serius. “Lo sukses sebagai istri pejabat,” ia tunjuk
Nyala dengan senyum bangga. “Mayang sukses jadi Caddy di
lingkungan pejabat sekaligus seleb Tiktok,” ia melanjutkan
lagi. “Sementara gue,” ia menunjuk dirinya sendiri
lewatsenyum merekah. “Adalah calon pejabat yang bakal
melenggang ke Senayan atas sumbangsi anak muda,” iatepuk
dadanya bangga.
“Jijik, Gus,” Nyala langsung bergidik.
Sepertinya, ungkapan banyak caleg-caleg yang mengalami
gangguan kejiwaan usai kalah dalam Pemilu, juga akan
berlaku pada Bagus.
“Iya deh, yang isi kamarnya lengkap,” sindir Bagus pada sang
adik. Kemudian, ia bersiul ketika akhirnya meneliti
penampilan Nyala dari atas ke bawah. Persis gadun, yang
sedang memperhatikan anak didiknya. “Berlian, oke juga
tuh,” ia tunjuk kalung Nyala dengan dagu. “Tas, juga oke
punya, tuh,” imbuhnya sambil menaikkan alis dengan
sengaja. “Nah, sepatu yang di bawah tadi, juga cakep. Bisa
dong …,” ia sengaja menggantung kalimatnya dengan
seringai tercetak di wajah.
“Bisa banget, dipake buat nyuci otak lo!” sembur Nyala galak.
“Mana sepreinya, sini!” ia rampas seprai di tangan kakaknya
segera. “Sekalian gue pinjem kaos lo yang oblong dong, Gus,”
pintanya kemudian. “Pengin mandi. Tapi, kamar mandi lo jorok
nggak sih?”
“Ck, dasar kaum duafa,” cebiknya kesal. “Ah,” namun tiba- tiba
ia teringat sesuatu. Hingga membuat wajah masamnya
tadi langsung semringah. “Gue punya kaos baru deh,”
bukannya membuka lemari untuk mengambil kaos tersebut,
Bagus justru kembali turun ke bawah. “Bentar, La!”
Bagus, sialan!
***
“Pak—“
“Pak—“
kehilangan kata-katanya.
Selain itu, ada banyak momen yang menurut Putra, sang ketua
umum menjadi tidak professional. Banyaknya jadwal meeting
yang mundur di pagi hari. Lalu, mengabaikan banyak undangan
makan malam yang jauh-jauh hari sudah ia ingatkan.
SEBELAS
“Lo kenapa nggak mulai nyaleg dari yang paling bawah dulu
sih, Gus? Misal, kayak DPRD atau DPD gitu. Bisa juga mulai
dari Kepala Desa, Gus. Baru naik ke Camat. Bupati atau
Walikota. Nah, lo ujug-ujug sok-sokan banget langsung DPR
RI. Sumpah, Gus, lo mah bukannya nekat. Tapi, gila,”
cerocos Nyala sambil menyuapkan makan malamnya yang
disponsori oleh Bagus malam ini.
Pasalnya sore tadi, dua orang ajudan Harun Dierja datang dan
menyatakan ingin menjemput Nyala. Namun, adiknya itu
menolak dengan mengatakan bahwa ia akan menginap di sini
untuk sementara waktu.
“Anak gue kan juga bagian dari keluarga mereka, Gus. Ada
darah Aminoto yang ngalir di dalam badannya sewaktu lahir
nanti.”
“Kayak gue, Gus. Mana ada orang yang percaya, kalau gue
anaknya Sanusi Wijaya ‘kan?”
“Maksud lo?”
“Selamat malam.”
Deg.
***
“Sudah?”
“Oh, maaf ya, Pak Harun, ini tadi Nyala pengin ganti baju.
Saya nggak punya baju bersih yang muat buat Nyala.
Makanya, dia terpaksa pakai baju partai saya ini. Suer, Pak.
Ini nggak bermaksud apa-apa kok,” jelas Bagus dengan nada
panik. “Ya, kan, La?” ia memberi pelototan pada Nyala agar
membantunya. “Lo terpaksa banget ‘kan, pakai baju ini?”
memang memalukan.
***
ia perlihatkan.
Tetapi rupanya, yang diinginkan Nyala bukanlah sesuatu
yang berhubungan dengan mereka bertiga. Wanita itu,
hanya menginginkan hubungan dengan anaknya saja.
Baiklah.
“Put?”
“Ya, Pak?”
“Maaf, Pak?”
***
DUA BELAS
Gender Reveal
Ya, Tuhan ….
“Ada apa?”
“Pak?”
“Saya mau mandi ulang pakai sabun saya sendiri. Saya mau
gabung sama, Bapak, boleh?”
Ck, entahlah.
“Saya mau minta maaf, Pak,” ujar Nyala merasa tak ingin
menjeda permohonan maafnya ini lebih lama. “Maafkan, saya
yang terus menyusahkan, Bapak.”
Tidak ada.
Nyala terkekeh.
***
TIGA BELAS
lagi.
“Putra tidak bisa membuat kue custume di toko kue ini, di jam-
jam mepet seperti tadi. Jadi, ya, hanya kue ini yang bisa ia pilih.
Menurutnya, ini kue yang paling bagus di toko itu.”
“Silakan.”
“Ya, Tuhan, saya ingin bahagia dengan pria ini,” mohon Nyala
dalam hati.
***
“Kenapa yakin begitu? Apa karena kamu baru bisa makan saat
saya suapi?” ketika Nyala mengangguk, Harun
mengusap lengan wanita itu dengan sayang. “Kemungkinannya,
dia adalah anak laki-laki yang ingin melihat saya
memperhatikan ibunya. Supaya saya tidak lupa pada tanggung
jawab saya di sela-sela kesibukkan saya yang padat waktu itu.”
Duaarr ….
