Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

“Islam dan Psikologi”

Dosen pengampu : Arif Zamhari, Ph. D

Disusun Oleh :

Karinta Elmira 1119070000011

Fani Muazzizah 1119070000098

Sandra Karuwana Fauzi 11190700000114

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.2 Latar Belakang................................................................................................................1

2.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Islam...................................................................................................................3

2.2 Pengertian Psikologi.............................................................................................................4

2.3 Psikologi dalam Perspektif Islam.........................................................................................5

2.4 Pengertian Kepribadian........................................................................................................6

2.5 Kepribadian dalam Perspektif Islam....................................................................................7

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini semakin berkembang pesat.


Terutama tentang psikologi, para tokoh Islam ataupun tokoh dari Barat sangat semangat
dalam memperjuangkan ilmu psikologi untuk mewujudkan psikologi sebagai ilmu yang
independen. Dalam konsep Islam, kaum Muslim dalam memperjuangkan ajaran agama
Islam dapat melahirkan psikologi Islam sebagai cabang ilmu baru dari ilmu psikologi.
Psikologi Islam muncul karena adanya pengaruh dari psikologi Barat yang mendorong
kaum Muslim untuk mewujudkan psikologi yang berlandaskan ajaran agama Islam.
Walaupun terbentuknya Psikologi Islam karena adanya perkembangan psikologi
di Barat yaitu Psikologi Barat Kontemporer, itu bukan masalah, sebab jika di dunia ini
tidak ada keterkaitan atau hubungan maka tidak akan ada proses. Jadi terbentuknya
Psikologi Islam melalui proses asimilasi atau pembauran dengan pemilahan dan
pemilihan dari Psikologi Barat Kontemporer menggunakan konsep-konsep sesuai agama
Islam untuk mencapai kedamaian dunia dan akhirat.
Psikologi identik dengan manusia, maka dari itu dalam Psikologi Islam manusia
sebagai subjek yang berhubungan dengan alam sebagai objek dan di antara keduanya ada
keterkaitan dengan Yang Maha Subjek dan Yang Maha Objek yaitu Tuhan, Allah SWT.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Islam?


2. Apa yang dimaksud Psikologi?
3. Bagaimana Psikologi dalam perspektif Islam?
4. Bagaimana kepribadian dalam perspektif Islam?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran

1. Untuk mengetahui pengertian Islam


2. Untuk mengetahui pengertia psikologi
3. Untuk mengetahui tentang psikologi dalam perspektif Islam
4. Untuk mengetahui tentang kepribadian dalam perspektif Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam

Al-Islâm secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Kata “Islam”
berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya
menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.
Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri
kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.

Secara terminologi, apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian: Pertama,


apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam
mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh
masalah aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Jadi pengertian ini,
menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati, dan
berserah diri kepada Allah swt. Kedua, apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan
kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang
dengannya terjaga diri dan hartanya, baik dia meyakini Islam atau tidak.

Islam sebagai agama adalah wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap
persada. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan
dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam lainnya. Dengan tujuan untuk mendapat keridhaan Allah, rahmat bagi
segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pada garis besarnya terdiri atas akidah,
syariat dan akhlak. Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi
wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan
oleh Sunnah Rasulullah Saw.

3
2.2 Pengertian Psikologi

Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini
(sekarang) masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah).
Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah
rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan
berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam defenisi psikologi yang satu
sama lain berbeda, seperti:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life);
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lainlain
defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefenisikannya.

Psikologi modern adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia


serta dirumuskan atas dasar spekulasi dan ketangguhannya dibuktikan dengan metode-
metode ilmiah melalui berbagai penelitian. Karena ketangguhannya diuji dengan
menggunakan metode ilmiah yang empirik, objektif, rasional, dapat diulang-ulang,
maka teori –teori psikologi pada taraf tertentu mempunyai keunggulan dalam hal
menjelaskan dan memprediksi tingkah laku manusia.

Dalam usianya yang melebihi angka satu abad ini psikologi telah memperlihatkan
berbagai sumbangannya dalam memecahkan berbagai masalah hidup manusia sekaligus
mengupayakan peningkatan sumber daya manusia. Melihat sumbangan psikologi yang
demikian, jika kita ingin menjadi umat yang kompetitif, maka psikologi adalah disiplin
ilmu yang harus dikuasai. Walaupun demikian disadari sepenuhnya bahwa psikologi
adalah disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat dan budaya

4
Barat, maka sangat mungkin kerangka pikir psikologi dipenuhi pandangan atau nilai-
nilai hidup masyarakat Barat yang tak jarang ditemui berbeda bahkan bertentangan
dengan pandangan Islam. Salah satu agenda penting yang harus diperhatikan oleh
muslim yang mempelajari psikologi adalah meninjau kembali konsep-konsep psikologi
dengan visi Islam. Hal ini bisa, dengan melakukan perbandingan ataupun dengan cara
menilai psikologi dengan sudut pandang Islam.

