Anda di halaman 1dari 36

JS

EXTRA PART DESIRE

Benar-benar duplikat sang ibu. Putra pasangan Gema dan


Alana itu tumbuh seperti ibunya. Wajahnya yang tampan,

juga cantik seperti Apaba. Sangat mirip kecuali hidung


yang sangat Alana syukuri karena mengambil dari Gema.
Bukan ia merendahkan hidungnya sendiri yang memang

rendah. Tapi Aarav dengan hidung bangir tampak begitu


tampan. Ah ... Begitulah gambaran andai Alana memiliki
JS

hidung mancung. Tapi tak bisa ia bayangkan bagaimana

nanti Gema mencintainya. Begini saja sang suami sudah


klepek-klepek tiada daya.

Menyiapkan pakaian yang akan ia bawa untuk berlibur ke

rumah orangtuanya di lubuk Linggau, Alana sesekali


menatap pada Aarav yang sedang kuat-kuatnya makan.

Drama anak susah makan untung hanya Alana lewati saat

sang putra berusia satu sampai dua tahun saja. Setelah itu

1
Aarav tak terlalu membuatnya emosi kala jadwal makan

tiba.

Ya ... Memang kadang ada sedikit ancaman darinya. Tapi


tak parah kok. Hanya sebatas Aarav menangis dan

kemudian memusuhinya barang satu atau dua jam. Tak

masalah, yang penting anaknya makan. Tapi sekarang di


usianya yang baru menginjak angka empat, Aarav jarang
mendapat omelan Alana saat waktunya makan.

Bocah itu kebetulan juga lelah mendengar ocehan ibunya


JS

sendiri hingga tak jarang Aarav meniru gaya bicara sang

ibu. Biasanya jajaran boneka yang ia punya akan dirinya

marah sebagaimana Alana memarahinya.

"Oo ... Mamam ngga mau! Mama malah, ya! Kitik ketek
nangis nanti! Nakal! Dangan mamam yagi esok mama aja

maman sendili!"

Kurang lebih begitu ocehan Aarav kepada bonekanya


yang pura-pura bocah itu beri makan. Ya ... Kumpulan kat

2
ayang berhasil ia ingat ketika Alana mengoceh akan

dijadikan satu membentuk kalimat yang menggemaskan.

"Aarav, tolongin mama ambil minum, dong."

Sedang makan siang berlaukan ayam dan tahu tumis,


Aarav mengalihkan pandamgan dari layar ponsel yang

menemani dirinya makan ke arah sang ibu yang sibuk di


kamar.

Tapi dari tempatnya Aarav dapat melihat Alana karena

pintu kamar dibuka agar dapat mengawasi Aarav yang


JS

suka hilang tiba-tiba.

"Oke, mama. Bental ya." Uwh jawaban yang sungguh


manis didengar, tapi menjadi menjengkelkan karena

Aarav tak kunjung berdiri.

"Aaraaaav."

Bocah itu lalu berdiri dengan cangkir kosong di

tangannya. Bajunya yang baru ganti sudah dipenuhi nasi

3
dan basah dengan kuah tumisan tahu yang berwarna

coklat. "Iya, mama. Tunggu jombinya mamam dulu."

Tatapan Alana lantas menyempit. "Aaraaaav."

Aarav yang memiliki rambut ikal namun selalu dipangkas


pendek itu menatap ibunya dan menggeram gemas.

"Iiyaaa mama cintaaaa." Lalu bergegas pergi ke dapur,


Aarav meninggalkan Alana yang tertawa geli di

tempatnya.

Kata Sophia Aarav terlalu sering mendengar ocehan


JS

Alana membuat bocah itu pintar meniru. Hingga di usia


empat tahun, kosakata Aarav sudah cukup banyak dan
susunan kata untuk membuat kalimat pun sudah sangat

jelas. Satu hal lagi yang penting, Aarav tak cedal kecuali
saat mengucapkan kata R, J, dan terkadang L. Bahkan

pelafalan kata yang memiliki tiga suku kata pun beberapa

sudah bisa Aarav sebutkan dengan baik.

