Description
"Iya."
GC Orang Iseng 2
BAB 1
Perempuan.
Lajang.
Pengangguran.
Beban keluarga.
GC Orang Iseng 3
seperti penjabaran di novel-novel atau drama. Tidak,
meski seringkali ia senang berhalusinasi demikian, tapi
Prisila sadar dalam dunia nyata, manusia semacam itu—
kalau pun ada—hanya tersedia 1 banding sejuta!
GC Orang Iseng 4
Bertemu sih bertemu. Masalahnya, tak ada yang
tertarik pada Prisila. Padahal ia tidak jelek, meski masih
jauh dari kata cantik. Setidaknya, Prisila tak memalukan
ditenteng ke kondangan.
GC Orang Iseng 5
Gemas, Prisil bahkan juga meninggalkan jejak
komentar. Gue kapan? dengan banyak sekali huruf a dan
n. yang juga terabaikan, karena sudah tiga jam berlalu
dan ia sama sekali tidak mendapatkan satu pun tombol
suka.
GC Orang Iseng 6
yang risih, berusaha melepaskan diri dan mendorong
Prisil menjauh, tapi gadis itu malah makin menguatkan
lilitannya. Jauh-jauh nggak lo dari gue! Lo bau, belum
mandi, Kak!
GC Orang Iseng 7
sesaat. Nyender ke lo sama ke tembok kok nggak ada
bedanya? Sensasinya sama gitu. Nggak ada rasa
berdebar-debar atau nyaman gitu. Yang ada pegel.
GC Orang Iseng 8
Yang gue tanya, masalah sender menyender, Deo!
GC Orang Iseng 9
Ah, satu lagi penyiksaan bagi hati mungilnya yang
rapuh. Datang ke tempat Binar sama saja menguji
ketahanan perasaannya melihat interaksi Binar dan Agra
yang .., begitulah. Tetapi menolak datang juga Prisil tak
enak hati. Jadilah ia membalas pesan tersebut dengan
kesanggupan sebelum kemudian bangkit berdiri dan
meninggalkan ruang tengah tanpa mematikan teve,
melangkah malas-malasan menuju dapur dan bersandar di
ambang pintu begitu melihat ibunya sedang sibuk
memasak untuk makan malam nanti.
Lagi?!
GC Orang Iseng 10
Katanya ada syukuran kecil-kecilan gitu. Nggak enak kalo
nggak bawa sesuatu.
GC Orang Iseng 11
Itu yang ganteng. Yang ramah juga. Yang punya
usaha bengkel. Yang kemarin dateng ke nikahan adik
kamu.
GC Orang Iseng 12
Dia sama sekali tak berkeringat, kecuali saat disuruh
ibunya ke warung ujung gang untuk membeli gas. Jalan
kaki, karena katanya bensin mahal!
Bah!
GC Orang Iseng 13
yang membuat Prisil dongkol. Dan itu sama sekali tidak
baik untuk kesehatan mentalnya yang rapuh.
Aish!
GC Orang Iseng 14
kembali masuk kuliah setelah hampir absen seminggu
paska kematian kakeknya. Mereka bertemu di koridor
lantai bawah dan berjalan bersama menuju ruang kelas di
lantai tiga. Seperti biasanya. Hanya saja, kala itu Binar
agak pendiam. Barangkali masih merasa berduka dan
sedih. Prisil dan Noni berusaha mengerti dan
menghiburnya.
GC Orang Iseng 15
sebagian lain hanya teman satu gedung fakultas. Tidak
seperti Agra yang memilih-milih teman, Bagas adalah
tipe yang terbuka dan mudah bergaul. Karena itu, meski
mulutnya agak bocor, dia sangat disukai. Terlebih dengan
tampangnya yang flamboyan. Ck, dan lumayan tampan.
Bukan jenis ketampanan jantan seperti Agra. Wajah
Bagas sedikit oriental. Lebih ke cantik sebenarnya. Andai
dipakaikan rambut palsu, wajahkan akan 11-12 dengan
Binar. Tentu saja jauh lebih cantik ketimbang Prisil dan
Noni.
GC Orang Iseng 16
"Gue sehat. Lo nggak usah khawatir," jawab Binar
tak acuh. Mendesah tanpa berbalik, ia berkata pada Noni
dan Prisil yang kini menatap Bagas sengit. Non, Pris, gue
masuk duluan. Lantas lanjut melangkah menuju kelas.
