Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Ahmad Habibi 2301006


2. Fajrian 2301032
3. Wildan Naucel 2301

Dosen Pengampu :
Marfiyanti, S.Sos.I, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN
2024 / 1445

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-Nya
kita senantiasa diberi kesehatan Jasmani maupun Rohani dan berkah yang tak
terhingga. Sholawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
yang terang benerang seperti yang kita rasakan saat ini. Pembuatan makalah ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan Islam”.
Kami berharap dengan selesainya tugas makalah ini dapat memudahkan kita
semua untuk memahami mata kuliah ”Psikologi Pendididkan Islam”. Kami juga
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu, kepada
pembaca makalah ini, kami sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan perbaikan dalam berbagai hal untuk
kedepanya.

Pariaman, April 2024

1
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................3

B. Rumusan Masalah............................................................................................4

C. Tujuan..............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. Pengertian Psikologi, Pendidikan, dan Islam....................................................5

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist Tentang Psikologi..........................................8

C. Analisis Psikologi Pendidikan Islam..................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................17


A. Kesimpulan......................................................................................................17

B. Saran................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dan psikologi tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat. Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk
mengaktualkan seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya
menjadi aktual. Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan
tentang keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk
mengaktualisasikannya. Pengetahuan tentang diri manusia dengan segenap
permasalahannya akan dibicarakan dalam psikologi.

M. Quraish mengutip pendapat Dr. A. Carel dalam bukunya Man the


Unknown menjelaskan bahwa pengetahuan manusia tentang dirinya sangat terbatas,
hal itu disebabkan oleh: pertama, pada mulanya perhatian manusia tertuju pada
penyelidikan tentang materi dan terlambat melakukan penelitian tentang diri manusia.
Pada zaman primitif, nenek moyang kita disibukkan untuk menjinakkan dan
menundukkan alam sekitarnya, seperti upaya membuat senjata untuk
mempertahankan diri dan melawan binatang-binatang buas, penemuan api, pertanian,
peternakan dan sebagainya, sehingga mereka tidak menyempatkan waktu untuk
memikirkan tentang dirinya.

Begitupun halnya pada masa renaisans (zaman pembaharuan), para ahli di era
itu hanya disibukkan untuk melakukan penelitian dan penemuan-penemuan baru yang
berorientasi profit material dan menyenangkan publik, karena hal-hal yang baru
tersebut mempermudah kehidupan mereka. Kedua, sifat akal kita tidak mampu
mengetahui hakikat hidup, karena ciri khas akal manusia kecenderungannya
memikirkan hal-hal yang sederhana dan tidak rumit. Ketiga, kehidupan perilaku
manusia sangat komplek, tidak hanya didekati lewat penelitianpenelitian yang
nampak saja, hanya dipengaruhi oleh faktor fisik-biologis, psiko-edukasi, maupun
3
sosio-kultur, tetapi ada dimensi lain sebagai sumber kehidupan manusia, yaitu
dimensi spiritual, yang akhir-akhir diakui oleh dunia psikologi modern.1

Kajian psikologi berdasarkan Islam menjadi penting karena dalam prakteknya


banyak disiplin keilmuan Islam yang mendasarkan pada teori psikologi. Dalam kajian
pendidikan Islam misalnya, selama ini merujuk pada teori dan konsep psikologi
perkembangan dan psikologi belajar dari psikologi konvensional (Barat). Sudah
seharusnya teori-teori psikologi pendidikan Islam didasarkan pada Psikologi Islam,
karena terdapat perbedaan fundamental di antara keduanya. Di sinilah di antaranya,
peran penting Psikologi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian psikologi, pendidikan , dan islam menurut etimologi dan
terminologi?

2. Apakah ada ayat Al-Qur’an dan Hadits berkaitan dengan psikologi?

3. Apakah analisis tentang psikologi pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi, pendidikan , dan islam menurut
etimologi dan terminologi?

2. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an dan Hadits berkaitan dengan psikologi?