Bocah itu memang cerewet. Jika menonton TV dia tak


hanya akan diam dengan mengikuti alur cerita. Namun

4
dialog yang ia dengar akan ditiru lalu saat bermain

dengan Alana maupun Gema akan ia praktekan beberapa


kalimat yang diingat.

"Ini mama!" Bocah itu datang. Dengan langkah kecilnya

yang dibuat lebar agar cepat tiba kepada sang ibu, Aarav

menyerahkan cangkir pada Alana ynag tersebut dan


menerimanya.

"Makasih, sayang. Sun dong." Alana memonyongkan bibir

dan sekilas Aarav mengecupnya sebelum kembali ke


JS

ponsel sambil menyuap sesendok nasi dan lauk ke mulut.

Uh ... Alana selalu saja gelisah melihat putranya begitu


tenang.

"Sayaaang. Tolong mama--"

"Apa yagi mamaaaaaa." Aarav dengan wajah cemberut

menatap Alana namun karena gemas melihat ibunya


tertawa, jelas sekali hanya mengerjainya, bocah itu

tinggalkan ponsel di lantai untuk berlari mendekati Alana.

5
Aarav menangkup pipi Alana dan sambil tertawa ia ciumi

wajah ibunya. Semua titik tanpa jarak, ia cium Alana


hingga liur dan minyak menempel di kulit wajah sang ibu

yang tak bisa menolak aksinya yang begitu

menggemaskan.

Tak berhenti menggemakan tawa, Alana lalu memeluk


erat tubuh berisi putranya yang tak gendut tak juga kurus.
Pas.

"Mama sayaaang Aarav."


JS

"Aku malaaah mama."

Kan ... Ada saja jawaban Aarav untuk membuat Alana


tertawa.

"Ya udah sana makan lagi. Nanti abis makan langsung

dibersihin, ya?" Menangkup pipi putranya, Alana

mencium kening si kecil yang menjawab dengan riang.

"Okee mama cantiik."

Uh ... Pintar sekali memang menggoda ibunya.

6
Melanjutkan berkemas sedangkan Aarav kembali makan

sambil melihat video di YouTube. Alana segera bangkit


saat ia dengar suara Gema yang memanggil dari depan.

"Papa, ma!" Aarav begitu semangat.

Gegas berdiri, bocah itu berlari untuk menyambut

ayahnya sementara Alana urung menyusul karena ia lihat


nasi yang berserakan di lantai.

Alana tak marah, karena setidaknya Aarav sudah mau

makan sendiri. Biasanya masih Alana suapi.


JS

Membereskan bekas makan sang anak, mematikan

ponsel dan mengantonginya, Alana beranjak menuju


dapur namun ia lewati ayah dan anak yang sedang

bercengkrama dengan ceria. "Makannya sudah, nak?"

"Sudah mama!" jawab Aarav yang berada di gendongan

Gema.

"Besok walau tinggal sedikit harus habisin, ya? Ngga


boleh sisa."

7
"Iya mama!"

Aarav kemudian melihat ayahnya yang tumben sekali

pulang kerja lebih awal. Atau terlalu awal karena ini masih
pukul satu siang.

"Papa ngga kelda? Kok pulang, sih?"

"Kan nanti sore mau pergi tempat nenek."

"Nenek yang di Yinggau?"

Gema mengangguk. Menurunkan putranya, lalu ia


JS

gandeng tangan mungil itu.

"Aku senang sama nenek Yinggau."

Gema lalu tertawa. "Papa juga senang."

"Tapi mama?"

"Juga senang." Gema mengangkat wajah melihat


kehadiran Alana. "Berapa kali sehari kamu ngajak Aarav

ngobrol sih sayang?" Gema lalu tertawa.

8
Bahkan ia sudah tahu betapa pandai Aarav mengoceh.

Namun masih saja dibuat takjub tiap harinya.