***
Para kader inti dari lima partai yang bergabung dengan koalisi
pemenangan pasangan Kusno Aji dan Harun Dierja, sudah
memenuhi ballroom acara. Tinggal menanti sang kandidat
calon Presiden dan wakilnya yang dipastikan akan tiba sebentar
lagi.
Ketika akhirnya ke lima petinggi partai dan juga bos media alias
Gideon Sutjatmoko memasuki ballroom, para kader- kader
mereka yang hari ini kompak mengenakan kemeja
putih langsung berdiri dan memberi tepuk tangan meriah.
Sorak-sorai pendukung koalisi terdengar begitu meriah.
Seolah, para kader tersebut telah merestui pencalonan ini.
“Dalam satu tahun, saya memiliki 365 hari sibuk. Dan istri saya,
hanya memiliki satu hari berharga di tanggal kelahirannya,”
balas Harun tenang. Kemudian, matanya menemukan sorot
penuh perhitungan yang dilempar olek Sekjen partainya yang
duduk di barisan paling depan bersama dengan ayahnya dan
tamu kehormatan lainnya.
Sambil mendengkus, Harun teringat pada rentetan pesan
bernada marah yang dikirimkan oleh pria tua itu. “Seperti yang
Pak Kusno ketahui, istri saya agak tidak disayang oleh ayahnya.”
sama.
Dan semoga apa pun takdirnya, semoga tak ada yang tersakiti
oleh tiap keputusannya. Karena sekarang ini, ia tak hanya
sekadar ketua umum sebuah partai. Melainkan, calon Wakil
presiden yang siap bertarung lewat gagasan dalam upaya
menghapus jurang kesengsaraan di tengah-tengah lapisan
masyarakat.
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Empat
Belas - Lima Belas - EnamBelas ·
Karyakarsa
EMPAT BELAS
“Saya ingat, dulu Pak Sekjen partai saya, yaitu Pak Sanusi
Wijaya pernah berkata bahwa saya terlalu idealis dan sangat
tidak flexible sebagai seorang pemimpin partai. Lalu, dalam
hati saya mengiakannya. Tapi, saya tidak berani mengakui
hal itu di depan beliau. Karena, beliau pun mengatakannya
di belakang saya,” ia lempar nada gurauan walau kalimat
yang ia ucapkan penuh keseriusan. Mengakibatkan suasana
ballroom menjadi ramai dengan tawa dari para kader-kader
partai yang tak tahu apa-apa. “Seiring berjalannya waktu,
justru beliau adalah orang pertama yang mendukung saya
untuk maju sebagai calon Wakil Presiden untuk
mendampingi Bapak Kusno Aji.”
Sebuah sindiran.
“Ck, kalau kamu lupa, istrimu itu sudah bukan anak kecil lagi.
Dia tidak butuh hal itu.”
menonton dirinya.
***
Benar saja.
Ya, Tuhan ….
“Gila ya, tuh, lakik.”
Bahkan, Nyala tak menolehkan kepalanya sedikit pun.
No, itu sih terlalu basic,” sahut Mayang enteng. “Nanti, anak
gue, wajib manggil gue Yang Mulia,” Mayang menepuk dadanya
dengan bangga. “Your Highness,” ucapnya sekali lagi dengan
kedua alis dinaik-turunkan di hadapan Nyala. “Biar anak gue
nanti paham, dia nggak boleh ngelawan perintah gue,” kikik
Mayang dengan puas. “Misalnya, ya, gue panggil nih, Adek
ambilin minum. Terus nanti dia bakal jawab, baik Yang
Mulia. Seru ‘kan?” tawa Mayang makin lebar ketika
membayangkannya.
“Sinting lo!” Nyala ikut tertawa.
Nyala mencebik.
“May?”
“Nyokapnya Harun?”
Nyala mengangguk pelan.
Perut bundarnya tidak bisa lagi disembunyikan. Dan sungguh,
sekarang ia ketakutan.
Deg.
Baik.
Ia pun berhasil memulas senyum yang juga palsu. “Kalau-
kalau Ibu lupa,” ia memulai dengan melepas cengkraman
tangannya di lengan sang adik. “Suami saya adalah Harun
Dierja. Dan bagi suami saya, bayi ini,” ia sengaja
memperlihatkan perut buncitnya dengan bangga. “Adalah
anak pertamanya,” ia tatap wajah Dewi Gayatri dengan
keberanian yang berhasil ia teguhkan. “Pantang bagi suami
saya memberikan barang-barang bekas untuk anaknya.
Saran saya, Bu, silakan bawa barang-barang itu kembali.
Atau, serahkan saja pada panti-panti asuhan yang
membutuhkan. Karena anak saya, memiliki orangtua
lengkap dan sangat berkecukupan.”
Hanya saja, Dewi Gayatri yang terhormat tak kunjung pergi dari
hadapannya.
“Ah, apa saya harus menghubungi suami saya saat ini, Bu?
Atau malah ayah saya?”
***
LIMA BELAS
“Baik, Pak.”
Harun.
Yang Harun tahu, hubungan Sanusi dan juga ibu kandung Nyala
hanyalah hubungan bersenang-senang semata. Dan seperti
kebanyakan pria hidung belang lainnya, akankelabakan bila
mengetahui pasangan kencannya hamil.
Ya, seperti itulah Harun menilai Sanusi Wijaya selama ini.
Well, harus Papa akui, caddy itu sangat cantik. Sanusi selalu
terlihat hidup bila berbicara dengannya. Sanusi mulai terlalu
sering datang dari Makassar ke Jakarta hanya untuk bertemu
wanita itu. Ia beralasan sedang ingin mempelajari politik.
Bergabung dengan partai yang sama dengan Papa dan
Amrullah hanya sebagai kedok semata saja awalnya. Karena
tujuannya, hanya agar bisa menghabiskan waktu dengan
caddy itu,” dengkus Hassan geli bila mengingat kelakukan
Sanusi Wijaya di masa lalu. “Sanusi menikah terlalu muda,
Mas.”