3. Untuk mengetahui analisis tentang psikologi pendidikan islam?

1
M Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 1996). 45
4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi, Pendidikan, dan Islam

1. Pengertian Secara Etimologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani yakni psychology yang


merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harfiah dapat dipahami bahwa
psikologi adalah ilmu jiwa. Kata logos juga sering diartikan sebagai nalar dan
logika. Istilah psyche atau jiwa masih cukup sulit untuk didefinisikan karena
jiwa adalah objek yang bersifat abstrak, sulit untuk dilihat wujudnya, namun
tidak dapat ditolak keberadaannya. Psyche juga sering kali diistilahkan
dengan kata psikis. Psikis bersifat abstrak. Oleh karena itu, kita tidak dapat
mengetahui dan mengenal jiwa secara wajar, namun kita dapat memahami
gejala yang mucul dari jiwa. Jiwa juga tidak dapat dilihat oleh panca indera
manusia. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang melalui tingkah lakunya
sehingga melalui tingkah laku inilah maka jiwa seseorang dapat diketahui.
Adapun gejala jiwa dapat berupa berupa mengamati, mengingat, menanggapi,
memikirkan serta lainnya.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan itu sendiri berasal


dari kata didik kemudian kata ini mendapat imbuhan me- sehingga menjadi
mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan
memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai
akhlaq dan kecerdasan pikiran.3 Sedangkan jika di tambah dengan imbuhan
pe- dan –an sehingga menjadi kata pendidikan, memiliki arti sebagai suatu

2
Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi, (Aksara Timur)
3
http://kbbi.web.id/didik, di akses 21 januari 2017
5
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.4

Secara etimologi Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian.5

2. Pengertian Secara Terminologi

Adapun beberapa defenisi psikologi dari beberapa tokoh yakni:6

a. Plato dan Aristoteles mendefensikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan


yang mempelajari mengenai hakikat jiwa dan mempelajari proses dari
awal hingga akhir.

b. Hilgert memaparkan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang


mempelajari tingkah laku manusia dan juga binatang.

c. Wilhem Wundt berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang tidak


hanya mempelajari tentang hakikat jiwa saja, namun juga mempelajari
mengenai pengalaman-pengalaman yang muncul dan dirasakan, seperti
pikiran, kehendak, atau merasa.

d. John Broadus Watson mengartikan psikologi sebagai sebuah pengetahuan


yang mempelajari tingkah laku yang tampak dengan menggunakan
metode observasi yang objektif mengenai stimulus dan respon.

e. Wooworth dan Marquis mendefenisikan psikologi sebagai pengetahuan


yang mempelajari aktivitas yang ada pada diri individu dengan alam
4
Ibid.
5
Maulana Muhammad Ali, Islamologi(Dienul Islam), (Jakarta: Ikhtiar Baru VanHouve,1980), hlm. 2
6
Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi, (Aksara Timur)
6
sekitar semenjak individu tersebut berada dalam masa kandungan hingga
meninggal dunia.

f. Singgih Dirgagunarsa mendefenisikan psikologi sebagai ilmu yang


mempelajari tingkah laku dari manusia

Dalam undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang


sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.7

Pengertian pendidikan menurut Bapak Pendidikan Nasional Indonesia


Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut:

”Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,


adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anakanak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya”.8

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat kita pahami


bahwa pendidikan adalah proses melakukan bimbingan, pembinaan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup mampu untuk
melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri tidak terlalu bergantung
terhadap bantuan dari orang lain.
7
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
8
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, n.d.). 20
7
Secara terminologi pengertian Islam terdapat rumusan yang berbeda-
beda. Menurut Harun Nasution berpendapat bahwa Islam adalah agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi
Muhammad SAW sebaagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaranajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai
segi dari kehidupan manusia.9

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist Tentang Psikologi


1. Nafs
Sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan jiwa. Dari ayat-ayat
di bawah ini dapat pula kata nafs diterjemahkan dengan diri atau pribadi.

