"Kerjaanmu gimana?"
"Eum."
"Siapa?"
"Siapa namanya?"
"Aku betah."
"Prancis atau Inggris?" tanya Maharga
masih dengan tampang marah.
"Jakarta."
"Iya."
"Direktur Alfian."
"Papa ke kantormu?"
Afa mengangguk.
"Eum"
"Kenal dekat?"
"Kerja Mba?"
"Eum."
"Masih bekerja?"
Asiah menggeleng.
Mereka berada di parkiran sebuah mall.
Ririn yang meminta berhenti karena
ingin membeli beberapa bungkus
cemilan.
"Mungkin."
"Itu Asiah."
Afa mengikuti arah pandang Ririn.
Adiknya bersama dua orang lelaki.
Salah satu di antaranya tidak asing, tapi
Afa lupa di mana wanita itu melihatnya.
Hanya sesaat, sebelum memorinya yang
tajam mengejutkan Ririn.
"Direktur Alfian."
4
"Kamu sudah tahu kelicikannya," suara
Amara mendesis. "Aku ingin
melupakan, tapi sulit." karena saat itu
adalah waktu di mana Amara
melemparkan adik tiri Maharga ke
tangan Naraya.
"Tergantung."
Elaan nafas Asiah cukup kasar. Namun
Afa tidak merasa terganggu.
Afa mengenalnya.
"Semoga mas Alfian segera ngungkapin
isi hatinya."
"Jangan ribut."
"Mau ke mana?"
"Bawah."
"Ponsel Asiah."
Amara mengerti.
"Aku enggak butuh." senyum Asiah
membingungkan Amara.
"Bisa."
5.
"Tidak."
"Di sini?"
"Dia?"
"Nada Seroja."
"Tentu tidak."
"Kilaunya berbeda."
Melamar.
"Capek?"
"Kenapa Ma?"
"Boleh Mama masuk?" setiap pagi
Amara mengontrol kamar anak-
anaknya. Tidak ada yang terlewatkan
sekalipun kalender datang bulan kedua
putrinya. Se-jeli itu dirinya.
******
Pintu kamar Afa terbuka saat Asiah
datang. Gadis itu menahan langkahnya
ketika mendengar Afa sedang berbicara
di telepon.
8.
"Mba tidak suka. Di mana semangat
hidupmu?"
"Mba menerimanya?"
"Sudah siap?"
Afa mengangguk.
"Soda manis."
"Menerima."
"Aku kepo."
Cantiknya bidadariku.
11.
Berada di antara orang-orang dewasa
yang telah banyak mengecap
pengalaman hidup tidak membuat Afa
tertinggal. Diamnya ketika tak ada kata
yang harus ditanggapi. Berbeda ketika
para orang tua itu melibatkan obrolan
dengannya yang tak jauh dari sebuah
hubungan mengingat keduanya masih
pengantin baru.
Selesai.
12.
"Yang mana?"
"Perhatian Abang."
"Kalau Abang?"
"Jadi pergi?"
"Teman."
"Eum."
Respons Afa membuat perasaan Alfian
semakin menggelora. "Kata-katanya
puitis ya?" Alfian tidak sedang memuji
temannya yang bernama Ryani
Muhammad itu. Selain Afa adalah masa
depannya, wanita yang telah
menggetarkan dadanya, ia juga tidak
tertarik pada wanita yang bersatus
sebagai istri orang juga ibu dua anak
tersebut.
"Bagaimana denganmu?"
"Selesai."
Allah...
15.
Sedikitnya, Afa belajar tentang sikap
Alfian. Lima bulan hidup bersama ada
hal-hal baru yang mulai diketahui Afa
tentang lelaki itu.
"Meeting?"
Alfian mengernyit. Ini pertama kali Afa
bertanya tentang kegiatannya.
"Bukan."
Afa menggeleng.
"Biasa saja."
"Apakah sulit?"
"Demi aku?"
Alfian tertegun.
Doanya masih kurang kuat. Kalimat
Afa selanjutnya menciptakan sesak
sekaligus semangat menggebu dari
Alfian.
16.
Afa bukan tipe wanita yang mau
bertanya apalagi mendiskusikan hal
yang menganggu pikirannya. Terlebih
untuk saat ini. Alfian yang menjadi
pendiam beberapa hari ini dan Afa yang
memilih menyibukkan diri dengan
pekerjaannya.
"Aku kerja."
Alfian hanya mengerjap sekali pada
jawaban yang diberikan Afa sebagai
tanda mengerti. Ia tidak tahu jika Afa
berada di tempat yang sama dengannya.
"Baik."
"Aku kerja."
"Baik."
Afa meninggalkan Alfian. Tidak
menuju ke ruang makan, melainkan
kamar. Dirinya juga belum lapar.
"Apa maksudmu?"
"Ada lauk?"
"Tentang apa?"
20.
Kedatangan Nada Seroja yang tak lain
adalah ibu mertua Afa untuk
menjenguk menantunya menjelang
kelahiran.
"Papa?"
"Di luar sama Alfian." singkat.
Membuat besan ikut memperhatikan
interaksi ibu dan anak itu.
"Asiah ke mana?"
Siapa dia?
21.
"Iya."
"Sedikit."
"Dia muntah?"
"Mau apa?"
"Kasihan Awan."
"Ibu susu?"
"Siapa dia?"
"Kita akan mencarinya," jawab Alfian.
"Jawab saja."
22.
"Bilqis." Afa menyebut nama seorang
wanita. "Abang mengenalnya?"
"Ini."
"Lihat aku."
23.
"Meliputi?"
"Semua," jawab Afa.
Lucunya di mana?
"Assalamua'alaikum."
Balqis?
24.
"Wa'alaikumsalam."
"Teman Asiah?"
Jelas sekali keterkejutan Bilqis, Afa
bisa melihat dari sepasang mata wanita
itu. Niqab menutupi wajah Bilqis.
"Benar."
"Shadaqallaahu'adhiim."
"Cepat banget?"
"Siapa?"
"Ada apa?"
Afa meletakkan kembali foto tersebut
disaat mendengar sebuah suara.
"Abang menyukainya?"
"Tidak."
"Miss you."
Afa tidak menjawab dengan kata-
katanya. Karena Afa bukan wanita yang
suka basa-basi. Kamar pribadi ruangan
Alfian menjadi saksi bisu. Sepasang
kasih memadu kasih setelah lama
terpisah.
26.
"Mba bercanda?"
"Sudah lama."
"Abang suka?"
"Abang dilema."
"Aku dingin?"
"Parah."
28
"Assalamua'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Istri Abang?"
Afa pergi.
"Abang rindu."