Sanusi dan istri sahnya menikah karena perjodohan. Usia
Sanusi pun masih muda ketika pernikahan itu akhirnya
digelar. Belum puas menikmati hidupnya sebagai anak
muda, kemudian Sanusi diberi tanggung jawab berupa
perusahaan keluarga. Jadi, mau tak mau ia pun mulai
mempelajari bisnis dan menghabiskan hari-harinya yang
penuh tekanan di perusahaannya.
Walau saat bayi itu lahir dan tes DNA yang dilakukan
memuat informasi akurat. Namun Sanusi terlanjur kecewa.
Ia enggan menemui anaknya. Ia biarkan wanita itu yang
membesarkannya. Melihat anak itu hanya akan mengingat
kelakuan ibunya. Dan Sanusi benar-benar sudah tak mau
peduli.
“Jadi, Mas Harun, wanita yang sekarang jadi istri siri Mas
Harun, memiliki histori buruk terkait kehadirannya. Papa
minta, jangan diteruskan, Mas. Pernikahan siri ini, jangan
diteruskan.”
Deg.
Selalu begitu.
Ibunya memiliki harapan setinggi langit untuknya. Sementara
***
ENAM BELAS
“Sedang apa?”
Harun sangat jarang melakukan video call dengan seseorang.
Mungkin para keponakannya adalah pengecualian. Sebab,
mereka sering menghubunginya untuk melakukan panggilan
video. Selebihnya, Harun lebih suka berkomunikasi melalui
panggilan suara saja.
Nyala Sabitah :
10.45
14.12
Nyala Sabitah :
Bapak nginep ya, di jogja?
Nyala Sabitah :
23.20
Harun Dierja :
telpon.
01.13
Dan ya, itulah yang malam ini dikenakan oleh ibu hamil tujuh
bulan itu. Hingga pusarnya yang mulai menonjol, dapat Harun
lihat dengan samar.
Nyala mengangguk.
“Pak?”
“Hmm?”
Nyala ….
sulit.
Sulit.
***
“Wah, perbincangan apa nih dengan Pak Kusno Aji yang bisa
membuat Mas Harun yakin untuk bergabung ke koalisi.”
Ancaman.
Bujangan?
***
Entahlah.
***
Pulang.
Benar, Harun pulang.
Bukan lagi ke rumah orangtuanya.
menunggu.
TUJUH BELAS
“Pak …”
“Pak ….”
Hm ….
“Sakit?”
Nyala menggeleng.
“Pak!”
lagi.
***
“Nasi gorengnya sudah dingin,” Harun membuka bungkusan
tersebut dan memeriksa suhu makanan itu. “Saya panaskan
dulu,” ia mengganti wadah sebelum memasukkannya ke dalam
microwave.
Andai tidak ingat bahwa Harun baru saja membuat wanita itu
terengah-engah, mungkin ia sudah menjatuhkan cumbuan
untuk membungkam bibir manis itu. Untung saja,
kali ini ia hanya tersenyum singkat menanggapi kejujuran
wanita itu.
Pria itu …
Ya, Tuhan …
mungkin untuknya.
“Iya.”
“Kenapa?”
mencoba berani.
Tidak.
***
DELAPAN BELAS
“Putra.”
“Iya, Pak?”
Tetapi, barusan?
Ya, Tuhan …
Oh, oke.
“Partai kita akan binasa seketika. Para kader yang sudah habis-
habisan menggelontorkan dana untuk melaju pada Pemilu,
akan sengsara. Sebab, mereka tidak akan mendapat suara
karena adanya skandal besar di lingkungan partai.
Bapak akan dikecam. Walau pro dan kontra mungkin sedikit
meringinkan kecaman. Namun hal itu, tidak mengubah fakta
bahwa pernikahan Bapak dan Mbak Nyala terjadi, ketika Mbak
Nyala sudah terlanjur hamil,” Putra meneguk ludahnya sendiri.
Entah kenapa, ia merasa sangat frustrasi. “Bapak mungkin
tidak peduli bila nama baik Bapak tercoreng. Lalu bagaimana
dengan keluarga Bapak? Adik- adik Bapak? Dankecaman yang
akan diterima Mbak Nyala setelah itu, Pak?”
Benar.
Oh, jelas.
Itulah yang akan terjadi, bila Harun Dierja Aminoto ingin tetap
bersama sang istri rahasia tanpa menunjukkannya ke media.
Nyala dan anak mereka akan tersiksa.
“Tapi hari ini, saya sangat ingin meledak, Pak,” ucap Putra
berterus terang. “Saya butuh kopi, Pak. Saya juga butuh
menenangkan diri. Atau, saya tidak akan terkendali.”
***
~a Thread
Anonimnews @annmnews
Anonimnews @annmnews
Anonimnews @annmnews
Anonimnews @annmnews
Sampai suatu hari ada yang ngeh. Kalo kedua mobil itu
tuh,mobilnya para ajudannya si Ketum NJ ini.
Sampai usut punya usut, ternyata ada salah satu staf di sana
yang jadi sugar baby anggota dewan. Terus, wktu doi
ngunjungi daddynya di salah satu apart hits punyanya
Hartala Group. Doi terang-terangan ngelihat si cewek ini
masuk ke tower yg sama. Dan dianterin sama salah satu
ajudannya si Ketum NJ.
Wooowwww ….
GILAAKKK.
Anonimnews @annmnews
Jadi intinya, si cewek yg hamil ini tuh bukan sama
ajudannya.
spekulasi.
Anonimnews @annmnews
Jokemamang @jkmamang
Reply @annmnews
@annmnews
Gilak.
nnti nanges.
oposisi lu.
Jht bgsd!
