I. PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) dan nilai demokrasi merupakan sebuah konsepsi
kemanusaiaan yang selalu terkait antara satu sama lain. HAM juga merupakan
sebuah relasi sosial yang telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia diseluruh
dunia. Konsepsi HAM dan nilai demokrasi sangat terikat oleh sebuah konsepsi
negara hukum. Dalam sebuah negara hukum bukan manusia yang memerintah,
namun sesungguhnya hukumlah yang memerintah. Peraturan perundang-
undangan dan hukum tidak boleh diterapkan maupun ditetapkan secara sepihak
karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sejatinya ketaatan
hukum ditetapkan dan dimaksudkan untuk menjamin kepentingan, kepuasan, serta
keadilan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi maupun segelintir orang.
Dalam konteks negara hukum, melalui Undang-Undang Republik Indonesia 1945,
politik hukum nasional telah menetapkan bahwa Indonesia merupakan sebuah
negara hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 (Marbun: 2014). Sebagai konsekuensinya maka
harus ada usaha untuk mempertahankan dan melindungi HAM yakni dengan cara
menjadikan HAM tersebut sebagai bagian dari hukum nasional (Yuliartha, 2009).
HAM merupakan sebuah prinsip yang dipegang teguh bagi Indonesia. Sebagai
bangsa bekas jajahan, negara Indonesia khususnya para pendirinya sangat sadar
akan makna dari HAM.
Gagasan dan konsep dasar negara dengan ketaatan hukum serta nilai demokrasi
tempat dimana HAM didorong dan dilindungi terus ada dalam sanubari dan hati para
pendiri bangsa. Demokrasi merupakan suatu cara pelaksanaan negara sebagai
organisasi kekuasaan yang menjamin pengakuan terhadapa HAM dan pelaksanaan
demorasi juga harus dilandaskan HAM. Lebih lanjutnya, masih banyak negara yang
mengakui negara mereka sebagai negara hukum dan demokratis, namun selalu
menutup mata akan pelanggaran HAM.
II. INTI / PEMBAHASAN
A. Potret / Fakta-Fakta
Banyak negara yang masih menyepelekan kasus terkait HAM tidak hanya dari
negara barat mapuin negara timur, contohnya Amerika Serikat. Sebagaimana
dikutip dari detiknews.com, organisasi HAM terkemuka Human Rights Watch
(HRW) merilis laporan yang mengkritik keras Amerika Serikat atas pelanggaran
HAM diberbagai bidang.yang sering menjadi bahan kasus ialah karena tindakan
rasisme orang Amerika terhadapat warganya yang berkuilit hitam. Disebutkan 31
negara bagian AS masih menerapkan hukum mati di tujuh negara bagian dengan
melakukan eksekusi-eksekusi mati pada tahun 2014. Sebanyak 27 orang telah
dieksekusi dengan disuntik mati sepanjang tahun 2015 di Amerika Serikat. Hal
tersebut sangat menunjukan bahwa kasus hak asasi manusia (HAM) di Indonesia
tampak masih sangat tidak menjajikan dan menjadi daftar pekerjaan rumah terberat
yang harus diselesaikan.
Amanah yang dideklarasikan ketika terjadi Gerakan Reformasi tahun 1998 terkait
supremasi hukum hingga saat ini belum juga terwujud. Beberapa pelanggaran HAM
di Indonesia terjadi sejak reformasi bergulir pada tahun 1998, dari kasus tragedi
Trisakti yang menewaskan 5 mahasiswa, konflik Maluku pada 19 januari 1999 dan
selanjutnya kasus 6 Februari 2001 Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM dan
Mediasi (KPMM) di Maluku mencatat setidaknya telah menelan korban jiwa sebesar
3.080 nyawa melayang, 281.365 orang mengungsi dan 4.024 orang luka-luka.
