html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pilih Siapa
Satu
Cinta sering kali menyusahkan. Iya, kalimat itu cocok untuk dipakai
menggambarkan situasi yang sedang aku hadapi sekarang.
Penampilanku yang cerah maksimal saat keluar dari rumah pasti sudah
berubah masam saat memandang sebal pada cinta dalam hidupku di
hadapanku ini sekarang.
Mengapa... mengapa dia harus memilih saat ini untuk merajuk? Demi
Tuhan, ini baru pukul 8 pagi. Semua makhluk di dunia seharusnya
senang menyambut pagi. Ayam berkokok, burung berkicau, daun-daun
berpelukan manja dengan embun, angin berembus sepoi-sepoi, aroma
ma—
Bisnis idealis yang didirikan tidak mengikuti selera pasar butuh waktu
untuk berkembang. Dan begitu berkembang, kami butuh dana yang
tidak sedikit untuk membeli bahan baku kelas premium yang menjadi
sasaran pasar kami. Karena itu kesempatan mendapatkan investor
tidak bisa disia-siakan. Sayang sekali belahan jiwaku tampaknya
berniat menyabotase kesempatanku untuk maju.
memang jagonya memersuasi orang. Aku dan Widi kan lebih banyak
kerja di belakang meja dan mengawasi tukang. Karena itu kamu yang
kebagian tugas dandan maksimal untuk bikin investor kayak Bu Joyo
mau menghamburkan uang untuk kita. Aku sudah bilang jutaan kali,
putusin si John Wick. Terus bareng dia lebih banyak mudarat daripada
manfaatnya untuk usaha kita."
Aku menatap John Wick yang diam seribu bahasa. Ah, dia benar-benar
tampan. Setiap kali melihatnya, aku langsung tahu alasanku jatuh
cinta.
"Aku nggak bisa putus sama dia, Sal. Kamu tahu gimana sejarah kami.
Aku nangis beneran selama seminggu, dan terus pura-pura nangis
selama 3 minggu berikutnya supaya almarhum ayahku merestui
hubungan kami."
"Kalau gitu jangan ngeluh. Aku nggak mau tahu gimana caranya, tapi
kamu harus sudah ada di kantor sebelum Bu Joyo datang. Aku telanjur
pakai jin belel yang sobek-sobek. Bu Joyo pasti langsung balik badan
kalau aku yang sambut. Dan kamu juga pasti nggak mau Widi yang
berhadapan dengan Bu Joyo. Desainnya luar biasa, sama persis dengan
lemotnya yang nauzubillah. Brand kita langsung kelihatan nggak
kompeten kalau dia yang maju." Hubungan telepon ditutup begitu saja.
Aku mendesah dan mengalihkan tatapan sebal pada John Wick. "Cinta
itu seharusnya memberi dan menerima. Kenapa kamu sulit sekali
mengadopsi konsep sesederhana itu sih? Kurang sayang apa lagi aku
sama kamu, coba? Aku udah hidup seperti gembel saking iritnya
karena harus ngalah sama maintenance kamu yang bikin dompetku
bocor banget. Apa aku pernah ngeluh? Nggak pernah! Harusnya kamu
lihat-lihat waktu dan tempat sebelum memutuskan ngambek kayak
gini dong. Masa depan kita berdua ditentukan pagi ini. Kalau usaha
kami bisa melesat seperti prediksi, kamu juga yang bakal aku poles
biar tambah ganteng."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
John Wick diam saja. Dasar cowok matre! Aku menendang bannya
kuat-kuat sebelum membuka pintu untuk melempar blazer.
Penampilanku pasti berantakan setelah membuka kap untuk mengutak-
atik mesin. Seharusnya aku tidak menjalin cinta dengan mobil
bermesin tua, bagaimanapun keren penampilan luarnya.
Aku menamai Ford Mustang Shelby G.T 500 ini dengan nama John
Wick karena itulah mobil yang dikemudikan Keanu Reeves di film
John Wick. Tapi jangan bayangkan Mustang Shelby milik Andre
Taulany atau Sean Gelael.
"Punya anak tunggal perempuan yang gila sama mobil tua ternyata
bisa merusak mata pencaharian," omel Ayah waktu itu. "Seharusnya
Ayah nggak terlalu sering ngajak kamu ikut main ke bengkel nemenin
Ayah kerja."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kamu menyusahkan hidup sendiri. Jual John Wick, ganti dengan Jazz
aja." Salwa mengikutiku ke wastafel. "Dengar-dengar, kalau udah
dimodif, John Wick bisa laku miliaran lho."
Aku mendelik. "Kamu pikir aku tipe orang yang mau menukar cinta
dengan uang?"
"Cintamu bukan hanya ngabisin duit, Mbar. Dia juga sering bikin malu
kamu di jalan raya." Salwa menuang sabun banyak-banyak di
tanganku. "Sekarang aja dia hampir membuat kita kehilangan investor
kalau kamu telat datang. Bagian dalam kuku kamu masih item tuh."
"Tunggu, aku suruh tukang beli sabun colek dulu. Penampilan kamu
adalah gambaran brand kita." Persis ketika Salwa berteriak, Dua buah
mobil berhenti di depan kantor. Pasti Bu Joyo. Tidak semua orang
Surabaya berkeliaran dengan Mercedes Benz tipe terbaru. "Setelah
salaman, tangan kamu dikepal aja terus." Salwa menyengir setelah
melempar ide konyol itu.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Kali ini aku kurang beruntung. Abimana jelas melihat kukuku yang
hitam. Bukan itu saja, dia otomatis membolak-balik tangannya untuk
menyakinkan noda oli di kukuku tidak menular di telapak tangannya
yang mulus. Sialan!
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Dua
Bu Joyo dan rombongannya tidak tinggal lama. Syukurlah kukuku
yang hitam tidak memengaruhi rencana investasi beliau. Bu Joyo
tampak gembira saat melihat desain, brosur, dan barang yang
dipamerkan di showroom mungil kami. Beliau juga antusias berdialog
dengan para tukang.
"Semoga 2 tahun depan John Wick bisa punya mesin baru yang
garang!" aku mengucap doa keras-keras.
"Percuma body mengilap kalau mesinnya uzur, Mbar. Sama aja dengan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
laki-laki ganteng tapi kere. Biaya hidupnya kita yang nanggung. Aku
sih ogah."
"Aku juga ogah menanggung biaya hidup laki-laki. John Wick beda."
"Aku mau brunch yang berat. Kuenya nanti dioper ke tukang aja. Aku
nggak mau diabetes di usia muda. Kamu juga harus menjaga konsumsi
gula. Ayah kamu dulu DM, kan?"
"Kita harus jaga konsumsi gula, tapi tukang kita nggak masalah kalau
diabetes?" Cara berpikir sahabatku ini memang aneh.
Salwa terkekeh. "Nggak gitu juga kali, Mbar. Gado-gado atau rawon?"
Tawa Salwa meledak lagi. "Kamu sadar nggak sih kalau tadi si
Abimana Ganteng terus lihatin kuku kamu waktu kamu menyuap
brownies. Dia pasti mikir kalau kamu itu jorok banget. Wajah sih
mulus, cantik, eh, jari-jarinya najisun banget."
Aku langsung cemberut. "Untung yang punya duit itu Bu Joyo, bukan
dia. Kalau dia, aku yakin si Abimana langsung menolak berinventasi.
Tipe laki-laki kayak gitu kan kebaca banget. Untuk inves pun harus
cari partner yang kinclong-kinclong. Yang kukunya semeter dengan
nail art yang aneh-aneh."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Belum tentu juga gitu sih, Mbar. Dan jangan nyalahin dia karena
kekacauan yang dibikin John Wick. Aku bilang juga apa, jual aja. Beli
mobil baru, sisanya bisa buat inves di kantor kita biar usaha kita makin
gede."
"Isi kepala kamu itu duit semua," omelku. "Ada hal-hal yang nggak
bisa ditukar dengan duit, tahu!"
"Jelas bukan John Wick. Dia bisa banget ditukar jadi duit. Kalau kamu
beneran cinta dia, foto dia, Mbar. Bikinin bingkai yang keren untuk
kamu pandangin saat kangen. Setelah itu lego sama penawar tertinggi.
Mobil baru bikin jari-jari kamu kelihatan menakjubkan. Abimana tadi
pasti mikir kamu masak pakai kayu bakar dan harus menggosok panci
sebelum ke kantor."
"Kamu pikir jadi artis itu modal tampang doang?" Ada-ada saja.
"Komposisi jadi artis itu adalah 99 persen tampang, Mbar," ujar Salwa
yakin. "Bakat hanya perlu 1 persen aja. Bisa diusahain. Aktor kita
yang beneran natural itu bisa dihitung dengan jari. Sisanya dipaksakan
dengan rumus 99 banding1 persen tadi."
"Siapa yang bisa jadi artis?" Widi yang baru datang, membanting tas
besarnya di atas meja.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku berdecak. "Investor baru kita, Widi. Kamu pasti lupa ada jadwal
kunjungan investor sampai baru datang kantor jam segini."
Widi terkikik. "Ooh... Bu Joyo yang itu toh. Aku nggak lupa, Mbar.
Memang sengaja nggak datang, takutnya aku merusak suasana kalau
tiba-tiba nge-joke, dan joke-nya nggak masuk. Selera humor orang kan
beda-beda."
"Selera humor kamu sendiri tuh yang beda," sambut Salwa. "Ambar
dan aku mau pesan makanan. Kamu mau makan apa, biar sekalian?"
"Aku mau sate, eh jangan sate deh. Masa pagi-pagi udah mau makan
sate aja. Soto kayaknya enak. Eh, tapi tadi aku udah sarapan nasi
goreng sih. Masih kenyang. Ehm... salad aja kali ya?" Widi balik
bertanya.
"Mana aku tahu kamu mau makan apa, Wid!" Salwa langsung
berteriak. "Kalau tahu, ngapain nanya. Nanya sama kamu itu bikin urat
leher makin gede."
Widi tertawa lagi. "Ah, aku tahu mau makan apa!" Dia mengacungkan
telunjuk. "Pisang goreng! Eh, tapi kan lemaknya tinggi ya? Nggak jadi
deh. Aku bikin teh tawar aja di pantri." Widi melenggang ke bagian
belakang kantor.
"Cicaknya nggak akan mati kok," katanya membela diri saat diomeli
Salwa. "Nanti juga tumbuh ekor yang baru."
Aku baru saja hendak meninggalkan Salwa dan menuju meja kerjaku,
ketika melihat mobil Pandu berhenti tepat di sebelah John Wick. Aku
tadi menghubunginya saat John Wick ngadat di jalan.
Aku tertawa. "Kayaknya hanya Widi yang nggak pernah tertarik sama
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pandu."
"Kamu nggak harus datang sekarang. Tadi aku kan sudah bilang kalau
John Wick udah bisa nyala lagi."
"Aku bawa dia ke bengkel dulu ya," Pandu menjawab tanpa menoleh.
"Hari ini kamu keliling pakai mobilku saja."
"Bengkel Ayah lumayan besar, tapi gajinya tetap saja nggak sebesar
kalau kamu kerja di perusahaan asing, atau BUMN."
"Uang banyak kalau nggak enjoy juga nggak ada gunanya kan, Mbar?"
jawabnya enteng.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sejak itu aku tidak pernah lagi membahas soal pekerjaan bonafid
dengan Pandu. Dia toh memang terlihat senang-senang saja mengelola
bengkel. Apalagi hubungannya dengan almarhum Ayah sangat dekat.
Dia sudah dianggap sebagai anak laki-laki yang tidak dimiliki Ayah.
Aku tidak heran dan tak menolak saat Ayah memberitahu jika dia
mewariskan bengkel itu kepada Pandu dan aku. Pembagiannya 50:50,
dengan Pandu sebagai pengelola. Kalau ada yang bisa memajukan
bengkel, tentu saja Pandu lah orangnya. Aku lumayan mengerti mesin
karena sejak kecil selalu bermain di bengkel, tetapi tidak berniat
mengurus bengkel sekaligus toko onderdil kendaraan itu.
"Standar laki-laki dan perempuan untuk urusan kuku kan beda, Mbar.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Laki-laki kalau tangannya kotor dan kasar itu pertanda dia pekerja
keras. Kalau perempuan, itu artinya dia nggak bisa merawat diri."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tiga
Kelemahanku sebagai perempuan adalah aku sulit melupakan kesan
jelek seseorang terhadap diriku. Meskipun lumayan bisa mengatasi
mesin mobil yang ngadat dan cinta mati pada John Wick, aku bukan
perempuan yang berkeliling memamerkan kuku bernoda oli. Aku
merawat diri. Abimana hanya salah waktu saja saat berkenalan
denganku.
Jadi ya, aku sudah bersiap ketika akhirnya laki-laki halus, mulus,
kinclong, keset, ganteng, trendi, dan pemuja kesempurnaan fisik itu
(aku belum kenal dia, tapi kalau menilai caranya melihat kuku
hitamku, seharusnya dia memang mengagungkan fisik, kan?)
menghubungi untuk menandatangani MoU.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Cincin kamu nggak baru kan, Mbar?" celutuk Widi. "Kok masih
dipamer aja?"
Mereka mau datang setiap hari juga aku tidak masalah. Uang yang
ditanamkan Bu Joyo sangat besar, tentu saja pihak mereka harus yakin
kami bisa mengelolanya dengan baik demi keuntungan bersama.
"Bapak atau staf Bapak bisa datang kapan saja." Aku langsung
melupakan rencana bersikap lebay to the max. Kalau Abimana adalah
orang kepercayaan Bu Joyo, laki-laki ini pasti lebih suka berurusan
dengan perempuan rasional yang tidak baperan soal kuku.
Salwa dan Pandu benar, aku tidak mungkin berharap semua orang tahu
dan maklum mengapa kukuku terlihat menyeramkan. Konyol sekali
mengharapkan penghargaan dari seseorang yang belum mengenalku.
Orang seperti Abimana pasti butuh waktu untuk mengakui kalau
kemampuanku menjalankan usaha tidak bisa dinilai dari kuku yang
bernoda oli. Kesan pertamanya padaku tidak bagus, sama seperti kesan
pertamaku kepadanya. Anggap saja kami impas.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku, Widi, dan Salwa menuju lift yang tidak jauh dari ruangan
Abimana.
"Sorry deh." Aku tidak membela diri karena tahu salah telah bersikap
tidak profesional di saat-saat paling krusial.
"Cincin kamu beneran udah lama kan, Mbar?" Widi ikut dalam
percakapan.
"Iya, aku kan sudah minta maaf. Nggak usah dibahas lagi deh. Aku
pasti bisa memperbaiki hubungan dengan Abimana. Kamu kan yang
bilang kalau aku bisa memersuasi orang? Hanya butuh waktu, dia pasti
tahu kita kompeten. Aku nggak akan bersikap seperti tadi lagi."
"Aku yakin Abimana nggak akan tertarik dengan cincin kamu, Mbar,"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Ini nggak ada hubungannya dengan cincin, Wid!" sentak Salwa yang
masih jengkel padaku.
"Ya Tuhan, kenapa aku harus terjebak di antara perempuan lemot dan
lebay sih?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Empat
Hari ini adalah hari ke-2 dari pameran yang kami ikuti. Pamerannya
diselenggarakan oleh kementrian perindustrian dan berskala
internasional. Kami sudah membagi cukup banyak brosur pada para
calon pembeli potensial. Kami tidak punya cukup ruang untuk
membawa banyak contoh furnitur jadi, jadi memang mengandalkan
brosur. Kami akan mengarahkan calon pembeli ke kantor kalau
mereka ingin melihat contoh barang dalam brosur yang tidak kami
pamerkan.
Aku meraih salah satu brosur. "Kalau brosur yang sudah kita bagikan
bisa dijadikan patokan untuk menghitung jumlah calon pelanggan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kali ini kamu harus bersikap normal, layaknya orang waras lain di
muka bumi. Nggak boleh ada adegan pamer jari dan kuku lagi."
Meja itu didesain Widi. "Kami sudah menerima banyak pesanan untuk
coffee table ini, Bu." Aku melebarkan tangan ke arah kursi. "Oh ya,
silakan duduk, Bu."
"Kursi itu lumayan banyak yang suka," kataku pada Abimana yang
mengamati kursi teras.
"Stool ini juga terlalu murah." Abimana beralih ke barang lain. "Di
tempat lain jauh lebih mahal, padahal desain dan kualitas barangnya
nggak sebagus produk kalian. Memang sih brand mereka sudah lebih
terkenal. Tapi saya yakin, dengan promosi yang tepat, kalian bisa
mengejar ketinggalan soal branding itu dengan cepat. Kualitas kalau
nggak dibarengi dengan promosi, nggak akan mencapai hasil yang
diinginkan dengan cepat. Sudah punya rekanan yang meng-handle
promosi?"
"Nanti bisa kami fasilitasi dengan biro iklan. Jangan kaget dengan
budget-nya ya. Biaya promosi memang akan menghabiskan lumayan
banyak uang, tapi nggak bisa dihindari untuk membangun brand.
Karena itulah kalian harus membuat penyesuaian harga. Perhitungkan
biaya promosinya."
daripada sebelumnya."
Aku meringis. "Setelah obrolan tadi, aku akan melupakan pernah sakit
hati padanya karena masalah kuku."
"Dia bilang apa?" Salwa memang tidak akan menangkap obrolan kami
karena fokus dengan Bu Joyo.
"Banyak. Intinya soal promo untuk membangun brand kita biar lebih
cepat dikenal. Otaknya ternyata lebih besar daripada yang aku pikir."
"Ukuran otak orang ganteng itu nggak harus minimalis, Mbar." Salwa
mengedip. "Dia belum pakai cincin."
Aku berdecak. "Aku hanya bilang dia pintar. Itu pujian tulus, bukan
karena aku tertarik. Aku nggak mungkin tertarik pada laki-laki yang
baru beberapa kali aku temui."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Lima
Pandu muncul tidak lama setelah Bu Joyo dan Abimana pergi.
"Tahu aja aku lapar banget." Aku mengendus kantung yang dibawa
Pandu. "Kok ada 3 sih?" Aku mengeluarkan dan meletakkan kotak-
kotak makanan itu di atas meja.
"Bukannya kalian tiga serangkai? Ntar kalau aku cuman bawa satu,
buat kamu saja, aku bakal dikatain pelit sama Salwa dan Widi." Pandu
menoleh kepada Salwa. "Iya kan, Sal?"
"Widi lagi jaga kantor." Salwa menarik kursi. Dia membuka kotak
makanan. "Wah, kwetiau. Tenang aja, aku bisa makan 2 porsi kok.
Jatah Widi biar aku yang habisin."
Aku ikut duduk. "Kalau porsinya kecil gini, aku juga bisa habis 2 porsi
sih." Aku mengaduk-aduk isi kotak sebelum menyuap. "Dari bengkel
langsung ke sini?" tanyaku pada Pandu.
"Aku ninggalin bengkel dari siang sih. Tadi ketemu sama pemilik
mobil klasik. Dia mau modif mobilnya."
"Mobil apa?" Aku selalu bersemangat saat diajak bicara soal mobil
klasik
"Lain kali nggak usah cerita soal modif mobil klasik sama Ambar,"
kata Salwa di sela-sela suapan. "Dia hanya akan makin semangat kerja
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"John Wick hanya butuh nyawa baru. Kalau mesinnya udah diganti,
dia nggak akan mogok lagi."Aku siap berdebat dengan siapa saja kalau
menyangkut John Wick.
"Daripada fokus sama John Wick, lebih baik kamu cari cara untuk
untuk deketin Abimana tuh. Dia lebih cocok jadi cinta sejati daripada
si John Wick karatan itu."
"Memang ganteng dan pintar," aku mengakui. "Tapi bukan tipeku, dan
aku yakin dia juga nggak suka perempuan seperti aku."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Eh, jangan salah, pasangan itu memang seperti sepatu. Harus cari
yang nyaman. Sepatu yang nggak nyaman dan nggak pas ukurannya
meskipun bagus, bisa bikin betis tegang, atau malah tumit lecet. Kaki
yang sakit berpengaruh pada mood, dan bikin senewen. Ujung-
ujungnya pasti nggak bahagia."
"Itu analogi yang bagus," kata Pandu. "Aku suka sepatu yang
nyaman."
"Deketin nggak mesti agresif kok, Mbar," sambar Salwa lagi. "Pakai
cara halus yang elegan dong."
Aku menggeleng. "Aku suka tipe yang easy going. Abimana kelihatan
serius gitu. Senyumnya aja mahal banget. Dia pasti nggak tahu kalau
senyum itu lumbung pahala."
"Ya, nggak cengengesan juga sih. Tapi bersikap ramah nggak ada
salahnya, kan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku berdecak. "Obrolan kami tadi lumayan panjang, tapi aku nggak
ingat lihat dia senyum."
Pandu tidak tinggal lama di booth kami. Dia segera pamit setelah
menerima telepon.
"Lebih baik lupakan dia dan fokus pada Abimana," kata Salwa begitu
Pandu pergi.
"Akui saja kalau Pandu bukan sekadar cinta monyet untuk kamu,
Mbar. Dalam hati kamu masih mengharapkannya. Itu sebabnya kisah
cinta yang berusaha kamu bangun nggak pernah ada yang berhasil.
Karena kamu selalu membandingkan mantan-mantan kamu dengan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pandu. Dan dalam pikiran kamu, mereka nggak ada yang bisa
mengalahkan Pandu."
Aku terdiam. Benarkan aku seperti itu? Rasanya tidak. Sudah lama
aku menerima kenyataan kalau Pandu memang tidak tertarik padaku.
Baginya, aku hanyalah anak dari bosnya. Atau sahabat. Atau malah
adik. Tidak lebih daripada itu.
Aku pacaran dengan orang lain karena aku juga tertarik pada orang itu,
bukan semata sebagai pelarian. Iya, kalau mau jujur, perasaan tertarik
itu memang tidak sebesar yang aku rasakan pada Pandu, tetapi tertarik
ya tetap saja adalah perasaan suka yang aku pikir harus aku tindak
lanjuti. Perkara hubungan itu akhirnya gagal, itu karena
ketidakcocokan yang kami temukan di tengah jalan, bukan karena
Pandu.
"Kamu lihat reaksi Pandu saat aku nyebut-nyebut Abimana tadi, kan?"
Salwa melanjutkan saat aku masih diam. "Nggak ada tanda-tanda
kalau dia cemburu karena kamu akan mendekati orang lain. Itu artinya
jelas banget kalau dia sama sekali nggak tertarik sama kamu, Mbar.
Tadi itu aku udah usaha banget lho untuk manas-manasin dia."
"Aku sudah tahu sejak dulu kalau dia nggak tertarik padaku," aku
akhirnya menemukan suara lagi. "Nggak usah bahas itu lagi sekarang."
"Mengharapkan hal yang nggak pasti itu bikin sakit hati sih." Salwa
mengusap lenganku. "Aku memang sengaja menyebut-nyebut
Abimana untuk melihat reaksi Pandu, tapi nggak ada salahnya kalau
kamu beneran deketin Abimana. Karakternya jelas beda dengan
Pandu, tapi itu bikin dia jadi orang yang tepat supaya kamu terbebas
dari pengaruh Pandu. Aku nggak tahu apa kamu sadar atau enggak,
tapi mantan kamu kan mirip-mirip Pandu yang easy going."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Atau aku salah? Apakah Salwa benar bahwa dalam hati terdalam aku
sebenarnya masih mengharapkan Pandu? Astaga, jangan sampai dia
menyadarinya. Itu akan sangat memalukan!
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Enam
Rasanya manuawi sih merasa sedikit iri saat melihat satu per satu
teman-temanku akhirnya menemukan belahan jiwa, sedangkan aku
belum menemukan lagi orang yang bisa membuatku memikirkan
padu-padan pakaian atau makeup yang menampilkan hasil akhir no
makeup look yang membuatku terlihat cantik. Kebanyakan perempuan
seperti itu kan? Ingin tampak menawan seperti tak berdandan, padahal
proses untuk mendapatkan tampilan seperti itu lumayan makan waktu.
"Apa kabar, Pak?" menilik wajahnya sih, sudah pasti kabarnya tidak
baik-baik saja, tapi aku harus berbasa-basi, kan? Aku memamerkan
senyum lebar (semoga terlihat manis dan tulus) saat pandangan kami
bertemu.
"Mobil adik saya. Tadi sih baik-baik aja. Sekarang malah nggak mau
bunyi."