‫َو َنْف ٍس َو َم ا َس َّو اَه ا َفَأَهْلَم َه ا ُفُج وَر َه ا َو َتْق َو اَه ا َقْد َأْفَلَح َمْن َز َّك اَه ا َو َقْد َخ اَب َمْن َدَّس اَه ا‬

“Dan jiwa (pribadi) serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (diri pribadinya). Dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya” (Q.S. Asy. Syams : 7 – 10)

Ayat Alquran yang lainnya ada pada surah :

1) An – Naziat : 40 – 41

2) Al – A’raaf : 172

3) Yusuf : 53

9
Harun Nasutin, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979), 1985), hlm.
24
8
2. Roh
Dalam KBBI kata roh memiliki arti unsur yang ada dalam jasad yang
diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan), berikut ayat Alquran
yang berhubungan dengan roh :

‫َو َيْس َأُلوَنَك َعِن الُّر وِح ۖ ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْم ِر َر يِّب َو َم ا ُأوِتيُتْم ِم َن اْلِعْلِم ِإاَّل َقِلياًل‬

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, jawablah : roh itu
termasuk urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit: (Q.S. Al-
Isra : 85)

Ayat Alquran yang lainnya ada pada surah :

1) At-Tahrim : 12

2) Maryam : 17

3) Al-Ma’arij : 4

Kata roh di dalam Alquran mempunyai berbagai makna, antara lain menurut
ahli tafsir berarti Quran, Wahyu, Jibril dan Jiwa. Ada juga yang menafsirkan dengan
penekanan pada fungsinya (bukan subtansinya) seperti menguatkan iman, tauhid,
penegak nafs, hidayah, dan sifat-sifat rohaniyah lainnya.

3. Af’idah
Af’idah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu hati.
kata hati, hati nurani atau bakal budi. Beberapa ayat yang mengandung kata af’idah
atau fuad antara lain :

9
‫َو َيْس َأُلوَنَك َعِن الُّر وِح ۖ ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْم ِر َر يِّب َو َم ا ُأوِتيُتْم ِم َن اْلِعْلِم ِإاَّل َقِلياًل‬

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, jawablah : roh itu
termasuk urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit: (Q.S. Al-
Isra : 85)

Ayat Alquran yang lainnya ada pada surah :

1) Al-Mu’minun : 78

2) As-Sajadah : 9

3) Al-Mulk : 23

Berikut adalah contoh hadis yang menjelaskan pendekatan yang


menekankan pada kondisi kejiwaan seseorang atau kepada siapa hadis
tersebut ditujukan:

1. Hadis Pertama tentang amalan yang disukai Allah

4) 527- ‫ َق اَل الَو ِلي ُد ْبُن‬،‫ َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬: ‫ َق اَل‬، ‫َح َّد َثَنا َأُب و الَو ِلي ِد ِه َش اُم ْبُن َعْب ِد ا ِل ِك‬
‫َمل‬
‫ ِذِه‬- ‫ َّد َنا اِح‬: ‫ ُق وُل‬،‫ِمَس َأ ا ٍر و الَّش اَّيِن‬: ‫ َأ يِن َق اَل‬: ‫ال اِر‬
‫َح َث َص ُب َه‬ ‫ْيَب َي‬ ‫ْعُت َب َعْم‬ ‫َعْيَز ْخ َبَر‬

‫ َأُّي‬: ‫ َس َأْلُت الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم‬: ‫ َق اَل‬،‫ َعْب ِد الَّل ِه‬- ‫الَّداِر َو َأَش اَر ِإىَل َداِر‬

10
‫ َّمُث ِبُّر الَو اِلَد ْيِن‬: ‫ َّمُث َأٌّي ؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ الَّص َالُة َعَلى َو ْقِتَه ا‬: ‫الَعَم ِل َأَح ُّب ِإىَل الَّلِه؟ َقاَل‬