Dilanjut di tahun 2015 tejadi kerusuhan Tolikara yang terjadi ketika massa Injil di
Indonesia (GIDI) berusaha membubarkan jamaah Muslim yang tengah
menjalankan sholat Idul Fitri (Erdianto, 2018). Selain itu terdapat beberapa kasus
terkait penurunan nilai ketaatan hukum yang juga berimbas pada permasalahan
Hak Asasi Manusia dimana terjadi Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2020
turun menjadi 37, peringkat 102 di dunia dari 180 negara. Hal ini menunjukkan IPK
turun 3 poin dari IPK tahun 2019 dengan 40 poin. Indeks Perilaku Anti Korupsi
(IPAK) hasil penelitian BPS Tahun 2020 dengan Skor 3,84 (skala 1- 5), tahun 2019
Skor 3,70. Hal tersebut menunjukkan buruknya kondisi Indonesia sebagai negara
hukum. Selain itu hal tersebut juga sangat bersangkutan dengan hajat hidup orang
banyak karena korupsi merupakan sebuah tindakan dimana pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan
itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Banyak
kasus terkait korupsi yang berujung pada ketidakadilan Hak Asasi Manusia (HAM)
seperti penyelewengan hukum dimana terjadi ketidakproposorsionalan hukuman
dimana kasus pencuri sandal yang pernah menjadi sorotan media mendapatkan
hukuman penjara lebih lama daripada kasus korupsi.
B. Pokok-Pokok Persoalan
Dari pernyataannya tersebut berarti konsep Hak Asasi Manusia tidak dapat
dipisahkan dengan negara hukum yang tentunya mengedepankan dan melindungi
Hak asasi manusia (HAM). Hal ini dapat didasarkan pada Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia passal 1.
Sudah 60 tahun lebih Indonesia menganut kebijakan hukum (legal policy). Masalah
penegakan supremasi hukum dan penghormatan (Respect) perlindungan, serta
pemenuhan HAM haruslah menjadi penyangga utama penyelenggaraan negara.
Indonesia merupakan negara hukum juga termuat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Telah dikemumakakan bahwa
walaupun dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 digunakan istilah rechtsstaat, tapi konsep yang dianut oleh negara Indonesia
bukanlah rechtssaat maupun rule of law (Qamar, 2010).
Indonesia memiliki ciri khas Indonesia dimana terdapat jaminan hukum
berlandaskan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dimana adanya
kebebasan beragama sebagai pengakuan HAM. Kebebasan beragama yang ada
di Indonesia bersifat positif, yang mana tidak terdapat ateisme, propaganda anti
agama di bumi Indonesia dan setiap negara memiliki ciri khasnya masing-masing.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu “Demos” yang berarti rakyat dan
“Cratos” yang berarti pemerintah sehingga jika digabungkan dapat berarti sebuah
pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat , dan untuk rakyat (Jailani.
2015). Sejak Amandemen II UUD 1945, negara kita adalah negara hukum dan
sekaligus juga mengakui bahwa yang berkuasa adalah rakyat (demokrasi). Hal ini
dapat dibaca dalam Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
“Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD” dan “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Berdasar pasal tersebut, maka jelas Negara Indonesia
adalah negara hukum yang mengakui bahwa rakyat yang berkuasa. Jadi, Indonesia
adalah negara hukum yang demokratis, bukan negara hukum yang otoriter. Hal
tersebut menyebabkan isu nilai demokrasi dan hak asasi manusia selalu
berhubungan.