GC Orang Iseng 17
ke belakang dan nyaris jatuh. Tak ingin ambruk sendirian,
ia menarik tas gendong Bagas dengan tenaga penuh. Yang
refleks membuat lelaki itu berbalik hanya untuk
tersandung kakinya sendiri dan ... buk!
Berat sekali!
GC Orang Iseng 18
Refleks, Prisil meletakkan tangan di bahu lelaki itu
untuk membuat jarak. Setengah kebingungan dengan
keadaan ini, dan setengah malu.
Ciuman pertamanya!
GC Orang Iseng 19
Seolah tak peduli pada kerumunan, atau mungkin
lupa sedang menjadi pusat perhatian, Prisil menurunkan
tangannya ke pinggang. Ia mengambil dua langkah ke
depan dan mendongak dengan mata melotot ke Bagas. Lo
yang salah! Lo yang marah! Padahal lo berutang maaf
sama gue!
GC Orang Iseng 20
Namun saat itu, lima tahun lalu, samar-samar Prisil
juga sempat mendengar—entah itu hanya khayalannya
atau kenyataan—Bagas berkata tepat saat ia berbalik
sebelum pergi mengikuti Noni. Bukan cuma lo yang
kehilangan, jadi kita impas.
GC Orang Iseng 21
BAB 2
GC Orang Iseng 22
wisuda. Tetapi, ditolak. Nara bilang, dia belum bisa
melupakan Agra dan tak ingin menjadikan Bagas pelarian.
GC Orang Iseng 23
dan hari raya. Lalu selalu dibanding-bandingkan dengan
Agra yang sudah berbuntut dua. Empat kalau dihitung
seluruhnya dengan dua anak yang meninggal.
Ada.
GC Orang Iseng 24
Prisil yang tak mengerti obrolan dua makhluk itu
hanya melirik sekilas dan lewat begitu saja, langsung
menuju dapur dengan tentengan yang dibawanya.
Apa bedanya?
GC Orang Iseng 25
Ya pokoknya beda! Gue sama Prisil? Ya ampun,
ngebayangin aja ngeri!
GC Orang Iseng 26
Bagas juga ingin merasakan yang seperti itu.
Memiliki seseorang untuk disayang. Keluarga untuk
dijaga. Dan rumah yang selalu membuatnya ingin cepat
pulang. Kediaman yang sesungguhnya. Seperti rumah
Agra dan Binar.
GC Orang Iseng 27
Menyandarkan bahu pada dinding, Bagas
menaikkan satu alis dan bertanya. Nyari apaan lo? Nggak
ada ceceran receh di sini.
GC Orang Iseng 28
Jarum pentul gue ilang, sungut Prisil sambil
cemberut.
Cemberut.
GC Orang Iseng 29
mendengus. Ngapain gue bantuin lo nyaris jarum pentul?
Kagak ada kerjaan banget.
GC Orang Iseng 30
Mencebik, Prisil mendelik. Lo cowok, mana paham!
Menghentakkan kaki, Prisil mulai melangkah ke depan,
barangkali hendak pergi dan menyerah mencari.
GC Orang Iseng 31
tapi tampak asri dan menyenangkan. Hampir semua sudah
bersiap untuk melakukan salat berjamaah dipimpin Bayu.
Bianita dan Binar yang kedatangan tamu bulanan, tidak
bisa ikut salat.
GC Orang Iseng 32
Ada apa dengan Prisil sore ini?
GC Orang Iseng 33
Ia pasti bercanda sampai menyamakan diri dengan
benda, bahkan hewan kecil.
GC Orang Iseng 34
Lo suka sama Prisil? tanya Binar yang terdengar
seperti tuduhan, dengan nada lirih agar tak ada yang
mendengar. Untungnya.
GC Orang Iseng 35
Cukup, Bi! ulang Bagas, kian berang.
GC Orang Iseng 36
kebiasaan lain Prisil yang tak pernah tertinggal saat
sedang kesenangan ... memukul benda apa pun yang
berada di sekitarnya. Seperti saat ini. Dia menepuk-
nepuk meja panjang tempat mereka akan makan bersam
nanti dengan agak keras hingga beberapa gelas yang
berada di sana agak bergetar. Bagas yang melihatnya
sampai meringis, dalam hati bertanya-tanya, apa
tangannya tidak sakit?
GC Orang Iseng 37
Bagian terakhir, entah siapa yang mengatakannya.
Kalimat tersebut seolah muncul sendiri dari bagian
otaknya yang ... barangkali mulai bermasalah.
Mana mungkin!