"Pantas saja adikku tadi minta tukar mobil," gerutu Abimana. "Ini
pasti bukan pertama kali mobilnya ngadat. Saya pikir dia hanya butuh
mobil yang performanya lebih bagus karena harus keluar kota. Oh ya,
terima kasih untuk bantuannya ya."
"Nggak masalah kok, Pak. Setelah terbiasa dengan John Wick yang
suka ngadat di sembarang tempat, saya selalu menawarkan bantuan
kalau lihat orang yang bermasalah dengan mobilnya." Aku mengedik.
"Solidaritas sesama korban mobil kesayangan."
Untuk pertama kalinya aku melihat tarikan bibir Abimana lebih lebar
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Seandainya saja mesin mobil Ford yang aku incar semurah itu, aku
pasti sudah melakukannya sejak dulu. "Masih harus ngumpulin
budget-nya sih." Aku menunjuk John Wick. "Saya harus balik ke
kantor sekarang."
"Maaf ya. Biasanya saya nggak menilai orang sedangkal itu. Tapi
perempuan biasanya nggak diasosiasikan dengan mesin." Abimana
tampak tidak enak hati.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Beneran nggak apa-apa, Pak." Aku jadi ingin segera pergi untuk
menghindari kecanggungan yang mungkin akan muncul. "Kalau
melihat perempuan dewasa lain yang kukunya kotor, saya juga pasti
mikir kalau dia jorok kok. Permisi, Pak." Aku melangkah mundur
menuju John Wick.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tujuh
Renovasi kantor kami akhirnya selesai. Hasilnya sangat memuaskan.
Terutama bagian showroom yang sangat memanjakan mata. Jiwa
desain Salwa tersalurkan untuk mendadaninya. Perpaduan warna, letak
ornamen, dan barang-barang yang kami pamerkan benar-benar pas.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sudah kok." Beberapa hari lalu aku mengirim berkas fisik untuk
menyusul surel yang sudah kukirim lebih dulu. Tentu saja aku tidak
main-main soal laporan kepada investor. Kami ingin kerja sama yang
langgeng dengan pemilik modal. Dan investasi jangka panjang hanya
akan terjadi kalau uang mereka kami jaga serta kembangkan dengan
baik. "Bu Joyo sendiri yang datang inspeksi?" Aku bangkit dari kursi.
yang mengambil foto, logo kalian akan terlihat juga. Jangan hanya
memasang loga dan nama brand di depan saja."
"Kami sudah memesan logo-logo itu kok, Pak." Tentu saja Salwa
sudah memikirkan hal itu. Dia lumayan detail soal interior kantor.
"Semoga bisa selesai dan dipasang dalam minggu ini." Aku
melebarkan tangan, mengarahkan Abimana ke ruang kerjaku. "Kalau
Bapak sudah selesai melihat-lihat, kita bisa bicara di dalam." Semua
data yang mungkin ingin Abimana lihat, setelah terlihat puas
mengamati fisik kantor ada di sana.
"Ada yang kurang jelas dalam dokumen laporan yang kami kirim,
Pak?" tanyaku was-was setelah mempersilakan Abimana duduk di
sofa. Biasanya inspeksi diadakan untuk mengonfirmasi data yang
diterima.
"Saya juga mau memesan sofa untuk ruang tamu, ruang tengah, dan
ruang kerja di rumah."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sebenarnya ada sih desainer interior yang sudah kerja sama dengan
arsitek dan kontraktor bangunannya. Tapi dia mengundurkan diri
karena sedang sakit. Karena tinggal memilih furnitur untuk rumah
saja, saya pikir bisa melakukannya sendiri, nggak perlu desainer
interior atau dekorator baru lagi." Abimana menoleh padaku. "Karena
partisi dan sofa-sofanya custom made, kalian bisa datang ke rumah
saya untuk mengukur, jadi hasilnya akan cocok dengan ruangan yang
ada, sehingga kesannya nggak dipaksakan masuk karena kekecilan
atau malah kebesaran, kan?"
"Tentu saja bisa, Pak," jawabku bersemangat. Aku selalu antusias saat
berhadapan dengan pelanggan yang bersiap menghamburkan banyak
uang. Kelihatannya Bu Joyo royal dalam menggaji karyawan, karena
dari cara Abimana bicara, aku bisa menangkap kalau rumah yang
sedang dia bicarakan ini cukup besar. Apalagi harga produk kami tidak
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Oke, nanti bisa hubungi saya untuk bikin janji ke rumah saya ya.
Detail konsepnya akan kita bicarakan di sana, sekalian menyesuaikan
dengan model ruangan."
"Kan cuman nanya doang, Mbar," Widi membela diri. "Pak Abimana
kan belum memakai cincin. Lagian, kalau untuk persiapan nikah,
biasanya calon istri pasti lebih suka dilibatkan untuk mendesain rumah
dan memilih perabot."
"Nanya kan nggak salah, Mbar. Lagian, dia juga nggak jawab kok.
Kalau beneran untuk persiapan nikah, aku beneran kasihan sama calon
istrinya. Masa nggak dimintain pendapat soal isi rumah? Kan
rumahnya bakal ditempatin sama-sama, jadi harus sesuai selera berdua
dong. Jadi laki-laki kok otoriter gitu sih? Kalau aku yang jadi calon
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Delapan
"Dimakan sekarang ya, mumpung masih panas." Mama meletakkan
mangkuk di atas nakas. Aroma bubur ayam yang wangi menguar
memenuhi udara. Mama lantas duduk di tepi ranjang. "Lain kali
jangan hujan-hujanan lagi. Kayak anak kecil aja!" lanjutnya
menggerutu.
"Ini memang mau sakit aja sih, Ma, bukan karena hujan-hujanan," aku
membela diri. Biasanya aku tidak pernah bermasalah dengan hujan.
Sejak kecil aku suka bermain hujan. Meskipun Mama dulu selalu
mengomel saat aku melakukannya, dia terpaksa harus menelan
kedongkolan karena aku melakukannya bersama ayah.
Ayah berpendapat bahwa anak yang terlalu steril malah akan gampang
sakit, jadi dia membiarkanku bermain kotor-kotoran di dekatnya, saat
dia sedang mengerjakan mobil pelanggan di bengkel.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
mobil tua itu, taruh aja di garasi. Mobil itu udah nggak sanggup diajak
jalan jauh. Pakai saat weekend aja biar bebannya nggak berat."
"Jangan salahin John Wick karena aku sakit, Ma. Imunku aja yang
sedang jelek." Kemarin John Wick lagi-lagi mogok di jalan. Aku tidak
mungkin menunggu sampai hujan reda untuk memeriksa mesinnya.
Alhasil aku harus hujan-hujanan memperbaikinya.
"Kalau kamu sayang uang, Mama bisa beliin kok kalau cuma MPV,"
Mama masih belum menyerah untuk menyingkirkan John Wick. "Asal
jangan minta mobil mewah aja."
Aku terkekeh. "Salah sendiri Mama nggak mau pegang uang bengkel."
"Itu kan peninggalan Ayah buat kamu, Mbar. Untuk modal usaha kamu
juga, kan? Gaji Mama masih cukup kok untuk biaya hidup kita. Ntar
kalau Mama udah pensiun, baru deh numpang hidup sama kamu kalau
gaji pensiunan nggak cukup untuk kebutuhan rumah."
"Kamu lihat-lihat mobil yang cocok untuk kamu deh," lanjut Mama.
"Atau minta Pandu yang nyariin. Dia kan punya banyak relasi dealer.
Mungkin aja dia bisa dapat diskon bagus."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Mama tersenyum. "Kalau bisa dapat yang murah, kenapa harus yang
mahal? Kalau mau hambur-hamburin duit, tunggu kamu nikah sama
konglomerat dulu." Dia kembali menyodorkan mangkuk. "Makan dan
habisin sebelum dingin. Mama harus siap-siap ke kantor. Kalau mau
makan sesuatu, bilang sama si Mbok saja. Jangan pesan makanan dari
luar dulu."
Aku menuruti perintah Mama. Aku juga tidak suka bubur dingin.
Bubur itu hakikatnya dimakan saat sedang mengepul. Setelah minum
obat, aku tidur lagi.
"Ini aku, Mbar," suara Pandu terdengar. "Si Mbok suruh aku ngecek
sendiri kamu udah bangun atau belum."
Pandu duduk di depan meja makan, menghadapi secangkir teh saat aku
turun. Dia sudah dianggap anggota keluarga. Yang steril dari
sentuhannya di rumah ini hanyalah kamar tidurku dan kamar si Mbok.
Dia sudah terbiasa keluar masuk kamar orangtuaku sejak Ayah sakit.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Meskipun badan Ayah semakin kurus saat sakit, tetapi dia masih
terlalu berat untuk aku atau Mama papah ke kamar mandi. Ayah juga
tidak mau memakai popok kalau tidak benar-benar terpaksa. Di waktu-
waktu itulah Pandu sering tinggal dan bahkan menginap di sini untuk
membantu merawat Ayah. Dia punya kamar sendiri yang hampir tidak
pernah ditempatinya lagi sejak Ayah meninggal.
Aku mengedik. "Mungkin capek aja sih. Setelah kantor disulap kayak
sekarang, pesanan jadi banyak. Pengaruh pameran juga sih. Tahu dari
mana aku tumbang?"
"Kuenya mana?"
Pandu tertawa. "Masa kuenya aku bawa ke sini lagi setelah kelihatan
Salwa dan Widi sih? Lagian, orang sakit kan nggak punya selera
makan. Ibu dan si Mbok nggak terlalu suka camilan yang gurih, ntar
malah dibuang karena nggak ada yang makan. Mubazir, kan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Iya juga sih. Aku kembali menyesap teh. Duduk berdua dengan Pandu
seperti ini membuatku kembali memikirkan kata-kata Salwa. Sialan.
Padahal setelah menganggap periode cinta monyetku usai, entah sudah
berapa ribu kali aku duduk atau jalan bersama Pandu tanpa
memikirkan perasaan tertarik lagi. Hanya sebagai kakak atau sahabat,
seperti anggapannya terhadapku. Aneh bagaimana kalimat-kalimat
Salwa membuatku mendadak merasa tidak nyaman.
"Tadi si Mbok bilang kamu demam dan pilek aja. Kok jadi komplikasi
sama bengong sih?"
"Mama nyuruh aku beli mobil baru." Aku tidak mungkin mengatakan
apa yang sebenarnya aku pikirkan, jadi memilih mengalihkan
percakapan. "Tapi aku pikir, daripada mobil baru, mending aku beli
jeroan asli untuk John Wick aja. Harganya masih sama dengan yang
terakhir kita lihat, kan?" Aku mengedik. "Iya, aku bakalan bokek habis
sih, tapi nggak mungkin punya 2 mobil juga, kan? Garasi cuman bisa
muat 2 mobil. Kalau aku beli baru, jadi 3 dengan mobil Mama.
Perawatannya juga ribet. John Wick pasti ngiri kalau dimadu.
Biasanya aku kan cuman ngelus-ngelus dia aja."
Pandu meneleng menatapku. "Tempo hari aku kan udah nawarin untuk
nambahin budget kamu untuk beli mesin baru, tapi kamu tolak.
Padahal kamu kan tahu bisa balikin duitnya kapan-kapan aja."
"Tempo hari aku masih mikir soal kantor sih. Takut butuh dana segar
siap pakai saat harus membeli bahan baku untuk menambah produksi.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sekarang udah lega karena investasi yang masuk jauh lebih besar dari
yang kami pikir. Jadi tabunganku bisa untuk mendadani belahan
jiwaku aja."
"Nggak ada makhluk hidup yang harus dikasih minum bensin dulu
baru mau bergerak, Mbar. Makanya cari pacar supaya perhatian kamu
nggak hanya ke kantor dan mobil aja."
"Kemarin sudah coba jelalatan di mal, tapi nggak ketemu yang cocok,"
kataku asal.
"Makanya nggak cocok karena aku nyari yang nggak nggak ileran saat
aku main mata." Aku mengamati Pandu, dan aku harus mengakui jika
Salwa benar tentang satu hal. Pandu peduli dan sayang padaku, tapi
hanya sebatas sahabat atau adik. Tidak lebih. Konyol sekali kalau
berharap suatu saat dia akan melihatku sebagai perempuan yang
membuatnya jatuh cinta.
***
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sembilan
"Ini beneran rumah Abimana?" Aku melihat ponselku untuk
menyakinkan kalau aku memang berhenti di lokasi yang benar.
"Kayaknya aku bakal ninggalin usaha furnitur kita dan melamar kerja
di tempat Bu Joyo aja." Salwa mendahului aku keluar dari mobil.
Tidak seperti aku, dia tampaknya yakin kami memang berada di
tempat yang tepat.
Aku mematikan mesin John Wick dan menyusul Salwa yang sudah
berdiri di depan pagar. Pintu terbuka sebelum kami memencet bel.
Kami memang tidak salah alamat karena Abimana sendiri yang
membuka pagar.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kita pasti bisa, Pak," jawab Salwa penuh semangat. Saat nadanya
terdengar riang seperti itu, aku yakin dia sementara menghitung-hitung
berapa keuntungan yang kami dapatkan dari mengisi rumah Abimana
dengan produk kami. Kalau dalam anime, bola mata Salwa pasti sudah
dipenuhi ikon dolar, dan di kepalanya berhamburan uang kertas.
"Ini proyek besar," kata Salwa padaku saat Abimana menjauh dari
kami untuk menerima telepon. "Biasanya kan pelanggan cuman nyari
barang di showroom aja. Kalau custom, paling juga satu atau dua
barang. Baru kali ini kita dipercaya ngisi rumah sebesar ini dengan
barang-barang kita. Dan hebatnya, Abimana kayaknya nggak khawatir
soal bujet. Dia beneran pelanggan impian untuk pengusaha, apalagi
kayak kita yang lagi membangun imej."
"Dia pasti sabar," jawab Salwa yakin. "Dia tahu persis sumber daya
kita, jadi sudah bisa mengira-ngira waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan semua barang yang dia pesan. Tapi kita udah nambah 3
tukang, jadi kita pasti bisa menyelesaikan pesanannya lebih cepat."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Bukan urusan kita, kan?" Aku menjawab dengan nada yang sama.
Bahaya kalau tertangkap basah menggosipkan pelanggan di sarangnya
sendiri. Kerlinganku dibalas senyum jail Salwa. Ternyata bukan aku
saja yang memikirkan soal keroyalan Bu Joyo dalam menggaji
karyawan.
Aku ikut menyengir. "Kalau Bu Joyo banting setir masuk dunia politik
dan maju dalam bursa pemilihan walikota, aku pasti nggak mikir dua
kali untuk jadi tim hore-hore beliau."
"Anggun nggak berarti nggak bisa tegas, kan? Aku yakin Bu Joyo bisa
berhasil dengan bisnisnya karena tahu cara memimpin dan
mengendalikan karyawan. Jangan tertipu penampilan luar."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
kegiatan belanja di tempat kami sebagai konten, dan hal itu ternyata
lumayan mengangkat nama Cozy Home.
"Selebgram atau artis yang namanya udah jaminan mutu tuh nggak
berkeliling minta di-endorse. Manajemen mereka duduk manis aja,
tapi tawaran endorse ngalir kayak air terjun Niagara," omel Salwa
setelah selebgram itu pergi. "Hanya selebgram abal-abal yang mondar-
mandir nawarin jasa endorse saat lihat barang bagus. Pengin punya
barang mewah, tapi nggak modal!" Salwa memang selalu sefrontal
itu.
"Sudah sehat?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
perlahan tapi pasti mulai bersinar. Aku yakin semua orang yang
memiliki usaha akan merasakan hal seperti itu.
"Baik, Pak. Kamar tidur utama dan ruang tengah akan kami
utamakan."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Wah, sudah sore banget. Kita lanjutkan lain kali ya," kata Abimana
sambil melirik pergelangan tangannya. "Yang tadi saja pasti lumayan
lama dikerjakan."
"Contoh desain tadi akan kami rapikan dan email-kan pada Bapak,"
Salwa memasukkan iPad ke tas. "Begitu Bapak setuju, pengerjaannya
akan langsung kami proses."
"Maaf karena membuat kalian tertahan lama di sini di luar jam kerja,"
ujar Abimana saat mengantar kami keluar.
"Untuk proyek sebesar ini kami sama sekali nggak keberatan, Pak,"
sambutku cepat. "Kami pemilik, bukan hanya pekerja jadi nggak
masalah kalau bekerja di luar jam kerja. Apalagi Bapak anggota tim
Bu Joyo."
Salwa mengedik. "Tentu saja nggak wajar. Dia nggak harus all out gitu
nolongnya, Mbar. Dia mau nunggu lama untuk kita nyiapin barangnya
lho. Biasanya pemilik rumah baru malah nggak sabar untuk segera
mengisi rumah. Lihat dia santai gitu, aku jadi curiga ada yang
menarik perhatiannya di tempat kita."
Salwa menggeleng. "Yang aku maksud itu bukan barang, tapi orang."
***
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sepuluh
Kami mengerahkan hampir semua tukang untuk mengerjakan furnitur
rumah Abimana setelah dia menyetujui desain yang sudah dirapikan
dan ditambahkan detail oleh Salwa dan Widi. Tetapi karena barangnya
banyak, dan pabrik furnitur bukanlah dapur restoran yang bisa
menyiapkan pesanan pelanggan dalam waktu kurang dari
setengahjam, barang-barang tersebut belum semua selesai ketika
Abimana berkunjung ke kantor kami.
"Santai saja, saya kan sudah berkali-kali bilang kalau nggak buru-
buru," katanya saat aku minta maaf sekali lagi ketika menemaninya
melihat langsung progres pengerjaan furnitur yang dipesannya.
Ranjang, sofa, beberapa meja, dan cermin sudah dalam tahap
penyelesaian akhir. Yang rumit dan lumayan makan waktu adalah
pengerjaan built in wardrobes.
"Nanti kasih tahu saja kapan siap, saya akan mengawasi sendiri
pemasangan dan pengaturan barang di rumah."
"Nggak masalah kok. Kalau sudah tahu waktunya, saya bisa membuat
penyesuaian jadwal."
"Baik, Pak." Memangnya aku bisa bilang apa lagi? Peraturan pertama
dalam dunia usaha adalah tidak boleh mendebat pelanggan. Fungsi
kami sebagai produsen adalah memberikan informasi sesopan dan
sejelas mungkin, bukan beradu argumen.
tadi keluar saat Abimana datang baru saja mengirim pesan kalau dia
sudah kembali ke kantor. Dia bisa bertemu Abimana dan membahas
furnitur pesanan laki-laki itu lebih lanjut. Seharusnya Salwa yang
menemani Abimana tur di pabrik karena dia lebih mengerti furnitur
yang didesainnya sehingga bisa memberikan penjelasan detail. Widi
ada di kantor, tetapi aku tidak berani membiarkannya bersama
Abimana. Bisa-bisa dia salah fokus dan membangun percakapan yang
melenceng dari profesionalitasnya sebagai produsen, dan lupa jika
Abimana adalah pelanggan yang tidak boleh dikorek wilayah
pribadinya.
"Saya juga belum. Tadi ada meeting di dekat sini, jadi sempatin
mampir untuk lihat progres pengerjaan barang pesanan saya. Mau
makan siang bareng?"
Aku menggaruk dahi yang tidak gatal. Abimana bukan orang asing.
Dengan statusnya sebagai investor dan pelanggan, beberapa bulan
terakhir kami lumayan sering bertemu. Frekuensi komunikasi kami
melalui telepon malah lebih sering lagi. Tapi pertemuan dan
komunikasi itu sifatnya formal karena berhubungan dengan pekerjaan.
Hanya sekali kami bertemu secara kebetulan ketika mobilnya mogok.
Jujur saja, menurutku, Abimana bukan tipe easy going yang membuat
seseorang merasa nyaman dan gampang akrab. Dia terkesan serius,
tidak banyak bicara hal yang tidak penting sehingga menimbulkan
perasaan sungkan saat berinteraksi dengannya. Percakapan kami yang
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sudah punya janji lain ya?" Abimana kembali bertanya ketika aku
tidak langsung merespons ajakannya.
Aku buru-buru menggeleng. "Enggak ada janji lain, Pak. Cuma belum
kepikiran soal makan siang saja." Aku pura-pura melihat pergelangan
tangan untuk mengecek jam, seolah benar-benar tidak tahu sekarang
pukul berapa. "Wah, memang sudah waktunya makan siang." Semoga
aktingku tidak terlalu buruk karena nada suaraku tidak terdengar
meyakinkan.
"Kita bisa makan di restoran dekat sini saja kalau kamu lagi sibuk, jadi
nggak butuh waktu lama di perjalanan."
"Bersama Salwa dan Widi juga kan, Pak?" Aku tidak mau Abimana
berpikir kalau aku menganggap ajakannya eksklusif hanya berlaku
untukku, karena ini toh usaha bersama. Kalau dia berniat mengajak
pemiliknya makan siang bersama, itu berarti dia mengajak kami
semua.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sorry deh." Tidak ada penyesalan sama sekali pada tampang dua
orang sahabat durhaka ini.
"Kamu yakin dia ngajak kita bertiga, bukan kamu aja?" tanya Salwa.
"Ngajak kita juga dong, Wa," sambut Widi. "Kalau nggak, ngapain
Ambar ngasih tahu kita?"
Salwa mengibas. "Paling juga si Ambar yang ngusulin. Dia kan selalu
buta hati sama orang yang lagi PDKT sama dia. Nggak heran
jodohnya jauh."
Widi cekikikan. "Kirain yang jauh itu Timbuktu aja. Ternyata jodoh
Ambar juga ya?"
Aku berdecak sambil memutar bola mata. "Kayak kamu udah punya
pacar aja. Cepetan, nggak enak ditungguin!"
"Jangan lupa bungkus buat kita ya, Mbar. Mumpung dibayarin," imbuh
Widi.
Aku berbalik meninggalkan kedua orang gila itu. Aku memang sedang
tidak dalam suasana hati yang bagus untuk melakukan percakapan
basa-basi, tetapi tidak punya pilihan. Jadi, mari hadapi dan bersikap
profesional.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sebelas
Restoran tempat aku dan Abimana makan siang memang tidak jauh
dari kantorku. Tempat yang belum pernah sekali pun aku dan teman-
temanku kunjungi. Entah mengapa. Mungkin karena tampak luarnya
tidak terlihat menarik. Alih-alih instagramable, restoran itu malah
terlihat seperti rumah joglo tua. Atau mungkin juga karena kaum
milenial seperti kami akan memilih makan di mal kalau sedang tidak
mengandalkan aplikasi untuk memesan makanan. Mal berarti sekalian
belanja atau sekadar cuci mata.
Kalau mau menabung, ini jelas bukan restoran yang bisa dikunjungi
setiap hari untuk makan siang. Setidaknya untukku. Bisa-bisa John
Wick gagal mendapat jantung baru dalam dua tahun ke depan, seperti
targetku. Aku tidak mungkin setega itu pada cinta dalam hidupku.
Perempuan romantis habis sepertiku lebih memilih makan nasi, garam,
kecap, dan kerupuk demi menyelamatkan belahan jiwaku. Ya mau
bagaimana lagi, aku tidak pernah setengah-setengah dalam urusan
cinta. John Wick benar-benar beruntung mendapatkan pasangan
seperti aku, yang rela kere demi dirinya.
"Beneran nggak mau pesan yang lain?" tawar Abimana saat aku
menyerahkan buku menu pada pelayan yang mencatat pesanannya.
"Empalnya enak, tapi nggak saya pesan karena lagi nggak pengin
makan daging."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku kembali menarik sudut bibir. "Nggak apa-apa, Mas." Aku tidak
mungkin memanggilnya dengan nama saja kalau dia tidak mau
dipanggil "Bapak". Kesannya tidak sopan dan sok akrab. Akrab
dengan penghubung uang Bu Joyo tidak masalah sih, perlu malah
untuk kelangsungan investasi, tapi tidak perlu berlebihan. Apalagi aku
belum kenal Abimana secara pribadi.
Seperti yang sudah aku duga, topik percakapan makan siang ini tidak
akan melenceng dari urusan pekerjaan.
"Itu karena rencana kalian dipetakan dengan baik dan realistis. Tidak
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
semua usaha yang kami bantu berhasil. Ada yang malah gulung tikar
nggak lama setelah kami suntik dana. Kebanyakan karena rencana wah
yang tidak realistis. Mereka hanya fokus pada output, tetapi sumber
daya untuk mencapai itu nggak direncanakan dengan baik. Ide,
secemerlang apa pun, nggak akan berhasil diwujudkan kalau
perencanaannya nggak matang."