2.3 Psikologi dalam Perspektif Islam

Psikologi adalah ilmu jiwa atau suatu ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Karena menyangkut dengan jiwa maka sudah sepatutnya agama Islam sebagai
agama yang universal mengambil bagian dan turut berperan untuk meningkatkan
kemaslahatan ummat manusia. Banyak yang harus dibahas oleh psikologi tentang
manusia dengan beragam kehidupannya. Pandangan-pandangan yang berasal dari
khazanah Islam diambil sebagai dasar utama pengembangan psikologi Islami, contohnya
fitrah, qalb, ruh, nafs, insan kamil, sabar dan syukur.

Sebelum kita membahas lebih lanjut, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu
pengertian dari psikologi islami. Menurut Hanna Djumhana Bastaman, Psikologi Islami
adalah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam yang
mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi
dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam keruhanian, dengan tujuan
meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.

Rumusan tersebut mengandung unsur-unsur antara lain:


a. Corak psikologi. Psikologi islami adalah sebuah gerakan Islamisasi psikologi ,
bahkan kelak bisa menjadi sebuah aliran psikologi mutakhir dengan landasan dan
orientasi nilai-nilai islami.
b. Berdasarkan citra manusia menurut ajaran Islam. Dalam pandangan Islam, manusia
memiliki martabat tinggi sebagai khalifah di bumi dengan fitrahnya yang suci dan
beriman.
c. Keunikan dan pola perilaku manusia. Perilaku manusia merupakan sasaran telaah
paling nyata dalam psikologi islami dan psikologi umumnya Perilaku dianggap

5
sebagai ungkapan pengalaman manusia yang melibatkan unsur-unsur dan proses
pemikiran, perasaan, sikap, kehendak, perilaku dan relasi antar manusia.
d. Interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam keruhanian.
e. Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.

Psikologi Islami melakukan perbandingan tentang konsepkonsep manusia,


kepribadian dan prilaku manusia antara psikologi dengan Islam. Perbandingan itu perlu di
lakukan agar dapat dilihat persamaan, perbedaan, kelemahan dan kekuatan konsep
psikologi dan Islam. Di antara perbandingan yang signifikan dapat kita lihat antara Imam
Al-Ghazali dan Sigmund Freud tentang struktur kepribadian manusia. Freud membagi
struktur kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Sementara Al-Ghazali membagi
struktur kepribadian terdiri atas tiga kelompok, yaitu (a) al-nafs al-ammarah, (b) al-nafs
al-lawwamah, dan (c) al-nafs al-mulhamah, al-nafs al-mutmainnah, al-nafs al-radliyah,
al-nafs al-mardliyah dan al-nafs alkamilah. M. Dawam Rahardjo membandingkan konsep
Id dengan nafsu ammarah, Ego dibandingkan dengan nafsu lawwamah dan Superego
dibandingkan dengan nafsu mulhamah, nafsu muthmainnah, nafsu radliyah, nafsu
mardliyah, dan nafsu kamilah.

2.4 Pengertian Kepribadian

Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Yunani-kuno


prosopon atau persona yang artinya “topeng”, yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi,
konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku
yang ditampakkan pada lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar
dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.

Pengertian kepribadian banyak diungkapkan oleh para pakar dengan definisi


berbeda berdasarkan paradigma dan teori yang digunakan. Beberapa definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri
secara mengesankan (Hilgard & Marquis).
2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,
kemampuannya bertahan, membuka, serta memperoleh pengalaman.(Stern)

6
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia
menjadi satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian
berarti memahami aku, diri, self atau memahami manusia seutuhnya. Pemahaman
kepribadian sangat dipengaruhi oleh paradigma yang menjadi acuan dalam
pengembangan teori psikologi kepribadian. Para ahli kepribadian memiliki paradigma
masing-masing yang dapat mempengaruhi pola pikirnya tentang kepribadian manusia
secara sistemik. Teori-teori kepribadian dapat dikelompokkan pada empat paradigma
yang menjadi acuan dasar. Adapunparadigma yang paling banyak berkembang di
masyarakat adalah paradigma psikoanalisis dengan teori psikoanalisis klasik yang
dicetuskan oleh Sigmund Freud.

Sigmund Freud merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga


sistem itu dinamainya id, ego, dan super ego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang
sehat ketiga sistem itu bekerja dalam susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan
segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok.
Sebaliknya kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka
orang tersebut dinamainya sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri. Individu
menjadi tidak puas dengan dirinya dan lingkungannya. Dengan kata lain efisiensinya
menjadi berkurang.

2.5 Kepribadian dalam Perspektif Islam

Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan
nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga
daya (Hartati dkk, 2004), yaitu: (1) qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek supra-
kesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa); (2) akal (fitrah insaniah) sebagai
aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi (cipta); (3) nafsu (fitrah
hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya
konasi (karsa).Ketiga komponen nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu
tingkah laku. Qalbu memiliki kecenderungan natur ruh, nafs (daya syahwat dan
ghadhab) memiliki kecenderungan natur jasad, sedangkan akal memiliki kecenderungan
antara ruh dan jasad. Dari sudut tingkatannya, kepribadian itu merupakan integrasi dari
aspek-aspek supra-kesadaran (fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan), dan pra

7
atau bawah sadar (fitrah kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadian
merupakan integrasi dari daya-daya emosi, kognisi dan konasi, yang terwujud dalam
tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dan sebagainya) maupun tingkah laku dalam
(pikiran,mperasaan, dan sebagainya).

Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi di antara ketiga


komponen tersebut, hanya saja ada salah satu yang lebih mendominasi dari komponen
yang lain. Dalam interaksi itu kalbu memiliki posisi dominan dalam mengendalikan
suatu kepribadian. Prinsip kerjanya cenderung pada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan
kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualitas kalbu sangat ditentukan oleh sistem
kendalinya. Sistem kendali yang dimaksud adalah yang dibimbing oleh fitrah al-
munazzalah (Al-Qur’an dan Sunnah). Apabila sistem kendali ini berfungsi sebagaimana
mestinya, maka kepribadian manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan oleh
Allah di alam perjanjian. Namun, apabila sistem kendali berfungsi maka kepribadian
manusia akan dikendalikan oleh komponen lain yang lebih rendah kedudukannya.

Akal prinsip kerjanya adalah mengejar hal-hal yang realistik dan rasionalistik.
Oleh sebab itu, maka tugas utama akal adalah mengikat dan menahan hawa nafsu.
Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk mengaktualisasikan sifat
bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal dimanfaatkan oleh nafsu. Sementara
nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan ingin menggambarkan
nafsu-nafsu impulsifnya. Apabila sitem kendali kalbu dan akal melemah, maka nafsu
mampu mengaktualkan sifat bawaannya, tetapi apabila sistem kendali kalbu dan akal
tetap berfungsi, maka daya nafsu melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang
sangat kuat dibanding dengan kedua sistem fitrah nafsani yang lainnya. Kekuatan
tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta tipuan-tipuan impulsif lainnya.
Sifat nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabila ia diberi rahmat
oleh Allah, ia menjadi daya yang positif, yaitu kemauan (iradah) dan kemampuan
(qudrah) yang tinggi derajatnya. (Hikmawati, 2015)

1. Kepribadian Ammarah (nafsal-ammarah)

8
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad
dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Kepribadian ammarah
mendominasi peran nafsu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai
dengan naluri primitifnya, sehingga merupakan tempat dan sumber kejelekan dan
tingkah laku yang tercela.

Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh dorongan-


dorongan bawah sadar manusia. Barangsiapa yang berkepribadian ini, maka
sesungguhnya tidak lagi memiliki identitas manusia, sebab sifat-sifat humanitasnya
telah hilang. Manusia yang berkepribadian ammarah tidak saja dapat merusak dirinya
sendiri, tetapi juga merusak diri orang lain. Keberadaannya ditentukan oleh dua daya,
yaitu: (1) syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin tau dan
campur tangan urusan orang lain, dan sebagainya; (2) daya ghadah yang selalu
menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai orang, keras
kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya. Jadi, orientasi kepribadian ammarah
adalah mengikuti sifat binatang.

Kepribadian ammarah dapat beranjak ke kepribadian yang baik apabila telah


diberi rahmat oleh Allah SWT. Hal tersebut diperlukan latihan atau riyadhah khusus
untuk menekan daya nafsu dari hawa, seperti dengan berpuasa, shalat, berdoa dan
sebagainya.