‫ اِجل ا يِف ِبيِل الَّلِه‬: ‫ َّمُث َأٌّي ؟ َقاَل‬: ‫َقاَل‬


‫َه ُد َس‬

Dari Abu Amr asy-Syaibani, sambil menunjuuk rumah Abdullah bin Masud
dengan tangannya, ia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah terkait amalan
apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab melaksanakan shalat pada
waktunya, aku melanjutkan, kemudian apa lagi ya Rasul? Beliau menjawab
berbakti pada kedua orang tua, lalu aku bertanya kembali, lalu apa lagi ya Rasul?
Beliau mengatakan, berjihad di jalan Allah.
2. Hadis Kedua

5) 26-،‫ َح َّد َثَنا ِإْبَر اِه يُم ْبُن َس ْع ٍد‬:‫ َق اَال‬،‫ َو ُموَس ى ْبُن ِإَمْساِعيَل‬، ‫َح َّد َثَنا َأَمْحُد ْبُن ُي وُنَس‬
‫ َأَّن وَل الَّل ِه‬،‫َة‬ ‫ِب‬ ‫ِع ِد‬ ‫ِش ٍب‬
‫َرُس‬ ‫ َعْن َأيِب ُه َر ْيَر‬، ‫ َعْن َس ي ْبِن اُملَس ِّي‬، ‫ َح َّد َثَنا اْبُن َه ا‬: ‫َق اَل‬
‫ َّمُث‬:‫ ِقي َل‬. ‫ ِإَمياٌن ِبالَّل ِه َو َرُس وِلِه‬: ‫ َأُّي الَعَم ِل َأْفَض ُل؟ َفَق اَل‬:‫َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ُس ِئَل‬
‫ِه ِق‬ ‫ِجل‬
‫ َح ٌّج َم ْبُر وٌر‬: ‫ َّمُث َم اَذا؟ َقاَل‬:‫ ا َه اُد يِف َس ِبيِل الَّل يَل‬: ‫َم اَذا؟ َقاَل‬

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi ditanya tentang amalan apakah yang paling
utama? Beliau menjawab, iman kepada Allah dan rasul-Nya, lalu beliau di tanya
lagi, kemudian apa? Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah, beliau ditanya
kembali, lalu apa? Beliau menjawab, Haji yang mabrur.
3. Hadis Ketiga

11
6) 2518-، ‫ َعْن َأيِب ُم َر اِو ٍح‬،‫ َعْن َأِبيِه‬،‫ َعْن ِه َش اِم ْبِن ُعْر َو َة‬،‫َح َّد َثَنا ُعَبْيُد الَّلِه ْبُن ُموَس ى‬

‫ َس َأْلُت الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأُّي الَعَم ِل‬: ‫ َق اَل‬،‫َعْن َأيِب َذٍّر َر ِض الَّل ُه َعْن ُه‬
‫َي‬
‫ ِج اٌد يِف ِبيِلِه‬،‫ ِإَمياٌن ِبالَّلِه‬: ‫َأْف ؟ َقاَل‬
‫َس‬ ‫َو َه‬ ‫َض ُل‬

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah terkait amal apakah yang paling
terbaik? Beliau menjawab beriman kepada Allah serta berjihad di jalan-Nya.
4. Hadis Keempat

7) 5027-،‫ َأْخ َبَر يِن َعْلَق َم ُة ْبُن َمْر َث ٍد‬: ‫ َق اَل‬،‫ َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬، ‫َح َّد َثَنا َح َّج اُج ْبُن ِم ْنَه اٍل‬

،‫ َعْن ُعْثَم اَن َر ِض َي الَّل ُه َعْن ُه‬، ‫ َعْن َأيِب َعْب ِد الَّر َمْحِن الُّس َلِم ِّي‬،‫ِمَس ْعُت َس ْع َد ْبَن ُعَبْي َد َة‬
‫ِه‬
‫ َخ ْيُر ُك ْم َمْن َتَعَّلَم الُقْر آَن َو َعَّلَم ُه‬: ‫َعِن الَّنِّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل‬

Dari Utsman, dari Rasulullah beliau bersabda, orang yang terbaik di antara kalian
adalah yang mempelajari Alquran dan juga mengajarkannya.