Ini juga bnyak bgt sih qrt gaibnya.Udahlah mbak, solat tobat
sana.
***
“Bagaimana?” Ibu tiga orang anak itu semakin tak sabar. “Apa
yang bisa kita lakukan untuk menjauhkan Harun dari wanita
itu?”
menghunus tajam.
***
Media.Tv
[BREAKING NEWS]
***
Markisajeruk @lalitatumeang
Mbak, kalo si pak sekjen mati, saya janji kerja keras buat
dptin mbaknya.
di jiwa.
#HarunDierjaAminoto #SekjenNJ
#anianiNusantaraJaya
pliiiss
#SekjenNusantaraJaya #NusantaraJaya
#SanusiWijaya #aniani
DelinaSujatmiko @Delina
Namanya siapa sih nih cewek?
Gk pro mbaknya.
#SekjenNusantaraJaya #NusantaraJaya
#SanusiWijaya #aniani
Karvikarose @kartikamawar
#SekjenNusantaraJaya #NusantaraJaya
#SanusiWijaya #anianiNusantara Jaya
Lolitaf @llolitaf
#SekjenNusantaraJaya #NusantaraJaya
#SanusiWijaya #aniani
***
SEMBILAN BELAS
Seminggu menjelang pendaftaran KPU, tiga koalisi pun
mendapatkan serangan badai secara serentak. Siapa pun yang
pertama kali menyulut api, pasti berikutnya mereka yang akan
terbakar. Metodenya terus begitu. Hingga perang di jagad maya
menjadi perang utama di saat ketiga pasangan kandidat, belum
dipertemukan dalam satu frame kegiatan yang sama.
Harun dan Kusno Aji tentu saja tak lepas dari hantaman ombak
yang menghantam mereka. Statusnya memang masih berada di
sosial media, namun ranah yang sudah terjamah benar-benar
lebih jauh dari palung mariana. Singkatnya begini, terlalu
mudah membenci orang dengan modal katanya. Dibanding
dengan mengenalnya, lewat tatapmuka.
“Siapa?”
Sialan!
Astaga ….
Apa-apaan?
“Pak?”
“Ya, Pak?”
“Baik, Pak.”
mana?”
“Rumah saya.”
Enak saja.
***
Dan selama hari-hari yang tak mereka lewati, banyak sekali isu-
isu yang bermunculan di linimasa menyangkut dirinya. Yang
terakhir adalah yang pagi ini membuat heboh. Hingga Nyala
gemetar membacanya.
“Mbak Nyala?”
“Baik, Mbak.”
Karena sampai saat ini pun, pesannya belum dibalas oleh Ajeng.
Dan Nyala, tidak perlu merasa pedih karena kelak anaknya akan
bernasib sama seperti dirinya.
“Tetapi, malam itu udah terjadi, ya, Mbak Siska?” Nyala berujar
murung. “Bayi ini sedang tumbuh di rahim saya. Saya nggak
tega menggugurkannya. Saya juga nggak bisa memberikannya
kepada orang,” setitik air matanya jatuh. “Maafin saya, ya,
Mbak Siska? Karena keberadaan saya, Mbak Siska dan yang
lainnya jadi punya banyak kerjaan.”
“Mbak Nyala tidak perlu minta maaf. Hal itu sudah jadi bagian
dari pekerjaan saya. Tapi, satu hal yang pasti, Mbak. Bapak itu
orang baik. Bapak menyayangi Mbak Nyala dan juga bayinya.
Maka dari itu, Bapak perlu memastikan bahwa tak seorang pun
dari pihak lawan maupun kawan yang dapat menyakiti Mbak
Nyala.”
***
Astaga ….
sudah ketahuan.
akrab.
Astaga …
Harun benar-benar sakit kepala.
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Dua
Puluh - Dua Puluh Satu - Dua
Puluh Dua · Karyakarsa
DUA PULUH
“Ada ap—“
“Sudah, Pak.”
Sanusi terdiam.
“Saya jatuh cinta pada bayi saya, Pak,” tutur Nyala tanpa
diminta.
Ya, Tuhan ….
“Ibu dan Pak Farid berada dalam perjalanan, Pak,” lapor ajudan
Sanusi sesaat setelah mendapat informasi dari Makassar.
“Baik, Pak.”
***
“Berengsek!”
licik.
Astaga …
Nyala ….
Harun tahu.
Ayahnya pun turut melakukan hal itu, ketika masih menjabat
sebagai ketua umum partai.
“Belum, Pak.”
“Saya tidak suka perasaan ini, Put,” aku Harun dengan wajah
muram. “Saya ingin Rafael segera menemukan Nyala,”
tangannya yang berada di atas meja mengepal. Bayangan
Nyala yang sudah mulai kesulitan bergerak memenuhi
benak. Dan Harun benci memikirkan bahwa ia tak dapat
bersikap tenang, ketika seluruh masalah nyaris datang
menghadang. “Cari Nyala sampai ketemu!”
***
Ini dia.
Sial!
Tangannya mengepal.
Siap menerjang, andai saja ia tak ingat bahwa keberadaan
Nyala merupakan suatu rahasia.
Nyala istrinya.
Deg.
Ia ingin muntah.
Persetan!
***
“Baik, Pak.”
Nyala mendesah.
“Masuk!”
Eh?
Tuhan ….
“Maksudnya, Pak?”
***
ketiduran.
Dan terbangun setelah ketukan pintu berulang kali
terdengar. Netranya mengerjap saat menyadari bahwa
tempatnya terjaga begitu gelap. Yang pertama kali ia lakukan
adalah meraba perutnya yang bundar. Merasa begitu lega, kala
kandungannya masih seperti sebelum ia menutup mata. Nyala
pun beringsut menurunkan kakinya dari ranjang.