"Perasaan ngga sering juga, jawab Alana yang bobot


tubuh sudah kembali ke semula, langsing dengan usaha

yang ekstra keras, mengangkat tubuh Aarav begitu

mudah. "Nema lagi beli cari oleh-oleh katanya. Padahal


yang ada di sini juga ada di sana." Tak suaminya tanya,
Alana sudah menjelaskan tentang Sophia yang sedang
berada di luar rumah.
JS

"Sudah selesai packingnya?"

"Dikit lagi," jawab Lana membawa putranya ke kamar


diikuti Gema yang sempat memanggil bik Moni.

"Bibik ikut mama."

Gema lalu mendesah. "Sebanyak apa sih sampai ajak bi

Moni juga," keluhnya yang kemudian mengedipkan


sebelah mata sambil memberi kecupan jauh pada Alana

yang menatapnya dengan ringisan jengah.

9
"Apa?!"

"Kopi dong sayang."

"Nanti juga yang nyetir Chiko, kenapa kamu yang takut

ngantuk?"

Bibir atas Gema lantas berkedut.

Semakin lama usia pernikahan, perasana Alana semakin


galak saja. Tak ada manis-manisnya kecuali saat sedang

merayunya di atas ranjang.


JS

Uh ... Manis seperti gula batu.

"Siapa yang bilang untuk obat ngantuk? Pahit lidah dari


tadi ngga ngopi."

"Minum gula, papa bial ngga pait."

Si tengil Aarav ikut masuk dalam perbincangan seolah

mengerti saja dengan apa yang ayah dan ibunya

bicarakan.

10
"Iya, sayang. Tapi mama ngga mau buatin kopi manis

pakai gula untuk papa."

Pria yang terus menunda laser mata itu mencari


dukungan dari sang putra yang langsung menatap sang

ibu dengan ekspresi kesal. "Mama buatin papa kopi dong.

Papa kan lelah."

Ck ck ck!

Wajah sih boleh mirip Alana, tapi Aarav selalu berada di

pihak Gema.
JS

Menurunkan putranya, Alana lalu berkacak pinggang. "Iya

iya!" Lalu mencubit gemas pipi putranya. "Cerewet


banget sih kamu!"

"Iih!" Aarav melepaskan cubitan sang ibu di pipinya.

"Ngga cewet mama! Tampan!"

Gema langsung tergelak mendengar ucapan putra

pertamanya.

Menggemaskan!

11
"Eh ... Vlora mana?" Kepala Gema lantas celingukan

mencari-cari sesuatu yang membuatnya terasa kurang.


"Bobo, ya?"

Baru membuka mulut untuk menjawab, Aarav sudah

mendahului sang ibu. "Adek bobo, pa. Tadi nangis." Lalu

memegang keningnya. "Sakit kena lantai."

Sontak, ekspresi Gema menjadi begitu khawatir

mendengar informasi sang putra. "Jatuh?" Hati langsung

berdenyut nyeri.
JS

Tak lagi bertanya atau mendengar penjelasan sang istri,


Gema berlari menuju kamar dan berhenti di keranjang
bayi yang di dalamnya sedang terlelap putri cantikya yang

lahir sebelum Aarav merayakan ulang tahun ke tiga.

Vlora Eira Andromeda.

Putri kecil yang merupakan kembaran dirinya. Hanya dua


yang meniru Alana, warna kulit dan rambut yang ikal.

12
"Sakit kan adek, pa?" Aarav datang, seolah ingin

mengompori sang ayah yang pasti tak berani marah pada


Alana.

Apapun yang terjadi pada anak-anaknya, Gema dilarang

untuk protes atau menegur Alana kecuali jika itu memang

hal yang harus mendapatkan teguran.

Seperti anak jatuh atau sakit. Gema tak boleh protes

selain sekadar bertanya mengapa bisa seperti itu.

Ya ... Gema hanya memiliki sedikit waktu dalam


JS

mengawasi putra putrinya, sementara Alana hampir dua


puluh empat jam mengurus anak tanpa bantuan
pengasuh. Ketika mengurus buah hatinya, tentu ada satu

dua kali Alana kecolongan. Seperti hari ini, Vlora yang


jatuh saat Alana lengah, tak mengawasi gadis kecil itu

yang ternyata berlari mengikuti dirinya yang ingin pergi

ke kamar mandi.

