Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Islâm secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Kata “Islam”
berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya
menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.
Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri
kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.
Islam sebagai agama adalah wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap
persada. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan
dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam lainnya. Dengan tujuan untuk mendapat keridhaan Allah, rahmat bagi
segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pada garis besarnya terdiri atas akidah,
syariat dan akhlak. Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi
wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan
oleh Sunnah Rasulullah Saw.
3
2.2 Pengertian Psikologi
Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini
(sekarang) masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah).
Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah
rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan
berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam defenisi psikologi yang satu
sama lain berbeda, seperti:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life);
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lainlain
defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefenisikannya.
Dalam usianya yang melebihi angka satu abad ini psikologi telah memperlihatkan
berbagai sumbangannya dalam memecahkan berbagai masalah hidup manusia sekaligus
mengupayakan peningkatan sumber daya manusia. Melihat sumbangan psikologi yang
demikian, jika kita ingin menjadi umat yang kompetitif, maka psikologi adalah disiplin
ilmu yang harus dikuasai. Walaupun demikian disadari sepenuhnya bahwa psikologi
adalah disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat dan budaya
4
Barat, maka sangat mungkin kerangka pikir psikologi dipenuhi pandangan atau nilai-
nilai hidup masyarakat Barat yang tak jarang ditemui berbeda bahkan bertentangan
dengan pandangan Islam. Salah satu agenda penting yang harus diperhatikan oleh
muslim yang mempelajari psikologi adalah meninjau kembali konsep-konsep psikologi
dengan visi Islam. Hal ini bisa, dengan melakukan perbandingan ataupun dengan cara
menilai psikologi dengan sudut pandang Islam.
Psikologi adalah ilmu jiwa atau suatu ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Karena menyangkut dengan jiwa maka sudah sepatutnya agama Islam sebagai
agama yang universal mengambil bagian dan turut berperan untuk meningkatkan
kemaslahatan ummat manusia. Banyak yang harus dibahas oleh psikologi tentang
manusia dengan beragam kehidupannya. Pandangan-pandangan yang berasal dari
khazanah Islam diambil sebagai dasar utama pengembangan psikologi Islami, contohnya
fitrah, qalb, ruh, nafs, insan kamil, sabar dan syukur.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu
pengertian dari psikologi islami. Menurut Hanna Djumhana Bastaman, Psikologi Islami
adalah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam yang
mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi
dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam keruhanian, dengan tujuan
meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.
5
sebagai ungkapan pengalaman manusia yang melibatkan unsur-unsur dan proses
pemikiran, perasaan, sikap, kehendak, perilaku dan relasi antar manusia.
d. Interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam keruhanian.
e. Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.
6
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia
menjadi satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian
berarti memahami aku, diri, self atau memahami manusia seutuhnya. Pemahaman
kepribadian sangat dipengaruhi oleh paradigma yang menjadi acuan dalam
pengembangan teori psikologi kepribadian. Para ahli kepribadian memiliki paradigma
masing-masing yang dapat mempengaruhi pola pikirnya tentang kepribadian manusia
secara sistemik. Teori-teori kepribadian dapat dikelompokkan pada empat paradigma
yang menjadi acuan dasar. Adapunparadigma yang paling banyak berkembang di
masyarakat adalah paradigma psikoanalisis dengan teori psikoanalisis klasik yang
dicetuskan oleh Sigmund Freud.
Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan
nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga
daya (Hartati dkk, 2004), yaitu: (1) qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek supra-
kesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa); (2) akal (fitrah insaniah) sebagai
aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi (cipta); (3) nafsu (fitrah
hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya
konasi (karsa).Ketiga komponen nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu
tingkah laku. Qalbu memiliki kecenderungan natur ruh, nafs (daya syahwat dan
ghadhab) memiliki kecenderungan natur jasad, sedangkan akal memiliki kecenderungan
antara ruh dan jasad. Dari sudut tingkatannya, kepribadian itu merupakan integrasi dari
aspek-aspek supra-kesadaran (fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan), dan pra
7
atau bawah sadar (fitrah kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadian
merupakan integrasi dari daya-daya emosi, kognisi dan konasi, yang terwujud dalam
tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dan sebagainya) maupun tingkah laku dalam
(pikiran,mperasaan, dan sebagainya).
Akal prinsip kerjanya adalah mengejar hal-hal yang realistik dan rasionalistik.
Oleh sebab itu, maka tugas utama akal adalah mengikat dan menahan hawa nafsu.
Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk mengaktualisasikan sifat
bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal dimanfaatkan oleh nafsu. Sementara
nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan ingin menggambarkan
nafsu-nafsu impulsifnya. Apabila sitem kendali kalbu dan akal melemah, maka nafsu
mampu mengaktualkan sifat bawaannya, tetapi apabila sistem kendali kalbu dan akal
tetap berfungsi, maka daya nafsu melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang
sangat kuat dibanding dengan kedua sistem fitrah nafsani yang lainnya. Kekuatan
tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta tipuan-tipuan impulsif lainnya.
Sifat nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabila ia diberi rahmat
oleh Allah, ia menjadi daya yang positif, yaitu kemauan (iradah) dan kemampuan
(qudrah) yang tinggi derajatnya. (Hikmawati, 2015)
8
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad
dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Kepribadian ammarah
mendominasi peran nafsu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai
dengan naluri primitifnya, sehingga merupakan tempat dan sumber kejelekan dan
tingkah laku yang tercela.
10
Dengan kekuatan dan kesucian daya kalbu, maka manusia mampu memperoleh
pengetahuan wahyu dan ilham dari Tuhan. Wahyu diberikan pada para nabi, sedang
ilham diberikan pada manusia suci biasa. Kebenaran pengetahuan ini bersifat
suprarasional, sehingga bisa jadi ia tidak mampu diterima oleh akal. Pengetuahuan
yang dapat ditangkap oleh akal seharusnya dapat pula ditangkap oleh qalbu, sebab
qalbu sebagian dayanya ada yang digunakan untuk berakal. Namun sebaliknya
pengetahuan yang diterima oleh qalbu belum tentu dapat diterima oleh akal.
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Islam secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara terminologi,
apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian: Pertama, Islam adalah mengakui
dengan lisan, meyakini dengan hati, dan berserah diri kepada Allah swt. Kedua, Islam
adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia meyakini Islam atau tidak.
Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Di antara perbandingan yang signifikan dapat kita lihat antara Imam Al-Ghazali
dan Sigmund Freud tentang struktur kepribadian manusia. Freud membagi struktur
kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Sementara Al-Ghazali membagi struktur
kepribadian terdiri atas tiga kelompok, yaitu (a) al-nafs al-ammarah (mengandung
dorongan rendah bersifat jasmaniah seperti loba, tamak, dan cenderung menyakiti orang
lain, (b) al-nafs al-lawwamah (sudah menerima nilai-nilai kebaikan, tetapi masih
cenderung kepada dosa, walaupun akhirnya menyesalinya), dan (c) al-nafs al-mulhamah,
al-nafs al-mutmainnah, al-nafs al-radliyah, al-nafs al-mardliyah dan al-nafs alkamilah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Deni Irawan. 2014. Islam dan Peace Building. UIN Sunan Ampel.
Hartati, N., dkk. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada.
Hanna Djumhana Bastaman. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Munawir Haris. 2017. Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam. Papua Barat.
Muhammad Ichsan. 2016. Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar. Banda Aceh.
13