Anda di halaman 1dari 73

Marrying Mr.

Shark Extra Part The Baby 2


Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Marrying Mr. Shark

The Baby 2
1

By Kincirmainan
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

BONNIE

“Good morning, Baby…,” bisik Hiu di telingaku.

Aku membuka mata dari tidur miringku yang


membelakanginya. Terakhir kali dia menyapa selamat pagi
dan menyebut-nyebut ‘baby’, dia nggak bicara padaku.
Istrinya. Dia bicara dengan janin di perutku. Dia akan
mengelusnya dengan lembut dan penuh kasih, baru perlahan-
lahan menggesekkan anunya dan mengajakku bercinta.

Spooning sex adalah satu-satunya posisi bercinta yang


membuatku nyaman. Ada beberapa alternatif lain yang
kupelajari dari artikel dan instruktur maternal yoga-ku, tapi
aku terlalu malas untuk improvisasi. Jujurly, aku terlalu malas
untuk apapun, apalagi bercinta. Aku kesulitan membersihkan
diriku sendiri, lalu akhirnya Hiu harus memandikanku, dan
2
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

dia akan memintaku melakukan hal lain yang lebih


membuatku malas di kamar mandi.

Kamu pikirkan saja sendiri apa itu.

(Kadang aku masih terlalu canggung membicarakan seks


meski mungkin sampai detik ini aku sudah melakukannya
ratusan kali. Aku berhenti menghitung setelah angka 98.)

Maksudku, aku suka bercinta. Seperti yang kubilang di


edisi sebelumnya. Saat hamil, apa lagi. Seperti ada dorongan
iblis di dalam tubuhku yang membuatku selalu ingin
merasakan lonjakan adrenalin setiap kali kami bersentuhan.
Ada kalanya aku merasa kasihan pada bayiku karena dia harus
mendengar setiap desahan dan kemesuman Papa dan
Mamanya, dia bisa trauma di dalam perutku kalau suatu hari
dia paham bahwa apa yang didengarnya saat masih di dalam
perut bukan berasal dari enaknya cheese cake yang kumakan.

Aku bicara dengan bayiku, sesering Hiu melakukannya


pada perutku. Dokter bilang, kami harus sering-sering
3
Page

melakukannya. Janin bisa merasakan kasih sayang orang


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

tuanya dengan mendengarkan suara lembut dan perhatian


kami bahkan sebelum dia dilahirkan di dunia. Bayi sudah
memiliki perasaan sejak dia berada di dalam perut. Itu akan
mengurangi kecemasannya usai dilahirkan ke dunia,
menjadikannya pribadi bayi yang lembut, penuh welas asih,
dan pengertian sehingga dia tidak menjadi bayi yang rewel
dan gampang protes kalau lapar atau minta digendong.

Aku yakin suaraku lebih didengarnya karena kami tinggal


dalam satu tubuh. Gara-gara kebiasaan itu, aku jadi terbiasa
menjelaskan apapun yang kulakukan padanya. Terutama hal-
hal yang nggak lazim. Misalnya kalau aku mengalami
konstipasi, aku akan bilang padanya untuk bergeser sedikit
supaya posisinya tidak menggencet usus besar dan
menghalangi proses alamiah pencernaan tubuhku. Tubuh
kami.

Suatu hari, aku melolong terlalu keras. Sewaktu… aku di


atas… emmm… pangkuan… yah… tahu, kan? Aku nggak perlu
4

menjelaskannya terlalu gamblang.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Okay… okayyy!

Sewaktu aku ada di atas pangkuan Hiu dan alat


reproduksinya berada di dalam tubuhku, aku nggak terlalu
ingat persis kejadiannya, tapi kalau nggak salah kami habis
nonton Dirty Dancing (1987) buat menjajal ruang home
theater baru (rencananya ruangan itu khusus buat film anak-
anak karena Hiu khawatir baby sitter kami diam-diam
menonton salah satu koleksi film horor/thriller-nya atau film
romantis kesukaanku sambil mengasuh bayi saat kami nggak
di rumah.) Hiu terbawa perasaan, momennya begitu pas
(semua pembantu sudah tidur), kami sangat bersemangat, dia
mengentakku terlalu kuat, membuatku refleks melolong
kekencangan. Aku merasa harus menjelaskan kenapa aku
mendesah dan melolong, jadi kubilang aku sedang mencerna
cheese cake atau pai blueberry yang sore tadi kami santap
berdua. Seperti sapi. Sapi mencerna makanan di mulutnya
berjam-jam kemudian setelah dia makan.
5
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Bayi toh nggak tahu apa yang sebenarnya kulakukan di


luar sini bersama Hiu. Walaupun dia bisa mendengarku
melolong, dia tidak bisa melihatnya, kan? Hiu lebih ekstrem
lagi, dia bilang aku nggak perlu menjelaskan apapun. Si bayi
pasti bisa menduga apa yang kami lakukan karena pada saat
aku melolong, dia mengalami entakan hebat yang mirip
gempa bumi. Mana ada orang makan cheese cake sambil
dientak-entak? Aku memutar bola mata saat dia bilang begitu.
Enak saja. Mana ada bayi langsung tahu begituan? Anak kecil
saja mesti pelan-pelan dijelaskan supaya suatu hari mereka
paham bahwa bayi tidak jatuh dari langit dibawa oleh burung
bangau, makanya ada edukasi seks. Tapi memang aku agak
cemas kalau dia bertanya kenapa perutku bergoyang-goyang
saat aku melolong. Selama ini aku berhasil menghindari
pembahasan tentang hal itu. In case suatu hari setelah dia lahir
ternyata seorang anak punya ingatan dari dalam rahim, aku
akan bilang itu lambungku.

Aku juga selalu meminta Hiu menyemburkan lahar di


6
Page

luar. Tahu, kan? Soalnya aku nggak tahu bagaimana


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

menjelaskan fenomena itu kalau-kalau dia bertanya, “Mami,


kenapa ada seseorang menyiramku dengan saus tar-tar saat
aku sedang enak-enak tidur?”

Aku berencana melahirkan secara normal.

Masalahnya perutku sebesar balon helium yang ditiup


maksimal dan siap meletus kapan saja, tapi badanku tetap
kecil seperti sebelumnya. Pinggulku juga nggak melebar. Aku
nyaris masih bisa mengenakan skinny jeans-ku, cuma tidak
bisa dikancingkan. Hiu takut dengan panggul dan pinggul
mini, aku nggak akan bisa melahirkan secara normal. Karena
itu, satu-satunya jalan dia mengajakku rutin bercinta saat usia
kehamilanku semakin tua. Dia pernah membaca artikel yang
mengatakan bahwa itu akan sangat membantu bayi
menemukan jalan keluarnya. Yah… seperti papa singa kepada
bayinya yang tersesat di dalam hutan, memberi tanda dengan
meninggalkan jejak menuju jalan keluar.

Dokter kandungan yang datang kemari hampir setiap


7

hari untuk mengecek kesehatanku tidak terlalu yakin dengan


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

itu. Kalau Hiu tidak membayar mahal untuk setiap


kunjungannya, dia pasti menertawakannya seperti Mirah.
Aku saja tertawa (setelah Mirah tertawa, tadinya kupikir itu
masuk akal.) Nggak satu pun dari kami yang memberitahu
Hiu betapa bodohnya metafora itu. Semua orang di rumah
ini masih butuh uangnya. Terutama aku.

Dokter memang bilang hubungan seksual bagus untuk


melatih kontraksi-kontraksi ringan pada otot rahim, tapi dia
tidak bekerja seperti meninggalkan jejak kepada si bayi
menemukan jalan keluar. Aku juga diberitahu supaya
mempersiapkan diri menjalani operasi kalau memang tidak
memungkinkan melahirkan secara normal. Aku mencoba
mikirkan alternatif lain seperti gentle birth, water birth, hypno
birth… tapi aku bahkan nggak bisa meditasi lebih dari tiga
menit seperti anjuran instruktur yoga-ku. Aku juga tidak mau
melahirkan di dalam air, bagaimana kalau bayiku tersedak?
Hypno birth? Entahlah… aku ngeri terjebak di alam bawah
sadar seperti dalam film Insidious.
8
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Akhirnya, aku nggak mencoba apapun kecuali maternal


yoga dan latihan pernapasan. Pokoknya kalau bisa… aku ingin
bayiku keluar dari jalan yang semestinya. Dokter bilang sih,
tidak ada jalan yang semestinya buat mengeluarkan bayi.
Melahirkan secara normal atau melalui operasi memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dua-duanya
sama saja. Nggak ada yang lebih baik atau buruk, tergantung
kondisi calon ibu. Sejauh ini, karena tidak ada masalah
dengan kesehatanku selama hamil, dokter setuju akan
membantu persalinanku secara normal.

Semakin dekat dengan HPL, aku tidak terlalu idealis lagi.


Aku pasrah saja, yang penting bayiku lahir dengan selamat.
Cesar juga nggak masalah. Aku nggak perlu ngapa-ngapain,
hanya berbaring dan semuanya beres.

“Baby…,” Hiu memanggil lagi. “Bonnie….”

Oh, dia manggil aku. “Yaaa?” jawabku.

Hiu menelusupkan lengan kirinya di celah antara bantal


9
Page

dengan lekuk leher dan pundak kiriku, lalu menarikku ke


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

belakang dengan lembut sampai punggungku menempel di


dada bidangnya. Aku menarik napas panjang dan
menahannya, lengan Hiu mendekap erat dadaku dan
mencengkeram tempurung bahuku yang sebelah kanan.
Tangannya yang lain mengusap perutku dan menahannya di
bagian bawah.

“Kak…,” panggilku. “Hari ini kita harus sudah ke rumah


sakit.”