13
"Ngga apa-apa." Gema berbisik. "Nanti sakitnya sembuh

kalau udah tidur." Tapi pria itu meringis melihat kening


putrinya yang membiru dan benjol.

Pasti jatuhnya parah sekali.

Pria itu sudah berpikir yang tidak-tidak.

"Sayang, kopinya."

Gema berbalik melihat sang istri yang meletakkan gelas

kopi di atas nakas.


JS

Langsung mendekati, ia duduk di sisi ranjang, menarik


tangan Alana agar ikut duduk di sampingnya. "Kayaknya

kamu butuh pengasuh, deh."

Uh ... Alana tak setuju.

"Ada bik Moni bantu ngawasin anak-anak. Lagian jatuh

itu hal biasa untuk anak-anak."

"Kamu ngga capek, gitu?"

14
"Jadi orangtua memang capek. Tapi ya masa ngeluh, sih?

Udah memutuskan punya anak yang harus tanggung


jawab, dong."

Gema mendesah menghadapi sikap keras kepala sang

istri. Sambil mengawasi Aarav yang kini menghamburkan

mainan miliknya dari dalam kotak penyimpanan yang


sudah Alana rapikan, pria itu lalu menjawab; "Pakai
pengasuh juga bukan berarti ngga tanggung jawab."

"Bukan masalah itu." Ekspresi Alana menjadi terlihat


JS

khawatir dan takut. "Sekarang tuh aneh-aneh berita soal

pengasuh. Ah ... Ngga mau lah. Takut nanti anakku

dikenapa-kenapain."

Yah ... Masalah kepercayaan.

Kalau yang ini sih susah dinasehati karena jangankan


pengasuh, Gema membawa anak-anaknya pergi jalan-

jalan saja Alana tak berhenti menghubungi.

15
Niatnya memberi jeda untuk sang istri bersantai, malah

waktu santai digunakan Alana untuk menelepon Gema


tiap menitnya.

"Ya udah, lah." Gema kemudian menggaruk kepalanya

yang tak gatal. "Tapi besok jangan ngeluh kalau

kecapekan!"

"Ih! Ya ngeluh, dong! Enak aja ngga ngeluh!"

"Ya kalau gitu pakai pengasuh."


JS

"Ngga mau!"

"Ya udah jangan ngeluh!"

"Ya ngeluh kalau capek."

"Pakai pengasuh biar ngga capek."

"Takut ah. Bahaya dipukuli tiap hari!"

"Kan kamu ngawasin!"

"Ya siapa tahu di belakang aku dia jahatin anak aku!"

16
Ck! Pada akhirnya Gema berdecak tanda mengalah.

Jika diteruskan, sampai matahari terbit dari barat juga ini

tak akan ada hentinya.

"Udah, capek debat sama kamu." Gema kemudian


melepas kancing kemejanya. "Debat pakai bibir bawah

aja, yuk?"

Bibir atas langsung berkedut disusul omelan tanpa suara.


Alana menarik selimut dan menyumpalkannya ke mulut

Gema. "Tuh sama selimut!" jawabnya lantas berdiri dan


JS

kembali ke koper yang belum selesai ia isi pakaian anak-


anaknya.

Sedangkan di tempatnya, duduk Gema dengan raut yang

terbilang malang. "Jadi kangen sama simpananku dulu."

Uuh ... Alana yang enerjik, yang selalu membangkitkan


gairahnya tiap detik.

Tapi Alana yang sekarang ... Masih menggairahkan.

Sungguh. Tapi sudah tak terlalu sering menggoda Gema.

17
Padahal pria itu masih merasa layak untuk dirangsang

gairahnya.

Tenaganya juga tak kalah dengan Gema di kala masih


muda.