“Saya kurang tahu, Bu. Tetapi kata Bapak, setengah jam dari
sekarang Ibu sudah harus selesai. Jadi, lebih baik, Ibu mandi
dulu, Bu. Saya yang akan menyiapkan kebutuhan Ibu.”
Baik.
bertanya.
Deg.
“Siap, Bu.”
***
Bertempat di sebuah restoran di hotel bintang lima.
Sanusi Wijaya dan keluarganya, menempati private
dinning yang sudah dipesan oleh sekretarisnya sejak siang
tadi. Mereka makan malam dengan diskusi yang menyertai.
Tanpa repot-repot menjelaskan pada Nyala yang menjadi
satu-satunya pihak yang tidak mengetahui apa-apa. Keluarga
Wijaya itu tampaknya memang orang-orang sibuk yang tak
mungkin memiliki waktu untuk sekadar mengurusi hidup
orang-orang.
Ya, Tuhan ….
Bagaimana ini?
***
“Jadi, berita yang beredar itu sama sekali keliru. Karena wanita
yang berada di foto itu bukanlah selingkuhan atau pun istri
muda saya,” ucap Sanusi tanpa ragu sama sekali. “Wanita yang
berada di foto itu, kebetulan juga tengah berada di sebelah
saya,” pandangan Sanusi berpindah sejenak pada Nyala
Sabitah yang memang duduk di sisi kanannya. Sementara sang
istri di sisi kiri. Farid berada di sebelah Inggrid. Dan Hadi di
samping Nyala. Tujuan formasi ini dilakukan adalah agar publik
dapat melihat dengan jelas sosok Nyala. “Dia berada di sini. Dan
dia adalah putri kandung saya.”
Astaga …
terhenyak.
Sanusi.Tidak.
Harun Dierja tidak boleh terlibat terlebih dahulu.
***
DUA PULUH EMPAT
Benar.
“Yang jelas, pasti suaminya bukan orang biasa juga. Pak Sanusi
nggak mungkin membiarkan anaknya menikah dengan
sembarang orang,” komentar lain bergema.
Benar.
Ya, Tuhan …
Shit!
Bangsat!
***
Nyala melotot.
Apa-apaan?
“Apa sudah ada nama yang dicurigai, Pak? Dan apakah orang
itu merupakan lawan politik? Mengingat berita sebelumnya
juga sempat menyeret nama ketua umum partai Nusantara
Jaya, sekaligus calon Wakil Presiden dari koalisi Lanjutkan
Perjuangan, yaitu, Bapak Harun Dierja Aminoto.”
Benar.
***
Hal yang tentu saja membuat Dewi Gayatri meradang kian tak
terkendali.
perempuan itu.
Nyala Sabitah. Istri dari putranya. Cih!
Berani-beraninya ….
“Atas apa?”
Hassan tampak sangat geram saat ini. “Sanusi berencana
menarik dana taktisnya kepada Kusno Aji. Karena sekarang ini,
Sanusi merasa sudah tidak memiliki lagi rahasia yang harus dia
tutupi. Selain, malam Rakernas itu. Maka dari itu, perjanjian
mereka akan direvisi.”
Astaga ….
***
Nyala tidak tahu saja bahwa Harun nyaris gila karena tak
dapat menemukannya di mana-mana.
“Setelah pengakuan ini, apa yang nanti akan terjadi pada saya,
Bu?”
Memang.
“Bapakmu datang.”
***
“Di sana, Pak,” Rafael sudah berada di dalam mobil yang sama
dengan sang atasan. “Menurut informasi dari supir pribadi
dokter Yusril, rumah Sanusi Wijaya berada tidak jauh dari
rumah dokter Yusril.”
“Pak—“
Bila sudah begini, Putra tak akan mampu melerai. Walau ia pun
sangat lelah, namun dedikasinya untuk nama baik sang
atasan berada di atas segalanya. Jadi, setelah memberi kode
pada supir mereka untuk membuka door locknya, ia pun
melepas seatbelt yang membelit tubuh. Dan setelah itu, ia
mengikuti atasannya membuka pintu.
“Cepat, Putra!”
Hm,” Farid pura-pura berpikir. “Ah, istri kamu itu adik baru
saya, ya?” ia tergelak penuh cemooh. “Sayang sekali, papa saya
tadi bilang, kalau suaminya sudah meninggal.”
“Nyala!”
“Nyala?!”
Dan wanita yang dicarinya berada tak jauh dari pecahan guci
tersebut. Tampak ketakutan dengan air mata yang menetes
berjatuhan. Kedua tangan wanita itu memeluk perut buncitnya
dengan kepayahan. Kemudian matanya terlihat melebar, begitu
melihat dirinya melangkah semakin dalam.
Dua kali.
Dan dua kali itu juga, Harun merasa ia bisa gila kapan
rela?
menampakkan diri?
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Dua
Puluh Enam - Dua Puluh Tujuh ·
Karyakarsa
“Iyuuh, sorry, ya, Beb, gue nggak butuh paylater selama kita
masih punya Daddy later,” kekehnya dengan gemas. “Abang
gue,” Mayang akhirnya meraih ponsel dan memperlihatkan
layarnya yang berkedip pada Jeslyn. “Dia mau nyaleg jadi
membernya para Senayaners. Cuma, duitnya pas-pasan.
Ck, nggak tahu malu banget dia, mau bersaing sama para
pemegang hirarki yang nggak pernah lengser,” cebiknya lalu
memutuskan mereject panggilan Bagus. “Yuk, ninetyfour, yuk?
Ownernya ‘kan, baru ngunjungi kita. Kita kasih kunjungan
balasan dong,” ia kedipkan sebelah mata seraya melenggang
dari ruang ganti. “Suka nggak kuat, ya, bad boy yang
menantang? Megantara, juga, bisa dong kita bungkus selain
ownernya.”
Heh?!
HEH???
Guoblok!
Gila!