“He em,” angguknya sambil mengecupi bahuku dengan


bagian dalam bibirnya yang basah. “Perutmu sudah kencang
sekali, Sayang….”

Aku ikut-ikutan mengelusnya. “Kepala bayinya harusnya


udah ada di bawah.”

Hiu mendesah, “Iya, sih….”

“Nanti kasihan kalau dia digetok-getok kepalanya, Kak.”


10
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Kamu tahu… kalau habis ini kita ke rumah sakit, lalu


Bellissima lahir… aku nggak akan bisa begini sampai kira-kira
40 hari ke depan,” Hiu membujuk.

“Kalau aku dioperasi, kemungkinan lebih lama lagi, Kak.


Aku nggak mau jahitanku robek dan ususku berhamburan ke
mana-mana.”

“Naaah… makanya….”

“Tapi Mami sebentar lagi pasti nyampe sini,” kelitku,


sementara Hiu menggigit tali baju tidur di bahuku dan
menggesernya jatuh ke lengan.

“Mami sudah menelepon kemarin, dia bilang dia akan


menunggu di rumah sakit supaya saat kita tiba di sana…
semuanya sudah siap,” kata Hiu lancar seperti jalan tol.
Rupanya dia sudah merencanakan serangan fajarnya kali ini.
“Come on… we are going to do it veeery slowly…. Okay?”

Aku melirik penunjuk waktu di atas nakas.


11
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Pukul enam pagi di hari Minggu. Aku diperkirakan akan


melahirkan nanti malam pukul delapan dan harus sudah
check in sebelum pukul 12 siang supaya aku bisa beristirahat
duluan. Bellissima akan dilahirkan di salah satu rumah sakit
di Jakarta, seperti keinginanku dan Hiu. Tadinya, keluarga
besar Helemano ingin kami melahirkan di Hawaii. Mereka
menganggap rumah sakit di sana jauh lebih maju, tapi
Mamiku kurang setuju. Mama dan Papa berniat
memindahkanku sebulan sebelum HPL ke Singapura supaya
aku bisa melahirkan di sana, tapi aku menolak. Kenapa sih
semuanya harus mahal dan rumit walaupun Hiu punya
banyak uang? Empat juta delapan ratus ribu bayi dilahirkan
dengan selamat di Indonesia setiap tahunnya. Kalau soal bayi,
negaraku menghasilkan jauh lebih banyak bayi dari ratusan
negara lain di dunia. Kenapa aku mesti melahirkan jauh-jauh?

Mataku gantian melirik Hiu yang mendusalkan


kepalanya kepadaku. Saat tatapan kami bertemu, dia
12

melengkungkan alis tebalnya dengan ekspresi memohon. Aku


Page

pun mendecap. Menyerah. Bibirnya segera menyasar bibirku.


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Mataku memejam menikmati cumbuannya sambil


berusaha relaks. Hiu benar juga, setelah melahirkan,
mungkin aku akan merindukan saat-saat santai penuh gairah
dengan suamiku seperti ini. Apalagi, kedua mama dan
mamiku itu tentunya nggak akan melewatkan satu hari pun
bergantian berkunjung untuk merawat cucu pertama mereka.

Selama hamil saja, mereka sudah berkunjung ke


rumahku hampir setiap hari hanya untuk memastikan aku
makan banyak karena menurut mereka aku seperti anak kecil
yang kena busung lapar. (Mamiku sih yang bilang begini,
Mamaku tidak pernah mengucapkannya secara verbal. Paling-
paling hanya meneliti bentuk tubuhku dengan tatapan
prihatin.) Aku malah kurang tahu apa itu busung lapar.
Kayaknya semacam penyakit zaman dulu kala yang sudah
berhenti diceritakan dari mulut ke mulut di generasiku.

Tentu saja aku makan banyak. Nggak ada yang harus


menyuruhku makan karena aku selalu lapar. Janin di perutku
13

ini seperti monster, dia memakan semua makananku sebelum


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

tubuhku mencernanya. Kue, pop corn, gula-gula, manisan,


steak, practically everything. Aku hanya muntah kalau dipaksa
minum smoothie sayuran. Dan oh… dia nakal sekali seperti
papanya. Dia menendangiku kalau aku lagi sendirian dan
bersikap manis seperti putri setiap kali papanya mengelus
perutku.

Aku takut dia akan jadi seperti Hiu, padahal dia anak
perempuan. Hampir setiap malam kalau aku kebanyakan
makan pop corn karamel, seorang anak perempuan berotot
dan berkumis mendatangi mimpiku dan memanggilku mami.
Sejak itu aku berhenti makan pop corn karamel dan berdoa
semoga dokter salah mengidentifikasi jenis kelamin bayiku.

Masalahnya, bahkan sebelum dokter memberitahu


bahwa bayiku perempuan, Hiu sangat berharap punya bayi
perempuan sebagai anak pertama. Idealnya, semua orang
berharap anak pertama seorang pewaris tahta kerajaan bisnis
besar adalah laki-laki. Baik keluargaku maupun keluarga Hiu
14

memiliki pattern seperti itu. Anak laki-laki dulu, baru anak


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

perempuan. Tapi, belakangan aku tahu, baik Papa atau Papi


diam-diam berharap bayi pertama mereka adalah bayi
perempuan. Mereka mendambakan anak perempuan manis
yang memuja ayahnya dan menganggap mereka the first
boyfriend seperti dalam kata-kata mutiara yang banyak
dituliskan di kartu-kartu Father’s Day. Okelah kalau Papanya
Hiu, dia bule. Tapi Papiku kenapa ikut-ikutan pengin begitu?
Kita bahkan nggak punya hari besar Father’s Day di Indonesia.

Anyway… aku juga tidak sensitif sebagai ibu hamil seperti


yang dirumorkan orang-orang. Aku tidak banyak menangis
atau dikuasai hormon. Aku biasa saja, hanya perutku yang
terus membesar dan nafsu makanku yang menggila. Justru
Hiu yang jadi sangat sensitif terhadap banyak hal. Dia jadi
sentimentil dan selalu hampir menangis kalau kami berselisih
paham. Waktu kamar bayi kami selesai dicat pink, dia
menyelinap keluar dari kamar dan tidur di sana memeluk
boneka bayi porselen yang dibelinya dari kunjungan bisnis
15

bersama Kakek Abdinegara ke Prancis. Aku sempat


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

mengajaknya bicara ke psikolog karena khawatir dia jadi gila,


ternyata menurut dokter apa yang dialaminya itu normal.

Kadang pasangan kita mengalami perubahan emosional


yang tidak kita rasakan saat kita hamil. Tak ada penjelasan
ilmiah mengenai hal itu, kecuali bahwa para suami terlalu
bahagia dan terbawa perasaan.

Bayangkan saja laki-laki tinggi besar berbulu dan


berambut gondrong yang menangis haru setelah berhasil
merakit sendiri box bayi pertamanya, atau lebih sering bicara
dengan perutmu daripada denganmu sejak janinnya bahkan
belum berbentuk apa-apa. Itu yang kurasakan setiap hari. Aku
pernah mengritiknya gara-gara capek perutku diajakin
ngobrol terus, kubilang sebaiknya dia mulai mengajaknya
bicara setelah usia kandunganku empat bulan atau lebih
supaya tidak pamali, dia malah menganggapku meremehkan
ikatan antara ayah dan anak yang harus dijalin jauh sebelum
bayi dilahirkan.
16
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Sejak pertama aku dinyatakan hamil oleh seorang dokter


di Maui waktu itu, Hiu percaya bayinya akan lahir seperti
Princess Elsa. Dia bahkan sudah memberinya nama depan,
Bellissima. Bellissima berasal dari Bahasa Italia yang artinya
sangat cantik. Seorang cenayang di Las Vegas membisikinya
nama itu waktu kami berbulan madu kedua sebagai hadiah
kehamilanku yang pertama.

Kami ke Las Vegas karena aku mendapat ilham dari


mimpi. Besokannya, kami terbang ke Los Angeles, menginap
semalam di Hotel Bel-Air dan mencharter private jet ke Las
Vegas. Karena macet, kami melanjutkan perjalanan naik
helicopter dan mendarat di helipad di dekat kasino Caesars
Palace. Hiu menghabiskan malam dengan bermain dadu dan
kami baru kembali ke hotel setelah memenangkan seribu
dolar dari lima belas ribu yang dibuangnya.

Aku bertemu Celine Dion di Las Vegas. Kami menonton


konsernya dengan tiket paling mahal dan mendapat
17

kesempatan makan malam bersama penonton lain (yang


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

membayar 200 juta untuk satu tiket). Hiu mengantuk


sepanjang konser, aku berusaha menyimak sampai encore
karena ingin anakku lahir benar-benar seperti princess. Sudah
lama aku dibayangi mimpi tak sedap akan melahirkan bayi
perempuan dengan jenggot tebal.

“Mmmmh… Kak…,” desahku pelan, takut bayiku yang


sedang tidur ikutan bangun.

Tangan Hiu yang tadi mencengkeram pundakku meraba


turun dan mencekal payudara kananku kemudian
meremasnya dengan gemas. Aku mengerang. Payudara adalah
titik paling sensitif selama kehamilan. Jangankan disentuh,
dilihatin Hiu sedikit saja dia akan mengeras seperti adonan
yang didiamkan di lemari es.

Hiu menyukainya, dia memainkannya seolah aku ini


boneka yang nggak bisa merasakan apa-apa. Aku menggeliat,
membusungkan dada, dan hal itu membuat Hiu semakin
geram karena tak bisa melakukan apa-apa dengan mulutnya.
18

Sudah lama kami hanya berhubungan seks dalam posisi


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

seperti ini, mungkin sebulan terakhir. Misionary sex memicu


stres pada ibu hamil, sedangkan berdiri atau duduk
membuatku waswas akan jatuh. Jadi sudah agak lama sejak
Hiu frustrasi karena dia tidak bisa menjilat bagian tubuh
favoritnya kalau kami sedang berbuat mesum.

