Hak pilih warga negara dalam Pemilihan Umum adalah salah satu substansi terpenting
dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi dan kedaulatan yang dimiliki
rakyat dalam pemerintahan. Pemilihan Umum sebagai lembaga sekaligus praktik politik menjadi
sarana bagi perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus sebagai sarana artikulasi kepentingan warga
negara untuk menentukan wakil-wakil mereka
Hak ini sangat terkait dengan hak di bidang politik, di antaranya keikutsertaan dalam
pemilu, baik sebagai calon yang akan dipilih maupun sebagai pemilih. Hak memlilih dan dipilih
ini haruslah sesuai hati nurani, bukan karena paksaan atau di bawah ancaman. Setiap warga
negara yang telah memenuhi syarat, di antaranya berusia minimal 17 tahun dan/atau sudah
menikah mempunyai hak ini. Namun bagaimana dengan mereka yang tergabung dalam korps
militer, di mana hak mereka untuk dipilih dan memilih telah dicabut karena dikhawatirkan
adanya tekanan dari atasan sehingga hak yang diberikan tidak murni lagi. Apakah ini termasuk
pelanggaran hak asasi manusia? Bukankah para anggota korps militer pun merupakan warga
negara Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak dipilih dan memilih?
Permasalahan ini sangat terkait dengan masalah politik, dalam pemikiran politikus bilamana
militer dilibatkan dalam pemerintahan maka pemerintahan tidak akan demokratis namun
cenderung otoriter dan militeristis sebagaimana pola yang terdapat dalam militer. Di sisi lain,
demokrasi berarti bahwa setiap elemen harus dilibatkan, semua berhak mengemukakan pendapat
pribadinya dengan bertanggung jawab.
Pemilihan Umum di Indonesia adalah media rakyat untuk memberikan hak suaranya atas
calon-calon anggota legislatif dan pimpinan puncak Pemerintahan (eksekutif) yakni Presiden dan
Wakil Presiden melalui prosedur Pemilihan Umum yang berdasarkan pada asas Langsung,
Umum, Bebas, Rahasia (Luber) serta Jujur dan Adil (Jurdil). Konsep ini memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk memilih langsung calon anggota legislatif
dari partai-partai politik yang mengajukannya, memilih langsung calon-calon independen untuk
menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta memilih langsung calon-calon Presiden
dan Wakil Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk periode lima tahun.
Pemilihan Umum di sisi lain juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
rakyat yang memenuhi syarat untuk dipilih menjadi calon anggota legislatif baik di DPR, DPD,
dan DPRD, bahkan memberikan kesempatan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat
untuk dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Artinya prinsip-prinsip
kedaulatan rakyat sepenuhnya dipegang teguh oleh bangsa Indonesia dalam tatanan demokrasi
konstitusional yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan kebebasan atas hak-hak pribadi
individu selaku manusia Indonesia.
Kemerdekaan dan kebebasan atas hak-hak pribadi (hak-hak sipil dan politik) adalah
bagian dari upaya bangsa dan negara untuk memberikan jaminan perlindungan dan penegakan
Hak Asasi Manusia, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Negara selain itu juga bertanggung
jawab untuk selalu memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa kebebasan dan demokrasi
yang hidup dan berkembang di Indonesia tetap memiliki batasan sebagaimana yang diatur di
dalam Pancasila dan UUD 1945 sehingga demokrasi konstitusional yang berkembang akan
selalu dilandasi dengan prinsip kebebasan dan kemerdekaan yang bertanggung jawab.
Kesimpulan
1. Hak pilih warga negara dalam Pemilihan Umum adalah salah satu substansi terpenting
dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi dan kedaulatan yang
dimiliki rakyat dalam pemerintahan.
2. Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Rakyat berdaulat untuk menentukan
dan memilih sesuai aspirasinya kepada partai politik mana yang dianggap paling
dipercaya dan mampu melaksakanan aspirasinya. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan
untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat
sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran
politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-
cita masyarakat Indonesia yang demokratis.
3. Konsep negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, negara yang demokratis
atau berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan melihat
rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu “Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan atas negara hukum yang
dilandasi pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya system demokratis yang
bertanggugjawab dari individu masing-masing. Negara kita menjamin kebebasan tiap-
tiap individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.
Saran
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas, maka sekiranya saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
MEMILIH PEMIMPIN???
Hak-hak Dasar Warga Negara
Oleh: Harbani Pasolong
Tidak seorang pun bisa menentukan kehadiran dirinya di dunia ini apakah akan berkulit
putih atau berkulit hitam. Apakah akan menjadi orang Jawa, Batak, Bugis, Makassar, Toraja,
Mandar atau yang lainya. Ataukah lahir sebagai anak Pemimpin atau penjahat Kita
menerimanya “secara ilmiah”. Karena itu tidak seorang pun punya wewenang merendahkan
yang lain semata-mata karena “status seseorang”. Inilah dasar pandangan bahwa semua orang,
pada hakikatnya sama mereka memiliki hak-hak dasar yang sama (kini populer dengan sebutan
HAM: Hak-hak Asasi Manusia). Hak-hak dasar itu bukan pemberian siapa-siapa, melainkan
bersifat alamiah, dan karena itu tidak bisa diambil oleh siapapun . hak-hak dasar itu antara lain:
kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan berkumpul atau berserikat, hak untuk
mendapatkan perlindungan yang sama di depan hukum, ahak atas proses sewajarnya serta
Demokrasi, dimana pun hendak diselenggarakan di: Pemerintahan, Perguruan Tinggi tidak
terpisah dari hak-hak dasar manusia sebagai inti ide kebangsaan, yang sejak sebelum masehi
sudah diperdebatkan oleh para filsuf . Mengingat rakyat adalah warga bagi suatu negara
demokratis dan bukan kawula. Hak-hak itu bukan pemberian siapa-siap, negara atau pemerintah
tidak punya wewenang mengintervensi atau merempas hak-hak yang dimiliki oleh setiap
warganya. Sebaliknya negara atau pemerintah wajib melindunginya. Demokrasi tidak pernah
memberikan kebebasan atau hak-hak dasar kepada manusia. Jadi bukan karena demokrasi
orang memperoleh hak dasar tersebut. Justeru sebaliknya, demokrasi terselenggara oleh
karena adanya kebebasan atau hak-hak dasar. Karena hak-hak dasar itulah yang menjamin
atau melindungi kebebasan seseorang untuk ikut serta dalam pesta demokrasi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hak-hak dasar mengacu pada perseorangan atau individu.