“Jangan gila deh lo, May! Ini kita lagi mikirin Nyala yang
kurang kerjaan woy!”
“Oh iya,” Mayang langsung mengerjap. “Jadi gimana nih,
Gus? Nyala diakui sama bapaknya. Terus nanti kita gimana?
Bakal kebuka nggak sih, kalau kita juga saudaranya?”
“Nggak minat.”
Sama.
“Ya, selama ini kita juga selalu begitu ‘kan? Ya, udahlah,
jalanin hidup masing-masing kayak biasanya aja.”
“Hm, gue juga masih diskusi nih sama timses gue. Ya, udah,
bye!”
“Bye.”
Ya, sudah.
***
Entertainment. Populercipung
Petualangan Sherina 2
Sedang trend dalam topik IndonesiaWijaya
Politik.IndonediaSanusi Wijaya
Wijaya
Jawabrlfes @jawabrlfes
jenggerMerpati @Dikamuach
lo cakep, lo kaya, lo janda.Perfect.
Siapamaumain @Adamsusenbukanno
Biawakberdasi @Gumilaradi
Wir.
KatiyaNauli @Katiyanauli
Cowok-cowok yg komen pada salfok kalau mbaknya udahgk
pnya suami.
MarinaEliya @marina
Marimasgaksuka @Deriandurian
Extrajosjambu @Lalilu
Hamilnya cakep.
Nobitasayangaku @Nobitasayang
Giringcaprescapek @Ijalpakuwon
gini.
***
CNM Indonesia.
[Headline News]
***
Narasi Media.
[Klarifikasi Jurnalis]
29.090 suka
PartaiNusantaraJaya sehubungan dengan berita yang
beredar mengenai ketua umum serta Sekjen partai kita
yang tidak benar. Para kader dihimbau agar tiidak
termakan berita hoax yang beredar. Para kader
diharapkan saling memercayai satu sama lain. Sehingga
hubungan antar kader dapat berjalan kian solid. Menjelang
pesta demokrasi yang semakin dekat, kita harus
bergandengan tangan semakin erat. Partai Nusantara
Jaya memiliki misi untuk menjadikan negeri ini semakin
baik.
***
Dalam hal ini, ia baru akan merasa tenang bila Nyala sudah
berada dalam pengawasannya sendiri.
Ya, Tuhan ….
Astaga …
Sudah diputuskan.
Harun, gila.
***
“Siap, Pak!” sahut Rafael segera. “Tetapi sebelum itu, saya ingin
memberitahu bahwa Vika Febriyanti, sudah berhasil kita
amankan, Pak.”
sejenak.
Harun mengangguk.
“Bapak?”
“Saya—“
“Bisa.”
Nyala mengerjap.
“Saya bisa,” Harun Dierja menelan ludah. Namun, hal itu tidak
mengurangi kadar keseriusannya. “Saya bisa, hidup dengan
kamu dan anak kita.”
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Dua
Puluh Delapan - Dua Puluh
Sembilan - Tiga Puluh ·
Karyakarsa
Ah, entahlah.
Gila ‘kan?
Tentu saja.
Harun menghela.
Ia keluar dari kamar ini sejam yang lalu untuk mengambil
pakaian kerja yang dikirimkan oleh salah seorang ajudannya.
Setelah membuat kesepakatan dengan para Wijaya dini hari
tadi, akhirnya Harun dapat memerintahkan ajudannya untuk
datang kemari dengan mudah. Ponsel Nyala pun dibawa serta.
Dan sekarang sedang diisi daya oleh wanita itu.
Harun manggut-manggut.
Benar sekali.
“Bu Inggrid—“
***
“Gila lo, Dis!” seru Rani tak percaya. “Serius, lo yang nyebar
hoax itu? Anjir! Gue pikir elo sama Nyala itu besti! Tahunya, lo
tai, ya?” Rani berdecak tak habis pikir. “Terus, foto-foto
Nyala sama Pak Sekjen, dari lo juga?”
“Terus siapa?”
“Kalau Bapak sempet belok ke sini, pasti doi mau nampar elo,
Dis,” bisik Rani tajam.
***
Benar ‘kan?
Ya.
“Ya?”
“Baik, Pak.”
“Baik, Pak.”
Dan Putra pun mulai bekerja demi mengecek satu per satu
artikel yang sudah ditulis oleh reporter-reporter yang ia
percayai.
“Raf?”
“Ya, Pak?”
“Siap, Pak.”
“Ya, Pak?”
***
muda juga.”
Sial!
Sial!
***
TIGA PULUH
dari kejauhan.
Ah, benar.
“Tapi, hal itu nggak bisa terjadi kalau Bapak yang terpilih
menjadi bagian dari kepala Negara.”
Benar.
***
Entah kenapa, Harun juga merasa lega ibunya tidak jadi datang.
“Pak?”
Sanusi benar!
Wijaya bangsat!
***
Ya, impulsif.
akan terjadi sesuatu pada saya, Put. Saya janji.” Dan setelah
“Ada apa?”
Hah?
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Tiga
Puluh Satu - Tiga Puluh Dua -
Tiga Puluh Tiga · Karyakarsa
Harun harus diberi noda, agar tak terlalu jemawa akan visi
misinya.
Benar.
Harun Dierja bisa saja membuang Nyala seperti yang selama ini
selalu menjadi alibinya. Tetapi, Harun juga dapat
menyembunyikan anak perempuannya itu. Dan yang
kemudian terjadi adalah, Harun malah menikahinya.
Bagus.
Sudah.
Baik.
***
Politik.Indonesia
Politik.Indonesia
Innalillahiwainnailaihirojiun
Innalillahiwainnailaihirojiun
#KusnoAji
~ Thread
Harun Dierja Aminoto juga baru aja berstatement kalau dia dan
seluruh anggota koalisi Lanjutkan Perjuangan, bakal menggelar
masa berkabung selama tiga hari ke depan. Yang artinya,
mereka menolak diwawancarai perihal langkah yg
bakal mereka ambil ke depannya.