Aku mengangkat tanganku untuk memijat rambut


tebalnya dan menekan kepalanya kepadaku supaya aku tidak
perlu mendongak terlalu tinggi. Setelah Hiu menunduk
rendah, jemariku membelai turun mengusap rahangnya.
Bibir Hiu menaut bibirku erat. Tangannya menekan dadaku
yang kini terpapar dan menahan bagian bawah perutku
sambil membawa kedua kakiku menekuk ke depan. Hal ini
penting dilakukan mengingat perutku sudah sangat besar.
Berhubungan intim pada saat hamil tua memang harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Itu saja kadang aku masih
mengalami kontraksi palsu yang cukup menyakitkan kalau di
tengah jalan Hiu jadi sangat bersemangat.
19
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Sementara lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulut


dan membelit lidahku, Hiu menyingkap gaun tidur pendekku
sampai ke pinggang dan memijat pinggulku pelan. Aku
mendesah dalam mulutnya yang mengisap bibirku kuat dan
membuatku hampir megap-megap kehabisan napas. Hiu
memberiku kesempatan mengisi udara ke paru-paru dengan
memisahkan bibirnya dariku dan mulai menelusuri
punggungku dengan ciuman-ciuman manisnya. Sesekali dia
menjulurkan lidahnya dan menulis sesuatu entah apa di sana.
Rambut-rambut wajahnya yang mengusap punggung
memberiku sensasi rasa geli yang nikmat. Aku mengikik kecil
untuk menyamarkan hasratku yang menggeliat ke permukaan
dan perlahan menghangatkan aliran darahku. Suhu tubuhku
meningkat dan aku mulai bergerak-gerak dengan resah.
Sentuhan Hiu menyusuri lekuk-lekuk tubuhku, menyingkap
bagian atas gaunku ke bawah, dan yang bawah ke atas
melewati perut gendutku. Tumpukan gaun satin tipisku
berkumpul di atas perut. Mulutku mengerang sewaktu
20

bibirnya mengecupi pinggangku. Bibirku tergigit menahan


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

luapan gairah bersama otot-otot perutku yang menegang


semakin kencang, sebaliknya tubuh dan perasaanku justru
semakin relaks.

Hiu merayap kembali ke atas setelah berhasil meloloskan


celana dalam kecil dari kedua kakiku yang kembali
ditekuknya. Dia memagut bibirku lagi sambil membantuku
melepaskan gaun melewati kepala tanpa mengubah posisi
tubuhku dari berbaring miring.

“Are you ready, Baby?” tanyanya, aku mengangguk.

Itu bukan pertanyaan nakal seperti kalau kami bercinta


sebelum aku hamil. Hiu membutuhkan konfirmasi dariku
apakah aku sudah siap atau belum mengingat kondisiku yang
rentan. Dia mendengarkan nasehat dokter dengan saksama,
terutama yang berkaitan dengan hal-hal seperti ini. Kalau aku
sampai terkejut dan terjadi kontraksi berlebihan, itu bisa
bahaya. Dia kembali mencumbuku sambil berbaring tepat di
belakangku. Seperti saat kami memulainya, lengannya
21
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

menyelinap di leherku untuk mendekap erat bahuku.


Tangannya yang bebas menahan perutku.

Aku menarik napas, tubuh Hiu merendah di balik


punggungku. Dadaku berdegup kencang namun dalam ritme
agak lambat dalam tekanan lengannya. Rahangku mengetat
saat kurasakan sesuatu mendesakku perlahan dari bawah dan
menyatu dengan tubuhku. Napas Hiu terembus berat di
kulitku, dia menggigit bahuku samar. Tubuhnya yang besar
dan jangkauan lengannya yang panjang membuat prosesi
bercinta dalam keadaan hamil ini jauh lebih mudah, aku
merasa aman dan nyaman. Dalam hati aku tertawa, dulu aku
menganggap tubuhnya terlalu besar untuk ukuranku yang
mungil. Siapa sangka sekarang justru menjadi keuntungan
buat kami berdua?

Kemudian, dia mulai mengayun.

Kemudian, aku mulai mendesah.


22

Lalu kami sama-sama lupa diri saking enaknya.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Aku pun melolong dan bayi di dalam rahimku terusik


bangun. Tanganku menahan lengan Hiu, hanya bisa
memperingatkannya dengan cengkeraman kuku karena
mulut dan otakku tidak bisa bekerja dengan baik gara-gara
lesakan penuh gairah yang memabukkan itu.

Bellissima menendang.

Mataku membelalak merasakan nyeri yang berasal dari


bagian depan perutku. Tendangannya makin keras sementara
Hiu terus menggoyangkan pinggulnya. Aku tidak tahu apa
yang harus kurasakan duluan. Rasa nikmat yang seolah bisa
meleburkan syaraf-syaraf di sekujur tubuhku, atau rasa nyeri
dari dalam rahim yang meronta-ronta menghasilkan
kontraksi hebat yang menyakitkan.

“Kaaak!!! Stop! Stooop!” rengekku.

Hiu sudah hampir sampai pada puncaknya. Telinganya


pasti sudah agak tuli sekarang. Akhirnya, aku menjerit karena
23

hanya itu yang bisa menghentikan Hiu kalau dia sudah mulai
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

lupa daratan. “KAK STOP SIALAN BAYINYA MAU


KELUAR!!!”

Hiu tersentak. Dia diam.

“Bayinya mau keluaaar…,” aku menangis.

“A—apa? Bayinya mau keluar…APA? BAYINYA?!!!”


teriaknya bingung sambil mencabut cepat bagian tubuhnya
dariku dan melompat duduk memeriksa keadaanku. Air
mataku sudah berhamburan, perutku sakit bukan main. Hiu
meraba pahaku, memastikan tidak ada yang membasahinya.
“Air ketubannya tidak apa-apa,” katanya sedikit tenang.
“Oh… Baby... I am sorry… aku panggil dokter dulu, ya?
Tunggu, ya?”

Dia melompat begitu saja dari atas tempat tidur dan


berlari menuju pintu.

Aku memanggilnya.
24
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Sabar, Bonnie! Stay right there, jangan bergerak.


Ketubannya belum pecah, kamu nggak apa-apa… tunggu…
tunggu…”

“Kaaak…!” aku menjerit lagi, lebih kencang dan tegas,


membuat Hiu memaku selangkah sebelum mencapai pintu.
Aku melihatnya dari kaca rias di depanku, perutku sakit luar
biasa, tapi penampilan Hiu menyemburkan tawaku dan
membuat otot-otot rahimku tertarik makin kencang. Makin
menyakitkan. Aku memberitahunya dengan susah payah,
“Kakak… kakak telanjang bulat…!”

“Oh ya Tuhan!” serunya sambil menepuk jidat dan


menutupi bagian pribadinya sendiri. Aku tertawa sambil
meringis. Hiu berlari ke arahku tanpa sedikitpun tawa di
bibirnya, dia pucat pasi saat mengumpulkan pakaian dan
mengenakannya. Dia juga baru sadar, dia hanya perlu
menelepon untuk memanggil dokter.
25
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Kak…,” aku menahannya lagi sebelum dia berhasil


menghubungi dokter kandungan kami. “Panggil Kai saja…
suruh dia siapkan mobil.”

“Tapi, Bonnie….”

Aku bangkit duduk dengan bantuan Hiu dan


menyelimuti diriku, “Aku udah nggak apa-apa… daripada
nunggu dokter ke sini, mendingan kita ke rumah sakit saja
sekarang.”

Hiu tampak murung, alisnya mengerut di tengah. Dia


duduk di tepi tempat tidur sambil menggamit tanganku erat.
Merasa bersalah, “I am sorry, Sayang… harusnya aku nggak
memaksa. Aku egois,” ratapnya, matanya berkaca-kaca. Aku
meneguk ludah, nggak siap kalau dalam keadaan seperti ini
harus menenangkan bayi besar yang dikuasai emosi. Hiu
mengecupi buku-buku jariku, “What did I do? Harusnya pagi
ini aku membantumu relaks, bukannya membiarkan diriku
dikuasai nafsu. Aku hanya… Baby… aku suka sekali bentuk
26

tubuhmu yang sekarang… pikirku kalau nggak sekarang.. aku


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

harus menunggu beberapa tahun lagi sampai aku bisa


melihatmu gendut seperti ini. Aku jadi… jadi….”

“Kaaak…,” ucapku tenang. “It’s okay… ini bukan saatnya


untuk panik. Kakak harus jauh lebih tenang daripada aku.
Ingat kata dokter, kan? Aku yang hamil, Kak, aku yang
harusnya panik, bukan Kakak. Kalau aku nggak panik… kakak
apalagi….”

“Kamu benar, kamu benar, Oh… Bonnie!” serunya, air


matanya sudah menetes. Dia meraih tengkukku dan
mengajakku berciuman kilat. “Okay… kamu yakin mau ke
rumah sakit naik mobil? Kita nggak perlu panggil ambulan
saja?”

“Nggak perlu. Panggilkan Mirah juga supaya dia bisa


bantuin aku siap-siap. Nggak usah hubungin Mama dan
Mami dulu sampai kita tiba di rumah sakit atau semua orang
akan heboh.”
27

“Okay… okay,” Hiu melepaskan gamitan tangannya, naik


Page

ke atas kasur dan melompatiku untuk meraih pesawat telepon


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

di sisi tempat tidurnya. Dia mengubungi kamar Kai. Kai


menjawab, mereka berbicara singkat dan telepon kembali
ditutup. Setelah itu, Hiu terdiam menunduk, dan
membiarkan emosi kembali menguasi dirinya. Dia terguguk
menangis. Sewaktu aku melempar punggungnya dengan
bantal karena tanganku nggak bisa meraihnya, dia berbalik
memperlihatkan mukanya yang berlinang air mata. “Bonnie…
aku… aku nggak tega…!”