C. Analisis Psikologi Pendidikan Islam


Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan tugas
ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan abdullah (Abdi Allah).Untuk
mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah
potensi didalam dirinya. Hasan Langgulung mengatakan, potensi-potensi tersebut
berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.10 Sejalan dengan itu, Zakiyah Darajat
10
Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi, Falsafah Dan Pendidikan
(Jakarta: Pustaka al Husna., 1986). 10
12
mengatakan, bahwa potensi dasar tersebut berupa jasmani, rohani, dan fitrah
namun ada juga yang menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan ruhaniah.11
1. Aspek jismiah
Aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, serta sistem sel,
syaraf dan kelenjar diri manusia.Organ fisik manusia adalah organ yang paling
sempurna diantara semua makhluk. Alam fisik-material manusia tersusun dari
unsur tanah, air, api dan udara. Keempat unsur tersebut adalah materi dasar yang
mati.Kehidupannya tergantung kepada susunan dan mendapat energi kehidupan
yang disebut dengan nyawa atau daya kehidupan yang merupakan vitalitas fisik
manusia. Kemampuannya sangat tergantung kepada sistem konstruksi susunan
fisik-biologis, seperti: susunan sel, kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral,
urat, darah, tulang, jantung, hati dan lain sebagainya.12 Jadi, aspek jismiah
memiliki dua sifat dasar yakni berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang
tampak dan bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan
tubuh. Aspek abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan aspek
nafsiah dan ruhaniah manusia.
2. Aspek Nafsiah
Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas
dimiliki dari manusia berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta
kebebasan.Dalam aspek nafsiah ini terdapat tiga dimensi psikis, yaitu dimensi
nafsu, ‘aql, dan qalb.
1) Dimensi nafsu merupakan dimensi yang memiliki sifat-sifat
kebinatangan dalam sistem psikis manusia, namun dapat diarahkan
kepada kemanusiaan setelah mendapatkan pengaruh dari dimensi
lainnya, seperti ‘aql dan qalb, ruh dan fitrah. Nafsu adalah dayadaya
psikis yang memiliki dua kekuatan ganda, yaitu: daya yang bertujuan
untuk menghindarkan diri dari segala yang membahayakan dan
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). 57
12
Ibid. 58
13
mencelakakan (daya al-ghadabiyah) serta daya yang berpotensi untuk
mengejar segala yang menyenangkan (daya al-syahwaniyyah).
2) Dimensi akal adalah dimensi psikis manusia yang berada diantara
dua dimensi lainnya yang saling berbeda dan berlawanan, yaitu
dimensi nafsu dan qalb. Nafsu memiliki sifat kebinatangan dan qalb
memiliki sifat dasar kemanusiaan dan berdaya cita-rasa. Akal
menjadi perantara diantara keduanya. Dimensi ini memiliki peranan
penting berupa fungsi pikiran yang merupakan kualitas insaniah pada
diri manusia.
3) Dimensi qalb memiliki fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta
seperti berpikir, memahami, mengetahui, memperhatikan, mengingat
dan melupakan. Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa seperti
tenang, sayang dan fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa
seperti berusaha.13
4) Aspek ruhaniah
Aspek ruhiyah adalah keseluruhan potensi luhur (high
potention) diri manusia.Potensi luhur itu memancar dari dimensi ruh
dan fitrah.Kedua dimensi ini merupakan potensi diri manusia yang
bersumber dari Allah.Aspek ruhaniyah bersifat spiritual dan
transedental. Spiritual, karena ia merupakan potensi luhur batin
manusia yang merupakan sifat dasar dalam diri manusia yang berasal
dari ruh ciptaan Allah.14 Bersifat transendental, karena mengatur
hubungan manusia dengan yang Maha transenden yaitu Allah.Fungsi
ini muncul dari dimensi fitrah.
Dari penjabaran tersebut, dapat disebutkan bahwa aspek jismiah bersifat
empiris, konkrit, indrawi, mekanistik dan determenistik.Aspek ruhaniah bersifat
spiritual, transeden, suci, bebas, tidak terikat pada hukum dan prinsip alam dan
13
Ibid. 60
14
Ibid. 67
14
cenderung kepada kebaikan.Aspek nafsiah berada diantara keduanya dan
berusaha mewadahi kepentingan yang berbeda.
Pada hakikatnya, proses pendidikan merupakan proses aktualisasi potensi diri
manusia. Sistem proses menumbuhkembangkan potensi diri itu telah ditawarkan
secara sempurna dalam sistem ajaran Islam, ini yang pada akhirnya
menyebabkan manusia dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan Allah.
Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di
negara kita Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita
ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap
negara tidak sama.
Psikologi merupakan salah satu landasan penting yang harus dipertimbangkan
dalam dunia pendidikan kita khususnya dalam kegiatan pengembangan kurikulum
sekolah. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan tingkat perkembangan
Psikologi peserta didik. Hal ini perlu dilakukan agar materi dan tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan kemampuan peserta didik.Jangan sampai pemberian materi
kepada peserta didik tidak sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya,
misalnya materi yang semestinya diberikan kepada peserta didik di SMA, ternyata
diberikan di SD. Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar.Kegiatan pendidikan,
khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses
belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konseling merupakan
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan
dari Psikologi.
Psikologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan dinamakan psikologi
pendidikan dimana menurut Crow and Crow merupakan suatu ilmu yang berusaha
menjelaskan masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai usia

15
lanjut yang menyangkut keadaan fisik, sosial, mental, minat, sikap, sifat kepribadian
dan lain-lain.15
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak
orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua
peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif
dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya
dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif.
Pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian
muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal
perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah Swt. Dengan demikian, hakikat
cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan
berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang. Dalam hal pendidikan
Islam ini yang dibutuhkan adalah Psikologi Islam, karena manusia memiliki
potensi luhur, yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam psikologi umum
(Barat).

15
Crow and Crow, Educational Psikology (America: Barner and Noble Books, 1978). 224
16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu landasan pendidikan
adalah psikologi.Pendidikan harus melihat kondisi psikologi individu dalam hal ini
adalah peserta didik, utamanya dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum
sehingga tujuan pendidikan nantinya dapat tercapai secara optimal.

Landasan psikologi diantaranya adalah meliputi psikologi perkembangan,


psikologi belajar dan psikologi sosial dan untuk kepentingan pembelajaran.Tinjauan
psikologi di atas berimplikasi pada pendidikan dan diharapkan guru sebagai pendidik
mampu merencanakan dan menerapkan pendidikan sesuai dengan tahap
perkembangan psikologi anak sehingga kemampuan dan potensi anak dapat
berkembang seutuhnya.

Adapun dalam pendidikan Islam,psikologi yang dijadikan sebagai acuan


adalah psikologi yang berwawasan pada Alquran dan Hadis. Dimana akhirnya
menghasilkan output yang berorientasi ketuhanan, insan kamil bahagia di dunia dan
akhirat.

B. Saran

Penulisan selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber


maupun referensi yang terkait dengan Psikologi Pendidikan Islam, maupun
efektivitas proses pembelajaran agar hasil penulisan dapat lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif,


n.d.

Bimo Walgito. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset, 2000.

Crow, and Crow. Educational Psikology. America: Barner and Noble Books, 1978.

Danim, and Khairil. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru. Bandung:


Alfabeta, 2010. 228 Jurnal Studia Insania Vol. 5 No. 2

Hannna Djumhana Bastaman. Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi


Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Hasan Langgulung. Manusia Dan
Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi, Falsafah Dan Pendidikan. Jakarta:
Pustaka al Husna., 1986.

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Agama, Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan, 2003.

M Qurais Shihab. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan


Umat. Bandung: Mizan, 1996. Muhibbin Syah. Psikologi Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 1997. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Ulwiyah, Nur. ‚LANDASAN PSIKOLOGI DAN AKTUALISASINYA DALAM


PENDIDIKAN ISLAM.‛ Religi: Jurnal Studi Islam 6, no. 1 (2015): 76–99.
Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

18
19

Anda mungkin juga menyukai