Dalam demokrasi seseorang bertindak melaksanakan hak-haknya atas nama pribadi, bukan “atas
nama statusnya atau kelompoknya”?. Ketika seseorang warga negara memberikan suaranya
pada suatu pemilihan umum yang bebas, ia menjalankan haknya untuk menentukan siapa yang
akan memimpin atas namanya, sekali lagi bukan atas nama statusnya atau kelompoknya. Begitu
pula, ketika ia berpendapat tentang suatu hal, ikut menanggapi isu-isu politik, menentukan untuk
bergabung dengan sebuah kelompok atau ikut secara bebas dalam pemilihan umum. Semua itu
berlangsung secara individual, dan dalam pengertian ini hak-hak individual setiap warga negara
Mengingat hak-hak itu memang mengacu pada individu, di Indonesia demokrasi mudah
ditafsirkan identik dengan liberalisme/individualisme, sebuah paham yang dianggap tidak cocok
dengan masyarakat Indonesia yang menurut istilah Prof. Soepomo “diliputi oleh semangat
1945 setengah hati menerima hak-hak dasar warga negara, sehingga tidak ada hambatan berarti
bagi pemimpin untuk mengintervensi kebebasan yang dimiliki setiap warga negaranya, terutama
jika kebebasan itu dinilai membahayakan kelangsungan kekuasaannya. Pada hal demokrasi tanpa
Lalu apakah hak-hak tersebut akan dijalankan secara liar begitu saja? Tentu jawabannya
tidak. Demokrasi justeru melindungi dan menyelamatkan hak-hak seseorang dari ancaman
keliaran nafsu pribadi orang lain. Hak-hak warga negara yang bersifat individu itu tidak berjalan
dengan sendiri. Hak bukanlah milik pribadi individu, melainkan ada hanya selama hak itu diakui
orang lain. Dengan perkataan lain, terdapat tanggung jawab yang ditimbulkannya. Demokrasi
bisa mewujudkan cita-cita kebebasan dan aktualisasi diri, tapi juga bermata tajam terhadap
hakikat manusia yang tak mungkin hidup sendirian. Demokrasi membutuhkan kerjasama dan
kesanggupan membangun konsesus di antara segenap warga negara, dan disanalah demokrasi
menuntut setiap warga agar bertanggung jawab atas hak-hak yang dinikmatinya. Demokrasi
memang menuntut warga negara mendidik diri atau belajar menikmati hak-haknya. Lantas
Karena itu, meski dalam demokrasi berlaku prinsip mayoritas, tidak dengan sendirinya
kekuasaan mayoritas boleh merampas hak minoritas. Dalam kerangka hak-hak asasi setiap warga
negara itu pula kekuasaan mayoritas harus bertindak melindungi hak-hak minoritas.
Perlindungan hak-hak minoritas bukan karena kekuasaan mayoritas baik hati, tetapi demokrasi
memang melindungi hak semua warganya, hak-hak itu tidak bisa dihapus oleh siapapun meski
Jadi dalam demokrasi, pihak yang kalah tetap memperoleh tempat terhormat, dapat
menikmati kebebasan atas hak-haknya, dan karena itu pula demokrasi sering dianggap sebagai
Jadi setiap pemimpin harus berdasarkan hukum. Tetapi apakah pemimpin berdasarkan Hukum
dengan sendirinya demokratis? Jelas tidak. Negara Hukum tidak selalu demokratis. Pemimpin
yang tidak demokratis bisa saja membuat hukum yang dibuatnya itu sehingga tampak
konstitusional, pada hal tidak demokratis. Sebaliknya demokratis tanpa pemimpin yang taat
Dalam demokrasi, hukum atau peraturan adalah buatan rakyat dan bukan sesuatu yang
dipaksakan kepada rakyat. Rakyat membuat hukum melalui badan-badan perwakilan yang telah
dipilihnya secara bebas. Lantas apakah setiap warga negara sudah mempunyai perwakilan
disetiap lembaga? Jawabannya anda yang tahu? Warga suatu negara tunduk pada hukum karena
mereka menyadari bahwa hukum tersebut buatan mereka sendiri meski secara tidak langsung.
Atas dasar ini pula setiap warga negara memiliki hak atas persamaan atas perlindungan yang
sama termasuk persamaan hak dalam menentukan pemimpinnya. Karena setiap warga negara
mempunyai memimpin, namun kenyataannya tidak semua warga negara berhak memilih
tanpa aturan hukum yang jelas. Pada hal semua sudah jelas. Demokrasi menuntut pelembagaan
hukum, dan melalui pelembagaan hukum inilah warga negara menikmati hak-hak atau
kebebasannya.