Oke, guys, sekali lagi, gue dan seluruh admin Politik Ngaco,
benar-benar ngucapin bela sungkawa yang sedalam-
dalamnya atas meninggalnya, Mantan panglima TNI, Letnan
Jenderal (Purn.) H. Kusno Aji. Semoga, segala amal dan
ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Selamat jalan, Pak
Kusno. Terima kasih sudah menjaga NKRI di masa lalu.
Gores jasamu, akan selalu kami kenang. Selamat jalan
jenderal kami tercinta. Tolong, jaga NKRI dari surga.
#JIJAJUARA #KusnoAJIHarunDierJA
masak.
#JIJAJUARA #KusnoAJIHarunDierJA
AnakAbiUmi @Ajijulhamdzah
Melvia @Deamelvia
Kyk apa, ya, beliau tuh baru aja move on dari koalisi
sebelah, karena diselingkuhin. Ya, masa, sekarang beliau
ditinggal pergi selama-lamanya.
#KusnoAJIHarunDierJA
***
Ini gila.
Tak ada yang bisa ia lakukan ketika sampai di sana dan para
keluarga Kusno Aji mengabarkan bahwa rekannya tersebut
telah tiada.
***
Hal itu tentu saja bukan tanpa alasan. Kusno Aji merupakan
sang mantan Jenderal TNI yang nyaris semasa hidupnya
dihabiskan untuk menjaga keutuhan NKRI. Beliau menjabat
sebagai panglima tertinggi ketika sengketa Blok Ambalat
memanas dengan negeri jiran. Beliau juga berhasil
mengamankan Natuna sebagai pulau yang berada dalam
kedaulatan Indonesia. Menjaga kedua pulau yang menjadi
sengketa dengan menerjunkan para tentara kebanggaan
bangsa. Terlepas dengan isu-isu pelanggaran HAM yang
beliau lakukan semasa bertugas, Kusno Aji, layak mendapat
penghormatan terakhir dengan upacara ini.
“Ada dua ambulan dini hari tadi, Pak. Yang satu, jelas adalah
ambulan dari Jantung Indonesia. Sementara yangsatu, saya
tidak mengenalinya, Pak. Saya tidak yakin, tapi sepertinya,
ambulan itu berasal dari rumah sakit militer, Pak.”
Tetapi hal itu jelas bukan salah satu dari kedua anak Kusno
Aji.
Karena saat ini, Kaffa dan juga Keylan tampak sehat. Tidak
ada yang mencurigakan dari keduanya, selain kacamata
hitam yang terus mereka kenakan. Tetapi hal tersebut bukan
berarti apa-apa. Toh, yang ia cari adalah luka akibat
tembakan yang sepertinya memang tidak ada.
Dan seperti biasa, Harun paling tidak bisa bekerja dengan orang
yang mencurigakan.
Ini gila!
***
Harun letih.
mengganggu.
“Istirahat saja, Pak. Saya akan selalu ada di sini buat Bapak.”
***
Harun mengangguk.
siapa, Pa?”
“Jadi gimana?”
“Maksud kamu?”
berada di tangan yang tepat.” “Tapi yang lebih saya sukai itu
Bapak.”
***
“Ada apa?”
Ia jelas bingung.
Sebab, Sanusi sama sekali tidak menyebutkan tentang
kehadiran Gideon.
Oh …
Bagus.
***
Bagus.
Harun berdecih.
Dewi Gayatri tak bergeming saat menatap sang putra. Lalu tak
memukulinya.
“Apa—“
“Ma—“
Oh, Tuhan …
“Baik. Kita akan menunggu sampai bayi itu lahir. Dan setelah
itu, berikan bayinya pada orang lain, Mas. Atau, Mama yang
akan mengirimnya ke panti asuhan. Mama juga bis—“
“Mas!”
“Baik, Pak.”
Sudah.
Seolah ada larangan tersirat, semenjak saat itu Nyala tak lagi
bisa pergi dengan bebas. Benang takdir mengikatnya. Ia tak
dapat berkeliaran ke mana saja semaunya. Ia nyaris frustrasi,
karena rahasia yang ia bawa makin menunjukkan tanda- tanda
kehidupan. Walau tidak pernah dikatakan, namun Harun
Dierja mulai membatasi geraknya.
“Baik, Ibu.”
Sedari tadi, yang dibahas oleh Farid dan Hadi, tidak jauh-
jauh dari masalah Pemilu, juga progress IKN.
“Lho, kenapa?”
diterima.
***
Oke.
“Iya, Mas.”
“Iya, Mas Putra, saya ngerti kok,” cicit Nyala pelan. “Saya akan
pulang dalam satu jam ke depan. Maaf, ya, Mas. Kalau saya
mengganggu.”
“Mas Putra tuh aslinya galak, ya, Mbak Siska?” tanyanya sambil
meringis.
sekali?
***
“Pak Presiden?”
“Maksudnya?”
Benar.
Terserah padanya saja.
Dan sepertinya, ia tahu ke mana suara koalisinya akan
berlabuh.
***
“Sok tahu banget lo, gue nggak mau lima puluh juta,”
Mayang pura-pura mencebik. Namun, hal tersebut tidak
berlangsung lama. Sebab, ia segera meraih goodie bag brand
ternama itu dengan wajah semringah. “Tapi, makasih
hadiahnya, Nyala Sabitah Wijaya,” ia terkikik ketika
mengucapkannya.
Sementara itu, Bagus segera memeriksa saldo di tabungan.
