Anda di halaman 1dari 9

Hak Pilih Warga Negara Sebagai Sarana Pelaksanaan Demokrasi Dalam Pemilu

Hak pilih warga negara dalam Pemilihan Umum adalah salah satu substansi terpenting
dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi dan kedaulatan yang dimiliki
rakyat dalam pemerintahan. Pemilihan Umum sebagai lembaga sekaligus praktik politik menjadi
sarana bagi perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus sebagai sarana artikulasi kepentingan warga
negara untuk menentukan wakil-wakil mereka

Pemilihan Umum menjadi implementasi atas berdirinya tonggak pemerintahan yang


elemen-elemen di dalamnya dibangun oleh rakyat, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden
Amerika Serikat Abraham Lincoln. Lincoln menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep ini menyimpulkan bahwa yang dibangun
dalam sistem demokrasi menghasilkan suatu pandangan di mana tidak ada jalan yang paling
tepat untuk menunjukkan eksistensi dan kedaulatan rakyat kecuali melalui ajang Pemilihan
Umum.

Hak ini sangat terkait dengan hak di bidang politik, di antaranya keikutsertaan dalam
pemilu, baik sebagai calon yang akan dipilih maupun sebagai pemilih. Hak memlilih dan dipilih
ini haruslah sesuai hati nurani, bukan karena paksaan atau di bawah ancaman. Setiap warga
negara yang telah memenuhi syarat, di antaranya berusia minimal 17 tahun dan/atau sudah
menikah mempunyai hak ini. Namun bagaimana dengan mereka yang tergabung dalam korps
militer, di mana hak mereka untuk dipilih dan memilih telah dicabut karena dikhawatirkan
adanya tekanan dari atasan sehingga hak yang diberikan tidak murni lagi. Apakah ini termasuk
pelanggaran hak asasi manusia? Bukankah para anggota korps militer pun merupakan warga
negara Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak dipilih dan memilih?
Permasalahan ini sangat terkait dengan masalah politik, dalam pemikiran politikus bilamana
militer dilibatkan dalam pemerintahan maka pemerintahan tidak akan demokratis namun
cenderung otoriter dan militeristis sebagaimana pola yang terdapat dalam militer. Di sisi lain,
demokrasi berarti bahwa setiap elemen harus dilibatkan, semua berhak mengemukakan pendapat
pribadinya dengan bertanggung jawab.
Pemilihan Umum di Indonesia adalah media rakyat untuk memberikan hak suaranya atas
calon-calon anggota legislatif dan pimpinan puncak Pemerintahan (eksekutif) yakni Presiden dan
Wakil Presiden melalui prosedur Pemilihan Umum yang berdasarkan pada asas Langsung,
Umum, Bebas, Rahasia (Luber) serta Jujur dan Adil (Jurdil). Konsep ini memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk memilih langsung calon anggota legislatif
dari partai-partai politik yang mengajukannya, memilih langsung calon-calon independen untuk
menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta memilih langsung calon-calon Presiden
dan Wakil Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk periode lima tahun.

Pemilihan Umum di sisi lain juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
rakyat yang memenuhi syarat untuk dipilih menjadi calon anggota legislatif baik di DPR, DPD,
dan DPRD, bahkan memberikan kesempatan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat
untuk dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Artinya prinsip-prinsip
kedaulatan rakyat sepenuhnya dipegang teguh oleh bangsa Indonesia dalam tatanan demokrasi
konstitusional yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan kebebasan atas hak-hak pribadi
individu selaku manusia Indonesia.

Kemerdekaan dan kebebasan atas hak-hak pribadi (hak-hak sipil dan politik) adalah
bagian dari upaya bangsa dan negara untuk memberikan jaminan perlindungan dan penegakan
Hak Asasi Manusia, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Negara selain itu juga bertanggung
jawab untuk selalu memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa kebebasan dan demokrasi
yang hidup dan berkembang di Indonesia tetap memiliki batasan sebagaimana yang diatur di
dalam Pancasila dan UUD 1945 sehingga demokrasi konstitusional yang berkembang akan
selalu dilandasi dengan prinsip kebebasan dan kemerdekaan yang bertanggung jawab.

Kesimpulan

1. Hak pilih warga negara dalam Pemilihan Umum adalah salah satu substansi terpenting
dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi dan kedaulatan yang
dimiliki rakyat dalam pemerintahan.
2. Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Rakyat berdaulat untuk menentukan
dan memilih sesuai aspirasinya kepada partai politik mana yang dianggap paling
dipercaya dan mampu melaksakanan aspirasinya. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan
untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat
sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran
politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-
cita masyarakat Indonesia yang demokratis.
3. Konsep negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, negara yang demokratis
atau berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan melihat
rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu “Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan atas negara hukum yang
dilandasi pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya system demokratis yang
bertanggugjawab dari individu masing-masing. Negara kita menjamin kebebasan tiap-
tiap individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.

Saran

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas, maka sekiranya saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

Hendaknya pemerintah lebih memperjelas dan mempertegas ketentuan mengenai hak


memilih ini dalam bentuk peraturan yang melindungi hak memilih sehingga jika terjadi
pelanggaran terhadap hak memilih warga Negara maka dapat dikenakan sanksi yang tegas. Hal
ini menginggat sentralnya hak memilih warga Negara ini untuk keberlangsungan Negara yang
demokratis dan berkedaulatan rakyat. Hal ini juga penting guna memperkecil adanya indikasi
kecurangan seperti yang telah terjadi pada Pemilu Tahun 2009 dimana saat itu terdapat masalah
DPT yang tidak terdaftar. Hal ini menjadi sangat penting karena jika Pemilu dilaksanakan tanpa
adanya kejujuran dan keadilan, maka niscaya pemimpin-pemimpin yang dihasilkan dari Pemilu
itu pun tidak akan jujur dan adil untuk rakyat.
 1. HAK-HAK ASASI MANUSIA DALAM KEPEMIMPINAN Nama: INDAH PRIANTINI
NPM: 105210479 KELOMPOK: 6
 2. HAK-HAK ASASI MANUSIA DALAM KEPEMIMPINAN Setiap masalah hak asasi
manusia timbul, selalu terlihat hubungannya dengan pemerintah/penguasa di negara
masingmasing. Kondisi itu meng isyaratkan bahwa masalah hak asasi manusia berhubungan erat
dengan kepemimpinan yang juga merupakan aktivitas manusia.
 3. Sehubungan dengan itu masalah pokoknya selalu berkisar pada dimensi sebagai berikut: 1.
Dimensi pertama berkenaan dengan kemampuan para pemimpin menghormati hak asasi orang-
orang yang dipimpinnya, baik dalam perlakuan formal maupun informal. 2. Dimensi kedua
berkenaan dengan kematangan dan kemampuan orang-orang yang dipimpindalam
mempergunakan hak asasinya sebagai manusia bertanggung jawab.
 4. Dari kedua dimensi itu masalah yang sering timbul adalah ketidak mampuan para
pemimpin melindungi hak asasi orang-orang yang dipimpinnya, baik sebagi individu maupun
berupa suatu kelompok.
 5. • Hak-hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu dalam mengaktualisasi diri
sebagai manusia. • Dengan kata lain hak-hak asasi adalah kehendak untuk dilindungi dan
diperlakukan sesuai dengan harkat manusia, baikberdasarkan norma-norma yang dibuat oleh
manusia maupun sesuai dengan norma-norma dari Tuhan Yang Maha Esa berdasarkanagama
yang dipeluk masinag-masing individu.
 6. Harkat manusia menyangkut tiga aspek yaitu: 1. Harkat individu sebagai suatu pribadi 2.
Harkat sebagai makhlok sosial untuk hidup dalam kebersamaan secara manusiawi 3. Harkat
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa Secara formal pada tahun1949 PBB telah merumuskan
pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Rumusan itu disebut Piagam Deglaration of
Human Right.
 7. A. Harkat individu sebagi pribadi Manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa merupakan
suatu kebulatan yang di sebut individu. Setiap individu berbeda dengan individu yang lain,
karena masingmasing memiliki jati diri (identitas) yang tidak sama. Sehubungan dengan itu
terlihat bahwa hak asasi manusia yang utama adalah hak hidup dan keselamatan diri. Untuk itu
setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan diri secara jasmaniah (fisik),
dari ancaman dan perilaku manusia lain yang akan mengakhiri kehidupannya.
 8. Kehidupan merupakn milik manusia yang paling berharga. Kehidupan dimaksud adalah
kehidupan yang bersifat manusiawi, bebas dari ancaman bahaya kelaparan, bencana alam, dan
terutama sekali bebas dari ketakutan karena ancaman manusia lain yang dapat menindas dari segi
fisik dan psikis.
 9. B. Harkat manusia sebagi makhluk sosial Kehidupan dalam bentuk kebersamaan
merupakan kodrat manusiawi, dalam arti manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang
saling membutuhkan, dan harus/perlu saling tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan dan
menyelesaikan masalah kehidupan masingmasing. Dengan demikian berarti hak asasi sebagai