GC Orang Iseng 38
BAB 3
GC Orang Iseng 39
Lo yakin nggak mau nginep? tanya Binar dengan
wajah khawatir. Rumah sahabatnya sudah mulai sepi
lantaran satu per satu mulai pergi setelah selesai
membantu beres-beres usai acara makan-makan yang
seru hingga beberapa jam berlalu tanpa terasa sama
sekali.
GC Orang Iseng 40
mendadak rewel lantaran terbangun tiba-tiba begitu
mendengar bunyi sambaran petir.
GC Orang Iseng 41
sebelum kemudian melarikan lirikan penuh arti pada Prisil
yang berhasil membuat perasaan gadis itu mendadak tak
enak.
GC Orang Iseng 42
Tapi, di luar hujan. Deres. Lo tega biarin cewek
pulang sendirian saat kayak gini? Pertanyaan tersebut
jelas diajukan untuk Bagas, tapi malah Prisil yang
geregetan.
GC Orang Iseng 43
Tiba di ambang pintu depan, Bagas berhenti
melangkah hanya untuk menoleh ke belakang. Pada Prisil
lebih tepatnya. Lantas bertanya, Lo nggak mau pulang?
dengan nada sarkas yang ... haruskah Bagas
mengantarnya pulang?
GC Orang Iseng 44
Melihat pertengkaran itu, yang hampir selalu
terjadi setiap kali Prisil dan Bagas berbagi udara yang
sama, rasanya sungguh melelahkan. Agra pasti salah kalau
mengira Bagas menyukai Prisil. Mereka berdua bagai air
dan minyak yang sulit sekali disatukan. Lo beneran nggak
mau dianter Bagas? Atau lo mau nunggu Agra aja? Binar
pun menyerah membujuk.
GC Orang Iseng 45
Melambaikan tangan pada Binar yang
mengantarnya sampai undakan teras, Prisil kemudian
mengegas motornya pulang, bersama hawa dingin yang
mungkin akan menemaninya sampai di rumah.
GC Orang Iseng 46
Tahu satu-satunya bantuan yang bisa didapat
tanpa harus merasa sungkan hanyalah dari rumah, Prisil
merogoh ponselnya dalam tas yang dikenakan di balik jas
hujan. Ugh, benar-benar riweh.
GC Orang Iseng 47
Bagas Samuel Suroso. Adik Binar, sahabatnya.
Dengan langkah mantap dan tangkas, ia mendekati posisi
Prisil berdiri dan berhenti tepat satu meter di depannya.
GC Orang Iseng 48
sudah sering keluar masuk bengkel. Sangat timpang bila
disandingkan dengan mobil bagus keluaran terbaru milik
Bagas. Lo butuh motor baru, komentar Bagas ringan,
seolah sama sekali tanpa beban, dan sekali lagi berhasil
membuat Prisil geram.
GC Orang Iseng 49
Bersedekap lantaran menggigil bukan karena
untuk menunjukkan gesture angkuh, Prisil berucap
dongkol. Gue butuh solusi biar motor gue bisa jalan lagi,
bukan kritikan dari lo.
GC Orang Iseng 50
Ini. Prisil menunjuk ke atas, pada payungnya, yang
Bagas tanggapi dengan menatap gadis itu seolah Prisil
tumbuh tanduk lima di atas kepalanya.
Begitukah?
GC Orang Iseng 51
Emang lo bisa benerin motor? Harga diri Prisil
yang terluka tidak bisa dengan begitu mudah menerima
bantuan tak jelas lelaki itu.
GC Orang Iseng 52
Alih-alih membuat terlihat buruk, Bagas justru
tampak makin maskulin dan menarik dengan noda hitam
di dahinya.
"Menurut lo?!"
GC Orang Iseng 53
Bagas mendesis seraya menarik napas panjang.
Barangkali merasa percuma berbicara dengan Prisil. Yang
ada ia hanya akan kesal sendiri. Jadi, ia tak menjawab
pertanyaan bodoh itu, dan hanya menjelaskan kesalahan
pada motor si gadis ini. Motor lo mengalami overheat.
Businya juga harus diganti, dan filternya kotor sekali, di
akhir kalimat, Bagas menatap Prisil penuh tuduhan, tapi
yang ditatap sama sekali tidak peka.
GC Orang Iseng 54
Hasil nembak?
GC Orang Iseng 55
Nodanya makin ke mana-mana. Tangan lo kotor.
GC Orang Iseng 56
menghipnotisnya. Membuat ia hanya bisa terdiam.
Kehilangan napas, dan—
—kenapa ia deg-degan?
GC Orang Iseng 57
BAB 4
GC Orang Iseng 58
Ugh!
GC Orang Iseng 59
Udah bersih, katanya begitu selesai mengusap
bagian sebelah atas dekat alis kanan Bagas seraya
menurunkan tumitnya dan mengambil satu langkah
mundur, menjauh dari perlindungan payung hitam yang
Bagas pakai. Omong-omong, makasih atas bantuan lo. Lo
boleh pulang sekarang.
GC Orang Iseng 60
Bokap lo udah tua, Pris. Dan sekarang hujan. Lo
mau dia kebasahan ke sini cuma buat jemput lo? Pikirkan
kesehatannya.
GC Orang Iseng 61
berkomunikasi sebagai penerima anugerah pemilik mulut
paling menyebalkan di bumi. Sungguh!
GC Orang Iseng 62
yang ... luar biasa ini, merupakan ujian teramat berat. Lo
emang nggak minta, tapi gue punya nurani, balas Bagas di
antara giginya yang bergemeretak saking jengkelnya.
Lo yakin?
Yakin!
Lo nggak takut?
GC Orang Iseng 63
selimut ketimbang gangguin gue yang sama sekali nggak
menarik.
Pergi aja!
GC Orang Iseng 64
Kenapa ia harus repot-repot membantu seseorang
yang sama sekali tidak butuh?
GC Orang Iseng 65
Tanpa permisi, ia menarik lengan gadis itu yang
masih berlapis jas hujan, menyeretnya paksa menuju sisi
bangku sebelah kemudi. Membukakan pintu. Lantas
mendorongnya masuk. Mengabaikan Prisil yang meronta
dan menjerit-jerit minta dilepaskan.
Jam segini?
GC Orang Iseng 66
Prisil mendelik mendengar pernyataan sarkastis
itu. Ia berpaling muka ke samping, menolak menatap
Bagas.
Beneran?
GC Orang Iseng 67
Lo punya kantong kresek? tanya Prisil kemudian
sambil memangku gulungan jas hujan yang terus-terusan
meneteskan air.
Nggak ada.
GC Orang Iseng 68
agar tidak mengganggu konsentrasi adik Binar selama
mengemudi, mengingat hujan deras membuat jarak
pandang terbatas. Bagas juga tidak mengajaknya
mengobrol. Jadi Prisil hanya diam. Ia bahkan tak
mengatakan apa pun soal suhu di mobil yang terlalu
dingin.
GC Orang Iseng 69
Semalam beliau sudah lelap saat Prisil tiba di
rumah. Deo yang membukakan pintu dan mengadukan
fakta tersebut pada Mama.
GC Orang Iseng 70
tentang ini lagi. Karena ujung-ujungnya, Prisil tahu ke
mana arah pembicaraan ini.
GC Orang Iseng 71
kembali tidur dengan harapan saat bangun nanti
demamnya sudah pergi.
GC Orang Iseng 72
batuk sisa hujan kemarin. "Gratis kali, Pa. Bagas kan
adiknya Binar. Temen Sisil."
Dasar menyebalkan!
GC Orang Iseng 73
BAB 5
Gas?
GC Orang Iseng 74
Makhluk di seberang saluran ini, entah siapa pun
itu sepertinya hanya manusia kurang kerjaan yang luar
biasa memiliki waktu luang. Apa pun enis kepentingannya
pada Bagas, sepertinya memang tak sepenting itu.
Prisil.
GC Orang Iseng 75
Dan mengingatnya hanya membuat ia jengkel.
Jengkel pada sang pemilik nama, juga dirinya sendiri.
Siapa?
GC Orang Iseng 76
bergentayangan dalam mimpi, kini dia bahkan mengejar
Bagas melalui pesan.
GC Orang Iseng 77
Yang lebih cantik.
Sedangkan Prisila?
GC Orang Iseng 78
cukup pintar saja. Sudah! Apakah semustahil itu
mendapartkannya?
GC Orang Iseng 79
menolak perintah otak?! Cikal bakal kekacauan yang lebih
besar!
GC Orang Iseng 80
Membaca balasan itu, tanpa sadar Bagas tertawa.
Malih, katanya? Bagas terpingkal-pingkal sampai
mendongak demi menghapus setitik bening yang menetes
dari ujung matanya.
GC Orang Iseng 81
Bagas: Kalau gue maksud malak lo, nggak mungkin
gue berniat kasih gratis, kan? Lo aja yang ngeyel dan mau
bayar.
Bagas: Ya beda.
GC Orang Iseng 82
Bagas sama sekali tak bisa menyangkal. Dia
memang ingin Prisil muncul d hadapannya. Meski tahu,
mereka hanya akan cekcok lagi. Bertengkar seperti
anjing dan kucing yang nyaris tak pernah akur.
Bagas: OTW?
GC Orang Iseng 83
Pengacau: Lagian gue juga udah mandi kemarin.
GC Orang Iseng 84
Meyakinkan diri bahwa hal sepele semacam ini
sama sekali tidak berbahaya dan tak akan
menenggelamkan dirinya lebih jauh, ia pun mengirim
lokasi bengkelnya pada kontak Prisila.
GC Orang Iseng 85
yang kedua sisinya diikat di depan perut membentuk
simpul sederhana. Dompet ponsel bertali terkalung di
lehernya.
Serius lah.
GC Orang Iseng 86
Nggak mau ngobrol dulu? Lo mau langsung bayar?
Setelah jauh-jauh ke sini?
GC Orang Iseng 87
Mendesah jengkel, Prisil melipat tangan di depan
dada. Jangan mulai, deh, Gas. Gue lagi males main tarik
urat sama lo. Jadi, mana nota tagihannya! Ia mangulurkan
satu tangan, ditegadahkan di depan hidung Bagas.
GC Orang Iseng 88
habis pikir dan menyangka Bagas sedang berusaha
mengerjainya. Lagi. Kalau benar demikian, Bagas benar-
benar keterlaluan.
GC Orang Iseng 89
Namun apa yang kini ia dapat? Sifat menyebalkan
Bagas, alih-alih nota tagihan. Siapa yang tidak akan kesal
diperlakukan begini?
GC Orang Iseng 90
Gue emang khawatir. Prisil menggeleng tak
percaya. Bagas, khawatir padanya? Kalau memang benar,
pasti dunia sedang tidak baik-baik saja. Kalau gue nggak
kenal lo, gue beneran bakal ngira lo suka sama gue. Sikap
lo hari ini aneh tahu nggak sih?
GC Orang Iseng 91
"Gas." Prisil membasahi bibir bawahnya. Is
meringis sambil menggigit bibir. Pipinya yang pucat
sedikit merona begitu menatap sekeliling dan ikut
tersadar bahwa mereka sedang menjadi bahan tontonan.
"Menurut gue, kayaknya yang sakit itu lo. Mungkin efek
hujan kemarin. Gue yakin lo butuh diperiksa," ujarnya
pelan.
"Bukan gitu."
"Lantas?"
"Kenapa?"
GC Orang Iseng 92
"Lo bikin malu kita berdua!" Prisil setengah
berbisik sambil menutup sebagian wajahnya dengan
tangan, yang sama sekali percuma. Semoga saja tidak ada
yang merekam dan menyebarkannya di sosial media. Ini
benar-benar memalukan.
"Gimana apanya?"
GC Orang Iseng 93
"Ya, gue harus gimana?"
GC Orang Iseng 94
Lalu seketika, secara serempak, hampir semua
penonton mereka bertepuk tangan dan menyuruh Prisil
menerima.
"Iya."
"Kepastian?"
"Tentang?"
GC Orang Iseng 95
"Gue nggak tahu."
"Kalau nggak?"
"Nggak."
GC Orang Iseng 96
"Kalau gitu ya udah."
"Terserah."
"Terserah gimana?"
"Ya, gitu."
"Gitu, apa?"
"Berarti lo bersedia?"
"Bisa dibilang."
GC Orang Iseng 97
linglung, yang Bagas terima begitu saja dan masukkan ke
saku.
GC Orang Iseng 98
BAB 6
GC Orang Iseng 99
Tatapannya masih lurus, sama sekali tak meninggalkan
Bagas. Berusaha menelisiknya. Prisil, eh?
Bagas: Oh.
Kapan?
Rumit gimana?
Pacaran?
Kenapa?
Kalian?
Prisil?
Pak Rasyid?
Selesai.
Sial.
Pernikahan?
Dam—
Dekat.
Menepati janji.
Mungkin.
Prisil?
Pris!
Lo yang mulai!
Gimana apanya?
Terserah!
Lo nggak mau?
Tapi?
Bagaaasss ...!
TAMAT
Grrr...!
Apa lagi?
Terus gimana?
Ekstra Part 2
Mau ke klinik?