Senyumnya melebar begitu mendapati jumlahnya
bertambah. “Bukannya nggak bersyukur nih, ya, La. Tapi,
kalau lo mau nambahin lagi biar duit gue jadi genap nggak
apa-apa kok,” ucapnya cengengesan. “Ya, siapa tahu lo mau
nambahin lagi, La. Dikit lagi kok.”
Tidak ada.
Puri Indah?
***
TIGA PULUH ENAM
Betul.
Siapa pun yang akan menjadi Presiden pada Pemilu kali ini,
polemik pasti terus mengikutinya.
Dalam kasus Sanusi, siapa pun yang akan ia dukung, orang itu
harus menang.
Banyak proyek di IKN yang akan mandek bila mereka salah
memilih Presiden dan segala jajarannya. IKN harus berjalan.
Ia sudah membuang banyak dana pada mega proyek itu.
berdiskusi sejenak.
***
hanya berdiskusi.
berdatangan.
Tetapi, inilah jalan terbaik yang bisa ia ambil tuk masalah kali
ini.
Hm, bisa kamu batalkan saja? Beri alasan bahwa saya harus
mengikuti pengajian di rumah Pak Kusno.”
“Baik, Pak.”
***
Mbak.”
“Maaf, ya, Pak,” ucap Nyala merasa tak enak. “Abis makan
siang tadi, saya diajak jalan lagi sama Mbak Danti. Saya
membelikan tas buat Mayang, terus, ya, saya bertemu
dengan saudara-saudara saya.”
“Bapak juga?”
***
menyapa.
“Pak!”
Astaga ….
Pelan-pelan.
Tidak.
Ia tak bisa menahan lagi.
“Nyala,” ia mengeram tertahan kala merasakan bahwa Nyala
ikut bergerak walau dengan tempo pelan. Tak kuasa
menahan laju hentakkan, Harun memacu diri dengan
pinggul terayun kuat.
***
Subuh menyambut.
Harun menjanjikan.
Ya, Tuhan …
***
“Sudah diputuskan?”
Benar.
***
“Sama Mbak Siska, Pak. Saya sudah makan untuk yang ketiga
kalinya hari ini, Pak.”
Harun mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja kerja.
Senyumnya kembali merekah saat mendengar Nyala mulai
bercerita. “Nanti malam, kamu jangan menunggu saya. Tidur
saja terlebih dahulu, ya?”
“Oke, Pak.”
“Euhm, Pak?”
“Ya?”
Benar.
Bagus.
Ibu Nyala.
Benar.
“Tapi bukan sulit, Pak. Istri Bapak pasti bisa meminta beliau
untuk tetap berada di DPP. Mungkin, istri Bapak bisa
membuat alasan dengan membawa-bawa masa lalu.” Karena
mereka tak lagi berdua, Putra harus menggunakan kata ganti
untuk menyebutkan Nyala Sabitah di setiap percakapan
mereka. “Seperti misalnya, istri Bapak meminta ayahnya
agar tetap berada di DPP, supaya beliau dapat mengganti
hari-harinya saat tidak menemani tumbuh kembang istri
Bapak selama ini.”
“Ck, saya tidak mau melibatkan istri saya, Put,” tolak Harun
langsung. “Cari ide lain. Yang jelas, saya benar-benar
membutuhkan beliau sampai periode yang akan datang.”
Ya.
“Baik, Pak!”
Bagus.
***
Nyala Rahasia ; Season 2 ; Empat
Puluh - Empat Puluh Satu
- Empat Puluh Dua · Karyakarsa
EMPAT PULUH
“Saya tahu, kalian pasti kecewa. Tetapi, koalisi ini tidak bisa
dilanjutkan lagi,” suaranya terdengar tegas. “Kita tidak
mungkin memilih calon Presiden yang sembarangan untuk
koalisi. Apalagi dengan waktu yang sesingkat ini. Visi dan
misi yang sudah dibuat oleh Pak Kusno, tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Karena itu, secara tegas saya
Harun Dierja Aminoto, selaku ketua umum partai kita,
menyatakan mundur dari pencalonan.”
Secara tidak sengaja, mata Harun bertemu pandang dengan
mata Sanusi Wijaya. Harun pikir, pria itu akan melengos
untuknya. Tetapi diluar dugaan, pria itu mengangguk seolah
menyatakan bahwa langkah yang ia ambil sudah tepat.
Namun, disebelah Sanusi Wijaya, ada Farid Wijaya yang
menyeringai menatapnya. Entah apa yang ada dipikiran laki-
laki itu. Yang jelas, Harun mengabaikannya.
Sesi rapat yang harusnya hanya dua jam saja, berjalan lebih
lama sampai tiga jam.
***
“Hm?”
“Tetapi, ya, kalau pun itu terjadi dan kamu terlanjur masuk
penjara. Tidak masalah. Istri dan anak kamu akan kami
pelihara.”
menipiskan bibir.
Harun paham.
***
“Bapak tahu nggak, jauh didasar hati saya, saya bersyukur Pak
Sanusi nggak menikahi mama saya.”
“Ya, berarti saya punya bibit nggak setia juga dong, Pak,” kini
Nyala merasa lemas ketika kesimpulan itu terkemuka tanpa
sengaja. “Gimana ini, Pak? Kedua orangtua saya nggak setia,”
ia nyaris merengek.
***
“Mau hitung per jam atau per hari, Pak?” tanya Mayang
bercanda. “Kalau bayarannya oke, saya fulltime aja deh di sini.
Daripada saya panas-panasan di lapangan golf, Pak.”
Oke.
Astaga …
***
Benar.
“Betul!”
Pak?”
***
“Gitu?”
***
Mas Harun.
Mas Harun.
Nyala terus merapalkan panggilan tersebut agar lidahnya
tidak kaku ketika berbicara dengan pria itu.
Baik.
“Mas beneran nggak denger, aku nanya apa tadi?” Nyala masih
mempertahankan ekspresi polos di wajah.
langsung bilang?”
TAMAT
***