makhlukn sosial pada dasarnya bersumber dari hak asasi individu/pribadi, namun sangat besar
pengaruhnya bagi perwujudan hidup bersama yang harmoni.
 10. Hak-hak asasi manusia sebagai makhluk sosial: • Hak asasi kebebasan beragama • Hak
asasi kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat • Hak asasi untuk bekerja dan memperoleh
hasil dari pekerjaannya • Hak asasi berupa perlindungan hak milik • Hak asasi memperoleh
pekerjaan yang baik • Hak asasi memperoleh pendidikan
 11. • Hak asasi kebebasan beragama Bersifat prinsipil dan berupa kemerdekaan seseorang
atau sekelompok orang untuk memeluk dan menjalankan syariat agamanya, secara perseorangan
atau bersama-sama. Dalam kepemimpinan berarti seorang pemimpin dalam urusan keagamaan,
tidakboleh berlaku tidak adilataumemihak untuk kepentingan suatu agama, dengan merugikan
agama lain di lingkungan para anggotanya.
 12. • Hak asasi kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat Bersumber dari perbedaan
faham (isme) yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang didalam suatu masyarakat,
termasuk juga didalamnya yang berdasarkan agama. Dalam mempergunakan kebebasan berpikir
dan menyatakan pendapat, selalu dituntut kemampuan bertanggung jawab,baik pada diri sendiri,
masyarakat dan negara,terutama pada Tuhan Yang Maha Esa. Kebebasan berpikir dan
berpendapat bertijuan untuk mencegah keresahan,pertentangan dan perpecahan, baik di
lingkungan suatu organisasi, masyarakat maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara.
 13. • Hak asasi untuk bekerja dan memperoleh hasil dari pekerjaannya Hak asasi untuk
bekerja sebagai usaha sendiri pada dasarnya tidak boleh dibatasi atau dilarang sepanjang jenis
dan sifatnya menurut hukum merupakan pekerjaan yang tidak dilarang dilingkungan suatu
negara. hak asasi ini berarti setiap orang memiliki hak asasi kebebasan dalam memilih pekerjaan
dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari usaha/pekerjaannya itu.
 14. • Hak asasi berupa perlindungan hak milik Memiliki fungsi sosial yang artinya hak milik
tersebut digunakan untuk kemanfaatan hidup bersama, baik di lingkungan tempat tinggal
individu tersebut, maupun lingkungan yang lebih luas, sampai pada kemanfaatannya untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara.
 15. • Hak asasi memperoleh pekerjaan yang baik Bertujuan memperoleh penghasilan yang
akan memberikan kesejahteraan dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat maju dan
modern.
 16. • Hak asasi memperoleh pendidikan Dalam kehidupan masyarakat modern hak asasi
memperoleh pendidikan menyentuh dua aspek/prinsip pokok, yaitu: a. prinsip (asas) kesamaan
prinsip ini menekankan bahwa setiap individu mempunyai hak yang sama dalam memasuki suatu
lembaga formal, sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk keperluan tersebut. b.
Prinsip kemerdekaan atau kebebasan prinsip ini menekankan bahwa setiap individu bebas
memilih lembaga pendidikan formal yang sesuai dengan minat, bakat,dan
kemampuannya,sepanjang memenuhi persayaratan yang diperlukan untuk itu. Dari segi
kepemimpinan, hak asasi memperoleh pendidikan sangatlah penting dikarenakan semakin tinggi
pendidikan anggota organisasi, maka semakin besar peluang untuk mengikutsertakannya dalam
memajukan dan mengembangkan organisasi.
 17. C. Harkat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa Manusia patut untuk menyadai segala
sesuatu yang melekat pada dirinya dan semua kondisi di luar dirinya, adalah milik tuhan yang
maha esa yang dipinjamkan sementara pada manusia. Pinjaman yang sangat berharga dari tuhan
yang maha esa adalah harkat sebagai makhluknya, yang berbeda dari makhluk-makhluk lain
yang juga diciptakannya sebagai penghuni bumi yang sama. Harkat tersebut dinamakan harkat
kemanusiaan yang menetapkan manusia sebagai makhluk yang mulia, dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lainnya.
 18. Untuk mempertahankan,memelihara dan meningkatkan harkat yang mulia itu, manusia
disamping dibekali akal,perasaan,dan nafsu di dalam roh (psikis)yang hanya berfungsi dalam
kesatuannya dengan jasmani (tubuh) juga dibekali-Nya dengan tuntunan hidup yang disebut
agama. Manusia memiliki hak asasi untuk hidup dengan harkat yang mulia, secara material dan
spiritual, baik selama kehidupannya di dunia, maupun dalam mempersiapkan kehidupannya di
alam akhirat yang kekaldan abadi. Faktor yang paling menentukan kemulian manusia adalah
akhlak masing-masing, dengan sepenuhnya mengikuti dan berpedoman pada tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa menurut agama yang dipeluk.
 19. Dari segi kepemimpinan, yang penting diwujudkan adalah usaha menciptakan dan
membina kerja sama,agar setiap anggota organisasi terpenuhi hak asasinya sebagai manusia yang
memiliki harkat mulia. Dengan kata lain kepemimpinan yang efektif diwujudkan dengan selalu
mangajak dan mendorong anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau bersamasama dalam
berbuat kebaikan, sesuai dengan normanorma sosial yang berlaku dan sesuai pula dengan norma-
norma agama dari tuhan yang maha esa