Tersenyum-senyum sendiri karena mengingat kenangan

manis namun berlumur dosa bersama Alana beberapa


tahun silam, Gema tak menyadari tatapan nyalang dari

sang istri yang hendak melempar wajahnya dengan

diapers Vlora, tapi urung karena Aarav mengeluarkan


JS

tanya yang membuat ia juga Gema beralih pada bocah

itu.

Sambil memainkan mobil-mobilannya, Aarav berkata;

"Simpanan papa, pino ya?"

Waah dasar bayi korban iklan.

****

18
Gema mulai menyusun barang bawaan Yang mana 80%

nya adalah milik Aarav dan Vlora, baru sisanya milik


dirinya dan Alana ke dalam bagasi mobil.

Ini akan menjadi libur panjang, setidaknya sampai

memasuki dua minggu Ramadhan, keluarga kecilnya

akan menghabiskan waktu di kota Linggau.

Ini adalah kunjungan kedua bagi Aarav ke tempat

neneknya di kampung halaman kelahiran Alana, dan

menjadi yang pertama bagi Vlora yang belum sama sekali


JS

Nurhayati jenguk karena selama dua tahun, Negeri

Indonesia Tercinta sedang berada dalam kondisi tak baik-

baik saja.

Wabah penyakit terjadi setidaknya dua tahun lebih yang


membatasi masyarakat untuk bepergian ke luar kota.

Maka setelah pandemi mulai mereda dengan kasus yang

mulai menipis secara signifikan, Gema dan Alana baru


berani merencanakan perjalanan ke luar kota.

19
Setidaknya sekarang mereka tak lagi sekhawatir beberapa

saat lalu kala bepergian membawa anak kecil.

Selesai dengan tugasnya, pria dengan kaca mata yang


kini sudah jarang ia lepas kecuali saat tertidur itu kembali

masuk ke rumah, memanggil Chiko yang akan menjadi

sopir dalam perjalanan ke Sumatera.

Hanya untuk meminta pria itu memeriksa kembali

kesehatan mobil sekali lagi, lantas ia ke kamar dan

melihat apa yang dilakukan sang istri, mengapa dari tadi


JS

tak kunjung keluar.

Yang memburu-buru untuk segera pergi adalah dua


wanita dewasa yang ada di rumahnya ini. Ibu dan istri.

Tapi di saat Gema sudah siap, mereka masih sibuk ke sana


ke mari.

"Sayang ayo."

20
Gema lihat sang istri sedang duduk di depan meja rias,

mendandani diri dengan rapi seolah mereka akan pergi


ke kondangan saja.

"Kita di jalan berjam-jam. Memangnya itu bisa nempel

sampai Linggau?"

Alana yang mendelik pada Gema hanya mendengkus dan


melanjutkan riasannya.

Menggeleng tak habis pikir, Gema menoleh ke arah

ranjang dan ia dapati Aarav tertidur barangkali lelah


JS

menanti sang ibu lalu tatapan pria itu beralih pada Vlora
yang berdiri di box bayinya berusaha untuk keluar namun
tak bisa.

"Dada!" Tangan mungilnya terulur pada Gema yang

langsung mendekat dengan antusias dan ia gendong si


putri kecil yang langsung tertawa girang merasa telah

lepas dari penjara yang mengurungnya.

21
"Ayo kita cari Nema. Dua perempuan di sini cuma bisa

ngeburu-buru tapi diburu-buru ngga mau nak, ya?"

"Apa sih, masih siang juga."

Gema hanya memberikan tatapan malas pada istrinya.


Dua jam lagi mentari akan pulang ke rumahnya. Apa

harus menunggu benar-benar gelap agar Alana


mengatakan ini sudah sore?

Coba giliran Gema yang terlambat. Bahkan jam sembilan

pagi dikatai sudah tengah hari. Menunggu satu jam,


JS

mengakunya berjam-jam

Keluar tak ia pedulikan Alana yang entah akan berdandan


sampai jam berapa, Gema berteriak nyaring memanggil

ibunya. "Mamaaaa! Jam empat ini!"