“Nggak tega kenapaaa?”

“Kamu… kamu begitu kecil,” katanya, melonjak duduk di


atas kasur di dekat kakiku. Aku tersentak kaget melihat
tingkahnya yang jauh berbeda dari Hiu yang selama ini
kukenal. “Kalau aku bisa… aku ingin menggantikanmu,
Sayang. Nanti kalau kamu nggak bisa melahirkan secara
normal, jangan dipaksa, ya? Langsung operasi saja, nanti kalau
setelah itu kamu nggak bisa ngapa-ngapain, aku yang akan
merawat Bellissima. Aku yang akan merawat kamu, Sayang….
28

Aku akan cuti dari kantor, okay?”


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Okay,” angguku, biar cepat selesai. Ngapain juga dia


pakai cuti? Kami bisa membayar sepuluh suster untukku dan
Bellissima kalau memang diperlukan.

Akhirnya sambil menunggu Mirah dan Kai, Hiu sendiri


berpakaian rapi dan membantuku mengenakan lagi gaunku
tidur yang tadi ditanggalkannya. Sembari sibuk mondar-
mandir, dia masih saja meracau, “Aku kaget sekali. Kupikir
kamu barusan bakalan benar-benar akan melahirkan di kasur
ini dengan bantuan Kai dan Mirah seperti di film-film horor.
Next time… kita nggak akan begini lagi. Next time, seminggu
atau sebulan sebelum HPL, kamu sudah akan kuinapkan di
rumah sakit. Atau mungkin kita bisa memindahkan peralatan
dan dokter rumah sakit ke sini, supaya kamu bisa melahirkan
kapan saja? Oh enggak… Oh Bonnie… maaf, I am being selfish
again. Look, Baby… kalau habis ini kamu nggak mau punya
anak lagi, aku nggak akan memaksa. Aku tahu hamil itu
sangat menyusahkan, belum lagi melahirkan… risikonya
29

sangat tinggi. Bukan maksudku membuatmu gugup, Sayang,


Page

kamu akan baik-baik saja. Aku sudah berkali-kali


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

memastikannya dengan dokter, kamu dan bayi kita akan lahir


dengan selamat. Setelah itu kita tidak perlu lagi… tidak perlu
lagi memikirkan hal lain, punya anak lagi, atau… atau—"

Aku membentak setelah sebelumnya menggeram ganas,


“Adisaloma Helemano Hiu!!!”

Hiu tergeragap diam.

“You’re going to be a father. Jangan cengeng! Aku butuh


suamiku yang tegas, bayiku butuh ayah yang tegar dan kuat.
Aku tahu kakak mengalami fluktuasi hormon yang harusnya
kurasakan, tapi ayolah… nggak ada penjelasan medis apakah
itu benar-benar bisa terjadi, atau sugesti aja. Kakak
menganggapnya wajar dan terus membiarkan sugesti itu
menggerogoti kakak hanya karena dokter bilang itu kadang
terjadi. Tapi, cukup! Ini bukan saatnya untuk jadi emosional.
Kita akan punya bayi! Bayi! Dan asal kakak tahu, aku senang
hamil. Aku nggak keberatan! Aku ingin hamil lagi dan lagi,
bahkan sebelas kali kalau perlu!”
30
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Jakun besar di leher Hiu bergerak lambat, dia meneguk


ludahnya banyak-banyak.

“Jangan nangis lagi, Kak, please,” aku mewanti-wanti.

Hiu menggeleng.

Aku memintanya mendekat dengan gerakan tanganku.


Dia merangkak seperti bayi dan berhenti di antara kedua
kakiku, lalu memelukku dengan lengan besarnya, menciumi
perutku dan menempelkan pipinya di sana. “Aku takut,
Sayang,” ujarnya, suaranya terdengar rapuh.

Aku membelai rambutnya.

“Aku harusnya menguatkan kamu. Kamu akan


mengalami saat-saat yang berat. Aku sayang banget sama
kamu, sama Bellissima kita… kalau saja bayi itu bisa
dikeluarkan dari tubuhmu tanpa rasa sakit dengan membayar
berapapun… aku akan menyerahkan segalanya. Aku bahkan
siap menggantikanmu.”
31

Aku tertawa.
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Bonnie…,” Hiu mengerang.

“Aku cuman lagi ngebayangin Kakak berperut sebuncit


aku sekarang,” kekehku. “But seriously, Kak… apa kakak hanya
menyiapkan satu nama untuk bayi kita?”

“Maksudmu?”

“Well… kadang… dokter juga bisa salah, kan? Kak Donnie


dulu kata Mami dikira bayi perempuan sampai usia
kandungan Mami hampir sembilan bulan. Dokter bilang Kak
Donnie termasuk janin yang pemalu. Tititnya disembunyiin,
makanya sampai aku lahir… Mami nggak menyiapkan baju
pink atau biru. Mami memilihkan baju-baju dengan warna
netral, meskipun… Mami sebenarnya yakin aku anak
perempuan karena aku nyaris nggak pernah menendangnya.
Aku hanya mengentak-ngentak kecil. Bayi di perutku ini…
tenaganya besar sekali, Kak….”

“Tapi kita sudah mengeceknya berulang kali. Kita juga


32

mengeceknya di Singapura, di Jepang dan Nevada. Literally,


Page

setiap kali kita berkunjung ke mana pun, kita selalu ke dokter


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

dan memastikannya karena kamu terus dihantui mimpi


buruk anak perempuan berjenggot. Aku bahkan sudah
mencukur jenggotku, tapi kamu masih mimpi juga. Makanya
sekarang aku membiarkannya tumbuh lagi. Mereka nggak
mungkin salah, Sayang….”

“Hmmm… I know….”

“Bonnie….” Hiu mendongak, aku agak kesulitan melihat


wajahnya dengan perut sebesar bola pilates. Hiu tertawa kecil,
“Kamu yakin pengin punya sebelas orang anak? Dulu kamu
bahkan nggak mau punya bayi, apalagi sebelas. Kamu bilang
perutmu akan dipenuhi bekas operasi seperti bajak laut.”

Bahuku bergetar antara tawa dan haru. Pundakku


menggedik, “Menurutku hamil asyik juga. Aku bisa minta apa
aja dan Kakak selalu mengabulkannya. Kakak bahkan cuti
berulang kali sejak aku hamil. Memang, sih… kalau kali ini
aku gagal melahirkan normal, kemungkinan perutku akan
terus dibelah, tapi Kakak akan tetap sayang sama aku meski
33

perutku seperti bajak laut, kan?”


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Aku akan jadi bajak lautmu kalau perlu, Sayangku….”

“Kakak memang sudah mirip bajak laut,” aku terisak dan


tertawa sekaligus. “Oh, Kak… aku juga takut, tapi aku sudah
nggak sabar ingin mengeluarkan anak ini dari perutku…. Dia
pasti jadi anak yang cantik, kan, Kak? Dia nggak akan
berewokan seperti Kakak, atau bertubuh bongsor seperti
papanya, kan? Dia kan anak perempuan, Kaaak….”

“Oh, sayang…,” Hiu mendekapku erat dari samping


setelah dia berpidah ke sisiku. “Bellissima akan jadi gadis yang
cantik dan manis seperti mamanya. Yah… kalaupun dia tinggi
dan perkasa… dia akan jadi seperti tantenya….”

“Robin?”

“Ya… Robin tinggi dan kuat….”

Aku menjilat bibirku yang terasa kering. Somehow ucapan


Hiu benar juga. Jangan lupa. Hiu punya garis keturunan
Hawaiian. Dia bahkan bukan laki-laki paling besar di antara
34

saudara-saudaranya. Gadis-gadis di keluarga Papa juga tinggi-


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

tinggi, beberapa di antaranya ada yang cukup kekar untuk


ukuran anak perempuan. Mendengar itu, perasaanku sedikit
lebih tenang.

“Tapi… seperti apapun gadis kita nantinya… aku yakin…


dia akan jadi gadis sehebat Mama dan tantenya. Kalian akan
jadi gadis-gadis hebat kesayanganku. Bonnie… kamu
melengkapi hidupku dan mengubah kemuramanku menjadi
penuh warna… aku nggak bisa membayangkan betapa
indahnya hidupku saat Bellissima berada di antara kita….”

“Hidup kita,” kataku. “Betapa indahnya hidup kita.”

“Yes, Honey… hidup kita….”

Kami berciuman, lalu beberapa saat kemudian Kai


datang.

***
35
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

HIU

Aku tak bisa berhenti menengok ke arah pintu ruang


operasi.

Lorong itu sunyi. Aku bisa mendengar ketuk-ketuk


sepatu mendekat, tapi di kepalaku seolah suara itu berasal
dari tempat yang sangat jauh.

Lamunanku buyar saat satu sentuhan mendarat di


bahuku. Kai mengangsurkan kopi hangat dalam gelas kertas
kepadaku. Aku menerimanya sambil melirik sekilas ke balik
tubuhnya. Papa dan Papi masing-masing memegang cangkir
yang sama. Mereka duduk menemaniku di selasar setelah aku
diusir oleh dokter karena dianggap membuat keributan.

Aku menarik napas panjang dan kembali menunduk. Kai


36

tetap berdiri. Dia baru duduk setelah aku memberinya isyarat.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Ada kabar?” bisiknya.

Aku menggeleng lesu.