Kami. Aku menangkap kata itu dengan jelas di antara kata-kata lain
dalam kalimat panjang Abimana. Dia benar-benar orang kepercayaan
Bu Joyo. Untung saja dia tidak mual dan muak dengan kelakuan
konyolku untuk membalaskan kekesalan karena pertemuan pertama
kami yang membuatku dongkol.
"Siapa bilang? Saat sedang kesal, saya bisa melakukan kekerasan pada
John Wick. Syukurlah dia mati rasa jadi nggak bisa balik ngamuk
kalau saya tendang." Aku mendadak tersadar kalau sudah menggiring
percakapan terlalu jauh dari zona nyaman Abimana, jadi aku
berdeham dan mengalihkan topik. "Gimana kabar Bu Joyo?"
Aku juga akan liburan setiap saat kalau punya gudang uang dan orang
kepercayaan untuk menjaga usaha tetap berjalan seperti Bu Joyo.
Aku ingin tahu sudah berapa lama Abimana bekerja untuk Bu Joyo
sehingga mendapatkan kepercayaan begitu besar, tetapi pertanyaan itu
terlalu pribadi untuk diajukan, jadi aku menelan keingintahuanku.
Lebih baik menjaga lidah supaya obrolan kami tidak berubah menjadi
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Kami makan dalam diam. Makanannya enak, walaupun aku tetap saja
menganggap harganya terlalu mahal. Aku belum menerapkan konsep
clean eating, jadi toleransiku untuk harga makanan mahal masih
sangat rendah. Enak dan murah lebih aku terima daripada sehat tapi
mahal.
"Saya yang harus bilang terima kasih karena sudah ditraktir, Mas."
Tadi aku menawarkan untuk membayar makan siang kami (tentu saja
dengan setengah hati setelah mengalkulasi tagihan di kepala), tetapi
seperti yang sudah kuduga, Abimana menolak dibayari. "Saya akan
mengabari kalau barang-barang pesanan Mas siap diantar."
"Iya sih, dia mungkin nggak lucu, tapi ganteng, pintar, dan kaya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Humor itu nggak bisa dipakai untuk membiayai hidup kalau kamu
bukan komedian, Mbar." Salwa mengikutiku masuk ruang kerjaku.
"Bisa nggak sih kamu nggak selalu mikir soal hubungan asmara saat
melihat aku berinteraksi dengan laki-laki? Hubungan dengan Abimana
itu profesional."
"Untuk kamu memang profesional, tapi aku yakin deh dia sedang
PDKT." Salwa duduk di sofa. "Peka sedikit kenapa sih?"
Salwa langsung cemberut. "Gini nih kalau yang terlalu lama pelukan
sama rongsokan!"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Dua Belas
Setelah berpikir matang-matang, aku akhirnya memindahkan isi
tabunganku ke rekening Pandu. Aku memintanya memesan jantung
baru untuk John Wick. Pandu lebih kompeten mengurus hal-hal seperti
itu daripada aku. Aku beruntung punya sahabat, atau kakak jadi-jadian
seperti dia. Pandu tidak pernah menolak apa pun yang aku minta
darinya. Semua hal yang tidak bisa aku selesaikan bisa dia bereskan
dengan baik. Aku sudah mengandalkannya sejak SMA untuk
mengerjakan tugas matematika dan fisikaku. Pandu jago mengerjakan
soal logika dan hitung-hitungan.
Aku tidak akan kere dalam waktu lama karena progres usaha kami
sangat menjanjikan. Bengkel yang dikelola Pandu juga memberikan
penghasilan yang sangat bagus. Jujur saja, uang yang kudapat dari
bengkel setiap bulan masih lebih banyak daripada bisnis utamaku.
Pandu sangat transparan dengan laporan keuangan bengkel. Aku yakin
kejujurannya itu menjadi salah satu dari banyak hal yang membuatnya
mendapatkan kepercayaan dan kasih sayang Papa.
"Sudah telanjur. Aku lebih suka kamu yang ribet," kataku jujur. "Aku
terima bersih aja. Urusan jual beli mesin dan onderdil mobil kan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
kerjaan kamu sehari-hari. Kalau pakai akunku, aku yang malah harus
berurusan dengan penjualnya di Amerika sana."
"Ya sudah, kalau begitu, nanti aku kirimin spesifikasi pilihannya ya."
"Kamu saja yang nentuin," tolakku. "Kamu yang jago mesin, bukan
aku. Pesanku hanya satu, John Wick harus dapat jantung yang
terbaik."
"Iya, besok pagi kamu juga bakal kesetanan sendiri di kamar mandiri,"
gerutu Pandu. "Heran, suka banget cari masalah untuk diri sendiri."
Sambungan telepon diputus begitu saja.
"Aplikasi medsos kan dapat duit banyak dari iklan. Mereka nggak
akan peduli kamu suka atau tidak. Makanya kurang-kurangin tuh nge-
medsos. Oh ya, mau makan di luar atau pesan di aplikasi aja?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku berdecak. "Untuk aku sudah pasti. Kamu dan Widi nggak tahu
deh dibeliin atau tidak."
"Nggak usah manyun gitu, Mbar. Aku bukan saingan lagi. Aku sudah
move on sejak doeloe, pas kenal Delon." Salwa melambaikan jarinya
yang mengenakan cincin. "Tapi kalau mau dengar pendapatku, kamu
lebih baik memilih yang udah ketahuan PDKT deh daripada yang
sama-sama buta hati dan buta kode kayak kamu."
"Enggaklah. Topik ini akan ditutup kalau kamu sudah taken." Salwa
menarik kursi dan duduk di depanku. "Oh ya, Pandu ke sini dalam
rangka apa?"
"Astaga, kamu beneran mau buang uang banyak untuk rongsokan itu?"
Nada Salwa langsung sengit, seolah aku memakai uangnya untuk
memperganteng John Wick.
"Jangan salah, yang kerja keras banting tulang supaya rekening kamu
bisa gendut itu Pandu. Usaha kita belum semaju bengkel kalian."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Salwa hanya tertawa melihat pelototanku. "Kamu sih yang mulai. Aku
lagi sensi sama orang yang menghamburkan uang untuk hal konyol
nggak jelas kayak kamu. Padahal aku dan Delon mati-matian
ngumpulin uang untuk persiapan nikah dan DP rumah. Tinggal di
rumah orangtua setelah menikah itu kan nggak banget."
"Tapi John Wick bukan hal konyol nggak jelas," aku menurunkan nada
suara. "Dia adalah peninggalan paling berharga dari Papa. Kadang-
kadang aku memang jengkel saat John Wick ngambek di saat-saat
penting, tapi waktu itu kejadian, aku langsung teringat kenangan saat
aku dan Papa menghabiskan banyak waktu di bawah kap John Wick.
Itu kenangan manis yang nggak bisa ditukar dengan apa pun.
Mengabaikan dia sama saja dengan mengubur kenangan dengan
Papa."
Salwa bangkit dari duduknya. "Jangan bikin aku jadi simpati dengan
rongsokan itu. Bisa-bisa dia makin bertingkah karena tahu
diistimewakan. Aku lanjut kerja dulu. Kalau Pandu beneran nggak
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
bawa makanan untuk aku dan Widi, baru deh kami pesan makanan.
Kalau pesan sekarang takut mubazir."
"Kamu kan pesannya rawon, jadi aku beli rawon semua," Pandu
menjawab santai. "Mana aku tahu teman-teman kamu mau makan apa.
Mereka ikut pesanan kamu saja. Biasanya juga begitu, kan?"
"Kalau aku pesan makanan, itu berarti aku yang pengin. Kamu nggak
harus selalu beli 3 porsi."
"Kok mendadak pelit sih? Biasanya kamu kan ngingetin untuk beli 3
porsi setiap kali pesan makanan ke aku."
"Aku kan belum punya tanggungan yang boleh protes kalau aku
jajanin kamu, Mbar. Jadi tenang aja, aku bisa pesanin makan siang tiap
hari sampai kondisi rekening kamu nggak sekarat lagi."
"Hei, aku nggak semiskin itu juga kali!" protesku. Aku mengangkat
kantong yang dibawa Pandu. "Mau dipanasin di microwave dulu. Mau
ikut ke pantri atau mau menunggu di sini sampai aku selesai makan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tiga Belas
"Nggak usah sok diet gitu. Orang yang suka olahraga kayak kamu
nggak mungkin gendut. Makanannya nggak sempat jadi daging udah
dibakar."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Widi terkikik. "Kirain aku aja yang berpikir kalau isi perut Ambar itu
kayak neraka. Setiap kali dia habis makan, aku selalu nunggu dia
sendawa, karena yakin yang keluar bukan udara, tapi api."
Aku mendelik. "Kamu ngomong gitu karena nggak kuat makan pedas
aja. Level iri memang beda-beda. Ada yang dipendam aja, dan ada
yang baru bisa puas kalau mencela orang lain."
"Untung aja aku orangnya nggak suka iri," sambut Widi mantap. "Iri
kan tanda tak mampu. Aku selalu kasihan sama orang kayak gitu."
"Biarin aja," ujar Salwa. "Kalau sakit perut, Ambar pasti tobat sendiri.
Orang lebih percaya pada pengalaman buruk sendiri daripada nasihat
orang lain. Dia kan tipe yang suka menyiksa diri sendiri. Lihat saja,
dia rela makan nasi dan kerupuk hanya untuk mendandani rongsokan."
Aku melepaskan sendok dengan kasar. "Terakhir masuk IGD itu aku
nggak menghubungi kamu lho!" karena aku tahu yang pertama kali
Pandu lakukan setelah kondisiku membaik adalah mengomel.
"Iya, kamu nggak menghubungi aku, tapi Tante yang panik langsung
menyuruh aku datang ke IGD. Tante hanya punya satu anak, harusnya
kamu jangan sering-sering bikin dia khawatir."
Aku memutar bola mata. Mulai deh ceramahnya. Mama juga sih
terlalu tergantung sama Pandu. Sedikit-sedikit harus tanya Pandu dulu.
Pendapatku selalu jadi second opinion yang akan diperhitungkan
setelah mendengar apa kata Pandu.
"Nanti kalau aku sudah punya pasangan, Mama pasti berhenti bikin
kamu ikutan repot," kataku sewot.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Pak Abimana yang sering ke sini?" Widi melongo. "Yang kerja sama
Bu Joyo investor kita itu? Dia naksir Ambar? Kok aku nggak tahu
sih?" pertanyaannya beruntun.
"Apa sih yang kamu tahu?" gerutu Salwa. "Ngapain dia bolak-balik
dan sampai pesan semua furnitur rumahnya ke kita kalau dia nggak
naksir Ambar?"
"Beneran naksir Ambar?" ulang Widi sekali lagi. Kali ini dia tampak
lega. "Akhir-akhir ini aku malah mikir kalau dia naksir aku lho.
Soalnya dia biasanya kan sok cuek sama aku. Kalau aku tanyain
kadang nggak jawab. Sok cuek sama aja naksir, kan? Malu-malu tapi
mau gitu? Aku kan selalu gitu saat naksir sama orang. Syukurlah kalau
dia naksir Ambar, karena meskipun dia kayaknya tajir, tapi dia bukan
tipeku. Dia serius banget, kayak kanebo lupa direndam air sebulan
gitu. Kalau digoreng bisa jadi kerupuk."
"Panjang umur, enteng jodoh," kata Salwa yang iseng melihat layar
ponselku dan melihat nama Abimana. "Baru juga diomongin sudah
menelepon. Cepetan diangkat!"
"Oh ya, beberapa hari lalu saya sempat masuk dalam website kalian,
dan melihat ada beberapa barang baru yang ditawarkan. Sudah ada
dalam katalog cetak?"
"Sudah, Mas." Apakah dia hendak memesan barang lagi? Itu bagus
sih, hanya saja aku pikir dia sudah punya semua yang dia butuhkan
untuk mengisi rumah barunya.
Padahal besok aku tidak berniat ikut mengantar barang. Salwa saja
sudah cukup untuk menemani tukang. Masalahnya, Salwa selalu
melemparkan negoisasi klien kepadaku.
Salwa menjentikkan jari. "Dia beneran jatuh cinta sama kamu, Mbar.
Sampai rela jadi humas dan staf marketing tanpa dibayar gitu."
"Sebelum diprospek, kenalin sama aku dulu, Mbar," kata Pandu. Dia
mendorong laptop ke arahku. Sepertinya dia sudah menemukan
jantung baru untuk John Wick. "Kamu kan biasanya nggak pintar
menilai laki-laki. Ingat anak band, pacar kamu yang terakhir itu?"
Kami putus setelah Pandu menangkap basah pacarku itu make out
dengan perempuan lain di kafe milik pacar playboy-ku. Untung saja
waktu itu ada banyak orang di sana, sehingga dia tidak perlu
merasakan kepalan tangan Pandu. Wajah tampannya yang lebam pasti
akan buruk untuk publikasi band yang saat itu baru debut di label
mayor setelah sekian lama bermain di indie.
"Ini pilihannya masih ada dua," aku malas membahas masa lalu, dan
menunjuk layar laptop. "John Wick mau ditansplantasi dengan yang
mana?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Empat Belas
Pagar Abimana terbuka lebar ketika kami tiba di sana. Tadi aku
mengirim pesan saat akan berangkat dari kantor. Rupayanya dia sudah
mengantisipasi kedatangan kami.
"Dilihat dari sudut pandang orang seperti kita memang seperti itu,
Mbar, karena kita nggak membawa harta yang banyak dalam
pernikahan. Misalnya kamu, kalau menikah, selain membawa diri dan
koper pakaian, kamu hanya akan menambahkan rongsokan kamu itu
dalam garasi. Bedalah kasusnya dengan orang seperti Abimana yang
kelihatannya sudah mapan banget. Lihat saja rumahnya yang besar di
lokasi premium seperti ini. Mobilnya juga pasti bikin rongsokan kamu
jadi pengin bunuh diri karena minder. Wajar dong kalau dia berniat
melindungi asetnya. Jangan sampai dia kehilangan banyak harta kalau
beneran sampai bercerai. Lebih miskin setelah bercerai daripada
sebelum menikah kan nggak banget."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Jangan naif, Mbar. Idealnya memang begitu, tapi masa depan itu
penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Semua orang memang
berharap mendapat yang terbaik, tetapi juga harus bersiap-siap untuk
menghadapi yang terburuk."
Aku dan Salwa spontan memperbaiki posisi tubuh. Dari yang tadinya
bersandar santai di badan mobil menjadi tegap seperti anak paskibraka
yang menyambut pelatih tentaranya saat ketahuan bersantai di waktu
latihan. Namanya juga menghadapi pelanggan, jadi sikap hormat dan
santun tetap harus diutamakan.
"Itu truknya sudah datang kok," kata Salwa. Truk pengangkut barang
itu memang sudah mendekat. Salwa beranjak untuk memberi isyarat
kepada sopir supaya langsung masuk ke pekarangan rumah Abimana.
"Kok nggak bawa mobil kamu yang biasa?" Abimana menunjuk mobil
Pandu yang semalam kusandera saat dia ke rumah untuk
mengantarkan barang pesanan Mama. Mama lebih suka memesan
barang pada Pandu yang responsnya cepat daripada aku, anak semata
wayangnya yang keseringan lupa.
John Wick akhir-akhir ini semakin sering ngambek, jadi aku tidak mau
mengambil risiko dia ngadat di tengah jalan saat harus menemani
tukang dan pengantar barang ke sini. Itu juga alasan mengapa aku
mempercepat operasi transplantasi jantungnya. Padahal targetku untuk
ganti jantung itu sebenarnya masih dua tahun lagi, atau paling cepat
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tahun depan. Apa boleh buat, kekasih hati harus mendapat yang
terbaik. Haram hukumnya membuatnya sekarat karena harus
menunggu. "John Wick sedang istirahat."
"Kamu koleksi mobil klasik ya?" Abimana menepuk mobil Pandu. "Ini
juga bagus banget."
Ah, aku lupa kalau Abimana itu visioner. Dia pasti menyiapkan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Mbar, aku balik duluan ya," Salwa menghampiriku dan berbisik saat
aku masih mengawasi tukang memasang mur dan baut untuk
menyatukan bagian-bagian wardrobes. "Ponakan Delon ulang tahun.
Aku pikir pemasangan wardrobes nggak selama ini, jadi aku bisa
berangkat dari kantor aja, ternyata aku salah perhitungan. Tukang
sudah mau selesai kok. Kamu tinggal mengawasi dikit lagi. Delon
kebetulan ada di sekitar sini, jadi dia bisa sekalian jemput ke sini."
"Iya, tinggal sedikit lagi. Maaf karena ternyata lebih lama daripada
yang saya perkirakan." Aku memang memberi kisaran waktu saat
Abimana menanyakan kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk pemasangan wardrobes. Kalau dia punya kegiatan lain malam
ini, jadwalnya pasti berantakan karena perhitungan waktu yang aku
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Nggak apa-apa. Ini kan rumahku. Saya malah nggak enak sama kamu
karena sudah malam, tapi masih tertahan di sini."
Untuk aku sih ini sudah risiko pekerjaan, tetapi aku hanya menanggapi
dengan senyum. Abimana pasti sudah bosan mendengarku berceloteh
jualan sejak tadi. Semoga suara yang kuhambur tadi bisa membuat
teman Abimana tertarik membeli produk kami, supaya senyum sales
yang kuumbar tidak sia-sia.
"Asal barang di kamar dan ruang tengah sudah jadi, yang lain nggak
usah dikebut. Saya nggak buru-buru mau pindahan kok," Abimana
mengulang informasi yang sudah pernah dia sampaikan sebelumnya
sekali lagi.
Aku tinggal menunggu mereka selesai dan pamit pada Abimana. Aku
sudah membayangkan betapa enaknya mandi air hangat sebelum
bergelung di dalam selimut. Tentu saja setelah makan malam. Aku
bukan Pandu yang bisa makan sore dan tidak terbangun karena
kelaparan tengah malam.
"Saya sudah pesan makanan untuk kita," kata Abimana ketika aku
pamit setelah para tukang pulang lebih dulu. "Nggak apa-apa nunggu
sebentar, kan?"
"Sudah telanjur dipesan. Beberapa menit lagi pasti sudah tiba. Setelah
makan kamu boleh pulang. Kamu nggak takut karena hanya tinggal
berdua denganku, kan?" Abimana seperti bisa membaca pikiranku.
Baiklah, makan malam tidak akan lama. Aku toh tidak harus
mengunyah 32 kali untuk satu kali suapan. Makan dengan pelanggan
juga bukan hal baru. Yang berbeda hanya tempatnya saja. Aku belum
pernah makan di rumah mereka.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
LIMA BELAS
Abimana memesan risotto dan ossobuco. Wah, menu Italia untuk
makan malam. Jarang-jarang aku mendapat kemewahan seperti ini.
Aku pikir Abimana pengagum ayam dan tahu-tempe, karena itulah
yang kami makan di restoran tempo hari.
Ibunya benar-benar ibu teladan, tapi apa sih yang tidak bisa dilakukan
dengan uang saat menyangkut benda? Lagi pula, di zaman digital
seperti sekarang, belanja barang apa pun bisa dilakukan dari rumah.
Atau kalau benar-benar kelebihan uang dan tidak mau repot, ada jasa
personal shopper. Tinggal kasih saja spesifikasi barang yang akan
dibeli, dan voila! Barangnya langsung muncul di depan mata. Uang
sama ampuhnya dengan mantra sim salabim dan abrakadabra. Siapa
yang membutuhkan jin dalam botol kalau punya rekening yang angka
nolnya bikin tersesat untuk dihitung?
Abimana mengambil dua botol air mineral dan dua buah gelas
sebelum menyusulku duduk di meja bar. Meja makannya tidak
termasuk dalam barang yang kami antar hari ini, jadi pilihannya
memang hanya meja bar di dapurnya yang supermodern dan besar.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Ini adalah dapur impian semua perempuan yang hobi memasak. Tidak
seperti Mama yang suka menghabiskan waktu untuk mencoba resep
baru di akhir pekan, aku lebih sering bercengkerama dengan cinta
dalam hidupku. Aku tidak membenci dapur. Aku bisa memasak
masakan simpel dan tahu jenis bumbu sehingga tidak akan bingung
saat disuruh memilih jahe di antara bumbu rimpang lain seperti
lengkuas, kunyit, dan kencur. Aku juga tahu beda antara merica dan
ketumbar. Hanya saja, memilih antara memasak dan mengutak-atik
John Wick adalah perbandingan yang sangat tidak imbang. Semua
yang mengenalku tahu kalau John Wick adalah prioritas hidupku.
"Seharusnya saya tanya dulu kamu mau makan apa sebelum memesan
makanan," kata Abimana.. Pandangannya tertuju pada piringku. Aku
memang hanya mengisi piringku setengahnya.
Senyum Abimana makin lebar. "Mungkin saya saja yang tidak punya
banyak teman perempuan. Oh ya mobil kamu beneran istirahat atau
sedang bermasalah?"
"Hanya diistirahatkan karena takut mogok saat ke sini kok. Tapi John
Wick akan segera punya jantung baru," aku merasa lebih leluasa
bercerita tentang John Wick saat melihat respons Abimana.
"Pastinya!" Kalau John Wick tahu arti uang, dia memang seharusnya
berterima kasih padaku. Tapi kembali lagi pada pasal pertama dan
utama dalam hubungan, cinta itu tanpa pamrih. Cinta yang menuntut
balas itu tidak tulus.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Memang." John Wick memang tidak salah memilih aku yang jadi
bucinnya.
"Terima kasih, tapi nggak usah. Saya harus pulang sekarang." Aku
melihat pergelangan tangan dengan sengaja, dan pura-pura terkejut.
"Sudah malam."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Enam Belas
Aku jadi benci isi kepalaku gara-gara Salwa. Sekarang aku mulai
memikirkan kemungkinan bahwa Abimana memang sedang
mendekatiku setiap kali dia menghubungiku. Apalagi frekuensinya
jadi lebih sering daripada biasanya.
Aku bukan tipe orang yang akan menjual cinta atas nama investasi. Ya,
meskipun investasi usaha kami berasal dari Ibu Joyo, tetapi karena
Abimana yang lebih banyak mengurusnya, aku tetap saja merasa
berutang budi. Apalagi dia sangat berperan dalam kemajuan usaha
kami. Ide-idenya tentang strategi pemasaran, terutama promosi sangat
membantu kami menggaet pelanggan baru. Tapi berhubungan
dengannya atas dasar terima kasih sangat tidak ideal. Itu berlawanan
dengan prinsip hidupku tentang cara memilih pasangan. Konyol sekali
kalau setuju menjalin hubungan saat tidak ada cinta dan perasaan
terikat.
Iya, Abimana tampan. Dia juga terlihat sudah sangat mapan. Bagi
Sebagian orang, dua hal itu mungkin sudah cukup untuk dijadikan
syarat menjalin komitmen, tapi tidak bagiku. Salahkan saja Disney
yang telah meracuniku dengan dongeng putri-putrinya yang romantis.
Aku juga tumbuh bersama manga Jepang yang kemudian
mempengaruhi perspektifku tentang cinta dan pasangan sejati.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sekarang aku mungkin sudah terlalu tua untuk dibohongi dongeng dan
komik, tetapi apa yang sudah telanjur menempel dan berkerak di otak
sangat sulit untuk dihilangkan. Dalam pikiranku, orang-orang yang
beruntung dan diberkati adalah orang-orang yang setia dan akhirnya
akan bersatu dengan cinta pertamanya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Pandu tadi hanya contoh kasus kalau kamu pengecut jika itu
menyangkut soal mendekati dan menyatakan perasaan, Mbar. Kita
tidak akan membahas Pandu lagi sekarang karena dia sudah jadi masa
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
lalu, dan kamu juga sudah mengaku move on. Aku hanya tidak mau
kamu terus terjebak dalam kebodohan dan perspektif yang sama.
Kamu toh bukan remaja lagi. Intinya, jangan buru-buru menolak
Abimana."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tidak bisa menunda jawaban lebih lama lagi ketika Abimana
akhirnya menelepon.
Tapi jangan malam ini karena Abimana bisa berpikir kalau aku juga
tidak sabar ingin bertemu dengannya. "Besok malam saya belum ada
acara."