2. Kepribadian Lawwamah (nafsal-lawwamah)


Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperolah cahaya
kalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara dua hal. Dalam upaya
yaitu kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak
gelapnya, namun kemudian ia diingatkan oleh nurilahi, sehingga ia mencela
perbuatannya dan selanjutnya ia bertaubat dan beristighfar. Hal itu dapat dipahami
bahwa kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian
ammarah dan kepribadian muthmainnah.
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi oleh akal.
Sebagai komponen yang memiliki sifat insaniah, akal mengikuti prinsip kerja
rasionalistik dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran. Apabila
9
sistem kendalinya berfungsi, maka akal mampu mencapai puncaknya seperti
berpaham rasionalisme. Rasionalisme banyak dikembangkan oleh kaum humanis
yang mengorientasikan pola pikirnya pada kekuatan “serba” manusia, sehingga
sifatnya antroposentris.
Akal apabila telah diberi percik annur kalbu maka fungsinya menjadi baik. Ia
dapat dijadika sebagai salah satu medis untuk menuju Tuhan. Al-Ghazali sendiri
meskipun sangat mengutamakan pendekatan cita rasa (zawq), namun ia masih
menggunakan kemampuan akal. Sedangkan menurut Ibnu Sina, akal mampu
mencapai pemahaman yang abstrak dan akal juga mampu menerima limpahan
pengetahuan dari Tuhan.Oleh karena kedudukan yang tidak stabil ini, maka Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah membagi kepribadian lawwamah menjadi dua bagian, yaitu: (1)
kepribadian lawwamahmalumah, yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim;
(2) kepribadian lawwamah ghayrmalumah, yaitu kepribadian yang mencela atas
perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
3. Kepribadian Muthmainnah (nafsal-muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi
kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat yang buruk.
Kepribadian ini selalu berorientasi pada komponen kalbu untuk mendapatkan
kesucian dan menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang.
Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas dasar atau supra-
kesadaran manusia, dengan orientasi kepribadian ini adalah teosentris. Dikatakan
demikian sebab kepribadian ini merasa tenang dalam menerima keyakinan fitrah.
Keyakinan fitrah adalah keyakinan yang dihujamkan pada roh manusia di alam arwah
dan kemudian dilegitimasi oleh wahyu Ilahi. Penerimaan ini tidak bimbang apalagi
ragu-ragu seperti yang dialami kepribadian lawwamah, tetapi penuh keyakinan. Oleh
sebab itu, kepribadian muthmainnah terbiasa menggunakan daya cita rasa (zawq) dan
mata batin dalam menerima sesuatu, sehingga Kepribadian muthmainnah merasa
yakin dan tenang.
Al-Ghazali menyatakan bahwa daya kalbu yang mendominasi kepribadian
muthmainnah mampu mencapai pengetahuan ma’rifat melalui daya cita rasa (zaqw)
dan rasa terbukanya tabir misteri yang menghalangi penglihatan batin manusia.

10
Dengan kekuatan dan kesucian daya kalbu, maka manusia mampu memperoleh
pengetahuan wahyu dan ilham dari Tuhan. Wahyu diberikan pada para nabi, sedang
ilham diberikan pada manusia suci biasa. Kebenaran pengetahuan ini bersifat
suprarasional, sehingga bisa jadi ia tidak mampu diterima oleh akal. Pengetuahuan
yang dapat ditangkap oleh akal seharusnya dapat pula ditangkap oleh qalbu, sebab
qalbu sebagian dayanya ada yang digunakan untuk berakal. Namun sebaliknya
pengetahuan yang diterima oleh qalbu belum tentu dapat diterima oleh akal.

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Islam secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara terminologi,
apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian: Pertama, Islam adalah mengakui
dengan lisan, meyakini dengan hati, dan berserah diri kepada Allah swt. Kedua, Islam
adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia meyakini Islam atau tidak.

Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Psikologi Islami melakukan perbandingan tentang konsepkonsep manusia,


kepribadian dan prilaku manusia antara psikologi dengan Islam. Perbandingan itu perlu
di lakukan agar dapat dilihat persamaan, perbedaan, kelemahan dan kekuatan konsep
psikologi dan Islam. Di antara perbandingan yang signifikan dapat kita lihat antara
Imam Al-Ghazali dan Sigmund Freud tentang struktur kepribadian manusia.

Di antara perbandingan yang signifikan dapat kita lihat antara Imam Al-Ghazali
dan Sigmund Freud tentang struktur kepribadian manusia. Freud membagi struktur
kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Sementara Al-Ghazali membagi struktur
kepribadian terdiri atas tiga kelompok, yaitu (a) al-nafs al-ammarah (mengandung
dorongan rendah bersifat jasmaniah seperti loba, tamak, dan cenderung menyakiti orang
lain, (b) al-nafs al-lawwamah (sudah menerima nilai-nilai kebaikan, tetapi masih
cenderung kepada dosa, walaupun akhirnya menyesalinya), dan (c) al-nafs al-mulhamah,
al-nafs al-mutmainnah, al-nafs al-radliyah, al-nafs al-mardliyah dan al-nafs alkamilah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Misbahuddin Jamal. 2011. Konsep Al-Islam dalam Al-Qur’an. STAIN Manado.

Deni Irawan. 2014. Islam dan Peace Building. UIN Sunan Ampel.

Hartati, N., dkk. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada.

Hikmawati, F. 2005. Bimbingan dan Konseling perspektif Islam.

Hanna Djumhana Bastaman. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Munawir Haris. 2017. Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam. Papua Barat.

Safrina. 2008. Psikologi dalam Islam. IAIN Ar-Raniry.

Muhammad Ichsan. 2016. Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar. Banda Aceh.

13

Anda mungkin juga menyukai