"Harus banget teriak-teriak, ya?"

Gema berjengit kaget saat ia dengar suara sang ibu di

belakangnya. Kagetnya sebanyak dua kali karena Sophia

22
yang biasanya lebih lambat dari Alana malah sudah siap

lebih dahulu dari menantu wanita ini.

Tumben udah siap. Pria itu hanya membatin, karena jika


diutarakan langsung, bisa-bisa Sophia kembali ke kamar

untuk lanjut berdandan.

"Barang mama mana?"

"Sudah Chiko susun di bagasi." Lalu senyum wanita yang


sudah tak tergiur dengan berbagai metode pengencang

wajah--sekarang memilih cara alami untuk


JS

mempertahankan wajah awet mudanya--mengembang


cukup membuat Gema merinding.

Senyuman itu mengandung makna yang menakutkan

bagi Gema yang minggu lalu diberi senyum serupa dan

seratus juta tabungannya dijebol oleh sang ibu.

"Udah cocok belum untuk nemuin besan?"

23
Sophia yang meminta untuk dipanggil Nema oleh kedua

cucunya ini memutar tubuh, memamerkan gamis baru


miliknya.

Baguslah, hanya pamer gamis saja. Gema menghela

napas lega meski tak sesuai dengan jawabannya atas

tanya sang ibu.


"Lebih baik mama pakai baju tidur. Perjalanan kita ngga
cuma satu jam sampai harus dandan begini."

Di perjalanan mereka pasti hanya akan tidur. Jadi pria itu


JS

pastikan tak sampai lima jam perjalanan penampilan

Sophia dan Alana pasti sudah seperti ondel-ondel

kelelahan.

"Ih kamu tuh, iri aja! Mama sama Alana mau foto di
kapal!"

Ugh!

Kapan kenorakan ini diakhiri.

24
"Serah kalian," gemas Gema yang kemudian beranjak dari

tempat sang ibu.

Menunggu rombongan arak-arakan yang hanya terdiri


dua orang tapi ramainya tak kepalang. Gema melirik ke

arah istri dan ibunya yang tampil mentereng.

Sebenarnya Alana tak terlalu berlebihan untuk pakaian


yang dikenakan. Hanya maxi dress tanpa lengan namun

ditutupi dengan bolero hitam. Hanya saja untuk orang

yang akan berada di dalam perjalanan yang memakan


JS

waktu lebih dari lima belas jam, make up sang istri terlalu

meriah.

Mereka tak sedang ingin pergi kondangan.

Lalu sang ibu, tampil anggun dengan gamis berwarna

hijau. Namun model gamis yang dihiasi manik itu seperti


seragam keluarga pengantin yang selalu paling heboh

mengalahkan si mempelai.

Apa salahnya sih pakai daster?

25
Gema saja hanya menggunakan kulot pendek dan kaos

tanpa gambar. Polos.

Kakinya bahkan hanya dihiasi dengan sandal sejuta umat


merk swallow.

"Ayok berangkat," ucap Alana tanpa raut berdosa.

Hanya tatapan kesal yang Gema arahkan pada ibu dan


istrinya, ia lalu beralih pada Aarav yang berjalan di
belakang Alana sambil mengucek mata.
JS

Tampak masih begitu mengantuk.

"Chikooo! Ya ampun ke mana, sih? Udah mau malam loh

ini!"

Lalu tatapan galak Gema diarahkan pada Sophia yang

memanggil Chiko, seolah keterlambatan diciptakan oleh


sopir mereka.

"Yang buat kemalaman siapa?!" omel Gema yang merasa

ia jadi lebih tua sepuluh tahun hanya karena menunggui


istri dan ibunya bersiap-siap.

26
Bukannya merasa bersalah, Alana dan Sophia malah

terkekeh bersama.

"Udah ayo, keburu malem nanti foto di kapalnya gelep."

Ocehan Sophia lagi, terus membuat Gema kian kesal.

Tak sesuai ekspektasi karena mereka keluar rumah tepat


saat jam kantor usai. Jadi bisa ditebak, jalanan macet.

Alhasil mentari sudah benar-benar bersembunyi saat


JS

mereka naik ke atas kapal yang akan membawa mereka

menyeberang dari pelabuhan Merak menuju Bakauheni.

Sudah bisa diterka kan bagaimana muka menantu dan

mertua yang sudah begitu mengidamkan foto berlatar


belakang mentari tenggelam?

Dilipat-lipat seperti baju yang baru turun dari jemuran.

Sebenarnya Gema tak tahu mengapa Alana jadi begini.

Baiklah jika aneh itu adalah ibunya, maka normal adalah

27
Alana. Tapi ternyata sang istri malah ketularan kegilaan

Sophia yang jarang sekali disambangi waras.

Membawa pop mie kala Alana sedang duduk di sisi kapal


dekat tiang pembatas, Gema menyerahkan kudapan mie

yang asapnya masih mengepul pada sang istri.

Baiklah, Alana wajahnya sudah tak sekecewa tadi. Malah


sempat ia lihat sang istri tersenyum diam-diam. "Besok

pas pulang, pastikan ngga telat begini, biar kebagian

sunset."
JS

Melirik sang suami yang ikut duduk di sampingnya, Alana


mengambil pop mie miliknya. "Sebenernya aku lagi
lomba aja sama mama." Lalu kekehnya terdengar. "Siapa

yang bisa foto dengan latar belakang jingga di atas kapal


Feri, dan yang hasilnya paling bagus akan dapat sesuatu

dari yang kalah."

Gema yang menikmati mie rasa bakso miliknya


mendengkus saja. "Apa hadiahnya?"

28
Sejenak diam, Alana yang sebenarnya merasa malu jika

harus berfoto di keramaian itu menatap Gema yang akan


terkejut dan tak setuju dengan hadiah yang akan ia

berikan pada Sophia jika ia kalah. "Kalau mama menang,

dia mau bawa Aarav ke pantai--"

Tak perlu menunggu selesai ucapan sang istri, Gema


langsung berseru kaget. "Gila!" Urung menyuapkan mie
ke mulut, pria itu memutar tubuh hingga menyamping
pada sang istri yang meringis.
JS

Betulkan, pasti rak setuju.

"Bisa-bisanya kamu!"

Alana menyengir lebar. "Kalau ngga ada tantangan gini

mama ngotot bawa Aarav pergi." Mertuanya itu

menganggap Aarav adalah Gema kecil.

Katanya masa yang dihabiskan dengan Gema dulu sangat


sedikit hingga ingin menebusnya melalui Aarav. Salah

satunya adalah ke pantai, di mana dulu ia hanya sekali

29
membawa Gema ke pantai namun semua tak berjalan

sesuai harapan.

Gema hilang.

Jadilah ingin menebus rasa bersalahnya itu melalui Aarav.

Ya Alana yang waras tentu saja menolak putranya dibawa


pergi oleh sang ibu mertua ke wilayah yang selain ramai
juga terdapat ombak air yang mana jika tak hati-hati bisa
menenggelamkan.
JS

Dulu untung saja Gema hanya hilang dan langsung

ditemukan.

"Aku harus tampil lebih waw dong dari mama biar

menang."

"Terus cara menangnya gimana?"

"Posting di IG masing-masing, dan siapa yang dapat vote


paling banyak itu yang menang."

30
"Dan kamu tau pengikut mama banyak, kan?" Gema

menatap ngeri pada sang istri yang mengedikkan bahu


pasrah.

Bisa-bisanya bertanding dengan Sophia menggunakan

media sosial di mana itu adalah tempat Sophia begitu

eksis menjadi seorang nenek dengan wajah awet muda.

Dia dijadikan trendsetter para ibu-ibu agar semangat

merawat diri.

Selain memberi tips merawat tanaman dan merangkai


JS

bunga, Sophia juga memberi tips ciamik pada


pengikutnya perihal merawat diri.