"Biar saya jemput. Mobil kamu belum ganti mesin, kan? Takutnya dia
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tujuh Belas
Pandu sedang duduk santai di di depan meja makan saat aku turun. Di
depannya ada secangkir kopi yang masih mengepul. Dia meneleng dan
mengernyit menatapku dari atas ke bawah.
"Ada acara nanti siang?" Pandu menunjuk sepatu berhak rendah yang
aku tenteng.
Untuk acara seperti itu, sepatu berhak wajib masuk dalam paket
penampilan. Aku sengaja menyimpan 2 pasang high heels di kantor
untuk pertemuan mendadak sehingga aku tidak perlu pulang ke rumah.
Hanya saja, sepatu yang ada di kantor terlalu resmi untuk sekadar
makan malam nonkencan bersama Abimana. Aku tidak ingin dia
merasa aku menyiapkan diri secara maksimal untuk makan malam ini.
Gengsi dong. Namanya juga perempuan. Kami selalu berusaha supaya
tidak terlihat berusaha. Kalian pasti mengerti apa maksudku, kan?
"Acaranya nanti malam, tapi siapnya dari pagi buta?" Pandu bertepuk
tangan. "Wow!"
"Biar nggak perlu pulang ke rumah lagi. Repot kalau harus bolak-balik
hanya untuk urusan sepatu. " Aku menarik kursi dan duduk di sebelah
Pandu. "Kamu kok pagi-pagi sudah ke sini?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Mau ke Malang."
"Kata Ibu, Pak Ahmad sedang ke Bangkalan. Aku juga nggak ada
kerjaan mendesak kok. Bisalah jadi sopir Ibu hari ini."
"Mama tidak akan pernah membuka bisnis bunga karena dia pasti
nggak akan tega menjual bunga yang sudah dia tanam dan rawat
sepenuh hati. Cinta Mama pada bunga-bunganya sama dengan cintaku
ke John Wick."
"Yap. Seseorang yang tidak akan morotin kamu seperti mobil itu."
Pandu ikut memiringkan tubuh sehingga kami berhadapan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Masih terlalu dini untuk disebut kencan." Aku mendesak lebih jauh
untuk melihat kelanjutan reaksi Pandu. Mungkin saja tadi aku
melewatkan sesuatu. "Tapi kalau perkembangannya bagus, kami
mungkin akan kencan beneran."
"Dasar!"
**
Seperti yang sudah aku duga, makan malam sebenarnya menurut versi
Abimana adalah memesan meja di fine dining restoran. Melihat
tempatnya, aku yakin Abimana jelas tidak menganggap makan malam
kami adalah pertemuan bisnis. Kemampuan Salwa menerawang isi
pikiran Abimana sepertinya mulai mendekati kebenaran.
"Saya nggak minum, tapi kalau kamu mau wine, silakan pesan," kata
Abimana saat aku sedang meneliti buku menu.
"Sisa barang Mas akan kami bawa akhir pekan ini," kataku untuk
mencairkan keheningan setelah pelayan yang mencatat pesanan kami
dengan hikmat mengundurkan diri.
Abimana tersenyum. "Terima kasih, tapi untuk malam ini, bisa kita
nggak usah ngomongin soal pekerjaan, kan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Delapan Belas
Seperti apa definisi makan malam yang sempurna bersama seorang
laki-laki? Jujur, aku belum pernah memikirkan hal itu sebelum malam
ini. Makan malam dengan pacarku sebelumnya paling banter
nongkrong di kafenya sambil mendengarkan dia membanggakan
pencapaiannya masuk dalam label mayor industri musik, seolah band-
nya sudah sekelas Noah, Dewa, atau Padi Reborn. Belum lagi acara
makan kami disela oleh sekumpulan cewek menor yang berkedip-
kedip manja seperti baru kelilipan, yang meminta berfoto bersama si
kunyuk itu.
Makan malam dengan Pandu lebih random lagi. Memang tidak ada sesi
foto bersama, walaupun meja kami sering jadi sasaran lirikan cewek-
cewek dari meja lain. Tetapi kami hampir tidak pernah makan di
tempat yang benar-benar tenang. Pandu bukan orang yang rewel soal
makanan, jadi dia akan makan di tempat terdekat yang dia temukan
saat merasa lapar.
Dia pernah menepikan mobil di pinggir jalan saat hujan deras. Catat:
hujan deras yang lengkap dengan guntur dan petirnya, hanya karena
warung tenda yang kami lewati tampak mengundang. Dia tiba-tiba
ingin makan bakso yang panas karena cuaca dan dingin AC mobil
membuatnya mendadak lapar. Alhasil kami harus basah-basahan
karena tidak punya pilihan selain berlari dari mobil ke warung itu.
Demikian pula setelah makan. Iya, baksonya enak, tapi aku harus
kedinginan sampai di rumah. Dan Pandu kurang ajar itu hanya tertawa
saat aku mengomel dan memakinya. Dia punya perkakas bengkel yang
lengkap di mobilnya, tetapi tidak berpikir untuk menyimpan sebuah
payung di situ. Dasar!
Dan yang paling penting, teman makanku kali ini adalah seorang
gentleman yang jelas tahu bagaimana caranya membawa diri. Sopan,
tenang, karismatik, tidak ada cengiran dan kalimat konyol, serta
penampilan dan wajah yang enak dilihat.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pernyataan itu lebih blakblakan daripada yang kuduga. Jujur, aku tidak
menyangka akan mendengarnya dari seorang Abimana. Sekarang
semakin jelas kalau dia memang visioner. Dia tahu apa yang dia
lakukan, dan tentu saja tahapan yang harus dilaluinya untuk mencapai
tujuan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Penjajakan adalah cara untuk saling mengenal. Tentu saja kita tidak
bisa memaksakan kalau nanti kita ternyata tidak cocok. Bagaimana?"
Abimana sekali lagi menanyakan pendapatku.
"Penjajakan," ulangku. Kali ini aku merasa lebih yakin. "Kita bisa
mencobanya. Tapi ada kemungkinan Mas Abi yang nantinya akan
merasa tidak cocok denganku."
Aku spontan meneliti jari-jariku. Bersih. John Wick seperti tahu akan
segera menjalani transplantasi jantung, jadi suasana hatinya sangat
bagus. Akhir-akhir ini dia jarang ngambek.
"Ini baru pertama kalinya ada orang yang mengaku tertarik karena
melihat kuku saya yang berlepotan oli kotor."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
mogok. Jujur, waktu itu saya tidak tahu apakah harus merasa senang
sudah dibantu atau malah malu, karena sebagai laki-laki, pengetahuan
saya tentang mesin nol besar."
Abimana tertawa pelan. Manis. Aku benar-benar bisa jatuh cinta kalau
sering melihatnya seperti itu.
"Ini juga yang pertama kali saya bertemu dengan seseorang yang
mengakui sebuah mobil antik sebagai belahan jiwa."
"Untuk saat ini, John Wick masih cinta sejati saya," kataku terus-
terang. "Kalau Mas Abi keberatan punya saingan, proses
penjajakannya kita batalkan saja." Aku tidak akan membiarkan siapa
pun berada di antara aku dan John Wick.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
menakutkan. Kemungkinan besar, saya dan John Wick malah akur dan
bisa bersahabat."
Tentu saja aku tidak akan menyesali orang yang juga respek sama John
Wick.
**
Mau fast update? Bagi vote dan komen ya. Next part akan tayang
kalau vote udah tembus 3,2K sebelum minggu depan. Kalau udah
tembus lusa, akan di-update lusa juga. Tengkiuuu....
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sembilan Belas
Kurir yang membawa gorengan yang dipesan Salwa mengalami
masalah dengan motornya. Akibatnya, dia baru sampai di kantor
ketika kami sudah bersiap pulang.
Aku memelotot melihat kotak sebesar itu. Gila saja kami disuruh
makan gorengan sebanyak itu sore hari begini.
"Ini sih makan malam, bukan ngemil," Widi ikut berdecak. "Harusnya
kamu pesannya lebih awal, biar anak-anak di showroom dan tukang
yang di bengkel juga kebagian."
"Ooh. .. "
"Aku mau bakwan dan singkong goreng, Mbar," kata Salwa yang
ternyata mengekoriku.
"Aku mau pisang cokelat," sambung Widi. Dia malah lebih dulu
duduk di depan meja bar.
"Tampang kayak gitu kok folower-nya bisa jutaan sih?" kata Salwa
sinis.
"Yang menarik kan kontennya, Wa." Widi terus mengamati layar lalu
tertawa.
"Konten prank itu basi. Nggak ada menariknya sama sekali. Ngakunya
content creator, tapi isi vlog-nya nggak kreatif sama sekali!"
"Tapi nge-prank kan lucu, Wa." Widi lagi-lagi tertawa melihat ulah si
content creator. "Bisa bikin video yang lucu itu kan artinya kreatif."
Aku ikut duduk di dekat mereka. "Selera humor orang kan beda-beda,"
kataku menghibur Salwa. "Kalau kamu nggak suka, jangan ikut
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
nonton."
"Aku nggak nonton, aku hanya terpaksa lihat, karena anak ini naruh
tabletnya di depan hidungku!" Salwa membela diri.
"Iya nih. Agak telat karena harus membahas pameran besok." Aku
mencolek Salwa dan memberi isyarat pada air fyer yang berdenting.
Gorengan kami sudah siap.
Aku mengawasi Salwa dan Widi bergantian. Mereka akan tahu apa
yang kusembunyikan kalau sampai Abimana muncul di kantor di
waktu seperti ini. Tidak ada investor atau pelanggan yang dengan
menjemput produsen barang untuk melakukan pertemuan bisnis
menjelang malam.
"Atau meeting-nya masih lama?" tanya Abimana lagi saat aku tidak
segera menjawab. "Aku bisa menunggu kok."
"Kalau begitu, tunggu ya. Palingan juga 10 menit lagi aku sampai."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Oke." Memangnya aku bisa bilang tidak? Baru juga setuju memulai
penjajakan, masa sudah bermain petak umpet karena ketahuan teman-
temanku. Seperti orang selingkuh saja.
Widi melepaskan pandangan dari layar tablet. "Kalau dia ngajak kencan,
itu artinya dia benar-benar tertarik sama kamu, Mbar."
"Tidak ada bedanya!" bentak Salwa. "Penjajakan itu di bibir saja, tapi
di hati sudah resmi."
"Jangan bawa-bawa Pandu!" hardik Salwa lagi. "Dia sudah jadi masa
lalu. Ambar memang pernah suka sama dia, tapi sekarang nggak lagi.
Masa depan Ambar itu Abimana. Titik. Jangan bikin Ambar malah
bingung lagi."
"Pandu nggak akan patah hati karena dia nggak pernah suka sama aku,
Widi! Dia hanya menganggap aku sebagai adiknya. Kamu jangan
khawatir soal makanan gratis karena aku yakin Pandu akan tetap
memberi kita makan meskipun aku sudah pacaran atau menikah
dengan orang lain."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kalau kasihan, kamu saja yang pacaran sama Pandu," sambar Salwa
bengis.
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Dua Puluh
Apa yang dilakukan pasangan yang sedang penjajakan untuk
mengetahui tingkat kecocokan? Iya, pilihannya memang tidak banyak.
Apalagi kalau salah seorang dari dua pihak yang sepakat melakukan
penjajakan itu supersibuk dan hanya punya waktu setelah jam kerja.
Paling-paling juga nongkrong di kafe, restoran, atau kalau perginya
lebih awal, bisalah mampir ke bioskop.
"Mas Abi mau nonton film apa?" tanyaku manis. Laki-laki itu sangat
gampang dibaca kalau menyangkut tontonan. Tentu saja mereka
menyukai film yang memacu adrenalin. Film yang melibatkan suara
tembakan nyaring, darah dan potongan tubuh yang berhamburan, dan
tentu saja mobil yang kebut-kebutan sebelum akhirnya ringsek dan
meledak dramatis.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kita nonton film yang mau kamu tonton," jawab Abimana. "Kamu
saja yang pilih filmnya."
"Mungkin saja seleraku nggak sesuai dengan selera Mas Abi," aku
lebih mendesak. Mungkin saja jawabannya yang pertama adalah basa-
basi dan dia hendak menggantinya ketika diberi kesempatan. "Aku
nggak apa-apa kok nonton film yang Mas Abi pilih. Aku suka semua
genre film kok." Aku memang bisa menonton semua genre film,
meskipun kalau boleh memilih, aku akan melewatkan komedi slaptick
yang sekaligus menjual tubuh seksi dengan busana minim pemeran
utama wanita dan nyaris semua figuran wanitanya. Selera humorku
tidak sereceh itu. Aku benci melihat kaumku dijadikan jualan,
walaupun si pemeran sama sekali tidak keberatan memamerkan
asetnya.
"Aku juga harus menyesuaikan diri dengan selera kamu, Ambar. Ini
bukan tentang aku dan apa yang aku suka saja. Aku sangat bisa
berkompromi kok. Kamu pilih filmnya, supaya aku antre tiketnya."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tertarik yang datangnya bisa tiba-tiba itu, rasa itu dapat lenyap pula
dalam waktu sekejap saat menyadari bahwa kita sebenarnya tertarik
pada bungkusan yang ditampilkan, atau pada ide yang ada di kepala
kita tentang orang itu. Jadi ketika kita mulai mengenal kepribadian
sebenarnya dan kita tidak merasa cocok, wussss... rasa yang kita pikir
cinta itu lantas menguap. Habis tak bersisa.
"Sudah lama banget aku nggak nonton film animasi," kata Abimana
ketika kami akhirnya keluar dari bioskop. "Aku jadi ingat alasan
mengapa waktu kecil dulu aku betah duduk di depan televisi sepanjang
akhir pekan."
"Film tadi berbeda dengan Naruto, Dragon ball, atau bahkan Captain
Tsubasa," aku mengingatkan. Anime anak lelaki tidak jauh-jauh dari
sana, kan? Semua hal yang berbau persaingan dan upaya untuk
menjadi yang terbaik.
"Aku juga nonton kartun Nickelodeon yang temanya bukan laga dan
olahraga kok," Abimana spontan merespons. "Aku suka Rugrats, Hey
Arnorld!, Chalkzone, dan tentu saja Spongebob."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tertawa. "Aku bertanya bukan karena selera kartun kita berbeda,
tapi karena semua kartun yang Mas Abi sebut tadi adalah tontonan
favoritku juga. Aku suka Tommy, dan punya love and hate
relationship dengan Angelica. Persis seperti apa yang aku rasakan
pada Squidward. Aku benci mereka, tetapi selalu menunggu adegan
yang melibatkan mereka."
"Kartun atau film tidak pernah lengkap kalau nggak ada pemeran
antagonisnya, kan?" Abimana menyentuh sikuku dan mengarahkan
langkahku menuju lift. "Ternyata tidak terlalu sulit menemukan
kesamaan di antara kita."
**
Pandu sedang duduk santai di sofa sambil nonton televisi ketika aku
sampai di rumah. Aku mengempaskan tubuh di sebelahnya.
"Ya iyalah, sudah jam segini. Ibu kan selalu tidur cepat. Kok kamu
baru pulang?"
Pandu menyikutku. "Aku nggak akan ada di sini kalau telepon kamu
aktif."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Mesin mobil kamu sudah datang tadi. Aku ke sini untuk mengambil
mobil kamu, jadi bisa mengerjakannya pagi-pagi besok. Kalau
menunggu kamu yang mengantarnya, pasti sampai di bengkel sudah
siang. Penyakit malas kamu kan biasanya kumat saat weekend."
"Kalau ponsel kamu aktif, kamu pasti tahu dari tadi. Kalau pergi,
biasakan bawa power bank dong."
"Jadi mobilmu nggak jadi aku bawa sekarang?" Pandu bangkit dari
duduknya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Cuci tangan deh, aku traktir kopi." Aku menunjuk kursi penumpang
di sebelahku. "Kamu orang pertama yang mendapat kehormatan
menikmati jantung baru John Wick."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pandu tergelak. "Sekalian makan siang ya. Aku tadi belum sempat
sarapan. Aku beneran takjub kamu bisa meninggalkan ranjang sepagi
tadi di hari Sabtu."
Aku memang datang terlalu pagi. Tadi aku sengaja menjemput Pandu
ke rumahnya karena tahu aku terlalu awal dari waktu yang kami
sepakati. Pandu bukan penganut aliran jam karet, tetapi juga bukan
orang yang akan datang terlalu cepat pada janji temu.
"Apa pun demi John Wick." Sudah aku bilang kalau cinta itu perlu
pengorbanan, kan? Dan cintaku pada John Wick tidak separuh hati.
Aku tulus, setulus-tulusnya. "Cepetan, aku juga sudah lapar. Bukan
hanya kamu yang nggak sempat sarapan."
Kami menuju ke restoran yang tidak jauh dari bengkel setelah Pandu
membersihkan tangan dan mengganti baju kerjanya dengan kaus yang
tadi dipakainya saat ke bengkel.
"Kalau bisa bicara, John Wick pasti akan bilang kalau dia senang
karena akhirnya dapat jantung baru." Aku menepuk kemudi dengan
bangga.
"Terima saja kalau sesayang apa pun kamu pada mobil ini, dia tetap
saja benda mati yang tidak tahu terima kasih. Dia tidak akan
menghargai usahamu mengosongkan tabungan untuk membuat
jantungnya berdenyut lagi."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Ponsel kamu bunyi tuh." Pandu berbalik untuk meraih tas yang tadi
aku lempar ke belakang. Dia merogoh untuk mengeluarkan ponselku.
"Abimana. Gebetan kamu itu?"
"Oke." Aku selalu mengomel saat melihat ada orang yang mengemudi
sambil menelepon, dan tidak akan melakukan kebodohan seperti itu.
"Wah, tempatnya jauh dari rumah. Nggak akan keburu kalau aku
menyusul ke sana." Abimana mengeluarkan apa yang baru saja aku
pikirkan. "Tapi kita bisa makan malam bersama, kan?"
Aku tidak punya kegiatan apa-apa nanti malam. "Tentu saja bisa."
"Tidak semua orang yang suaranya enak didengar saat ngomong itu
harus jadi vokalis band!" jawabku defensif. "Dia bekerja di
Trunojoyo." Aku tidak bisa membayangkan Abimana berdiri di depan
keramaian sebagai penyanyi. Speaking voice-nya memang empuk,
tetapi pembawaannya sedikit kaku untuk menjadi seorang entertainer.
Abimana bukan tipe ekspresif yang bisa berganti-ganti mimik dalam
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
waktu singkat.
"Aku kan cuma mengingatkan. Ini pertama kalinya kamu mulai dekat
dengan seseorang lagi setelah lama banget hanya sibuk dengan
pekerjaan."
Aku berdecak. Enak sekali dia bicara. Kalau Mama mendengar Pandu
menyebut angka 30 sebagai umur yang sesuai untuk berburu jodoh,
anak sableng ini pasti langsung kena semprot. Saat Mama berumur 30
tahun, dia sudah sibuk memarahiku karena ikut merangkak di bawah
mobil bersama suami tercintanya.
"Tiga puluh itu untuk perempuan bukan lagi injury time, tapi sudah
masuk babak adu pinalti! Kamu sih laki-laki, jadi nggak perlu takut
berkejaran dengan umur yang ideal untuk reproduksi. Hitungan untuk
perempuan itu berbeda. Dan aku sama seperti sebagian besar
perempuan lain yang ingin settle dan punya anak sendiri. Iya, jodoh
memang takdir Tuhan. Tapi untuk mencapai takdir itu perlu ada usaha,
kan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Dia tidak akan mendekati kamu kalau kamu nggak sesuai dengan
ekspektasi dia."
"Aku tidak bilang begitu," ujar Pandu. "Tentu saja ada laki-laki yang
bertindak impulsif. Banyak malah. Tapi kalau lihat sikap kamu, orang
yang akan bertindak impulsif pasti akan berpikir dua kali untuk
menawarkan hubungan."
"Tidak ada yang salah dengan kamu, Mbar. Tapi kamu juga pasti sadar
kalau sikap mandiri kamu tergambar jelas. Kamu ramah, tapi menjaga
jarak dengan orang yang baru kamu kenal. Kamu bukan tipe orang
yang memancing dan mengundang laki-laki menawarkan hubungan
secara impulsif."
"Itu fakta. Jadi aku yakin si Abimana itu bukan seorang yang impulsif.
Aku tidak melarang kamu menjalin hubungan dengan siapa pun. Aku
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tidak punya hak untuk itu. Aku hanya tidak mau kamu patah hati lagi."
"Patah hati sudah jadi risiko yang tidak bisa dihindari saat jatuh cinta
atau menjalin hubungan dengan seseorang, kan?" Aku mengedikkan
bahu. "Aku berhasil melalui patah hatiku dengan selamat dulu, jadi
aku yakin aku akan baik-baik saja kalau memang PDKT dengan
Abimana tidak berjalan sesuai harapanku."
Pandu tidak perlu tahu kisah patah hatiku. Masa lalu itu toh sudah aku
kubur.
"Waktu patah hati dulu, aku malah terhibur dengan segala macam
camilan. Mungkin kamu tuh yang kehilangan nafsu makan saat patah
hati." Aku melirik Pandu jail. "Waktu putus dengan si Crazy Rich itu,
kamu pasti patah hati banget, kan?"
"Masa sih aku diatur sama orang yang belum lama aku kenal," jawab
Pandu saat aku mengutarakan kecurigaanku tentang ketidaksukaan
pacarnya padaku. "Orang yang berhubungan denganku harus
menerima semua orang yang dekat denganku. Dan itu termasuk kamu.
Aku pernah berjanji pada Bapak supaya tetap berada di sini untuk
menjaga kamu dan Ibu, seandainya dia memang ditakdirkan berpulang
lebih dulu. Aku tidak pernah berpikir untuk mengingkari janji.
Hubungan kita bisa putus kalau kamu dan Ibu tidak menginginkan aku
lagi dalam hidup kalian, bukan karena aku yang pergi. Menjaga janji
kepada orang yang sudah tidak ada itu berat, Mbar. Karena aku tidak
bisa meminta maaf seandainya aku tidak bisa memenuhi apa yang
sudah aku janjikan."
Entah apa yang Pandu pernah janjikan kepada Ayah, tapi yang pasti,
dia memang orang yang sangat menepati janji. Tidak ada keraguan
tentang hal itu.
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tidak ingin serakah, jadi ketika menyadari bahwa aku merasa
nyaman berada di dekat Abimana, aku tahu kalau aku tidak keberatan
meningkatkan status hubungan kami dari PDKT ke arah komitmen
yang lebih serius. Kalau kata anak alay, 'Aku dan kamu yang menjadi
kita.' Iya, cieeee...
Sekali lagi, karena sudah terlalu lama tidak punya hubungan asmara,
aku seperti butuh peta supaya tidak tersesat saat masuk area itu lagi.
Mungkin saja hubungan orang dewasa sudah lebih mengutamakan
sikap daripada sekadar kata-kata. Tapi sebagai perempuan, aku tetap
saja merasa butuh penegasan. Hubungan terakhirku dengan si vokalis
berengsek itu terjadi saat aku masih dalam fase young adult.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Hubungan TTM itu hanya untuk orang yang tidak menghargai dirinya
sendiri," omelku. Bisa-bisanya Salwa sampai membuat perbandingan
seperti itu.
Daripada punya hubungan teman tapi mesra, aku lebih baik menjomlo
saja. Bodoh sekali menyetujui hubungan seperti itu. Aku tidak
mengerti pertimbangan perempuan yang mau main fisik, tapi tidak
melibatkan hati untuk berkomitmen dalam hubungan serius.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku kan tipe orang yang lebih suka warna terang kalau menyangkut
hubungan. Hitam atau putih, Aku tidak mau terjebak di area abu-abu,
dan bikin aku bertanya-tanya sendiri seperti sekarang."
"Area abu-abu itu hanya ada dalam pikiran kamu," sambut Salwa
enteng. "Kalau nggak percaya, tanya langsung sama Abimana deh."
belum punya rasa untukku, tapi dia mau memberi kesempatan untuk
hubungan kami, dan dia akhirnya benar-benar mencintaiku. Namun,
karena aku tipe gengsian yang lebih suka menyimpan rasa dalam diam,
akhirnya Pandu malah pacaran dengan orang lain.
"Belum. Tadi ada pelanggan yang harus aku temani di sini. Aku ambil
tas dulu ya."
"Kita hanya makan di dekat sini, nggak bawa tas juga nggak apa-apa
sih." Abimana mengekoriku meninggalkan showroom menuju
ruanganku. "Eh, tapi perempuan kayaknya memang harus menenteng
sesuatu kalau bepergian ya?"
tidak sependiam dan seserius yang semula aku pikir saat melihat
pembawaannya di awal-awal pertemuan kami. "Khawatir malah makin
bingung setelah dijelaskan."