Papa menyandarkan kepalanya ke dinding dengan lengan


terlipat dan mata terpejam. Kopi itu tidak disentuhnya. Papi
tampak lebih tegang, beliau duduk membungkuk dan
berulang kali menengok ke arah ruang bersalin dengan kedua
tangan memegangi gelas kertas. Aku merasa tak enak
padanya. Tentunya dia tidak ingin berada di sini. Tak ada
yang ingin duduk di sini kalau aku tidak kehilangan kendali.
Semuanya ingin menanti sedekat mungkin di sisi Bonnie
sampai dokter menyatakan istriku dan bayi kami selamat.

“Ini salahku,” aku meratap.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Bonnie


mengalami kontraksi hebat yang mengakibatkan ketubannya
pecah duluan. Aku sangat panik. Begitu sampai di ruang
bersalin, dokter masih bilang kemungkinan Bonnie bisa
37

melahirkan secara normal. Pembukaan awalnya berlangsung


Page

cukup cepat, sampai kemudian berhenti di tengah dan dia


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

mulai kehabisan tenaga. Aku mendesak supaya operasi bisa


disegerakan, but of course, dokter tidak mau didikte.
Berapapun uang yang kami punya, mereka tidak mau
diberitahu mereka harus bagaimana.

Semua ini terjadi karena sejak awal Bonnie berharap dia


bisa melahirkan secara normal dan menurut dokter itu
memungkinkan. Kami hanya harus sedikit lebih bersabar.
Dokter berpegangan pada kemauan sang ibu, kecuali terpaksa
dan diperlukan pengambilan tindakan. Aku mendebat dan
akhirnya diusir keluar dari area ruang bersalin gara-gara
dianggap memicu keributan yang hanya akan meningkatkan
stres bagi calon ibu.

“Seharusnya dari awal Bonnie dioperasi saja,” gumamku


geram. “Kenapa sih dia ingin melahirkan secara normal
segala? It was horror! Mengeluarkan bayi sebesar itu lewat
lubang sempit yang bahkan penisku saja susah masuk!”

Kai menahan tanganku supaya aku berhenti meracau.


38
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Dia akan merusak dirinya sendiri,” rahangku gemeretak.


“Apa nggak cukup sembilan bulan bawa-bawa perut sebesar
itu dan untuk mengakhiri penderitaan dia masih harus lebih
menyiksa diri lagi sementara ada jalan yang lebih mudah?! I
just don’t understand woman.”

“Itu yang terjadi kalau dua orang wanita kuno


mempengaruhi cara berpikir istrimu,” Papa tahu-tahu
menyela. Aku dan Kai menengok padanya, matanya masih
terpejam. “Makanya aku kurang setuju Mamamu terus
melibatkan diri dalam urusan rumah tangga kalian.” Dia baru
membuka mata. “No offense to you Laalit,” katanya ke Papi.
“Pasti mereka mendoktrin Bonnie tentang kesempurnaan
wanita melahirkan bayi secara normal. Omong kosong.
Melahirkan secara normal berisiko lebih tinggi daripada
operasi. It’s 2021, buat apa mengejan dan merusak sesuatu
yang seharusnya bisa dijaga keindahannya? Iya, kan?”
39
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Keindahan…?” Aku mengulang dengan nada heran.


Sebelum kusadari, mukaku mengernyit jijik memahami apa
yang dimaksud Papaku. “Really, Pap? In the time like this?”

“I am just saying,” kata Papa sambil mengangkat kedua


tangannya ke atas, tapi tidak tampak merasa bersalah atas
ketidaksensitifannya. “Aku nggak bilang punya Mamamu
nggak indah lagi.”

“Would you please?!” bentakku nggak tahan lagi. Disgusting!


Siapa juga yang mau mendengar hal seperti itu dari orang tua
mereka?! Aku mengumpat saat membuang wajahku ke arah
lain.

“Jangan bilang Mamamu aku barusan bilang begitu!”

“Just shut up,” kataku jengkel. “Aku sama sekali nggak


peduli pada apapun selain keselamatan Bonnie. Dia
menderita. Kenapa dia harus menderita kalau dia bisa tinggal
tiduran saja dan semuanya bisa dijalani lebih cepat dan
40

mudah? Ini nggak akan terjadi kalau Bonnie nggak pernah


Page

bilang dia pengin melahirkan secara normal. Seharusnya aku


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

bicara dengannya lebih tegas. Lebih mengarahkannya, nggak


hanya menuruti semua kehendaknya. Dia nggak tahu apa
yang dia lakukan. Dari perkiraan dokter, bayinya berukuran
raksasa. Lihat ukuran perutnya, kan? Mana mungkin bayi
seberat empat kilogram bisa keluar secara normal kalau
ukurannya saja tidak normal.”

“Hssst… jaga mulutmu. It’s your own baby girl, Son,” Papa
mengingatkanku.

“Bayi empat kilogram memang sedikit besar, tapi bukan


raksasa,” Kai berucap tenang.

Papa mengangguk setuju, “Kamu jadi sangat sentimentil


sejak istrimu hamil. Chill… everything is gonna be okay!”

“Jangan menyalahkan diri seperti itu,” Papi ikut buka


suara, lebih bijak dan tulus. “Waktu istriku hamil, sama
seperti Bonnie, dia hampir tidak merasakan perubahan
hormon apapun. Aku yang mengalami segalanya. Mungkin…
41

kita memang suami-suami yang sensitif pada saat yang


Page

dibutuhkan, Hiu. Aku mendengar banyak cerita tentang istri-


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

istri temanku yang dipengaruhi hormon… mereka


mengerikan. Ratusan kali lipat lebih menyeramkan daripada
saat mereka datang bulan. Bisa kamu bayangkan? Nasib baik
untuk orang-orang seperti kita. Aku nggak tahu apa aku akan
bisa mengatasi istriku kalau dia mengalami hal-hal hormonal
selama kehamilan seperti wanita-wanita lain.”

Aku dan yang lain tertawa pelan melihat Papi bergidik.

“Yah… aku juga nggak bisa bayangin kalau Bonnie lebih


ajaib lagi,” kekehku.

Untuk pertama kalinya, lorong itu berderai oleh tawa


kami.

Emosiku sedikit bisa teredam karenanya.

I am not faking it.

Perubahan sikap itu maksudku.

Aku sama sekali nggak memalsukannya, atau tersugesti


42

ucapan dokter yang mengatakan bahwa kadang pasangan


Page

wanita hamil mengalami fluktuasi hormon yang tidak terlalu


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

dirasakan oleh si ibu hamil itu sendiri. Aku jadi lebih


sentimentil dan emosional sejak Bonnie dinyatakan hamil.
Aku lebih protektif, lebih mudah khawatir kalau terjadi
sesuatu pada istriku meski itu hal-hal kecil yang sebaiknya
kuabaikan. Rasanya, kalau dunia bisa kuberikan padanya,
akan kuberikan. Kalau ada satu cara supaya Bonnie tidak
harus membawa-bawa perut sebesar itu dengan badannya
yang mungil, aku akan memberikan semua uangku untuk itu.
Tapi, sebaliknya, Bonnie justru jauh lebih santai. Bukan
hanya tegar, dia santai. Secara harfiah. Makanya, aku
menuruti semua yang diinginkannya. Termasuk melahirkan
bayi secara normal.

Aku bersyukur akan hal itu, mengingat dulu Bonnie


sangat takut menghadapi kehamilan. Mungkin dulu itu
salahku. Ucapanku mengenai sebelas orang anak saat kami
bahkan belum saling mencintai sempat membuatnya trauma.
But when she got pregnant, dia seolah melupakan segalanya. Dia
43

bahagia, wajahnya berseri-seri, pipinya merona setiap hari.


Page

Papinya benar. Kalau bukan aku yang mengalaminya, aku


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

nggak bisa membayangkan bagaimana menghadapi Bonnie


dalam keadaan hamil senormalnya perempuan lain.

Akan tetapi, jadinya aku yang diam-diam mencemaskan


segalanya. Terlebih, saat kutahu anak kami berjenis kelamin
perempuan sementara ibunya bersikap tegar seperti batu
karang. Aku khawatir semua mimpi Bonnie jadi kenyataan.
Dia sering bilang, dia mimpi buruk didatangi anak
perempuan berewokan yang terus memanggilnya Mami! Aku
selalu bersikap seolah itu lelucon yang buruk, hanya Tuhan
yang tahu bagaimana isi hatiku setiap kali aku mendengar
Bonnie merengek tentang itu, atau terjaga gara-gara bayi-bayi
mengerikan yang menghiasi mimpi buruknya.

Terus terang saja, mimpiku lebih buruk lagi. Pada


trimester awal kehamilan Bonnie, aku memimpikan bayi
kembar siam. Laki-laki dan perempuan. Tiga kali. Yang
pertama kepalanya ada dua. Yang kedua kakinya ada empat.
Yang ketiga perutnya melekat.
44
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

I am a half Hawaiian. Aku percaya hal-hal yang berkaitan


dengan firasat, mitos, apalagi mimpi buruk. Tapi aku nggak
pernah membicarakannya. Aku memendamnya sendiri dan
mencoba mengabaikannya karena nggak ingin Bonnie
memikirkan hal-hal yang tak perlu. Sampai kemudian,
seorang fortune teller di Las Vegas mencegatku di depan kasino
Treasure Island dan mendesakku masuk ke tendanya.
Awalnya aku menolak, tapi dia membisikiku. Dia bilang, The
Green Lady membawa satu anakku.

Aku langsung memaku dan membiarkannya menarikku


ke dalam tenda. Dia bahkan nggak tahu aku orang Hawaii,
bagaimana dia bisa menyebut The Green Lady kalau dia
bukan cenayang sungguhan?! (atau dia bisa saja menebak
karena aku habis keluar dari Kahunaville, sebuah restoran
masakan Hawaii di hotel yang sama.)