MEMILIH PEMIMPIN???
Hak-hak Dasar Warga Negara
Oleh: Harbani Pasolong

Tidak seorang pun bisa menentukan kehadiran dirinya di dunia ini apakah akan berkulit

putih atau berkulit hitam. Apakah akan menjadi orang Jawa, Batak, Bugis, Makassar, Toraja,

Mandar atau yang lainya. Ataukah lahir sebagai anak Pemimpin atau penjahat Kita

menerimanya “secara ilmiah”. Karena itu tidak seorang pun punya wewenang merendahkan

yang lain semata-mata karena “status seseorang”. Inilah dasar pandangan bahwa semua orang,

pada hakikatnya sama mereka memiliki hak-hak dasar yang sama (kini populer dengan sebutan

HAM: Hak-hak Asasi Manusia). Hak-hak dasar itu bukan pemberian siapa-siapa, melainkan

bersifat alamiah, dan karena itu tidak bisa diambil oleh siapapun . hak-hak dasar itu antara lain:

kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan berkumpul atau berserikat, hak untuk

mendapatkan perlindungan yang sama di depan hukum, ahak atas proses sewajarnya serta

pengadilan yang jujur.

Demokrasi, dimana pun hendak diselenggarakan di: Pemerintahan, Perguruan Tinggi tidak

terpisah dari hak-hak dasar manusia sebagai inti ide kebangsaan, yang sejak sebelum masehi

sudah diperdebatkan oleh para filsuf . Mengingat rakyat adalah warga bagi suatu negara
demokratis dan bukan kawula. Hak-hak itu bukan pemberian siapa-siap, negara atau pemerintah

tidak punya wewenang mengintervensi atau merempas hak-hak yang dimiliki oleh setiap

warganya. Sebaliknya negara atau pemerintah wajib melindunginya. Demokrasi tidak pernah

memberikan kebebasan atau hak-hak dasar kepada manusia. Jadi bukan karena demokrasi

orang memperoleh hak dasar tersebut. Justeru sebaliknya, demokrasi terselenggara oleh

karena adanya kebebasan atau hak-hak dasar. Karena hak-hak dasar itulah yang menjamin

atau melindungi kebebasan seseorang untuk ikut serta dalam pesta demokrasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hak-hak dasar mengacu pada perseorangan atau individu.

Dalam demokrasi seseorang bertindak melaksanakan hak-haknya atas nama pribadi, bukan “atas

nama statusnya atau kelompoknya”?. Ketika seseorang warga negara memberikan suaranya

pada suatu pemilihan umum yang bebas, ia menjalankan haknya untuk menentukan siapa yang

akan memimpin atas namanya, sekali lagi bukan atas nama statusnya atau kelompoknya. Begitu

pula, ketika ia berpendapat tentang suatu hal, ikut menanggapi isu-isu politik, menentukan untuk

bergabung dengan sebuah kelompok atau ikut secara bebas dalam pemilihan umum. Semua itu

berlangsung secara individual, dan dalam pengertian ini hak-hak individual setiap warga negara

adalah benteng terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin.

Mengingat hak-hak itu memang mengacu pada individu, di Indonesia demokrasi mudah

ditafsirkan identik dengan liberalisme/individualisme, sebuah paham yang dianggap tidak cocok

dengan masyarakat Indonesia yang menurut istilah Prof. Soepomo “diliputi oleh semangat

gotong royong, semangat kekeluargaan”. Penafsiran demikian membuat undang-undang dasar

1945 setengah hati menerima hak-hak dasar warga negara, sehingga tidak ada hambatan berarti

bagi pemimpin untuk mengintervensi kebebasan yang dimiliki setiap warga negaranya, terutama
jika kebebasan itu dinilai membahayakan kelangsungan kekuasaannya. Pada hal demokrasi tanpa

perlindungan terhadap hak warga negara adalah “omong kosong”.

Lalu apakah hak-hak tersebut akan dijalankan secara liar begitu saja? Tentu jawabannya

tidak. Demokrasi justeru melindungi dan menyelamatkan hak-hak seseorang dari ancaman

keliaran nafsu pribadi orang lain. Hak-hak warga negara yang bersifat individu itu tidak berjalan

dengan sendiri. Hak bukanlah milik pribadi individu, melainkan ada hanya selama hak itu diakui

orang lain. Dengan perkataan lain, terdapat tanggung jawab yang ditimbulkannya. Demokrasi

bisa mewujudkan cita-cita kebebasan dan aktualisasi diri, tapi juga bermata tajam terhadap

hakikat manusia yang tak mungkin hidup sendirian. Demokrasi membutuhkan kerjasama dan

kesanggupan membangun konsesus di antara segenap warga negara, dan disanalah demokrasi

menuntut setiap warga agar bertanggung jawab atas hak-hak yang dinikmatinya. Demokrasi

memang menuntut warga negara mendidik diri atau belajar menikmati hak-haknya. Lantas

apakah Setiap warga tetap organisasi sudah menikmati hak-haknya?

Karena itu, meski dalam demokrasi berlaku prinsip mayoritas, tidak dengan sendirinya

kekuasaan mayoritas boleh merampas hak minoritas. Dalam kerangka hak-hak asasi setiap warga

negara itu pula kekuasaan mayoritas harus bertindak melindungi hak-hak minoritas.

Perlindungan hak-hak minoritas bukan karena kekuasaan mayoritas baik hati, tetapi demokrasi

memang melindungi hak semua warganya, hak-hak itu tidak bisa dihapus oleh siapapun meski

atas nama mayoritas.

Jadi dalam demokrasi, pihak yang kalah tetap memperoleh tempat terhormat, dapat

menikmati kebebasan atas hak-haknya, dan karena itu pula demokrasi sering dianggap sebagai

pelembagaan kebebasan atau hak-hak asasi manusia.


Demokrasi membutuhkan konstitusi atau hukum. Negara demokratis adalah negara hukum.

Jadi setiap pemimpin harus berdasarkan hukum. Tetapi apakah pemimpin berdasarkan Hukum

dengan sendirinya demokratis? Jelas tidak. Negara Hukum tidak selalu demokratis. Pemimpin

yang tidak demokratis bisa saja membuat hukum yang dibuatnya itu sehingga tampak

konstitusional, pada hal tidak demokratis. Sebaliknya demokratis tanpa pemimpin yang taat

hukum sangat diragukan atau bahkan “omong kosong”.

Dalam demokrasi, hukum atau peraturan adalah buatan rakyat dan bukan sesuatu yang

dipaksakan kepada rakyat. Rakyat membuat hukum melalui badan-badan perwakilan yang telah

dipilihnya secara bebas. Lantas apakah setiap warga negara sudah mempunyai perwakilan

disetiap lembaga? Jawabannya anda yang tahu? Warga suatu negara tunduk pada hukum karena

mereka menyadari bahwa hukum tersebut buatan mereka sendiri meski secara tidak langsung.

Atas dasar ini pula setiap warga negara memiliki hak atas persamaan atas perlindungan yang

sama termasuk persamaan hak dalam menentukan pemimpinnya. Karena setiap warga negara

mempunyai memimpin, namun kenyataannya tidak semua warga negara berhak memilih

pemimimpinnya. Dengan demikian, demokrasi sama sekali tidak menganjurkan kekuasaan

tanpa aturan hukum yang jelas. Pada hal semua sudah jelas. Demokrasi menuntut pelembagaan

hukum, dan melalui pelembagaan hukum inilah warga negara menikmati hak-hak atau

kebebasannya.

Anda mungkin juga menyukai