"Kan umur pacarannya belum lama, Mas. Sabar saja, seiring waktu,
semua borok si Ambar pasti akan kelihatan juga. Saran saya, siapin
mental saja." Salwa mendesah, memberi kesan kalau dia prihatin akan
apa yang dihadapi Abimana saat aku berada dalam mode
menyebalkan. "Ya, tapi apa sih yang nggak bisa diterima oleh cinta?"
"Melihat cara kamu dan Salwa berinteraksi, aku yakin kalian pasti
sudah lama banget bersahabat," ujar Abimana yang berjalan di
sebelahku, menuju ke tempat parkir.
"Oh ya, kursi taman yang Mas Abi pesan 2 minggu lalu sudah jadi,
dan siap diantarkan," aku mengalihkan percakapan ketika sudah
berada di dalam mobil yang meluncur meninggalkan kantorku.
"Cepat banget ya?" Abimana menoleh sekilas. "Itu pasti pakai jalur
nepotisme karena aku pacaran sama owner-nya."
"Usul penjajakan itu kan hanya supaya kamu nggak langsung kabur
saja kalau langsung diajak berkomitmen. Aku nggak tahu kamu sadar
atau tidak, tapi sikap kamu formal banget, jadi kesannya seperti jaga
jarak saat didekati."
Ehm... itu artinya aku sudah resmi punya komitmen dengan seseorang.
Apakah ini berarti... yihaaa?
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Kalaupun ada yang sedikit mengganjal, itu hanya tentang John Wick,
karena biasanya dia hanya kuparkir di kantor ketika Abimana datang
menjemputku saat kami akan keluar bersama. Kadang-kadang aku
merasa sedikit bersalah karena mengabaikannya. Biasanya John Wick
yang selalu menemaniku ke mana pun. Seperti selingkuh tipis-tipis,
tetapi dia hanya pasrah karena tidak berdaya untuk melarangku
melakukannya.
Aku baru keluar dari kamar mandi saat ponselku berdering. Bunyinya
berhenti tepat saat hendak aku angkat. Abimana ternyata sudah
menghubungiku sampai 6 kali. Tidak biasanya dia menelepon
beruntun seperti itu. Biasanya dia memberi jeda cukup lama saat 2
panggilan pertamanya tidak aku angkat karena ponselku ketinggalan di
ruang kantor, sementara aku berada di showroom atau mengecek
tukang yang sedang bekerja. Mungkin karena dia tahu aku sedang
sibuk, dan dia tidak ingin mengganggu. Itu hal lain yang aku sukai dari
Abimana. Dia tidak terkesan memaksakan diri berada di daftar paling
atas dari prioritasku.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
selesai jalan bersama dia mengantarku kembali ke sana, lalu aku akan
pulang dengan John Wick. Beberapa minggu lalu, kami nonton film
dan pulang cukup larut. Waktu itu hujan lebat sehingga jarak pandang
sangat pendek. Meskipun aku sudah melarang, Abimana berkeras
mengiringiku dan John Wick dari belakang sampai ke rumah, jadi dia
tahu alamatku.
Kami sudah jadian resmi lebih dari sebulan, tetapi waktu itu masih
terlalu singkat untuk membawanya ke rumah dan memperkenalkannya
dengan Mama. Di umur seperti sekarang, aku merasa butuh hubungan
yang stabil dulu sebelum membawa seorang laki-laki menemui Mama.
Aku harus benar-benar yakin. Aku tidak mau membuat kebahagiaan
Mama berumur singkat karena hubungan yang aku jalin ternyata hanya
sesaat.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
**
"Ibu kamu suka apa?" tanya Abimana saat kami sudah meninggalkan
rumahku. Seperti biasa, kami memakai mobilnya. Aku tidak mungkin
memintanya meninggalkan mobilnya di rumahku dan mengajak John
Wick yang menemani kami. Menyodorkan John Wick supaya
dikemudikan Abimana juga berlebihan. Lagi pula, selama ini, selain
aku, hanya Pandu yang yang mengemudikan John Wick. "Seharusnya
aku menanyakannya dulu sama kamu supaya bisa membawakan
sesuatu yang istimewa untuk beliau."
"Buah kan bukan sesuatu yang istimewa. Hobi ibu kamu apa?"
"Jangan terserah aku dong. Mungkin saja tempat yang aku pilih nggak
sesuai dengan selera kamu."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku nggak rewel soal makanan kok. Apalagi kalau makannya sama
kamu."
"Kalau ingat ekspresi kamu saat pertama kali kita ketemu, aku beneran
nggak menyangka kamu bisa mengeluarkan rayuan garing seperti itu."
Aku masih ingat bagaimana dia membolak-balik tangannya setelah
kami bersalaman.
Aneh juga. Padahal biasanya Mama tidak pernah terlalu ambil pusing
dengan urusan asmaraku yang kering kerontang. Ini mungkin karena
Mama takjub karena aku akhirnya menemukan pasangan yang
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Ya, seriuslah, Ma. Masa di umur segini aku mau cari pasangan
sekadar main-main saja sih?"
**
Oh ya, buat grammar nazi yang baru main di lapakku, aku ingetin
ini masih naskah mentah banget ya. Belum melewati proses
swasunting yang memadai, jadi kalau ada typo atau pengulangan
kata yang nggak seharusnya, dan bikin mata dan jempol kalian
gatal, harap dimaklumi. Dikomplain pun nggak akan dibenerin.
Proses swasunting dan penyuntingan oleh editor akan dilakukan
setelah naskahnya selesai ditulis dan siap untuk diterbitkan.
Trus satu lagi, buat yang ngikutin The Runaway Princess di Storial,
maaf karena slow update. Aku udah uninstall aplikasi Storial
karena lebih sering error daripada lancarnya. Dan karena udah
nggak punya aplikasinya di ponsel, jadi rada males bukanya di
browser. Aku akan omongin dulu dengan petinggi Storial soal nasib
naskah itu, karena udah telanjur kontrak. Cuman jujur, sebel sih
dengan aplikasi yang lelet, walaupun royaltinya sangat menjanjikan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kami memang cocok, Ma." Aku ikut duduk di sisi Mama. Wajah
yang muram itu membuatku ikut sedih. Masalahnya, Mama
mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. "Kami cocok
sebagai sahabat. Sebagai saudara. Tapi tidak lebih. Pandu tidak pernah
melihatku sebagai perempuan. Apalagi jatuh cinta padaku!"
"Kata siapa?" bantahan Mama spontan terlontar. Kali ini dia terdengar
bersemangat. "Mama yakin Pandu suka sama kamu! Mama bisa lihat
dari cara dia memperlakukan kamu. Cara dia menatap kamu. Kamu
saja yang tidak peka."
Kali ini aku benar-benar memutar bola mata. "Kalau begitu, apa pun
alasannya, itu salah besar. Perempuan butuh pernyataan. Kepastian.
Aku yakin hampir semua perempuan lebih suka menjalani hubungan
yang pasti daripada menunggu sesuatu yang belum tentu akan
terwujud." Aku segera melanjutkan, sebelum Mama salah paham dan
mengira aku mengharapkan Pandu. "Lagian, aku sudah bersama
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Mengapa Ayah dan Pandu harus bicara tentang aku?" aku balik
bertanya, bingung. Apakah yang baru saja dikatakan Mama
berhubungan dengan janji yang pernah disebut-sebut Pandu tempo
hari? Waktu itu aku sama sekali tidak menangkap kesan bahwa janji
itu spesifik tentang diriku. Aku pikir itu adalah janji supaya Pandu
tidak memutus hubungan dengan kami sepeninggal Ayah yang dia
kagumi. Pandu dibesarkan oleh ibunya sebagai orangtua tunggal, jadi
aku mengerti mengapa dia merasa terikat pada Ayah. Dia pasti
menemukan sosok yang selama ini dicarinya dalam diri ayahku.
Mama mencibir padaku. "Mama hanya mau bicara tentang apa yang
Pandu dan ayah kamu dulu bahas, Mbar. Bukan nyodorin kamu ke
Pandu. Nggak mungkin juga Mama memaksakan kehendak untuk
menjodohkan kalian kalau Pandu memang tidak punya perasaan apa-
apa sama kamu. Mama juga nggak sebodoh itu sampai mau
mengorbankan kebahagiaan anak sendiri."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Untuk apa membahas apa yang mungkin sudah nggak Pandu ingat
lagi, Ma? Lebih baik nggak usah diungkit-ungkit lagi," aku mencoba
membujuk Mama untuk mengurungkan niat bicara dengan Pandu.
Mama bisa saja bilang dia tidak akan menyodorkan aku, tapi melihat
betapa sayangnya Mama pada Pandu, apa saja bisa terjadi, kan? Lebih
baik mencegah sebelum hal itu terjadi.
**
Dahiku berkerut begitu melihat pot yang ada di bagasi mobil Abimana.
Bentuknya aneh. Tanaman itu hanya berupa daun tak utuh sehingga
tampak seperti jari-jari. Sebelah sisinya berwarna kekuningan, dan
sebelahnya lagi berwarna hijau. Aku yakin Mama belum punya
tanaman unik seperti ini.
"Ini namanya apa?" Aku tetap bertanya meskipun tahu jika aku tidak
familier dengan berbagai nama tanaman.
Aku menatapnya awas. "Ini pasti mahal ya?" Biasanya, semakin aneh
dan konyol bentuk tanaman, semakin kurang aja pula harganya.
Mungkin itu yang jadi alasan mengapa kebun kecil Mama belum
kedatangan tanaman seperti ini.
Kali ini Abimana tertawa. "Ini gratis kok. Ibuku nunjukin tanaman ini
saat aku bilang mau ngasih tanaman untuk ibu kamu. Tadinya mau
sekalian bawa dengan yang pink princess, tapi Ibu bilang mau diganti
potnya dulu biar layak jadi oleh-oleh. Nanti aku bawa kalau potnya
sudah diganti."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Masuk yuk," ajakku. "Hari libur gini biasanya Mama lebih sering
menghabiskan waktu mengurus tanamannya." Tadi pagi aku
melanjutkan tidur setelah makan setangkup roti, dan baru terbangun
saat mendengar telepon dari Abimana. Aku hanya mencuci muka dan
menggosok gigi sebelum turun menyambutnya.
Mama memang ada di sana, tetapi dia tidak sendiri. Dia sedang
bermain tanah dengan Pandu. Rajin sekali. Hari kerja jadi bos bengkel
yang sesekali ikut bermain oli, sekalinya libur, bukannya tidur seharian
seperti aku, dia masih menemani Mama main tanah dan pupuk
kandang yang bau.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Ini nggak dibeli kok, Bu," Abimana mengulang penjelasan yang tadi
dikatakannya kepadaku. "Kebetulan ibu saya juga suka tanaman, dan
dia berhasil membudidayakan beberapa jenis tanaman. Ini salah
satunya."
"Ngobrol di dalam saja, Mbar," sela Mama. "Di sini kotor. Mama dan
Pandu nyusul setelah selesai membenahi semuanya." Mama menunjuk
tumpukan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang, arang sekam,
akar-akaran yang sudah mati, dan pot-pot kosong yang harus diisi
dengan tanaman yang masih berjajar dalam polybag.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Itu malah Ibu yang menunjukkan tanaman mana yang harus aku bawa
ke sini. Aku kan beneran buta soal tanaman."
Mereka bersalaman.
"Saya juga punya adik perempuan, Mas. Jadi sudah biasa berhadapan
dengan mood yang jelek."
"Tadi ngobrol apa saja dengan Mama dan Pandu?" tanyaku saat mobil
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Hanya basa-basi saja. Nggak ada yang penting. Ibu dan kakakmu
ramah banget."
Iya, Mama dan Pandu memang ramah. Semua orang yang mengenal
mereka akan sependapat. Karena itu, Mama yang aku yakin belum
ikhlas menerima Abimana pun dapat bersikap adil dengan tidak
menunjukkan isi hatinya terang-terangan.
Aku hanya bisa meringis dan berdoa dalam hati. Semoga saja Mama
segera move on dari Pandu. Abimana tidak kalah berkualitas. Dan
yang penting, dia mencintaiku.
**
Fast update masih pake goal vote ya. Kalau nggak, emang bakal
slow. semoga aja naskahnya bisa kelar di Watty sebelum malah
keduluan terbit gegara nunggu vote pembaca. lopyu, Gengs.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kok tahu?"
Iya juga sih. Tapi aku tidak pernah bermasalah dengan ccita rasa
masakan di restoran itu. Yang jadi masalahku adalah harganya, tetapi
aku juga tidak bisa komplain karena Abimana yang membayarnya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Bukan hanya jari-jari dan kukunya yang indah, telapak tangan Rizky
pun sangat lembut. Kalau dia memang bisa memasak dan menikmati
menghabiskan waktu di dapur, dia pasti memakai sarung tangan
khusus sehingga telapak tangannya tidak terkontaminasi dengan warna
bumbu dan spons cuci piring yang bisa membuat telapak tangannya
menjadi kasar, atau bahkan kapalan. Krim tangannya pasti
menggunakan formula terbaik untuk melembutkan. Semoga saja
kulitnya tidak iritasi karena bersentuhan dengan telapak tanganku yang
lebih tebal.
Rizky menggiring aku dan Abimana menuju salah satu meja yang
kosong. "Yang lain nggak bisa datang karena ada acara sendiri-sendiri.
Kesetiakawanan makin mahal nih."
Rizky tertawa. "Serius banget, Bi. Aku kan hanya bercanda." Dia
mengulurkan buku menu yang baru dibawa oleh pegawainya
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku menyambut tamu yang baru datang dulu ya. Kalian bebas
memesan apa saja. Jangan sungkan ya, Ambar." Rizky menyentuh
bahuku sebelum bergegas menuju pintu depan saat melihat ada
rombongan yang baru datang.
Bukan minder. Aku bukan tipe minderan. Aku percaya diri kok. Aku
tidak pernah merasa terintimidasi oleh penampilan seseorang.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Karena aku pernah berada di fase itu, makanya aku bertanya. Dulu aku
jatuh cinta kepada Pandu. Berarti ada kemungkinan kalau Abi atau
Rizky juga bisa jatuh cinta, kan? Tidak peduli siapa yang jatuh cinta
kepada siapa, dan walaupun perasaan itu tak berbalas, tetapi
kemungkinannya tetap terbuka, dan aku berada dalam lingkaran itu.
"Kenapa kamu harus ribet memikirkan hal-hal yang belum pasti, tetapi
jelas bikin galau sih?" tanya Salwa lagi. "Kalau kamu meragukan
Abimana, coba bayangkan bagaimana perasaannya saat tahu kamu
juga pernah jatuh cinta pada Pandu, dan hubungan kalian masih sangat
dekat sekarang."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sama saja, kalau Abimana juga pernah jatuh cinta pada Rizky." Salwa
mengangkat telunjuknya padaku. "Ingat, ini kalau lho ya, karena
belum tentu seperti itu. Bisa jadi mereka memang hanya bersahabat.
Please deh, Mbar. Kamu terlalu pintar untuk membiarkan masa lalu
merintangi hubunganmu yang sekarang."
Aku tahu jika masa lalu pasangan adalah hal yang tidak seharusnya
dipermasalahkan, karena hal itu sudah menjadi sejarah. Dan sejarah
pasangan adalah urusannya sendiri, bukan urusan kita, karena kita
tidak ada di sana ketika peristiwa itu terjadi.
Teorinya seperti itu. Tapi kita semua tahu kalau teori dan praktik
tentang perasaan sering kali tidak seiring sejalan. Tidak ada rumus
atau hipotesis yang benar-benar valid ketika berurusan dengan emosi.
Dan cinta adalah emosi yang paling dasar. Di sana ada kebahagiaan,
kekecewaan, kesedihan, dan tentu saja kecemburuan.
Salwa benar. Masa lalu adalah masa lalu. Sekadar tempat bercermin,
karena orang tidak akan pernah bisa kembali ke sana. Kenapa harus
menyiksa diri dengan memikirkan sesuatu yang belum tentu benar?
Toh apa pun yang terjadi di masa lalu Abi, di masa sekarang, akulah
pasangannya. Lebih baik tidak membuang waktu untuk meragukan
Abimana.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tidak perlu. Menguras energi, dan pada akhirnya kita akan kehilangan
kegembiraan dalam menjalani hubungan.
"Serius banget!" Suara itu terdengar saat aku sudah fokus dengan
angka-angka yang ada di laporan. Pandu masuk ke ruanganku. Daun
pintuku memang hanya formalitas karena nyaris tidak pernah tertutup.
Dia duduk di depan mejaku. "Makan siang yuk," ajaknya.
"Sekalian ngobrol, Mbar. Ada yang mau aku omongin." Tidak seperti
biasa, Pandu tampak serius.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Mama hanya flu saja. Sudah sembuh kok. Tadi sudah masuk kantor."
Telepon Abimana masuk saat aku dan Pandu sudah menuju restoran.
Aku langsung mengangkatnya.
"Oke, sebentar aku tunggu di kantor ya." Aku menutup telepon setelah
menyepakati makan malam bersama Abimana. Aku kembali menatap
Pandu. "Sebaiknya apa yang akan kita omongin ini penting, karena
aku baru saja menolak sayur organik yang ditumis dengan minyak
zaitun untuk makan kulit atau ceker ayam yang digoreng pakai minyak
jelantah."
"Di zaman digital seperti sekarang, nggak perlu jadi dokter untuk tahu
hal-hal dasar tentang anatomi saluran cerna, Mbar. Ilmunya
berhamburan di internet asal mau baca. Gampang banget dipahami
orang awam. Kalau sudah mendalam, itu baru berhubungan dengan
profesi. Kasihan banget para dokter kalau sesi konsultasinya untuk
satu pasien bisa berjam-jam karena pasiennya terlalu malas untuk cari
informasi sendiri megenai penyakitnya."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kok jadi ngomongin dokter sih?" Aku tertawa menyadari kami sudah
melenceng dari topik semula.
"Olahraga itu rutinitas, Mbar. Nggak hanya dilakukan saat celana atau
rok kamu sulit dikancingkan saja, dan balik malas lagi setelahnya."
Aku turun dari mobil, menyusul Pandu yang berjalan lebih dulu. "Iya,
Pak Guru. Terima kasih untuk ceramahnya."
"Kita hanya makan berdua, jadi nggak perlu ruangan khusus." Aku
berjinjit supaya bisa berbisik di telinga Pandu. Tidak enak meributkan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tidak, aku tidak mau membicarakan hal itu sekarang! Aku belum siap.
**
Hari Berganti ya. Jujur, Risyad alias Bang Icad adalah karakter
favoritku dari semua yang sudah aku tulis. Dia manusiawi banget.
Tengil dan nyebelinnya ada, narsisnya pol habis, tahu apa yang dia
inginkan, konsisten dengan pilihannya, dan tentu saja, humornya
suka garing. Hehehe...
Lopyu, Gengs....
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku penasaran setengah mati dengan apa yang akan kami bahas, tetapi
juga tidak ingin membicarakannya kalau apa yang aku duga benar.
Aku tahu Mama bermaksud baik, tetapi menyodorkan Pandu padaku
sedikit menyinggung harga diri. Itu seperti menggunakan kekuasaan
seorang ratu kepada hamba sahaya yang sudah dipastikan tunduk
kepadanya.
Keadaannya tentu saja berbeda kalau aku belum punya Abimana, atau
ketika aku masih punya perasaan kepada Pandu. Walaupun lebih suka
Pandu yang mendekatiku lebih dulu, tapi aku tidak akan seberang ini
dengan campur tangan Mama. Saat jatuh cinta, kita pasti akan
menyambar kesempatan untuk bersama seseorang yang kita sukai,
tidak peduli seberapa kecil peluang itu. Dan intervensi Mama untuk
mendekatkan kami akan terasa seperti anugerah. Tetapi sekarang
keadaannya berbeda, dan upaya Mama terkesan sebagai pelanggaran
privasi.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Masih hangat kok." Aku buru-buru menyuap udon yang tadi sudah
kusiram dengan kuah shabu-shabu. "Tadi Widi bawa kue, jadi memang
belum terlalu lapar." Widi memang membawa kue, tapi bukan itu yang
menghilangkan nafsu makanku.
Tidak ada yang istimewa dengan gestur itu. Saat makan, aku sudah
terbiasa merampok isi piring Pandu, atau sebaliknya, Pandu kebagian
lauk yang tidak aku sukai. Sekarang terasa canggung karena aku
mengaitkan gestur itu dengan dugaan tentang percakapan kami.
membuatnya senang.
Ayah Pandu juga sudah berpulang, tetapi aku tahu yang dia maksud
sebagai 'Bapak" adalah ayahku, karena ayahnya meninggal saat dia
masih balita. Tidak mungkin obrolan mereka diisi dengan percakapan
bermakna yang masih diingat Pandu sampai saat ini.
Itu bukan informasi baru. Aku tahu bagaimana sayangnya Ayah pada
Pandu. Beberapa tahun terakhir hidupnya, Ayah lebih banyak
menghabiskan waktu bersama Pandu daripada denganku karena
mereka bekerja bersama. Saat Ayah sudah terlalu sakit untuk bekerja,
Pandu akan datang ke rumahku di malam hari. Kalau tidak menginap,
dia akan menemani Ayah ngobrol sampai tertidur. Obrolan
membosankan tentang bengkel yang tampaknya sangat menarik bagi
mereka.
Walapun hubungan mereka sangat dekat, aku tidak pernah iri pada
ikatan itu. Aku malah bersyukur Ayah memiliki Pandu yang
membuatnya merasa memiliki anak laki-laki. Ketika melihat cara Ayah
dan Pandu berinteraksi, kadang-kadang aku merasa konyol sendiri
karena jatuh cinta padanya. Rasanya seperti jatuh cinta kepada kakak
sendiri. Semacam terjebak cinta terlarang, meskipun kami tidak punya
hubungan darah.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Itu nggak perlu dibahas lagi," sambutku cepat. "Bengkel itu milik kita
berdua seperti wasiat Ayah. Kita harus menghargai itu."
"Kaget?" Menilik ekspresi dan isi kalimat Pandu, sepertinya apa yang
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Saat Bapak bicara tentang kamu, beliau selalu bilang kalau Ambar
harus mendapatkan semua yang terbaik. Setidaknya, seperti yang
selalu diterimanya dari keluarga. Tidak boleh kurang dari itu. Hidup
Ambar harus layak. Yang terpenting adalah, Ambar harus
mendapatkan pasangan yang mencintainya. Laki-laki yang tidak akan
menyakiti hatinya karena Bapak sudah nggak akan ada untuk
menghibur Ambar kalau dia sampai terluka."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
kan?
**
Di Watty akan tetap lanjut kok. Cuman posting-nya per bab seperti
ini kalau bintangnya udah cukup. Semoga terkejar sampai kelar
sebelum terbit. Semua tergantung pembaca sih. Lopyu, Gengs....
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Bicara soal apa?" Pandu balik bertanya. "Apa yang perlu Ibu
bicarakan denganku?" Ekspresi bingungnya sangat wajar sehingga aku
yakin dia memang belum bicara dengan Mama.
"Tentu saja hubungan kami serius!" potongku sebal. Aku tidak ingin
mendengar penjelasan apa pun mengenai keterlambatan pengakuan
itu. "Aku sudah pernah bilang sama kamu waktu kita ngobrolin
Abimana! Akan aku ulang lagi sekarang supaya kamu lebih yakin.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tertawa miris. Itu mungkin alasan yang bagus, tapi tidak valid
lagi. Waktunya sudah tidak relevan. Kedaluwarsa. Basi. "Kamu
memikirkan ini setelah aku bersama Abimana? Hebat sekali. Jadi
kalau aku belum berkomitmen dengan siapa pun, kamu akan terus
diam saja sampai aku ubanan? Atau, kita memang tidak akan
membicarakannya ketika perasaanmu memang benar-benar luntur saat
akhirnya menemukan orang lain dan hidup bahagia bersamanya!"
Pandu diam saja, jadi aku melanjutkan dengan lebih lantang, "Kamu
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
sadar nggak sih kalau setelah ini hubungan kita tetap akan berubah?
Aku tidak akan bisa berpura-pura melupakan apa yang sudah kita
bicarakan ini." Kecanggungan itu memang belum terasa karena aku
masih dikuasai kemarahan, tapi keadaan akan berbeda setelah proses
cooling down selesai. Pasti butuh waktu untuk mengembalikan
interaksi kami seperti sebelum percakapan ini dilakukan.
"Aku tahu, Mbar. Tapi orang memang terkadang harus bertindak egois
untuk memperjuangkan kebahagiaannya."
"Kamu tahu kalau bukan aku yang bisa membuat keputusan seperti itu,
Mbar. Aku menyatakan perasaanku untuk memberi tahu kamu kalau
selain Abimana, ada aku yang juga mencintai kamu dengan tulus. Aku
yang sudah kamu kenal dengan baik. Bersama, kita bisa melangkahi
banyak tahap karena tidak harus memulainya dari awal."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku rasa tidak ada orang yang ingin berada di posisiku. Patah hati
karena memendam cinta selama bertahun-tahun kepada seseorang, dan
ketika sudah berpindah ke lain hati, orang yang membuat patah hati itu
lantas menyatakan perasaan cinta yang sama. Ironi.
"Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi." Aku memantapkan tekad
saat menatap Pandu lekat, untuk menyampaikan bahwa aku sungguh-
sungguh dengan pernyataanku. Dia harus yakin kalau pintu yang
hendak diketuknya sudah tertutup rapat. "Aku sudah mendengar
pengkuanmu, tapi itu nggak akan mengubah apa pun. Aku sudah
bersama orang lain. Semuanya mungkin berbeda kalau kita
membicarakan ini sebelum Abimana hadir. Sayangnya pemilihan
waktu kamu benar-benar keliru. Tapi ini akan jadi pelajaran untuk
kamu. Lain kali, jangan tunggu sampai teritorial kamu terinvasi
sebelum bertindak." Aku mengulurkan tangan pada Pandu. "Kasih aku
kunci mobil kamu. Aku mau balik duluan ke kantor. Sebaiknya kita
jangan bicara dulu karena aku masih sangat jengkel sama kamu!" Aku
menyambar kunci yang diulurkan Pandu. "Jadi kamu nggak usah
masuk ke kantor kalau datang ngambil mobil. Kuncinya akan aku
tinggal di mobil."
Biar saja dia naik taksi daring. Salahnya sendiri sudah membuatku
sebal.
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tiga Puluh
Sampai di kantor aku mencoba fokus melanjutkan memeriksa laporan
yang tadi kutinggalkan untuk pergi makan dengan Pandu, tetapi sulit
melakukannya dengan berbagai pikiran yang bertabrakan di dalam
benak. Si kampret Pandu sudah membuat konsentrasiku berantakan.
Benar-benar menjengkelkan! Entah sudah berapa puluh kali siang ini
Pandu kumaki-maki dan kuhujat dalam hati. Untung saja dia bukan
anakku. Kalau iya, dia pasti sudah jadi batu karena kutukanku yang
sadis. Biar jadi atraksi turis sekalian! Lumayan untuk menambah
retribusi kota Surabaya.
"Ada apa?" Salwa tiba-tiba sudah berdiri di dekat mejaku. Aku sama
sekali tidak mendengar langkahnya. "Pulang makan siang bukannya
senang karena kenyang, tapi malah urut-urut dahi. Menu makanannya
daging-dagingan semua, terus keasinan, jadi kamu sekarang terkena
gejala hipertensi di usia muda?"
"Kok mobil Pandu masih ada di depan sih?" lanjut Salwa tanpa
menunggu jawabanku untuk tebakan ngawurnya. "Kalian nggak
pulang bareng?"
Aku menggeleng. "Aku pulang duluan. Mobilnya aku bawa. Nanti dia
datang ambil."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kenapa muka Ambar kusam?" Widy yang baru masuk ruanganku ikut
nimbrung. Dia duduk di sofa.
"Kadang-kadang aku iri banget dengan kerja otak kamu yang simpel
itu." Salwa ikut tersenyum. Dia sudah melupakan kesebalannya pada
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Apa yang bisa diharapkan dari laki-laki yang langkahnya mirip siput
dan baru mau bergerak setelah gebetannya sudah berkomitmen dengan
orang lain?" Dengusan Salwa konsisten, mengingatkan aku pada
lokomotif kereta uap zaman dulu yang biasanya aku lihat di film-film
tua.
"Aku yakin Pandu pasti punya alasan untuk keputusannya yang nggak
gercep itu." Widy lagi-lagi membantah Salwa. "Jangan menghakimi
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku jadi seperti wasit tenis yang mengawasi bola dipukul ke sana
kemari oleh atlet amatiran yang sekarang diperankan oleh Salwa dan
Widy.
"Guys...!" ulangku lebih keras. Mungkin kali ini aku bisa mendapatkan
perhatian keduanya. Seharusnya mereka memberikan masukan dengan
cara beradab, bukan berdebat di depanku seperti ini. Yang ada, aku
malah jadi semakin stres.
"Pandu bukan tipe cemen. Dia pasti punya alasan." Widy tampaknya
tidak tertarik untuk mengakhiri pertikaian dengan Salwa. Dia menoleh
padaku untuk mencari dukungan. "Iya kan, Mbar?"
"Entahlah." Aku tidak tahu apakah pendapat pribadi Pandu terhadap isi
percakapannya dengan Ayah bisa dijadikan alasan valid untuk
menunda pernyataan perasaannya sekian lama. "Ka—"
"Pandu sudah ada dalam hidup Ambar sejak lama," sentak Widy, tidak
kalah berapi-api. "Dia juga sudah membuktikan kalau dirinya pantas.
Keluarga mereka sudah sangat dekat. Tidak perlu ada penyesuaian lagi.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Ucapan Widy kali ini mengingatkanku pada perkataan Pandu tadi. Ada
perbedaan diksi, tetapi maknanya sama. Widy mengingatkan jika aku
memang belum mengenal keluarga Abimana. Dua minggu lalu
Abimana sempat mengajakku ke rumah orang tuanya untuk makan
malam. Tapi acara itu batal karena kakek Abimana yang tinggal di
Semarang masuk IGD sehingga orang tuanya mendadak harus terbang
ke sana.
**
Tapi buat pembaca yang pinisirin dan pengin baca lebih cepat,
bisa ke Karyakarsa ya. Di sana sudah bab 37, dan semoga akan
segera tamat sebelum tahun baru. Tapi di sana berbayar ya,
Gengs. Kalau mau gratis, bisa tungguin di sini. Cuman kalau
respons pembaca tetep nggak bagus, kayaknya bakal keduluan
terbit deh. :)
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tahu jika aku sudah menutup kisah cinta sepihakku yang
menyedihkan pada Pandu karena sudah punya Abimana. Seperti kata
Pandu, aku tipe yang setia pada komitmen. Tetapi, aku tidak bisa
munafik. Ada bagian kecil dari hatiku yang membuat pengandaian.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Abi ada meeting dadakan." Aku ikut meraih tas dan memasukkan
iPad serta ponsel. "Aku kencan dengan John Wick saja."
Aku memutar bola mata. "Abi dan John wick nggak bisa
diperbandingkan dong. Porsinya dalam hati aku tentu saja beda."
"Iya, tentu saja beda. Satunya belahan jiwa, sedangkan yang lain
hanya sekadar sarana transportasi."
Aku malas mendebat Salwa yang entah mengapa seperti punya dendam
kesumat pada John Wick yang tidak pernah melakukan kejahatan apa
pun padanya. Sesekali, saat sedang dalam mode sial, dia memang
kadang terjebak denganku ketika John Wick ngambek. Tapi itu bukan
salah John Wick, kan? Waktu itu organ dalamnya sedang sakit-sakitan.
Setelah menjalani operasi transplantasi jantung, John Wick belum
sekalipun ngambek. Dia berada dalam kondisi prima.
"Nggak juga. Tunanganku yang tercinta sedang keluar kota, jadi aku
bebas. Mau ngajak jalan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku sedang tidak ingin pulang tepat waktu. Beberapa hari terakhir ini
Pandu biasanya langsung ke rumahku setelah pulang dari bengkel.
Mama sedang ada proyek di kantornya, dan stafnya yang bertanggung
jawab mengolah data yang sudah terkumpul tiba-tiba sakit. Terpaksa
pekerjaan itu diambil alih Mama sebagai kepala bidang. Dan untuk
menyelesaikannya, Mama menggunakan jalan pintas, yaitu dengan
meminta bantuan Pandu menyelesaikan rekapan data dan membuat uji
statistiknya. Mama minta bantuan Pandu karena dia memang lebih
teliti daripada aku. Mungkin karena Pandu sudah terbiasa berurusan
dengan mur dan sekrup kecil yang sangat berbahaya kalau lupa
dipasang pada onderdil mobil atau motor yang dikerjakannya.
Aku enggan bertemu Pandu setelah percakapan tadi siang. Tadi aku
sudah bilang kalau tidak mau bertemu dengan dia dulu untuk
sementara waktu. Pandu mungkin tidak keberatan menjauh dariku, tapi
dia jelas tidak akan meninggalkan pekerjaan Mama yang belum dia
selesaikan. Aku yakin sore ini dia tetap akan ke rumahku seperti biasa,
dan baru pulang setelah cukup larut. Dua hari lalu dia malah menginap
karena ditahan Mama yang khawatir Pandu menyetir dalam kondisi
mengantuk.
Kafe yang kami datangi tampak sepi. Hanya ada beberapa orang
penghunjung yang tersebar di meja di dalam ruangan kafe. Waktu
seperti ini memang tanggung untuk nongkrong. Cocok untuk didatangi
saat menginginkan privasi di tempat publik. Setelah memesan
minuman dan kue, aku dan Salwa memilih meja di dekat pintu, persis
di sisi dinding kaca.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku bukan orang yang gampang dipengaruhi. Dan aku nggak akan
berselingkuh, kalau itu yang kamu takutkan." Aku tidak pernah
membayangkan diri menjadi seseorang yang berkhianat pada
komitmen.
"Aku tahu kamu nggak akan selingkuh, Mbar. Yang aku takutkan itu
adalah kamu akan membandingkan Pandu dan Abimana karena itu
nggak akan adil untuk Abimana. Widy benar tentang satu hal, bahwa
Pandu itu baik banget. Selain sifat pengecutnya, sulit menemukan
kekurangannya. Dan Pandu konsisten menunjukkan sifat tanggung
jawabnya dalam waktu yang sangat lama. Abimana nggak akan bisa
menandingi itu karena dia belum lama hadir dalam hidup kamu. Tapi
itu tidak berarti bahwa dia nggak akan lebih baik dan konsisten
dibandingkan Pandu, kan? Itu yang aku maksud dengan nggak adil
membandingkan mereka." Salwa mengangkat telunjuk, memintaku
tetap diam dan mendengarkan. "Jangan membantah. Sudah sifat alami
kita sebagai perempuan untuk membandingkan dan membuat
pengandaian, Mbar. Aku yakin kamu akan melakukannya. Bisa saja,
hasil perbandingan itu akan membuatmu condong pada Pandu setelah
memikirkan semua sisi, termasuk mama kamu yang lebih menyukai
dia ketimbang Abimana. Aku bilang ini hanya untuk mengingatkan
bahwa yang seharusnya kamu pertimbangkan itu adalah bukanlah
tentang siapa yang lebih baik di antara Pandu dan Abimana, tapi siapa
yang kamu cintai. Sekarang, Mbar. Bukan di masa lalu. Jangan bias
sama perasaan sendiri."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
sudah aku buat. Atau, aku memang sengaja melakukan percakapan ini
berdua dengan Salwa dan mengesampingkan Widy karena tahu Widy
tidak berdiri di sisi komitmenku seperti Salwa. Entahlah, tetapi
rasanya melegakan ada yang mendukungku.
Aku tidak ingin berprasangka pada Pandu karena dia belum pernah
melanggar kepercayaanku, tetapi kalau dia benar-benar cinta padaku
seperti yang diakuinya, dia bisa saja mencari dukungan pada Mama.
Dan kali ini, aku yakin Mama akan bertindak berbeda ketika tahu laki-
laki yang diinginkannya sebagai calon menantu juga menginginkanku.
Jadi, penting rasanya memiliki sekutu untuk membuatku kokoh di
jalur komitmen.
Persis ketika aku dan Salwa berpisah, saat aku kembali ke tempat
parkir kantor untuk menjemput John Wick, telepon Abimana masuk.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
**
Versi lengkap untuk online ada di Karyakarsa ya. Dan... stay tune di
Instagram @titisanaria untuk pooling pemilihan tim besok. Kali ini
aku akan ikut tim suara terbanyak untuk ending cerita. Selain hasil
pooling di Instagram, aku ngitung yang masuk di komen part akhir
Karyakarsa ya, Gengs. Jadi pastikan ikut memilih kalau kamu
bukan tim netral. :)
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Maunya sih begitu, tapi aku tadi malah kebanyakan ngobrol sama
Salwa," jawabku jujur. Semoga saja Abi tidak menanyakan isi
percakapan kami, karena aku tidak suka kalau harus berbohong. Aku
tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya, kan? Itu mengundang
masalah baru. Menumpuk masalah tidak ada dalam urutan teratas
daftar hal yang ingin kulakukan sekarang. "Jadi laporannya belum
beres."
Tarikan bibir Abi tampak lebar. "Perempuan itu multi tasking, tapi
gampang juga terdistraksi."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Dan yang ngomong begitu dengan percaya diri adalah laki-laki tulen
yang nggak pernah punya pengalaman jadi perempuan."
Senyum Abi menjelma menjadi tawa kecil. "Ibuku, adikku, dan Rizky
sudah cukup untuk dijadikan sampel untuk menyadari soal muti
tasking dan fokus yang gampang pecah itu."
Aku ikut tertawa karena tahu kalau apa yang dikatakan Abi benar.
Kebanyakan perempuan memang gampang terdistraksi. Aku salah
seorang di antaranya. Itulah salah satu alasan mengapa aku, Salwa, dan
Widy harus pisah ruangan supaya bisa semakin produktif seiring
dengan kemajuan usaha kami. Berkumpul di satu ruangan akan
membuat banyak waktu terbuang untuk membahas hal sepele yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Abi bukan tipe orang yang suka berganti-ganti aksesori. Terkadang dia
memakai jam tangan yang sama selama beberapa minggu, tetapi harga
satu buah jam tangan paling murah dari merek yang dipakainya bisa
dipakai untuk membeli selusin jam tangan bermerek yang lain.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Jawaban Abi saat beberapa kali kutanya? Dia hanya berdecak dan
tertawa geli. Asumsi itu pupus ketika kami kebetulan makan malam di
tempat yang sama dengan Bu Joyo dan keluarganya. Saat melihat Bu
Joyo, aku menanyakan apakah Abi akan menemuinya sebagai sopan-
santun. Abi menolak dan bilang, "Bu Joyo pasti nggak suka diganggu
saat sedang bersama keluarganya. Quality time pasti penting untuk
mereka."
Dan ketika Bu Joyo dan keluarganya selesai makan, suami dan kedua
anak Bu Joyo melewati meja kami begitu saja. Hanya Bu Joyo yang
mampir untuk menegur dan berbasa-basi sebentar dengan kami,
layaknya seorang bos kepada pegawainya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
nominasi.
"Apa yang bisa aku bantu?" tawarku. Aku mencoba menepis berbagai
pikiran yang melintas di benak.
"Nggak ada. Semua sudah diurus kok. Ini hanya acara kecil. Nggak
terlalu banyak orang, jadi kamu nggak perlu canggung. Hanya
keluarga dan beberapa orang teman dekat."
Keluarga dan teman dekat yang belum aku kenal, ulangku dalam hati.
"Nggak mungkin nggak canggung. Ini kan pertama kali aku mau
ketemu keluarga kamu. Sekarang saja sudah deg-degan," kataku jujur.
"Keluarga kamu pasti punya ekspektasi tentang pasangan kamu, dan
aku khawatir nggak bisa memenuhi ekspektasi itu."
"Cara laki-laki dan perempuan menghadapi hal seperti ini kan beda,
Bi." Aku mengamati tautan tangan kami. Tone kulit kami sedikit
berbeda. Sejak awal aku tahu hal itu, tapi baru kali ini benar-benar
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sulit menjelaskan hal seperti itu kepada laki-laki yang percaya diri
seperti Abi. Aku juga percaya diri. Jarang sekali mengalami episode
insecure. Kali ini aku merasakannya karena terpicu keinginan untuk
diterima di tempat yang tantangannya terasa besar. Tantangan yang
besar itu memang baru pradugaku, tetapi bukankah perempuan
memang sepaket dengan praduga-praduga?
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Jadi, untuk ke rumah baru Abi, aku memilih blus putih beraksen
truffles yang kupadukan dengan rok sebetis bermotif bunga-bunga
kecil. Aku memilih wedges yang tidak terlalu tinggi. Kalau kami akan
menghabiskan banyak waktu di luar ruangan, seperti yang kuprediksi,
betisku tidak akan kelelahan. Aku harus selalu bersiap untuk semua
kondisi.
Mama sedang keluar saat Abi menjemputku. Katanya sih mau pergi
cari kompos bersama Pandu. Tadi, saat mendengar Mama menyebut
nama Pandu, aku segera membawa teh panasku masuk ke kamar untuk
menghindari pertemuan. Ya, kami belum pernah terlibat percakapan
sejak berpisah di restoran Jepang beberapa hari lalu. Pandu sepertinya
memberiku ruang seperti yang aku minta karena dia juga menghindar.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Abi tertawa kecil. "Jangan tertarik sama kakakku ya. Dia jauh lebih
menarik karena lebih supel daripada aku yang nggak pintar basa-basi.
Dia juga masih single, dan aku yakin kamu termasuk dalam kategori
tipe dia. Dia terlalu banyak dikelilingi perempuan, jadi bingung mau
pilih yang mana."
Baru kali ini Abi mendeskripsikan kakaknya panjang lebar seperti itu.
Dan aku lega karena tidak harus berhadapan dengan seseorang yang
sekaku Abi saat pertemuan-pertemuan awal kami. "Apakah dia lebih
ganteng daripada kamu?" Aku terus menggodanya. Aku pura-pura
berpikir dan mendesah pasrah. "Soalnya aku lemah pada laki-laki
ganteng dan mapan. Aku nggak bisa janji apa-apa kalau nanti kakak
kamu ternyata pakai kaus slim fit dan otot-otot perutnya tercetak jelas.
Laki-laki dengan sixpack dan otot biseps-triseps menawan itu
menyegarkan mata. Bikin melek dan ileran."
Tarikan bibir Abi yang lebar membuat dekik pipinya tampak jelas.
Laki-laki yang menggemaskan ini kelihatan sangat tampan.
"Kalau disuruh memilih, aku lebih suka dengar gurauan kamu kayak
gini daripada lihat kamu pegang dongkrak. Soalnya kalau aku yang
bercanda pasti kedengaran nggak lucu. Aku sudah menerima
kenyataan itu sejak masih SMP."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
karena mereka tidak bisa menangkap aura dan makna komedi yang
disampaikannya.
"Kita nggak mampir dulu beli sesuatu, Bi?" tanyaku saat kami sudah
di perjalanan menuju rumahnya.
"Nggak usah bawa apa-apa. Kan sudah aku bilang kalau semuanya
sudah diurus Ibu."
"Masa aku datang dengan tangan kosong sih?" Aku masih tidak enak
hati. Aku tahu kok kalau Abi dan keluarganya tidak butuh apa-apa,
tapi buah tangan pada kunjungan pertama menandakan sopan-santun.
Bukan harga barang yang dibawa, tapi maknanya. "Buah atau kue
gitu?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kasihan Rizky. Dia jadi ikut repot." Aku kagum sendiri mendengar
ketulusan nada prihatin dalam suaraku. Ya, apa sih yang tidak bisa
dilakukan perempuan saat mengamuflasekan perasaan? Kami bisa
melakukan semuanya. Bersandiwara? Sangat mudah!
"Nggak masalah. Dia sudah biasa kok jadi seksi konsumsi saat ada
acara di rumah. Ibu cocok dengan seleranya, jadi dia selalu
memercayakan pilihan makanan pada Rizky."
"Sudah nggak terlalu banyak yang dikerjakan hari ini. Rizky dan
timnya sudah menyiapkan semuanya kemarin. Hari ini tinggal
membawa makanannya saja."
Aku tahu Abi tidak bisa disalahkan untuk hal yang aku rasakan. Dia
pasti bersikap seperti ini untuk membuatku nyaman. Terkadang laki-
laki berpikir jika pasangannya suka diperlakukan sebagai ratu, yang
menerima semua hal secara bersih, tanpa perlu dilibatkan dalam proses
pekerjaan karena takut merepotkan. Sayangnya aku bukan tipe seperti
itu. Aku suka terlibat langsung. Kalau tidak suka repot, aku tidak akan
mendirikan usaha dengan teman-temanku. Aku akan duduk-duduk saja
di dalam kamar sambil mengikir kuku dan nonton Netflix karena
pendapatan dari bengkel yang masuk dalam rekeningku setiap bulan
sudah cukup untuk membiayai hidupku secara layak.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kita tetap mampir untuk beli buah dan kue ya, Bi," kataku, kali ini
dengan nada tegas. "Aku beneran nggak mau muncul dengan tangan
kosong. Nggak enak."
Bukan itu yang aku pikirkan. Tadi, untuk beberapa saat, aku malah
sempat melupakan keluarga Abi yang akan kuhadapi. Sekarang karena
dia sudah menyebutkannya, perasaan tidak nyamanku bertambah jadi
dua kali lipat. Kemampuanku memanipulasi ekspresi benar-benar diuji
hari ini.
**
Kalau mau baca tamat untuk versi online, bisa ke Karyakarsa ya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Syukurlah aku tidak perlu membawa John Wick ke sini, karena dia
pasti akan merasa sebagai veteran perang dunia pertama yang sudah
kelelahan saat berhadapan dengan mobil generasi Alpha yang gaya
serta penuh vitalitas, karena aku yakin mobil-mobil yang terpakir di
rumah Abi tidak ada yang berumur lebih dari 5 tahun. Saking
mengilapnya, body mobil itu bisa digunakan untuk bercermin. Pori-
pori kulit wajahku pasti bisa terlihat jelas di sana.
Ruang tamu dan ruang tengah superluas yang kami masuki tampak
kosong, tetapi suara-suara perempuan terdengar bersahut-sahutan dari
lantai atas. Abi benar, tante-tantenya sedang house tour.
"Bukan aku saja," jawabku cepat. Rasanya tidak enak menerima pujian
untuk hasil kerja Widy dan Salwa. "Lebih banyak dikerjakan oleh
teman-temanku."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
prasangka. Cemburu untuk hal yang tidak perlu. Persahabatan Abi dan
Rizky yang sudah ditempa waktu seharusnya tidak perlu berubah
karena kehadiranku. Toh porsi kami berbeda di hati Abi.
"Ada yang bisa aku bantu?" Sekarang suasana hatiku terasa jauh lebih
baik.
Aku mengikuti langkah Rizky yang tampak pasti dan percaya diri.
Persis seperti aku ketika berada di zona nyaman. Tapi rumah Abi,
untuk saat ini bukan zona nyamanku. Jadi aku memilih mengikuti
arus. Pegawai Rizky yang berjaga di meja dessert mengambil alih kue
di tanganku. Dengan cekatan dia memindahkan kue itu ke piring ceper
berukuran besar yang seolah memang sudah disiapkan untuk model
kue yang aku bawa. Benar-benar penuh persiapan.
"Hanya keluarga Abi. Tapi memang ramai karena Ibu, maksudku, ibu
Abi merangkaikan acara syukuran rumah Abi dengan arisan keluarga.
Oh ya, sudah kenalan sama ibu Abi?" Rizky balik bertanya.
Aku menduga jika Virzha adalah kakak Abi, tetapi memilih tidak
menegaskan hal itu kepada Rizky.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Rizky tertawa. "Iya, ini bikinanku kok. Kan kamu yang request minta
dibikinin apple pie untuk acara hari ini."
"Aku beneran kangen kue bikinan Mbak Kiky. Sekarang kan udah
jarang nyicipin kue Mbak Kiky karena Mbak Kiky udah makin sibuk.
Udah jarang banget main di rumah. Kok apple pie-nya nggak
dimasukin dalam menu restoran Mbak Kiky saja sih? Biar kalau
pengin tinggal delivery aja."
"Pernah dicoba, tapi nggak selaku dessert yang lain, Del. Kebanyakan
pelanggan lebih suka kue yang rasa cokelatnya kental kayak brownies.
Jadi dihapus lagi deh dari menu. Di Surabaya ini, mungkin kamu saja
deh yang tergila-gila sama apple pie." Rizky mengalihkan perhatian
cewek yang dia panggil "Del" itu padaku. "Belum kenalan sama pacar
Abi, kan?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Sudah tahu, Mbak." Adel tertawa. "Udah dikasih lihat fotonya sama
Mas Abi waktu dia bikin pengumuman mau kenalin Mbak Ambar
sama keluarga sejak beberapa minggu lalu, tapi nggak jadi karena
kakek keburu sakit. Oh ya, Mas Abi-nya mana?"
Aku mengikuti gerakan Adel dengan pandangan, dan saat itu mataku
lantas menangkap sosok Abi yang sedang bicara dengan seorang
perempuan setengah baya di balik dinding kaca. Keduanya bergerak
bersama menuju pintu, jelas hendak keluar. Apakah itu ibunya? Aku
tidak bisa menangkap rautnya dengan jelas karena dihalangi oleh Abi
yang berada di sisi kanannya.
Wajah ibu itu baru terlihat jelas setelah mereka melewati pintu geser.
Aku spontan membelalak dan melongo. Pantas saja wajah Adel
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Apa-apaan ini?
**
Apakah aku senang saat mengetahui jika Bu Joyo, investor yang sering
kami sanjung setinggi langit ternyata benar-benar adalah ibu Abi?
Entahlah. Terlalu banyak hal yang berbenturan di dalam benakku pada
saat yang bersamaan sehingga sulit memprosesnya.
Aku tidak tahu cara menanggapi candaan seperti itu. Senyumku pasti
kecut. Semoga saja aku tidak terlihat bodoh.
"Nanti kita ngobrol kalau acara arisannya sudah selesai ya, Ambar."
Bu Joyo lantas menoleh pada Rizky. "Ky, minta staf kamu nyiapin
meja di atas juga ya, Nak. Sebagian makanan di sini dibawa ke atas.
Tante-tante Abi udah pada males turun tuh. Lutut yang uzur memang
nggak bersahabat dengan tangga yang lumayan tinggi. Sudah nggak
sanggup dibawa naik-turun."
Tapi kami belum sempat bicara saat seseorang tiba-tiba ikut duduk di
salah satu kursi kosong yang ada di meja kami. Kali ini aku tidak perlu
berpikir lagi karena langsung mengenalinya sebagai kakak Abi. Dia
laki-laki yang ada di meja makan Bu Joyo waktu itu.
"Halo, aku Virzha." Dia mengulurkan tangan padaku. Seperti Adel dan
Bu Joyo, senyumnya ramah. Sorot matanya hangat dan bersahabat.
Aku segera mengenali perbedaan karakter yang dimaksud Abi saat
menceritakan kakaknya. Penampilan fisik mereka juga berbeda. Tidak
seperti Abi dan Adel yang berkulit putih, tone kulit Virzha lebih gelap.
"Aku memperkenalkan diri sendiri karena Abi pasti nggak pernah
bercerita tentang aku. Dia takut bersaing, karena tahu diri nggak akan
pernah bisa mengalahkan kakaknya kalau urusan menarik perhatian
perempuan. Iya kan, Bi?" tawa Virzha yang menggoda Abi terdengar
empuk.
Virzha itu adalah gambaran dari seorang laki-laki percaya diri yang
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tahu persis jika dirinya menarik. Dia menguarkan aura hangat dan
terbuka sehingga orang yang baru mengenalnya pun tidak merasa
sungkan ketika berinteraksi. Setidaknya, begitulah kesan yang
kutangkap saat ini.
"Sebenarnya kita sudah pernah ketemu," kata Virzha lagi setelah aku
menyambut uluran tangannya. "Beberapa bulan lalu di restoran, saat
kita kebetulan makan di tempat yang sama." Tawanya kembali
terdengar. "Adel sudah pengin nyamperin, tapi pesan Abi yang minta
nggak diganggu keburu masuk. Abi itu terlalu penuh perhitungan. Dia
nggak suka kejutan, dan nggak suka ngasih kejutan kalau belum yakin
sama reaksi orang yang pengin dia kejutin. Jadi walaupun kesannya
konyol, kami terpaksa pura-pura cuek aja waktu lewat di dekat meja
kalian. Karena aku orangnya ramah banget, permintaan absurd Abi itu
adalah salah satu cobaan terberat dalam hidupku."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Abi bilang kalau hampir semua furnitur yang ada di rumah ini
dipesan dari tempatmu." Virzha tampaknya sudah puas menggoda Abi
sehingga mengalihkan percakapan ke topik lain. "Aku suka banget
sama coffee table-nya. Itu bisa pesan warna, kan? Warna itu nggak
cocok dengan konsep interior rumahku."
"Tentu saja bisa." Aku suka topik yang ini. Bicara tentang pekerjaan
yang kita sukai memang lebih nyaman untuk dilakukan saat bertemu
dengan orang yang baru dikenal. Aku mengeluarkan kartu nama dari
dompet. "Silakan datang ke toko kami. Ada beberapa coffee table lain
yang mungkin cocok dengan konsep rumah Mas Virzha."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kalau mau ke tempat Ambar, telepon aku dulu, biar kita pergi sama-
sama," Abi ikut dalam percakapan kami.
Virzha tertawa. "Aku beneran mau cari furnitur, Bro, bukan mau
godain Ambar. Tenang aja."
Ya, itu pemikiran ge-er sih karena candaan Virzha tidak lantas berarti
kalau dia tertarik padaku. Aku tidak kelihatan semenakjubkan Rizky
yang bisa membuat perempuan sekalipun akan terpesona saat
memandangnya. Aku tidak akan merasa cemburu tanpa alasan yang
jelas. Cemburu karena alasan kecantikan mungkin akan terdengar
dangkal, tapi perempuan terkadang memang dangkal ketika merasa
cemburu. Sulit memaksakan logika ketika bicara tentang perasaan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tidak tahu cara menanggapi candaan seperti itu. Senyumku pasti
kecut. Semoga saja aku tidak terlihat bodoh.
"Nanti kita ngobrol kalau acara arisannya sudah selesai ya, Ambar."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Bu Joyo lantas menoleh pada Rizky. "Ky, minta staf kamu nyiapin
meja di atas juga ya, Nak. Sebagian makanan di sini dibawa ke atas.
Tante-tante Abi udah pada males turun tuh. Lutut yang uzur memang
nggak bersahabat dengan tangga yang lumayan tinggi. Sudah nggak
sanggup dibawa naik-turun."
Tapi kami belum sempat bicara saat seseorang tiba-tiba ikut duduk di
salah satu kursi kosong yang ada di meja kami. Kali ini aku tidak perlu
berpikir lagi karena langsung mengenalinya sebagai kakak Abi. Dia
laki-laki yang ada di meja makan Bu Joyo waktu itu.
"Halo, aku Virzha." Dia mengulurkan tangan padaku. Seperti Adel dan
Bu Joyo, senyumnya ramah. Sorot matanya hangat dan bersahabat.
Aku segera mengenali perbedaan karakter yang dimaksud Abi saat
menceritakan kakaknya. Penampilan fisik mereka juga berbeda. Tidak
seperti Abi dan Adel yang berkulit putih, tone kulit Virzha lebih gelap.
"Aku memperkenalkan diri sendiri karena Abi pasti nggak pernah
bercerita tentang aku. Dia takut bersaing, karena tahu diri nggak akan
pernah bisa mengalahkan kakaknya kalau urusan menarik perhatian
perempuan. Iya kan, Bi?" tawa Virzha yang menggoda Abi terdengar
empuk.
Virzha itu adalah gambaran dari seorang laki-laki percaya diri yang
tahu persis jika dirinya menarik. Dia menguarkan aura hangat dan
terbuka sehingga orang yang baru mengenalnya pun tidak merasa
sungkan ketika berinteraksi. Setidaknya, begitulah kesan yang
kutangkap saat ini.
"Sebenarnya kita sudah pernah ketemu," kata Virzha lagi setelah aku
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Abi bilang kalau hampir semua furnitur yang ada di rumah ini
dipesan dari tempatmu." Virzha tampaknya sudah puas menggoda Abi
sehingga mengalihkan percakapan ke topik lain. "Aku suka banget
sama coffee table-nya. Itu bisa pesan warna, kan? Warna itu nggak
cocok dengan konsep interior rumahku."
"Tentu saja bisa." Aku suka topik yang ini. Bicara tentang pekerjaan
yang kita sukai memang lebih nyaman untuk dilakukan saat bertemu
dengan orang yang baru dikenal. Aku mengeluarkan kartu nama dari
dompet. "Silakan datang ke toko kami. Ada beberapa coffee table lain
yang mungkin cocok dengan konsep rumah Mas Virzha."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tidak ada istilah: Kita mulai dari nol bersama ya, Sayang.
"Kalau mau ke tempat Ambar, telepon aku dulu, biar kita pergi sama-
sama," Abi ikut dalam percakapan kami.
Virzha tertawa. "Aku beneran mau cari furnitur, Bro, bukan mau
godain Ambar. Tenang aja."
Ya, itu pemikiran ge-er sih karena candaan Virzha tidak lantas berarti
kalau dia tertarik padaku. Aku tidak kelihatan semenakjubkan Rizky
yang bisa membuat perempuan sekalipun akan terpesona saat
memandangnya. Aku tidak akan merasa cemburu tanpa alasan yang
jelas. Cemburu karena alasan kecantikan mungkin akan terdengar
dangkal, tapi perempuan terkadang memang dangkal ketika merasa
cemburu. Sulit memaksakan logika ketika bicara tentang perasaan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
**
"Nanti datang ke rumah ya, Ambar," kata Bu Joyo saat kami berpisah
tadi. "Biar ngobrolnya enak. Suasana hari ini nggak ideal banget untuk
berkenalan dengan keluarga Abi. Maaf kalau kesannya kamu nggak
disambut."
"Apa yang Ibu bilang tadi benar," Abi mengutip kata-kata ibunya
dalam perjalanan menuju rumahku. "Acara hari ini beneran nggak
ideal untuk memperkenalkan kamu pada keluargaku. Seharusnya aku
sudah memperkirakan kalau suasananya akan seramai tadi karena
acara arisan di rumah orang tuaku juga biasanya memang mirip acara
hajatan."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Abi benar. Aku tidak akan mencurigai dia adalah anak Bu Joyo kalau
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
tidak jadian dengan dia dan melihat rumah mewahnya yang kami
kerjakan furniturnya, juga gaya hidupnya yang terasa akan dipaksakan
kalau dia hanya sekadar tangan kanan Bu Joyo.
"Aku memang nggak pernah bilang 'iya' setiap kali kamu menanyakan
hubunganku dengan Ibu, tapi juga nggak pernah bilang 'tidak', kan?
Waktu itu aku pikir akan seru kalau kamu tahu hubunganku dengan
Ibu saat aku memperkenalkan kalian secara resmi."
"Aku yang ngejar kamu, bukan sebaliknya. Aku bisa menilai karakter
orang kok, Mbar. Aku tahu kamu nggak matre. Kalaupun kamu matre,
itu bukan masalah. Aku nggak keberatan kalau pasanganku bergantung
padaku untuk urusan finansial selama aku sanggup memenuhi
kebutuhannya. Hal itu baru jadi masalah kalau keinginannya sudah di
luar batas kemampuanku, karena keinginan berbeda dengan
kebutuhan."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sama seperti Abi yang sudah memahami karakterku, aku juga sudah
cukup mengenalnya. Dia lebih suka menjadi pihak yang mengeluarkan
uang saat kami jalan bersama. Awalnya aku berusaha membuatnya
mengerti tentang ketidaknyamananku terus-terusan dibayari, tetapi
setelah mendengar penjelasannya tentang perasaan tanggung jawab
sebagai pasangan, dan karena dia yang mengajakku keluar, aku
berusaha menekan perasaan tidak nyaman itu. Meskipun belum benar-
benar terbiasa tergantung pada orang lain, aku mencoba menyesuaikan
diri dengan prinsipnya. Bukankah keberhasilan suatu hubungan
tergantung pada kemampuan saling menyesuaikan?
"Hei, kok diam saja sih? Kamu beneran marah?" suara Abi terdengar
lagi saat aku tidak langsung meresponsnya. "Aku minta maaf deh. Aku
sama sekali nggak bermaksud membohongi kamu. Kalau tahu reaksi
kamu bakal seperti ini, aku nggak akan melakukannya. Seharusnya
aku memang percaya insting bahwa kejutan itu sering kali
menyebalkan."
Kali ini aku spontan menggeleng. "Tadi aku memang sempat sebal,
tapi nggak marah kok," jawabku jujur. "Menurutmu aku beneran
ekspresif?"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Tawa kecil Abi langsung pecah. "In a good way. Itu salah satu alasan
aku tertarik sama kamu, karena aku nggak bisa seperti itu. Kamu
sangat bersemangat saat membahas sesuatu yang kamu sukai. Seperti
ketika ngomongin John Wick atau pekerjaan."
"Syukurlah aku bukan tipe pencemburu, jadi aku nggak masalah kalau
kamu menghabiskan banyak waktu bersama John Wick. Ngomong-
ngomong, kapan pertama kali kamu jatuh cinta, SMA atau malah
SMP? Berapa lama pacarannya?"
"Nggak usah dibahas," aku mengelak dari topik itu. "Cinta pertamaku
bukan kenangan manis." Bahaya kalau sampai Abi menanyakan
orangnya. Aku tidak ingin membohonginya, tetapi juga tidak mungkin
menyebutkan nama Pandu karena tidak mau menimbulkan perasaan
tidak nyaman ketika mereka bertemu.
"Kalau dia lihat kamu sekarang, aku yakin dia pasti menyesal
hubungan kalian putus di tengah jalan," nada Abi menghibur, tetapi
seringainya tampak lebar.
"Tentu saja. Kamu sudah bertemu Virzha dan Adel. Ibu yang
memilihkan tanaman saat aku bilang mau ngasih oleh-oleh untuk
ibumu. Dia nggak akan melakukannya kalau nggak suka sama kamu.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Ayahku memang kurang ekspresif. Kalau dia nggak banyak bicara, itu
bukan karena dia nggak suka sama kamu. Karakternya memang seperti
itu."
Abi mengedikkan bahu. "Aku memang lebih mirip Ayah daripada Ibu.
Mungkin itu yang membuatku lebih dekat dengan Ibu yang lebih blak-
blakan dan cerewet. Sama seperti Virzha yang lebih mudah
berkomunikasi dengan Ayah. Oh ya, apa yang tempo hari membuatmu
curiga aku punya hubungan dengan Ibu? Jujur, aku kaget saat kamu
bertanya tentang hubunganku dengan Ibu. Soalnya aku merasa tidak
menunjukkan kedekatan personal selain hubungan profesional dengan
Ibu."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kita bisa bicara kan, Mbar?" Tatapan Pandu tampak serius. Tidak ada
gestur menggoda yang berbau candaan seperti kebiasaannya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Janji kita tidak akan membicarakan hal ini lagi?" aku mengulurkan
tangan mengajak Pandu bersalaman untuk mengesahkan janji itu.
"Tidak ada pengakuan cinta aneh-aneh lagi yang akan membuatku
bingung dan sebal, kan?
Kami belum pernah bicara soal cabang bengkel, tetapi aku tidak bisa
menanyakan soal itu di depan Mama. Kebohongan Pandu tentang
percakapan kami yang sebenarnya bisa terbongkar.
"Aneh sih kalau Ambar nggak setuju," sambut Mama. "Tanah untuk
bengkel baru itu murah banget. Sayang sih kalau nggak dibeli.
Orangnya kayaknya beneran kepepet butuh uang. Apalagi kamu juga
sudah dapat investor."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Nggak makan dulu?" tawar Mama. Dia tampaknya tidak rela melepas
Pandu begitu saja.
"Tadi sore sempat ngemil berat, Bu. Belum lapar. Nanti aku makan di
rumah saja. Setelah mandi, pasti lapar lagi."
Pandu hanya tertawa. Omelan Mama pasti sudah terdengar seperti lagu
wajib untuknya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Urusan kue pengantin dan menu pesta sudah beres?" Lebih baik
membahas persiapan acara besar Salwa daripada membicarakan kisah
cinta Widy yang kering kerontang seperti gurun.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku dan Abi belum pernah bicara tentang hubungan yang lebih
daripada sekadar pacaran." Terlepas dari penyataan Salwa tentang
korelasi antara waktu pacaran dan kesiapan menikah, aku pribadi
merasa terlalu dini untuk membicarakan pernikahan dengan Abi. Aku
baru sekali bertemu dengan keluarganya. Perkenalan yang boleh
dibilang sambil lalu. Belum ada kedekatan apalagi ikatan emosional.
Bicara tentang pernikahan dengan kondisi seperti itu rasanya sangat
tidak ideal. Menurutku, untuk naik level dari pacaran itu bisa
dilakukan setelah proses adaptasi untuk menghilangkan kecanggungan
saat berhubungan dengan keluarga pasangan sudah berhasil dilakukan.
Dalam kasusku, kondisi ideal itu masih sangat jauh.
"Aku mengajak Abi bicara tentang pernikahan?" Kalau tadi aku hanya
membelalak, sekarang mulutku ikut membentuk huruf O yang besar.
Salwa ada-ada saja.
"Abi tuh tangkapan bagus, Mbar. Cakep, mapan, dan kelihatan banget
bukan tipe playboy. Buruan dikandangin sebelum kamu ketemu
saingan yang berpeluang bikin dia berpindah hati."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Meskipun amit-amit kalau itu sampai kejadian, tapi kita nggak pernah
tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita di masa depan kan,
Mbar? Tapi kalau kepikiran dan takut sesuatu yang belum pasti, itu
bodoh sih. Lebih baik jalanin saja apa yang sudah kita rencanakan.
Seperti aku yang sekarang udah mantap menikah dengan Delon, kamu
juga seharusnya mulai berpikir soal itu."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Gaya busana dan makeup-nya sempurna. Tidak ada setitik noda pun di
blusnya, padahal, meskipun tidak terjun langsung, dia berurusan
dengan makanan yang gampang mengontaminasi pakaian karena sifat
bahan serta teksturnya yang cair dan lengket. Tidak ada rok kusut
bekas diduduki. Tidak ada pulasan wajah yang retak karena fundation
atau cushion yang tidak sesuai dengan jenis kulitnya, atau terlalu lama
menempel di pipi. Dan yang paling penting, tidak ada ekspresi lelah
atau muram karena suasana hati yang jelek. Untuk yang terakhir,
mungkin karena aku menilainya sebagai orang luar yang tidak punya
ikatan emosi. Kami tidak cukup dekat untuk membuatnya nyaman
berbagi perasaan. Hubunganku dengan Rizky hanya sebatas kenalan
karena dia adalah teman dekat dari Abi.
Seperti biasa juga, makanannya enak. Tidak butuh waktu lama untuk
menandaskan isi piring. Apalagi perutku memang sedang lapar-
laparnya. Tadi aku hanya sempat brunch dan melewatkan makan siang
karena ada urusan di kantor Dinas Perindustrian. Sepulangnya dari
sana aku harus menemani klien yang berkonsultasi dengan Widy.
Salwa bisa ditinggal sendiri dengan klien, berbeda dengan Widy yang
sering salah fokus sehingga keluar dari jalur formal saat berbicara
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Aku ke kantor Rizky dulu ya," pamit Abi saat aku sudah mendorong
piringku ke tengah meja dan menyesap minuman. Dia sudah
mengosongkan piringnya lebih dulu. Kelihatannya kami berdua sama-
sama kelaparan.
Aku mengangguk. Aku juga perlu ke toilet. Lipstik glossy yang aku
pakai hari ini tidak tahan air, jadi memang harus dipulas ulang setelah
makan kalau tidak ingin terlihat pucat. Aku membeli lipstik ini karena
benar-benar suka warnanya yang cocok dengan tone kulitku dan
formulanya yang ringan, jadi tetap memakainya meskipun tidak
waterproof.
Abi belum ada di meja kami saat aku kembali dari toilet untuk touch
up. Sambil menunggunya, aku berbalas pesan dengan Salwa dan Widy
di grup. Isi percakapan kami masih seputar persiapan pernikahan
Salwa. Aku tidak bisa menahan senyum saat Widy menampilkan GIF
menangis ketika melihat foto kebaya untuk pengiring pengantin yang
akan kami kenakan.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Jadi, aku segera menenteng ponsel Abi yang sudah berhenti berdering
menuju ruang kantor Rizky. Aku sudah pernah ke ruangan itu
sebelumnya, jadi tahu tempatnya.
"... Tadi aku sudah bilang, Ky. Ini sudah terlambat untuk kita
bicarakan sekarang!"
"Orang melakukan kesalahan, Bi. Aku juga seperti itu. Tapi akhirnya
aku menyadari kesalahanku dan berniat memperbaikinya. Kasih aku
kesempatan," permohonan Rizky terdengar tulus.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi kedengarannya
sangat pribadi. Itu sebenarnya adalah alasan tambahan mengapa aku
harus segera menyingkir dari dekat pintu, tapi salahkan kakiku yang
menolak terangkat. Kurasa perempuan memang dikutuk dengan
diberikan tambahan dosis rasa penasaran lebih daripada yang
dibutuhkan.
"Itu pilihan yang salah, Bi. Aku akui itu. Kamu benar, aku belum lama
mengenal Richard untuk mengambil keputusan ekstrem bertunangan
itu. Ada banyak sifatnya yang tidak sesuai dengan ekspektasiku
tentang pasangan. Yang aku rasakan padanya waktu itu hanya
exitement berlebihan karena dia berbeda. Euforia. Dia humoris, easy
going, dan tahu bagaimana membuat perempuan merasa dipuja.
Perempuan menyukai hal-hal yang sifatnya verbal, Bi. Dan Richard
mengakomodir itu. Tapi ternyata itu tidak cukup. Akhirnya aku
menyadari kalau aku membutuhkan orang yang sudah mengenalku.
Orang yang memberikan ketenangan. Orang yang aku tahu akan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
bertahan di sisiku karena aku tidak perlu khawatir dia akan menggoda
perempuan lain di belakangku."
Itu pembelaan diri yang sangat bagus. Kalau aku jadi Abi yang berdiri
di depan Rizky yang secantik Aphrodite, yang menatap dengan sorot
memohon, kecil kemungkinan untuk tidak tergugah.
"Dan kamu menyadari itu setelah aku sudah bersama orang lain?"
Butuh beberapa detik sebelum jawaban Abi terdengar. Nadanya kering
dan pahit di telingaku.
Ambar, aku menambahkan dalam hati. Aku lebih suka dia menyebut
namaku ketimbang menggunakan kata orang lain, seolah aku tidak
sepenting itu.
"Mungkin karena kita sudah terlalu lama bersahabat, Bi. Kita sudah
telanjur terbiasa dan nyaman. Kamu tahu pasti kalau aku selalu sayang
sama kamu. Aku hanya berpikir kalau itu bukan cinta. Dan aku salah.
Aku minta maaf."
Dejavu. Itu yang aku rasakan sekarang. Ini mirip dengan percakapan
yang aku lakukan dengan Pandu.
"Jujur, Ky, aku nggak tahu bagaimana harus merespons semua ini.
Lagi pula, ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya. Ada
Ambar di luar, dan aku sudah meninggalkannya cukup lama. Ak—"
"Kamu mencintaiku, Bi. Kamu tidak bisa memungkiri itu. Kalau kamu
tidak mencintaiku, kamu akan menjauh, sejauh mungkin saat aku
menolakmu dan memilih bertunangan dengan Richard. Tapi kamu
tidak melakukan itu. Kamu masih selalu ada untuk aku, meskipun itu
atas nama persahabatan."
"Aku mungkin akan menjauh kalau kita nggak kenal sejak kecil, Ky.
Aku tidak pintar mencari teman. Aku sakit hati karena kamu lebih
memilih Richard, tapi aku juga mencoba realistis. Aku tahu, pada satu
titik, aku akan kehilangan perasaan cinta itu. Hidup seperti itu, kan?
Aku akan bertemu dengan orang lain yang membuatku tertarik dan
jatuh cinta lagi. Ketika saat itu terjadi, aku tidak akan kehilangan kamu
sebagai teman baik. Karena itulah yang akan terjadi ketika aku
memutus ikatan dengan kamu saat kamu menolakku. Apalagi keluarga
kita sangat dekat. Suasananya pasti canggung kalau kita bertemu
ketika hubungan kita sudah renggang."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
kembali ke meja. Aku sudah bisa menangkap apa yang terjadi di masa
lalu antara Abi dan Rizky.