The Green Lady adalah hantu di jurang Wahiawa.


Konon, dia kehilangan anaknya di sebuah ngarai dan tidak
45

ditemukan kembali. Hatinya hancur, dia jadi hantu wanita


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

berwarna hijau yang senang menculik anak-anak. Anehnya,


setelah cenayang itu bilang dia berhasil menutup mata
batinku (dan menagihku 150 dolar) aku tidak pernah lagi
memimpikan bayi kembar siam. Dia memberiku satu nama
untuk bayi perempuan kami, Bellissima. Sebelum aku keluar
dari tendanya, dia menggamit tanganku sambil berbisik
dengan nada misterius bahwa aku harus memikirkan sendiri
nama bayi laki-laki kembarku.

Aku langsung tahu aku sudah ditipu. Bonnie tidak


mengandung bayi kembar. Soal mimpi itu… mungkin hanya
kebetulan saja karena aku terlalu khawatir. Namun, aku
menyukai nama Bellissima. Aku memutuskan akan
memakainya. Aku nggak akan menamai anakku dengan nama
ikan-ikanan. Mata rantai kekonyolan ini harus berhenti di
aku dan Robin.

Kai kembali dari ruang dokter setelah aku menyuruhnya


menanyakan bagaimana kondisi Bonnie. Aku nggak mau ke
46

sana dan bersitegang lagi karena nggak yakin bisa menahan


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

emosiku. Bonnie akan menjalani operasi dalam satu jam, aku


diminta menandatangani berkas-berkas persetujuan setelah
mendengarkan penjelasan panjang lebar tentang risiko
pembiusan dan pasca operasi.

Saat kembali keluar, mukaku pucat dan aku memutuskan


aku membutuhkan sedikit udara segar. Dokter nggak
mengizinkanku berada di dalam ruang operasi untuk
menemani Bonnie. Mama dan Mami yang akan berjaga di
sana.

“Mau ke mana?” tanya Papa begitu dia melihatku


beranjak.

“Jalan-jalan.”

“Lebih baik begitu. Kalau ada kabar, nanti Papa telepon.


Santai saja. Istrimu bukan satu-satunya perempuan yang akan
melahirkan hari ini. Semuanya akan baik-baik saja. Jauhi
ruang dokter atau suster karena kamu pasti akan nanya
47

macam-macam dan berakhir seperti tadi. Wartawan di mana-


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

mana, hindari mereka. Kalau enggak, sebelum anakmu lahir,


kamu akan jadi bulan-bulanan di kolom gosip besok pagi.”

Aku mengangguk sekaligus menolak tawaran Kai


menemaniku. Yang kubutukan saat ini adalah ketenangan.
Kurasa, berapa kalipun kudengar kisah para suami yang
menanti kelahiran anak pertama dari sepupu-sepupu atau
bahkan ayahku sendiri tak membuat kecemasanku berkurang
barang sedikit.

Keona, salah satu sepupuku di Kauai menelepon


semalam. Dia memastikan aku nggak akan ada di ruang
bersalin saat Bonnie melahirkan, apalagi secara normal. Dulu,
saat kelahiran anak pertamanya, Keona dengan berani
mendampingi istrinya. Menurutnya, itu adalah pengalaman
traumatis. Peristiwa itu membuatnya tak berani melirik
wanita lain (Beyonce sekalipun, katanya, walaupun dia tak
akan mungkin bertemu Beyonce) sampai sekarang. Setiap kali
seorang gadis menggodanya dalam perjalanan dinas, dia akan
48

dibayang-bayangi penderitaan yang dialami istrinya saat dia


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

mengejan dan memuntahkan gumpalan darah dari


selangkangannya.

Yah, tidak berani melirik wanita lain karena tak bisa


melupakan jasa sang istri melahirkan anak-anak mereka
adalah sisi positifnya. Sisi negatifnya, dia mengalami mimpi
buruk sampai berbulan-bulan kemudian. Selain itu, dia
mengaku sempat tak bergairah saat berhubungan seksual gara-
gara membayangkan peristiwa agung tersebut setiap kali dia
membuka kaki istrinya. Dia harus datang ke Kahuna (dukun
orang Hawaii) untuk mengaburkan ingatannya.

“Berpikir logis lah, Hiu… aku tahu kamu ingin berada di


sisinya karena ini anak pertama kalian, tapi kalau dokter
bilang kamu harus pergi, ambil langkah seribu. Tunggu di
luar demi kewarasanmu di kemudian hari,” katanya sebelum
memutuskan panggilan telepon.

Omong kosong. Aku sudah pernah melihat semuanya.


Rahangku beberapa kali retak, aku pernah tersesat di hutan
49

selama seminggu, terantuk tebing dan terbawa arus dalam


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

keadaan tak sadarkan diri, jatuh dari ketinggian, mengalami


kecelakaan nahas yang membuat kakiku hancur, dan yang
paling mengerikan… menyaksikan Robin meninggal tepat di
depan mataku.

Apapun risikonya, aku ingin bersamanya, memegang


tangannya, membagi penderitaannya. Terlebih, aku ingin
melihat keajaiban itu. Keajaiban saat bayi kecil dilahirkan ke
dunia.

Kami sudah sering membayangkan akan seperti apa


proses kelahiran Bellissima. Kata makian apa saja yang
mungkin diucapkan Bonnie saat dia mengerang kesakitan,
apakah dia akan mencakar tanganku sampai berdarah, atau
memukul wajahku karena kesal. Aku jelas akan memilih
berada di sisi Bonnie, apapun yang mungkin kualami
sesudahnya, kalau dokter tidak melarangku.

Kakiku melangkah tanpa tujuan menyusuri lorong demi


lorong sepi yang seakan menarikku mengikuti arah suara
50

tangis bayi. Di depan sebuah ruangan berdinding kaca


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

langkahku berhenti. Mataku terbuka selebar senyumku


menyaksikan pemandangan di balik dinding kaca tersebut.
Berderet-deret boks dengan label nama pasangan berisi bayi
baru lahir tertata rapi di dalamnya. Mereka dibalut selimut
putih dan dipakaikan topi kecil di kepala mereka. Bayi-bayi
itu lelap dalam buaian. Mata mereka bengkak terpejam, bibir
kecil mereka terus bergerak seperti sedang mengulum. Hatiku
menghangat. Kelopak mataku mengerjap basah. Entah sejak
kapan pandanganku semakin memburam, yang jelas saat aku
mengedip, sebutir air mata jatuh membasahi pipiku.

I am gonna be a father.

Lalu, salah satu dari mereka menangis. Entah yang mana.


Tangisan itu membangunkan bayi-bayi lain. Satu demi satu
seperti efek domino. Aku pun tertawa kecil. Tangis itu akan
menghiasi rumahku nanti, pikirku. Seorang suster
mendorong boks baru memasuki ruangan yang membuat
dadaku berhenti berdetak karena mengira itu mungkin saja
51
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Bellissima. Tapi bukan. Bayi yang kemudian digendong oleh


seorang suster itu berjenis kelamin laki-laki.

(Aku tahu dari label boks-nya. Dari penampilannya,


mereka semua tampak sama.)

“Anak yang sangat sehat, ya?”

Aku melonjak dan menoleh ke samping kiriku. Saking


asyiknya mengawasi bayi-bayi, aku sama sekali tak menyadari
kehadiran seorang wanita yang tahu-tahu berdiri di
sampingku. Untuk menjawab pertanyaannya, aku
mengangguk.

“Kasihan,” imbuhnya.

Alisku mengerut di tengah, menganggapnya tak masuk


akal. “Kenapa kasihan?” tanyaku.

Wanita itu kira-kira berusia 50-an. Rambutnya sebahu


dan sebagian sudah beruban. Penampilannya rapi,
mengenakan rok selutut dan blazer berwarna gelap. Dari
52

riasan wajah dan gincu merahnya, aku menduga dia berada di


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

sini untuk suatu kepentingan. Di tangannya tercangklong


sebuah tas tangan dari kulit yang di dalamnya menyembul
sebuah map bertuliskan nama yayasan. Aku mencoba
membaca, tapi kesulitan.

“Anda tahu siapa bayi itu? Cucu Anda?” tanyaku lagi


setelah pertanyaanku sebelumnya tak terjawab. Wanita tadi
memandang nanar ke arah si bayi yang perlahan mereda
tangis kencangnya. Pelukan suster itu pasti membuatnya
hangat. Katanya, bayi banyak menangis setelah dilahirkan
karena dia merasa kaget dengan perubahan antara suhu
ruangan dengan kondisi rahim ibu yang hangat. Tangis
mereka akan berhenti dalam dekapan.

“Istri Anda melahirkan hari ini?” dia malah balas


bertanya padaku.

Aku mengangguk dengan senyum lebar yang lagi-lagi


terulas begitu saja. Setiap kali ada pertanyaan yang kaitannya
dengan bayi, bibirku selalu tersenyum lebar. Mungkin, akan
53

punya bayi adalah perasaan paling menyenangkan yang


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

pernah kurasakan seumur hidup. Menyenangkan, sekaligus


mengharukan. Akupun kembali melabuhkan tatapan ke si
bayi laki-laki yang sekarang sudah sepenuhnya tidur.

“Kenapa Anda bilang begitu?” Aku tidak bisa


mengabaikan rasa penasaranku. “Maaf, saya akan jadi seorang
ayah sebentar lagi, jadi mendengar seseorang mengasihani
bayi baru lahir… saya merasa harus tahu jawabannya.”

“Oh…,” wanita itu tersenyum. Mengulurkan tangannya.


“Anita Suwiryo.”

“Adisaloma Helemano Hiu.”

Mendengar namaku, mata wanita itu bersinar. Dia


mengenaliku. “Aaah… jadi Anda alasannya kenapa banyak
wartawan di lobi. Sudah lahir? Yang mana?”

“Masih di meja operasi.”

“Dan Anda berada di sini untuk?”


54

“Mencari ketenangan.”
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Dia mengangguk-angguk. Hening. Aku menunggu


sampai kemudian dia menarik napas panjang yang kurang
nyaman, “Ibu bayi itu datang ke yayasan yang saya kelola
minggu lalu. Hamil besar, sebatang kara. Masih terlalu muda
untuk menjadi seorang ibu. Sampai sekarang kami tidak tahu
siapa ayahnya. Ada kalanya… saya menganggap beberapa bayi
lebih baik tetap berada di surga.”

“Saya tidak yakin ibunya akan beranggapan sama dengan


Anda,” kataku.

“Ibunya masih berusia delapan belas tahun.”

Aku mengangguk-angguk, tapi tetap saja… bayi bagiku


adalah sebuah harapan baru yang tak pantas dikasihani.
Mungkin… lagi-lagi… karena aku sendiri akan jadi seorang
ayah dan aku akan memastikan bayiku tidak akan dikasihani
siapapun.

“Mungkin dia tidak akan beranggapan sama dengan


55

saya,” katanya, hampir melamun. Aku baru akan menyela


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

dengan pendapatku sewaktu Anita menyambung, “Kalau dia


tidak meninggal dunia saat melahirkannya.”

Ludahku terteguk. Aku berdeham dan bertanya, “Apa


yang terjadi?”

“Berusaha melahirkan sendiri di kamar panti karena


merasa malu…? Itu dugaan saya. Saat pengurus mengetuk
kamarnya karena tidak keluar untuk sarapan… dia sudah
tidak sadarkan diri. Kurang perhatian saat mengandung, tak
pernah menjalani pemeriksaan apapun karena sibuk
mengejar-ngejar pertanggungjawaban seorang pria yang
sampai sekarang tak pernah kami tahu siapa. Ibunya sudah
meninggal dua menit sebelum dokter berhasil mengeluarkan
bayinya. Bayi itu sebatang kara… hanya kami keluarganya….”

Selama dia menjelaskan, napasku sama sekali tak


terembus.

Bayi laki-laki yang sangat sehat. Tangisannya kencang


56

meski kelahirannya diiringi dengan kepahitan.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Nah… masih menganggap dia tidak layak dikasihani?


Bayi adalah anugerah, Anda pasti jauh lebih mengerti hal itu.
Tapi… bertahun-tahun saya menjadi saksi bahwa anugerah
tidak otomatis menjadi hadiah bagi semua kehidupan baru,”
kata Anita sambil menepuk bahuku. “Semoga istri Anda
melahirkan dengan selamat, bayi dan ibunya sama-sama
sehat. Kalau Anda bersedia memberikan donasi ke yayasan
kami… ini kartu nama saya. Maaf, tapi ini bukan kebetulan
yang terjadi setiap hari, bukan? Bertemu dengan Adisaloma
Helemano Hiu di sini?”

Aku menerima kartu namanya dan menukarnya dengan


milikku.

Sebelum wanita itu berjalan menjauh menyusuri lorong


yang sepi, aku memanggilnya kembali.

***
57
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

BONNIE

Astaga… anak perempuan berewokan itu datang lagi.

Aku terbangun dengan napas terengah dan keringat


bercucuran. Kucari-cari di sekelilingku, nggak ada seorang
pun menemaniku di kamar. Kuambil tombol pemanggil yang
diletakkan di sisi kepalaku dan kutekan.

Operasinya berjalan lancar, menurutku.

Aku nggak merasakan takut saat dokter mengatakan


bahwa sebaiknya aku segera dioperasi. Ohhh… ya ampun…
sebaliknya, aku lega bukan main. Sebelum dokter menyerah
dan menyatakan kondisiku tidak memungkinkan untuk
melanjutkan persalinan normal karena sudah terlalu letih
menunggu pembukaan selanjutnya, kupikir aku akan mati.
Sakit sekali.
58
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Bukan hanya itu, aku khawatir terjadi sesuatu pada


Bellissima. Dia sepertinya syok dan menolak keluar dari
rahimku. Aku nggak bilang-bilang ke dokter soal hubungan
seksual yang mungkin seharusnya nggak kulakukan satu jam
sebelum persalinan. Aku malu. Aku curiga ketubanku pecah
di jalan menuju rumah sakit juga gara-gara Hiu menyodokku
terlalu kencang.

Aku mengungkitnya sambil marah-marah ke Hiu di


mobil, di balik punggung Kai yang menyetir dengan panik
dan berulang kali membunyikan klakson. Kai pengemudi
yang sangat tenang. Dia tidak pernah mengumpat atau
membunyikan klakson kalau tidak terpaksa, lain dengan Hiu
yang gampang marah di belakang kemudi. Kalau nggak salah,
itu pertama kalinya aku melihat warna wajah Kai memucat
saat aku tak sengaja melihatnya dari spion tengah. Kalau
nggak salah juga, itu pertama kalinya aku merasa panik sejak
aku dinyatakan hamil. Mendadak, kepanikan dan
59

kekhawatiran Hiu selama ini menjadi masuk akal buatku.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Kalau ketubanku kering, anakku bisa batal jadi pewaris pabrik


sarden Papanya.

Okay… jangan bicara ngawur, Bonnie.

Tapi, nggak masalah, sih… toh bayiku sudah lahir dengan


selamat. Hehe… yeay! Aku sudah jadi Mama. Rasanya
menakjubkan meski aku sendiri belum bisa melihat
Bellissima. Aku hanya ingin memastikan dia tidak seperti
bayi-bayi perempuan di dalam mimpiku.

Tentu saja enggak.

Dia pasti bayi yang manis dan cantik.

Suster masuk dan mengecek kondisiku, tapi dia belum


membawa Bellissima untuk diletakkan di atas dadaku.
Setahuku, bayi baru lahir seharusnya langsung didekatkan ke
payudara ibunya, tapi itu kalau aku melahirkan secara
normal. Aku ketiduran begitu operasinya selesai. Setelah
mendengar tangisan kencangnya yang melengking seperti
60

Mariah Carey, aku tertawa sambil menangis bahagia. Sedetik


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

kemudian, aku nggak ingat apa-apa lagi. Beberapa saat


sebelum akhirnya mataku bisa terbuka, aku sudah mendengar
suara-suara di sekitarku. Mami menggamit tanganku,
mencium keningku. Papa, Mama, dan Papi bergantian masuk
dan memberi Mami selamat karena aku masih tidur, tapi aku
sama sekali nggak mendengar suara Hiu.

Ke mana sih dia?

“Good morning, Mama….”

Nah… itu dia.

Senyumku mengembang cerah melihat sosok sebesar


raksasa itu masuk dengan bungkusan bayi mungil dalam
gendongannya. Seorang suster yang masuk bersamanya
membantu membenarkan posisiku menjadi setengah duduk
dengan bersandar ke bagian atas ranjang yang dinaikkan. Aku
tak bisa berhenti berpikir, bayiku ternyata sekecil itu?

“Is it hurt?” tanya Hiu.


61

“Hmmm… naaah!” gelengku sombong.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Emang belum terasa sakit sampai sekarang. Aku yakin


dokter masih terus memberiku pain killers. Salah satu dosisnya
membuatku seperti melayang dalam tidur. Aku hanya merasa
kaku dan berat di sekitar perut. Saat ini, aku nggak peduli
dengan rasa sakit itu, yang kuinginkan hanya melihat
Bellissima. Hiu mengecup keningku sebelum menunjukkan
makhluk mungil dalam gendongannya yang langsung
membuatku terisak-isak seperti anak kecil. Dia kecil sekali,
kupikir berat hampir empat kilo untuk ukuran bayi itu
lumayan besar, tapi ternyata dia sangat mungil. Hidungnya,
matanya, pipinya, bibirnya… semua mungil. Aku berusaha
keras menguasai diri supaya bayi itu segera bisa dipindahkan
ke pelukanku. Suster memindahkannya ke lenganku dari
lengan Hiu karena kami sama-sama masih kikuk.

“She’s so small…,” ucapku sambil menangis haru.

Hiu menghapus air mata dari pipiku, “It’s a ‘he’,” katanya.


Mengoreksiku.
62
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“He?!” seruku terlalu kencang, Bellissima (yang ternyata


laki-laki, berarti nggak bisa lagi pakai nama Bellissima)
terusik, tapi tidak sampai bangun. “Oh my God… it’s a ‘he’…
oooh… Kak… bobonya nyenyak sekali… kenapa di perutku dia
menendang terus? Sekarang pas keluar malah diam aja. Dia
nangis, kan?”

Hiu mengangguk.

“Kencang?”

“Kencang banget,” katanya, aku melihat sisa air mata di


pipinya. Dengan satu tanganku, aku menggamit tangan Hiu
yang kemudian mengecupi tanganku. “I am so happy… terima
kasih, ya, Sayang… kamu hebat sekali…,” pujinya.

Aku nggak menjawab, tapi karena aku juga merasa hebat


dan bangga pada diriku sendiri, aku pun membusungkan
dada, “Oh… hai, Baby… ini Mommy, Nak… eh, Kak… betul,
kan? Pantas aja aku mimpi anak perempuan berewokan… aku
63

sudah curiga… ini pasti bayi laki-laki. Kakak nggak percaya,


Page

sih… insting seorang ibu itu nggak ada duanya. Kakak yang
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

sabar, ya… nanti kita bikin lagi, semoga yang kedua bayi
perempuan.”

Hiu mengulas senyum yang membuat alisku mengerut.


Senyumnya somehow mencurigakan. Seperti senyuman bijak
sang Budha. Aku memincingkan mata curiga, itu bukan gaya
bahagia ala Hiu. Dalam bayanganku, dia akan terus menangis
dan tertawa, bukan tersenyum dan memandangiku dengan
tatapan bijaksana.

“What is it?” tanyaku.

“Nothing.”

“Jangan bohong!” kataku galak dengan suara tertahan.


“Kakak nggak kelihatan sebahagia yang kuharapkan. Apa
karena bayinya laki-laki?”

“No… enggak,” gelengnya yakin. “Laki-laki atau


perempuan… sama saja buatku. Apalagi… kalau kita bisa
punya dua-duanya sekaligus….”
64
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Kaaak,” aku mengeluh capek. “Aku lho baru kelar


dijahit, Kakak udah ngomong gitu. Itu bisa bikin aku
tertekan, lho, Kak!”

Kali ini Hiu mengekeh. Kali ini juga dia meneteskan air
mata. “Bonnie… kamu suka bayi itu?” tanyanya.

“Pertanyaan macam apa itu?” Aku mendengus. “Tentu


saja aku suka bayiku! Kalaupun ini bayi perempuan yang
ternyata berjambang, aku tetap akan menyayanginya. Kenapa,
sih, kok Kakak ngomongnya aneh gitu?”

“Aku juga sangat menyukainya,” kata Hiu sambil


melepaskan tanganku dan mengecup kening bayinya, lalu
mencium pipiku. “Aku langsung menyayanginya begitu dia
diletakkan di lenganku, seperti cinta pada pandangan
pertama.”

“Kakak sudah mencintainya sejak dia berada di dalam


perutku,” aku tertawa kecil sambil memonyongkan bibir
65

supaya dikecup. Hiu mengecupnya manis, diikuti dengan


Page

keningnya yang ditempelkan ke keningku. Kami sama-sama


Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

memejamkan mata sebelum aku menyadari sesuatu, “Kak…


kita hanya menyiapkan satu nama.”

“Namanya Benito,” kata Hiu.

“Kenapa Benito?”

“Artinya anugerah.”

Aku mengangguk, berpikir, lalu mengangguk lagi.


“Kenapa sih harus nama Italia semua?” tanyaku sekonyong-
konyong. “Bellissima nama yang cantik… tapi Benito… itu
kayak nama susu kotak waktu aku masih kecil nggak, sih?”—
Hiu mengerutkan dahi bingung—“Lupakan aja, Kakak
mungkin minum susu-susu impor dan nggak pernah tahu
merek-merek susu lokal yang belinya di mini market dekat
rumahku. Okay… aku juga nggak punya ide lain untuk nama
anak laki-laki. Namaku toh juga dari Bahasa Spanyol, padahal
Papi orang Padang, Mami orang Tulungagung. Tapi Kakak
kan orang Hawaii… nggak pilih nama Hawaii?”
66
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Supaya cocok dengan nama Bellissima. Bellissima… dan


Benito. Si cantik dan anugerah dari Tuhan.”

Aku terdiam.

Sedetik, dua detik, tiga detik… aku lantas tergemap.


“Nooo…,” lolongku pelan supaya Benito tidak bangun.
“Anakku kembar? Mana mungkin… kalau jenis kelamin
tertukar masih bisa dimengerti… masa anakku kembar dokter
sampai nggak tahu? Okay… next time aku hamil… kita
melahirkan di Hawaii atau Singapura aja! Tunggu dulu… tapi
kita juga periksa di mana-mana… nggak ada satu dokter pun
yang bilang anakku kembar….”

“Bonnie…,” Hiu menghentikan ocehanku dengan suara


rendah yang amat mencurigakan. Aku bergidik dibuatnya.
“Itu bukan bayimu.”

Hening.
67
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Aku tidak tahu apa yang kudengar dan kurasakan.


Mataku menatap Hiu bulat-bulat. Apa maksudnya? Apa yang
terjadi dengan bayiku?

“Well… itu bisa jadi bayimu kalau kamu mau, sih… tapi
itu bukan bayimu, Sayang. Aku hanya ingin memastikan…
kamu juga bisa menyayanginya sebelum kamu tahu bahwa itu
bukan bayimu. Semua bayi sama, mereka layak disayangi…
meski mereka tidak dilahirkan dari rahimmu. Aku
menyayangi bayi itu… apa kamu mau jadi ibu buat bayi itu?”

Aku mengetatkan rahang, kepalaku menggeleng, dan


rasanya aku ingin menjatuhkan bayi dalam gendonganku.
Bukan karena aku kejam, bukan karena aku tidak
menginginkan bayi dalam gendonganku ini. Tapi… aku ingin
bayiku sendiri. Bayi yang sudah kukandung selama sembilan
bulan dan membuatku menderita, sekaligus menjadi
perempuan paling bahagia di dunia. Bayi yang kucintai
bahkan sebelum aku bertemu dengannya dan tetap akan
68

kucintai meski ternyata dia bayi perempuan yang berjenggot


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

(tapi aku tetap berharap dagunya licin.) Semua bayi memang


sama, layak disayangi dan diberi kesempatan yang sama, tapi
bagi perempuan yang sudah mengandung dan
melahirkannya, bayi itu tak sama. Bayi itu lebih istimewa. Bayi
itu harapannya. Bayi itu segala-galanya.

(Tentu tidak semua perempuan. Ada perempuan jahat


yang membunuh bayinya, Bonnie!)

(Diam!)

Aku mulai menangis, “Mana bayiku?” tanyaku,


merengek. Pita suaraku bergetar hebat sampai tenggorokanku
terasa sakit. “Bayiku kenapa? Kenapa bukan bayiku yang
dibawa ke sini? Aku mau bayiku sendiri, Kak….”

“Bayimu di sini, Sayang…,” ucap suara lain yang


kemudian bergabung bersama kami.

Mama melangkah masuk bersama Mami. Di


belakangnya, Papa dan Papi mengikuti mereka. Sebuah
69

bungkusan serupa yang ada di lenganku berada di pelukan


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Mami. Benakku langsung memainkan intro The Lion King


ketika Rafiki mengangkat Zimba di tepi lembah untuk
dipertontonkan ke seisi hutan saat mereka masuk bersamaan
memenuhi ruangan. Aku mengasongkan Bennito ke lengan
Hiu dan menyambut uluran bayi lain dari tangan Mami. “Ini
Bellissima, Sayang…. Ini bayimu, Bonnie….”

“Mamiii…,” aku meraung. Ini baru bayiku. Soalnya bayi


ini lebih besar dan berat. Persis seperti yang kubayangkan.
Soal jenis kelamin, kalau tidak diberitahu, aku nggak tahu dia
bayi laki-laki atau perempuan. Benito juga sama. Semua bayi
sama. Mami memelukku, menciumiku bergantian dengan
mengecupi Bellissima dalam gendonganku.

“Apa yang terjadi, Mami?” bisikku, seolah hanya Mami


sekutuku di kamar itu, dan semua orang termasuk Hiu saat
ini berencana memberitahu sesuatu yang akan menyakiti
hatiku. Nggak ada yang terlintas di benakku selain, “Itu anak
Hiu sama perempuan lain, ya, Mi?”
70

“Bonnie!” Hiu menggeram nggak terima.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Dari tawa semua orang di ruangan itu, aku tahu


dugaanku tadi salah. Napasku terembus lega. Tadinya aku
ingin membahas lebih lanjut siapa bayi laki-laki yang dibawa
Hiu masuk dan dipertemukannya denganku, tapi melihat
wajah Bellissima yang terpejam tenang dengan bibir
mungilnya yang seperti sedang mengulum, semua hal jadi
tidak seberapa penting.

Ini bayiku.

Itu yang penting.

Bayiku.

Aku mencoba mencari-cari perbedaannya dengan bayi


sebelumnya yang diletakkan di gendonganku, tapi tak bisa
menemukannya. Hidungnya, pipinya, dagunya memang tak
sama, tapi mereka sama-sama bayi yang polos dan harum.
Setelah puas memandangi Bellissima, aku melongokkan
kepalaku ke bayi dalam dekapan Hiu.
71

“Aku juga boleh memiliki yang itu?” tanyaku.


Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

Hiu mengangguk, “Ini milik kita kalau kamu mau, tapi


kalau kamu nggak mau… aku akan memastikan dia
mendapatkan semua hal yang layak dia dapatkan.”

“Siapa dia, Kak?”

“Anugerah Tuhan, Bonnie….”

Aku tahu aku akan mendapatkan penjelasan yang


memadai nanti, tapi sekarang… aku hanya ingin merasakan
perasaan bahagia yang membuncah ini. “Insting keibuanku
tetap nggak salah,” kataku, sambil membuka bagian depan
pakaianku dan menyasarkan payudaraku ke mulut kecil
Bellissima. “Anak perempuan berewokan itu artinya aku akan
mendapatkan bayi perempuan dan laki-laki sekaligus.
Bagaimana kita akan memanggil Benito?”

“Benny.”

“Bellisima?”

“… Belly?”
72
Page
Marrying Mr. Shark Extra Part The Baby 2
Exclusive Karyakarsa/Kincirmainan

“Kak… Belly itu artinya perut dan aku nggak peduli di


bahasa lain artinya apa. Aku nggak mau anakku dijadiin
bulan-bulanan karena kakak pasti akan memasukkannya ke
sekolah yang mengharuskannya berbahasa Inggris!”

“Okay… how about Lilly?”

“Hmmm…,” aku berpikir sambil meringis. Meski nggak


punya gigi, ujung payudaraku terasa nyeri di dalam mulut
bayi. “Lilly sounds good.”

“Then Lilly it is!”

HAPPY ENDING 73
Page

Anda mungkin juga menyukai