Iya, Sophia kini mempunyai banyak penggemar. Bahkan

pernah diundang ke salah satu stasiun televisi karena

wajahnya yang awet muda itu.

"Makanya aku lelet-lelet tadi. Soalnya kalau tepat waktu,


mama bisa menang." Dia mendesah. "Mama tuh konyol

31
banget." Tapi herannya Alana jadi ikut-ikutan menjadi

seperti Sophia.

Tapi lucu juga, sih. "Tapi ngga ada yang menang dan
ngga ada yang kalah."

"Dan nasib Aarav?"

"Ya ngga jadi bahan taruhan, lah."

Diam, menatap gelombang air yang tercipta dari laju

kapal. Gema kembali bertanya dengan mengabaikan mie


JS

miliknya yang mulai dingin sementara Alana melahap

miliknya dengan santai. "Kalau kamu menang, mama mau

kasih apa?"

"Oh itu." Alana berhenti mengunyah. "Kasih...." Lalu lirikan


tajam diarahkan pada Gema. "Kasih tau di mana kamu

simpan koleksi mobil kamu."

Glek!

Gema langsung menelan salivanya yang terasa begitu


kelat dan pahit.

32
Sophia memang keterlaluan.

"Si ... Siapa yang koleksi?" Tapi nada bicaranya bergetar

dan kerjapan mata yang berulang sudah jelas


menandakan jika Gema sedang ketakutan.

Takut ketahuan tepatnya.

Seringai menakutkan Alana terbit membuat Gema yang


merinding ingin beranjak pergi meninggalkan istrinya
namun bokong terasa begitu berat untuk diangkat. Wah

... Jangan-jangan Alana letakkan lem di tempat yang ia


JS

duduki?

"Jadi sebenarnya, mobil yang dibawa ini beli apa tukar


tambah?"

"Tukar tambah!" Cepat sekali Gema menjawab tanya sang

istri, kian menciptakan kecurigaan di benak wanita itu.

Sebenarnya ingin ia tanyakan hal ini nanti setelah kembali

ke Jakarta. Tapi Alana gatal sendiri, tak tahan ingin


mengetahui kelicikan sang suami yang mengaku telah

33
menjual salah satu mobil untuk membeli mobil yang saat

ini mereka bawa ke Linggau.

Di rumah, Alana sudah gemas melihat empat mobil


berjajar dan tak semuanya terpakai. Inginnya dua mobil

saja cukup. Toh Alana jarang bepergian jika tak bersama

Gema. Tapi pria itu selalu merasa tak puas jika hanya
menggunakan satu kendaraan dalam waktu yang lama.

Apalagi hobi pria ini yang memodifikasi mobil, lalu

setelah keluar banyak uang malah dijual dan mengganti


JS

dengan mobil baru yang masih ori. Nanti diotak-atik lagi,

lalu dijual lagi.

Hobi sih hobi, tapi menurut Alana apakah tak ada hobi

yang tak menguras kantong?

Kalau bisa berharap, ia ingin Gema seperti Chiko saja


yang gemar memelihara burung.

"Kamu ngga berpikiran aku ganti hobi aja kayak Chiko,

kan?"

34
Hey! Alana menatap dengan mulut menganga pada sang

suami yang bisa menebak isi hatinya dengan tepat.

"Kamu ngga tau ya? Peliharaan Chiko itu ratusan juta?"

Lalu kini kelopak Alana melebar.

Gila memang para lelaki ini!

"Makanya dia titipin sebagian di rumah, karena takut


dimarah istrinya." Lalu Gema tertawa dan itu menambah

rasa jengkel Alana.


JS

"Terus mobil kamu dititipin di mana?"

Bersama ekspresi gelinya, Gema menjawab dengan


kekehan. "Ngga ke istri muda, kok."

Dan di detik itu, melupakan pop mie yang telah dingin,

Alana mengapit leher sang suami dengan erat,

menjadikan mie santapannya tadi sebagai saksi di


kejadian perkara.

Ya ... Semoga saja besok Gema masih memiliki nyawa.

35

Anda mungkin juga menyukai