"Lihat aku, Bi. Lihat aku dan bilang kalau aku memintamu memilih
antara aku dan Ambar, kamu nggak akan ragu-ragu menyebut
namanya. Bahwa kamu nggak keberatan kehilangan aku dalam
hidupmu untuk bersama dia. Karena aku yakin Ambar akan
memintamu untuk menjaga jarak denganku saat tahu aku mencintaimu
dan menginginkanmu."
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Empat Puluh
Abi kembali ke meja kami setelah aku berhasil menandaskan
minumanku yang rasanya sudah tidak keruan. Atau mungkin
minumannya tetap enak, tapi perasaankulah yang kacau. Entahlah.
Ekspresi Abi? Kalau aku tidak sempat nguping, aku mungkin tidak bisa
menangkap sedikit pun perubahan di sana. Aku akan menganggap dia
setenang biasa. Tapi karena memasang telinga lebar-lebar untuk
percakapan pribadi yang seharusnya tidak boleh kudengar, aku bisa
melihat jika wajah Abi sedikit merona.
"Tadi ayah kamu menelepon beberapa kali." Aku menunjuk ponsel Abi
yang sudah aku letakkan kembali di atas meja. "Sebaiknya kamu
hubungi. Mungkin penting."
"Iya, Ayah, tentu saja bisa," Abi menjawab ayahnya setelah diam untuk
mendengarkan. "Aku akan segera menyusul ke Semarang."
Sepertinya masalah. Kali ini Abi terlihat lebih gelisah daripada tadi.
Aku benar-benar merasa kagum dengan kemampuanku menahan diri
yang tumben, luar biasa hari ini. Aku tidak langsung bertanya, tetapi
menunggu sampai Abi memberitahu.
"Antar aku balik ke kantor saja," sambutku. "Lebih dekat. Ada John
Wick di sana. Biar aku pulang sama dia. Kasihan kalau dia dibiarkan
nginap di kantor lagi malam ini."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
**
"Mungkin karena Mama suka Tom Hanks. Atau mungkin karena film
ini bisa Mama tinggal kapan saja kalau ngantuk, tanpa penasaran
ending-nya akan seperti apa. Oh ya, kamu belum makan?"
"Sama Abi?" tanya Mama. Nadanya biasa saja. Tidak ada rasa tidak
suka, menyelidik, atau sebal. Murni hanya sebatas pertanyaan.
"Iya, sama Abi." Keputusan yang salah. Seandainya aku tidak makan
bersamanya, kejadian malam ini mungkin bisa terhindarkan. Tapi itu
hanya masalah waktu, kan?
Kemungkinan lain tentang perasaan Abi juga mencuat. Selama ini aku
selalu berpikir jika aku beruntung dicintai oleh orang yang nyaris
sempurna seperti Abi. Jenis laki-laki impian yang too good to be true.
Ternyata dia mungkin saja tidak setulus itu. Mungkin dia masih
mencintai Rizky. Dari percakapan tadi aku bisa menangkap kalau Abi
sudah mencintai Rizky cukup lama. Mungkinkah cinta yang sudah
berakar seperti itu bisa hilang karena kehadiran orang yang baru?
Kedengarannya nyaris mustahil.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Untuk apa?" Aku bangkit dan duduk di sisi Mama ketika melihat
ekspresinya tampak serius. Piring salad di tangannya sudah berpindah
ke atas meja.
"Mama nggak perlu minta maaf. Aku tahu maksud Mama baik. Semua
ibu menginginkan yang terbaik untuk anaknya." Memangnya aku bisa
bilang apa lagi?
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
yang memanas supaya tidak jeuol. Aku tidak boleh cengeng. Toh aku
belum tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Abi sebelum
kami membicarakannya.
Aku tidak tahu bagaimana harus merespons kabar itu. Terlalu banyak
informasi yang aku terima hari ini.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Perlu kenal sama investor. Aneh saja kalau ada pengusaha yang nggak
kenal dengan investornya, kan?"
Bohong kalau aku tidak kalut. Tentu saja aku galau. Siapa yang tidak
senewen memikirkan kisah asmara yang tadinya tenang mendadak
dibayangi kemungkinan putus? Pada akhirnya, Abi harus memilih salah
seorang di antara aku dan Rizky. Peluangku untuk tersingkir dari bursa
terbuka lebar.
Dan masalah tidak hanya akan selesai begitu saja seandainya Abi
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
memilihku.
"Dia sudah punya usaha lain yang besar. Dan, nggak gampang cari
orang yang bisa dipercaya dan sanggup mengurus bengkel. Kebetulan
dia pelanggan tetap di bengkel, dan sering ngobrol juga. Jadi saat aku
bilang punya rencana bikin cabang, tapi masih terkendala biaya untuk
pembebasan tanah dan pengadaan peralatan bengkel, dia langsung
menawarkan diri untuk jadi investor."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Lagi di jalan sama Pandu," jawabku jujur. "Mau makan siang bersama
calon investor cabang bengkel. Kamu sudah makan siang?" aku balik
bertanya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Iya juga sih. Tapi walaupun sebenarnya yang dibutuhkan orang sakit
itu adalah kiriman doa, terkadang kehadiran kita secara fisik penting
sebagai dukungan psikis untuk yang sakit dan keluarganya. Tanda
bahwa kita peduli."
"Kalau itu semua orang juga tahu!" gerutuku. Pandu terdengar seperti
Mama kalau sedang dalam mode ceramah seperti ini. "Yang jadi
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Enggak usah. Abi bilang kakeknya sudah baikan. Semoga saja cepat
sembuh."
"Terserah kamu saja, Mbar. Kamu cukup kasih tahu aku kalau
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Oke." Tapi aku tahu aku tidak akan berubah pikiran. "Oh ya, Mama
bilang kamu sudah punya pacar ya?" Aku sengaja mengalihkan
percakapan.
Pandu berdecak panjang lalu tertawa. "Para ibu memang target yang
sempurna untuk menjamin berita beredar lebih cepat. Cocok banget
untuk dijadikan buzzer. Dengan sifat penasaran yang nggak berujung
dan pengetahuan ber-media sosial, aku yakin kumpulan ibu-ibu ini akan
mengalahkan kemampuan buzzer profesional yang sudah di training
bertahun-tahun."
Senyumku ikut menyembul. "Wajar sih kalau Mama dan ibumu berbagi
gosip. Anak mereka kan cuma kita saja. Siapa lagi coba yang mau
diomongin kalau bukan kita?"
Usul tentang perjodohan itu sudah dibahas saat Mama pertama kali tahu
aku pacaran dengan Abi. "Sudah."
"Minggu lalu ibuku ngomongin itu. Aku nggak punya pilihan selain
bilang sudah punya pacar supaya kamu nggak perlu ikut direcokin
dengan ide itu.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
termasuk di dalamnya?
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Sekarang aku sedang melamun sambil menunggu Abi. Siang ini aku
memilih mengakhiri berbagai praduga di benak. Salwa dan Widy
sedang keluar sehingga aku dan Abi bisa leluasa bicara tanpa khawatir
akan didengarkan oleh kedua sahabatku itu. Kalau mereka menguping,
aku akan menghadapi drama tambahan setelah menyelesaikan
pembicaraan dengan Abi. Seandainya percakapan itu tidak berakhirl
baik, aku tidak yakin punya tenaga ekstra untuk menghadapi dua
sahabat yang memiliki rasa penasaran yang dosisnya berlebihan.
Aku belum curhat tentang Abi dan Rizky pada Salwa dan Widy. Salwa
sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pernikahan. Aku tidak mau
mencuri spotlight darinya. Aku tidak ingin menjadi sahabat yang egois.
Persahabatan kami tidak dibentuk untuk mendengarkan keluh kesahku
tentang hubungan asmaraku saja.
"Iya, tadi kamu sudah bilang." Abi menceritakan tentang makan siang
itu saat aku menghubunginya. "Tadi aku brunch, jadi belum terlalu
lapar." Aku berusaha menyungging senyum. Aku menyusul Abi duduk
di sofa. Aku sengaja memilih sofa tunggal. Untuk fokus, aku butuh
sedikit jarak. "Aku minta kamu ke sini bukan untuk ngajak makan siang
kok."
"Ada hal penting yang harus kita bicarakan?" tatapan Abi tampak awas.
Ini memang untuk pertama kalinya aku memintanya datang secara
khusus untuk membicarakan sesuatu. Biasanya pertemuan kami adalah
rutinitas yang kami lakukan untuk mempererat ikatan kami sebagai
sepasang kekasih, bukan untuk membahas sesuatu yang sangat serius.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Mata Abi melebar, mulutnya sedikit terbuka. Butuh beberapa saat untuk
menyesap kalimatku sebelum akhirnya dia menjawab, "Kenapa kamu
baru mengajakku bicara soal ini sekarang?"
"Kakek kamu masuk rumah sakit, Bi. Aku nggak mau ngasih kamu
beban tambahan. Meskipun aku penasaran, aku menunggu saat yang
tepat untuk membahasnya. Sekarang karena keadaan kakek kamu sudah
membaik, dan kamu juga sudah beraktivitas normal lagi, kita sudah
bisa membicarakannya."
aku. Atau, bukan dan. Tiga orang terlalu banyak untuk satu hubungan
asmara.
"Padahal seharusnya nggak sulit, kan?" Sulit menahan diri untuk tidak
menyindir. Ternyata aku tidak sedewasa seperti yang kuakui. "Apa lagi
yang lebih membahagiakan daripada saat tahu kalau orang yang kamu
inginkan ternyata mencintaimu juga?"
"Aku pernah mengharapkannya, tapi dia memilih orang lain. Jadi dia
tidak bisa kembali seenaknya saat aku juga sudah bersama orang lain."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kita bisa membicarakan ini kembali saat kamu lebih tenang, kan?
Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya."
"Aku minta maaf. Tapi ini memang bukan sesuatu yang bisa diputuskan
secara impulsif, kan? Ini menyangkut masa depan kita."
Ketika Abi meminta waktu untuk berpikir, aku sebenarnya sudah bisa
menduga seperti apa keputusan yang akan diambilnya. Tetapi aku tidak
mau terlibat perdebatan panjang, jadi menyetujui permintaannya untuk
menunda pembahasan persoalan di antara kami.
**
Bengkel tampak ramai saat aku memarkir John Wick. Dengan antrean
seperti ini, memang sudah saatnya untuk membuka cabang.
"Bos ada di ruangannya, Mbak," sapa salah seorang montir begitu aku
turun dari mobil. Mereka sudah tahu kalau John Wick hanya akan
dikerjakan oleh Pandu.
"Oke, makasih, Mas." Aku masuk dalam gedung kantor yang ber-AC.
Beberapa pelanggan sedang duduk menunggu di ruangan yang didesain
seperti kafe dengan meja-meja bundar dan kursi yang mengelilinginya.
Ini adalah inovasi Pandu, yang tidak ada ketika bisnis masih dipegang
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Ayah.
"John Wick mau ganti oli," kataku lebih dulu. Aku mengambil tempat
di depan mejanya. "Sekalian dipoles biar makin cakep."
"Aku nggak sibuk-sibuk banget sih." Fokus Salwa sedang tertuju pada
pernikahan sehingga dia tidak terlalu aktif di kantor, walaupun tetap
menolak saat aku menyuruhnya mengambil cuti. Widy juga sibuk
dengan desain eksklusif pelanggan sehingga aku membiarkan dia
memeram diri di ruang kerjanya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Abi sedang ada meeting," jawabku asal saja. Pekerjaan Abi memang
lebih banyak yang sifatnya koordinasi, jadi mungkin saja dia memang
sedang rapat. Entah dengan siapa.
Yulia adalah anak Pak Subroto yang berinvestasi pada cabang bengkel
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Mau tidak mau aku ikut tertawa karena diingatkan awal kedekatanku
dengan Abi. "Nggak ada salahnya dicoba. Crazy rich lho. Dengan
campur tangan Yulia, kita mungkin bisa buka cabang di Sidoarjo,
Malang, Gresik, dan Mojokerto. Lima tahun ke depan, saat bisnis kita
berkembang pesat, kita mungkin bisa ikutan jadi crazy rich di
Surabaya. Aku pengin tahu rasanya beli tas Birkin-nya Hermes
langsung tunjuk aja, nggak perlu lihat price tag-nya trus gemeteran."
Pandu mana paham kebanggaan yang bisa diberikan oleh sebuah merek
bagi perempuan. Aku juga bukan brand oriented, tapi itu mungkin
karena sumber danaku belum mencukupi untuk membeli gengsi. Kalau
aku sudah sangat berlebihan meskipun sudah bersedekah di mana-
mana, aku mungkin akan berubah pikiran dan akan mulai memenuhi
kebutuhan tersierku dengan mengoleksi barang barang bermerek
dengan harga selangit.
"Menenteng tas branded yang dibeli pakai kartu sendiri, nggak nodong
pasangan itu kebanggaannya pasti beda." Aku bangkit dari kursi sambil
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Pandu terkekeh mendengar kata- kataku. Dia sudah hafal dengan sifat
sahabat-sahabatku.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Jawaban jujur untuk semua pertanyaan itu? Aku juga tidak tahu.
Mungkin karena aku punya harapan terpendam padanya. Jadi kupikir
dengan memberinya waktu, setelah menelaah hatinya, dia akan
menyadari bahwa Rizky adalah masa lalu, sedangkan aku adalah masa
kini dan masa depannya. Mungkin karena aku takut kehilangan jalinan
asmara yang aku pikir serius dan akan mengarah pada hubungan
seumur hidup. Atau, mungkin karena aku ingin membuktikan pada
Mama bahwa aku tidak salah menentukan pilihan. Entahlah, aku tidak
tahu persis, alasan mana yang lebih mendekati.
Aku mencoba membaca ekspresi Abi saat dia akhirnya duduk di sofa,
di ruanganku. Tempat yang sama dengan yang dia duduki minggu lalu.
Sayangnya, karena Abi bukan tipe orang yang ekspresif, aku tidak bisa
membuat kesimpulan dalam sekali pandang.
"Aku minta maaf karena bersikap kurang tegas saat bicara tentang
hubungan kita minggu lalu, Mbar. Mungkin karena aku terlalu kaget
karena sama sekali tidak menduga akan membicarakan hal seperti itu."
Aku menatap Abi sedih. Air mata yang berusaha kuhalau jatuh tanpa
berhasil kucegah. "Kamu tidak harus memilih aku karena telanjur
berkomitmen, Bi. Itu memang alasan yang kuat, dan aku percaya kamu
orang yang memegang janji, tapi yang kita bicarakan ini bukanlah
perjanjian kerja. Kita bicara tentang perasaan. Dasar hubungan kita
berasal dari sana. Aku tidak mau memaksa kamu bertahan di sisiku atas
nama komitmen. Aku mau kamu tinggal karena kamu mencintaiku."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Abi terdiam.
"Aku tahu kamu tidak bisa, Bi. Kamu masih punya perasaan pada
Rizky. Aku malah yakin kalau perasaan itu jauh lebih kuat daripada
yang kamu rasakan padaku."
"Rizky sudah menjadi bagian dari hidupku sejak lama, Mbar. Aku
mungkin masih punya sisa perasaan padanya, tapi perasaan itu bisa
hilang seiring waktu. Aku nyaman banget bersamamu. Tidak benar
kalau apa yang aku rasakan pada Rizky lebih kuat. Aku sayang kamu,
Ambar."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kamu tidak percaya kalau aku tidak akan selingkuh, meskipun aku
berjanji?"
Aku menggeleng lemah. "Aku bisa saja bilang percaya karena karakter
kamu kuat. Tapi aku akan tetap berprasangka setiap kali kamu bertemu
Rizky. Dan itu akan menjadi racun untuk kita. Kamu pasti tidak suka
dicurigai, dan aku akan tersiksa oleh pradugaku sendiri. Itu melelahkan,
Bi."
Jeda yang tercipta kali ini lebih menyiksa karena aku sudah membuat
kesimpulan, meskipun pemilihan kataku tidak tegas. Aku yakin Abi
bisa membaca maksudku.
"Mengapa kita harus mengulur waktu untuk sesuatu yang sudah bisa
kita putuskan sekarang, Bi? Kamu tidak bisa berjanji untuk memutus
hubungan dengan Rizky, dan aku tidak mau dia berada di antara kita."
Aku tersenyum miris. "Aku sebenarnya memberi kamu kesempatan
untuk memperbaiki hubunganmu dengan Rizky. Aku yakin prosesnya
pasti instan. Ini lebih sulit untuk aku daripada kamu."
Aku tidak akan menyerah semudah itu kalau Rizky bukan sahabat dan
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
juga kolega dekat keluarga Abi yang akan terus berada di sekitarnya.
Aku akan berjuang kalau Abi mengatakan secara tegas bahwa dia sudah
tidak punya perasaan apa- apa lagi pada Rizky, dan langsung
memutuskan hubungan dengannya saat aku memintanya.
Kalau keraguan Abi kental seperti sekarang, dan aku tetap bertahan, apa
ada jaminan keputusan Abi memegang teguh komitmen tidak akan
goyah? Tidak ada. Kalau itu terjadi, aku akan menyesal telah
membuang begitu banyak waktu, padahal sudah menduga hubungan
kami akan kandas karena orang menduga hubungan kami akan kandas
karena orang ketiga di antara kami sangat istimewa, bukan hanya untuk
Abi, tetapi juga keluarganya.
"Aku percaya jodoh, Bi. Seandainya garis takdir kita memang bertemu,
kita tetap akan bersama meskipun memutuskan berpisah sekarang.
Untuk saat ini, aku rasa putus adalah jalan terbaik."
Seperti yang sudah aku duga sebelumnya, Abi tidak memaksa lebih
lanjut supaya kami tetap bersama. Akhirnya, bukan hanya aku yang
kehilangan semangat juang untuk mempertahankan hubungan. Abi juga
mengendorkan tekadnya. Aku percaya dia sayang dan nyaman
denganku, tapi aku juga yakin cintanya pada Rizky jauh lebih besar.
Aku tidak menampik jika awalnya menerima Abi hanya bermodal rasa
tertarik yang cukup, bukan cinta menggebu. Tapi seiring kebersamaan
kami, rasa cinta perlahan tumbuh. Abi adalah perwujudan impian
semua perempuan tentang pasangan.
Ternyata benar jika tidak ada laki- laki atau pasangan yang sempurna,
karena wujud impian tanpa cela itu memiliki ceruk dalam di hatinya,
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Setelah kepergian Abi, aku menunggu air mataku mengalir lebih deras,
tetapi ternyata tidak. Perasaan kehilangan kali ini tidak terlalu sinkron
dengan kelenjar air mata. Aku hanya menatap nanar pada daun pintu
yang ditinggalkan Abi dalam keadaan tertutup, seperti kisah cintaku
yang berada di penghujung bab yang berakhir sedih. I hate sad ending.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Akhirnya dia sampai pada tahap akhir masa lajang. Setelah akad nikah
tadi pagi, dia telah memulai babak baru kehidupan pernikahan. Aku
mendoakan yang terbaik untuknya.
"Aku harap kamu dan Abi nggak akan menikah dalam waktu dekat jadi
aku tidak harus tersiksa pakai kebaya ketat gini di waktu berdekatan,"
omel Widy yang duduk di sampingku. Dia tampak sangat tidak nyaman
dengan seragam kembar kami.
Aku memang belum menceritakan perihal putus dengan Abi pada siapa
pun. Aku tidak ingin mengganggu Salwa dengan berita buruk, dan
belum siap menjawab berjuta "mengapa" dari Mama. Entahlah, tapi
kegagalan dengan Abi membuatku merasa malu karena kesannya aku
tidak bisa menjaga komitmen yang kubela mati- matian di depannya.
Perpisahan itu memang bukan karena kesalahanku, tapi rasanya belum
nyaman saja untuk mengakuinya.
"Tenang saja, aku akan menunggu sampai kamu juga punya pacar
sebelum merencanakan pernikahan. Nanti kita ngadain akad nikah dan
resepsi bareng, jadi bisa patungan. Jatuhnya pasti lebih murah."
untuk cari lokasi KUA terdekat dengan alamat rumah. Lagian, mana
mau orang seperti Bu Joyo ngadain pesta kembar. Kayak orang nggak
mampu aja!"
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Mama dan Pandu bergabung di meja kami setelah turun dari pelaminan.
Aku berusaha mengulas senyum manis. "Ada kerjaan yang nggak bisa
ditinggal di luar kota," aku mengulang jawaban yang tadi sudah
kuberikan pada Salwa dan Widy ketika menanyakan Abi.
"Ya, mau gimana lagi, harga tas Birkin-Birkin itu memang nggak
murah, jadi mau nggak mau dia tetap harus kerja saat weekend gini."
Aku hanya bisa mendelik sebal mendengar candaan Pandu yang garing.
**
"Bos ada di ruangannya, Mbak. Tapi sedang ada tamu tuh," kata Ochie,
resepsionis bengkel yang menyambutku.
"Biar aku tunggu saja di sini." Aku menunjuk meja di dekat dinding
kaca.
"Atau Mbak Ambar masuk saja. Kayaknya bakalan lama kalau mau
nunggu. Soalnya saya lihat tadi Mbak Yulia bawa makanan tuh."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Aku sama sekali tidak tahu soal PDKT atau jadian itu. Pandu tidak
pernah cerita, dan aku juga tidak pernah menanyakannya. Dengan
status jomlo seperti sekarang, rasanya gengsi membicarakan kisah
asmaranya setelah menolaknya.
"Kalau begitu, biar John Wick dikerjain sama Rudy saja." Aku tidak
mau mengganggu Pandu.
Aku lantas keluar dari gedung kantor untuk mencari Rudy, montir
senior tangan kanan Pandu yang sedang berada di dalam bengkel
sebenarnya. Ditemani Rudy, aku kemudian memilih spion baru untuk
John Wick di toko spare part, bagian lain dari bengkel.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
"Kenapa diganti?" tanya Pandu lagi. "Itu kan mahal." Tentu saja mahal.
Benda itu dipesan Pandu dari Amerika bersamaan dengan mesin John
Wick.
"Dipereteli orang."
"Tumben banget kamu minta orang lain untuk ngerjain mobil kamu."
Pandu mengelap kaca spion John Wick dengan lap yang entah dia
ambil dari mana.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
sini saja, biar bisa langsung ke kantor Mama. "Ochie bilang kamu ada
tamu."
Aku menatap Pandu sebal. Aku memang tidak tertarik menekuni seni
membungkus kado, tetapi tetap bisa membungkus benda yang
berbentuk kotak supaya tampak cantik. Tinggal tambah pita pitaan,
kan? Aku juga sudah membeli pita merah dan selotip.
"Mungkin saja kamu butuh energi lebih, Mbar. Patah hati itu berat lho.
Memang ada yang nggak bisa makan saking sedihnya, tapi ada juga
yang porsi makannya berubah jadi porsi kuli. Mungkin saja kamu tipe
yang kedua."
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Reaksi Mama? Biasa saja. Tidak terlihat kegirangan, tetapi juga tidak
tampak menyesalkan. Tidak ada pembahasan panjang seperti yang
awalnya aku khawatirkan.
"Kalau nanti kamu patah hati, aku juga akan jadiin itu lelucon. Aku
nggak akan bersimpati sama sekali. Tunggu saja tanggal mainnya!"
Aku mempercepat langkah, mengejar Pandu yang kabur sambil tertawa
menuju gedung kantornya.
Dasar!
**
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
Salwa tertawa. "Aku harus mengakui kalau Widy, walaupun sering kali
nyebelin dan salah fokus, tapi walaupun sering kali nyebelin dan salah
fokus, tapi dalam beberapa hal dia ternyata benar."
Aku mengawasi Pandu melalui dinding kaca. Dia sudah keluar dari
mobil dan menekan remote untuk mengunci. Dia tidak pernah
membicarakan perasaannya lagi setelah tahu aku sudah putus dengan
Abi. Mungkin saja dia malah sudah move on. Tipe perempuan seperti
Yulia pasti gampang menarik perhatian laki- laki, termasuk Pandu.
Apakah dia benar-benar jodohku? Jujur, aku masih jeri dalam urusan
percintaan. Kalaupun Pandu mengungkapkan bahwa perasaannyaa
belum berubah, aku masih ragu untuk menyambutnya.
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html
12/1/22, 9:17 AM Pilih Siapa.html
TAMAT
file:///D:/WattpadScript-main/Pilih Siapa.html