Salah satu upaya umat manusia dalam rangka menjamin dan melindungi adalah
dengan cara berjuang untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi. Dan hal tersebut
pula yang menyebabkan pemerintahan orde baru terseret dalam praktik-praktik
pemerintahan pragmatis dan otoriter. Disamping banyaknya pelanggaran HAM,
korupsi kolusi dan nepotisme juga merajalela serta terdapat juga penyalahgunaan
kekuasaan yang meluas dan ketaatan hukum menjadi sebuah subordinasi dari
kekuasaan politik serta campur tangan eksekutif terhadap kekuasaan atas
kehakiman. Sebenarnya berapa informasi yang mengawali lengsernya orde baru
pada tahun 1998 pada dasarnya merupakan gerak kesinambungan yang
mencerminkan sebuah komitmen dari bangsa Indonesia yang bertekad untuk
mengimplementasikan nilai-nilai dasar demokrasi. Pemahaman HAM sebagai
tatanan nilai norma sikap hidup dalam sebuah masyarakat sudah berjalan cukup
lama sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Masyarakat Indonesia sudah cukup
berkembang sejak masih sangat sederhana sampai modern karena pada dasarnya
masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang berbasis kekeluargaan yang
telah mengenal pranata sosial yang menyangkut hak serta kewajiban warga
masyarakat yang terdiri atas strata religius yang mengakui bahwa manusia adalah
ciptaan tuhan yang maha esa dengan segala hak dan kewajiban. Selain itu juga
terdapat pranata ekonomi yang merupakan upaya manusia dalam meningkatkan
kesejahteraan serta pendidikan maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan kualitas pribadi dalam informasi komunikasi serta memperluas wawasan
bangsa. Indonesia menyadari bahwa setiap individu merupakan bagian dari
masyarakat dan sebaliknya masyarakat juga memiliki komponen banyak individu
yang memiliki HAM serta hak hidup didalam lingkungan yang merupakan sumber
daya bagi kehidupannya.
Hal tersebut menyebabkan sebuah kesadaran mengenai perspektif
pentingnya HAM yang yang tidak hanya ditegakkan oleh pemerintahan dalam
bentuk program-program pemerintahan melalui LSM atau yang bergerak di dalam
bidang HAM namun pentingnya akan kesadaran perlindungan HAM juga perlu
dibantu oleh banyak lembaga-lembaga lain seperti lembaga bantuan hukum
Indonesia, biro konsultasi, bantuan hukum perguruan tinggi, komisi orang hilang
dan korban tindak kekerasan serta tidak lain adalah masyarakat Indonesia sendiri.
Hal tersebutlah yang menjadi sebuah kesimpulan bahwa UUD Republik Indonesia
1945 dan Hak Asasi Manusia tidak pernah bisa dipisahkan.
Terdapat juga bentuk-bentuk demokrasi politik yang dapat dijadikan sebuah acuan
agar Indonesia dapat lebih maju dan lebih memahami arti dari sebuah demokrasi,
seperti : Kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan dalam menyampaikan
pendapat, kedaulatan yang ada ditangan rakyat, pembangunan pemerintahan yang
kokoh, bersih dan transparan.
Dalam pandangan lain, demokrasi juga memiliki suatu gagasan politik yang
termasuk dalam paham yang universal sehingga di dalamnya terkandung beberapa
elemen seperti : Penyelenggara kekuasaan berasal dari rakyat, setiap pemegang
jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan
kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya, adanya proses pemilu yang
dilakukan secara teratur dalam menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan
dipilih, dan adanya kebebasan sebagai HAM menikmati hak-hak dasar yaitu dalam
demokrasi seperti hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat dan
lain-lain.
Dalam rangka mengambil langkah agar dapat menerapkan setiap implementasi
yang telah dijelaskan maka diperlukan sikap layaknya cerminan pendiri para
Founding Fathers dimana meskipun terdapat perbedaan ideologi, perbedaan aliran
dan pandangan politik, ekonomi, serta tatacara menyelesaikan persoalan bangsa,
namun kepentingan nasional, keutuhan negara dan persatuan bangsa selalu
dijunjung tinggi diatas kepentingan diri dan golongan. Berdemokrasi dengan
musyawarah yang teduh dan bermartabat, tidak dengan emosi dan penuh amarah,
membangun sistem demokrasi dengan sistem partai politik (Kepartaian) sederhana
dan damai, bukan dengan sistem politik yang anarkis dan merusak yang tidak
sesuai dengan konsepsi Hak Asasi Manusia .
Dalam sebuah negara hukum liberal terdapat sebuah jaminan dimana
warganya dapat memiliki sebuah kedudukan hukum yang sama dan tidak dapat
diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa. Maka, agar tujuan tersebut
tercapai diadakan sebuah pemisahan kekuasaan yang memiliki kedudukan tidak
lebih tinggi antara satu sama lain. Sebuah negara hukum dengan konsep seperti
itu memiliki 2 unsur pokok yaitu perlindungan terhadap hak asasi manusia dan
pemisahan kekuasaan dalam negara. Namun dalam perkembangan tuntutan
masyarakat tidak lagi menghendaki faham liberalisme ini dipertahankan, sehingga
negara terpaksa untuk ikut campur dalam urusan kepentingan rakyat, hanya saja
masih dalam batas-batas tertentu dengan berlandaskan hukum yang telah
ditentukan.
III. PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan daripada karya tulis ini yaitu Indonesia merupakan negara hukum.
Hal tersebut dibuktikan dalam termuat nya pasal 1 ayat 3 undang-undang dasar
republik Indonesia tahun 1945 walaupun dalam penjelasannya undang-undang
dasar republik Indonesia tahun 1945 digunakan istilah namun yang dianut oleh
negara Indonesia bukanlah konsep state maupun rule of law karena konsep negara
hukum yang sebenarnya lahir dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Penegakan nilai demokrasi serta ketaatan hukum merupakan salah satu bentuk
upaya warga negara Indonesia atau seluruh umat manusia dalam melindungi HAM.
Hal tersebut dikarenakan persamaan prinsip bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keseimbangan hak dan kewajiban serta kebebasan dan bertanggung jawab dalam
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat merupakan bentuk pengakuan dan
penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan hak hidup yang didapat sejak manusia
dilahirkan.
Penerapan nilai-nilai demokrasi dan ketaatan terhadap hukum akan sangat
membantu meningkatkan eksistensi dan nilai Hak Asasi Manusia dan secara
otomatis akan menguatkan hak-hak para warga negara dalam berkehidupan
berbangsa dan bernegara, sehingga dapat terjadi sebuah kesejahteraan yang
meningkatkan kualitas hidup warga negara sebagai makhluk hidup yang memiliki
hak sejak lahir dengan batas tanpa merusak tatanan negara.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
seharusnya dapat mempertahankan dan memperjuangkan HAM diri sendiri. Kita
sebagai warga negara juga seharusnya dapat menghormati dan menjaga HAM
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM dan jangan sampai
pula HAM kita dilanggar dan diinjak-injak orang lain. Selain itu dalam rangka
membantu jalannya pemerintahan dalam menjaga eksistensi dan kredibilitas Hak
Asasi Manusia dan lembaga-lembaga terkait kita tentunya harus ikut melaksanakan
dan menganut prinsip-prinsip demokrasi yang tidak melanggar ketaatan hukum
sesuai dengan pernyataan dimana Indonesia merupakan negara hukum.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jimly Asshiddiqie. 2005. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press.
[2] Juanda, dan Rahayu, Novi. 2019. Pendidikan Kewarganegaran Sebagai Sarana
Pembelajaran Demokrasi di Sekolah: Suatu Alternatif Pembleajaran Demokratis.
Lhokseumawe: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.
[3] Larasati, Endang. 2008. Pelayanan Publik dan Demokrasi Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Semarang: Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan
Publik.
[4] Bramantyo, R, dan Suwarno. 2020. Membangun Kesadaran Hukum dan
Demokrasi: Revitalisasi Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Siswa SMAN 7
Kota Kediri. Kediri: CENDEKIA.
[5] Yuliartha. I. G. 2009. Lembaga Praperadilan Dalam Persfektif Kini dan Masa
Mendatang Dalam Hubungannya Dengan Hak Asasi Manusia. Bali: Jurnal Law
Reform
[6] Marbun, R. 20140 Grand Design Politik Hukum Pidana dan Sistem Hukum
Pidana Indonesia Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Bandung: Jurnal Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum.
[7] Jailani. 2015. Sistem Demokrasi di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Hukum
Ketatanegaraan.
[8] Qamar, N. 2010. Negara Hukum atau Negara Undang-Undang. Yogyakarta:
Jurnal Universitas Muslim Indonesia.
[9] Simamora, J. 2014. Tafsir Makna Negara Hukum Dalam Persfektif Undang-
Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Medan: Jurnal Dinamika
Hukum.
[10] Afan Gaffar. 2005. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar