Anda di halaman 1dari 3

Pergaulan Remaja Saat Ini

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” ( Dunia Gemerlap ), yang

sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali  pemakaian Narkoba, ini identik

dsekali dengan sek bebas yang akhirnya  berujung pada HIV /AIDS  dan pastinya setelah terkena

Virus ini kehidupan remaja akan menjadi  sangat timpang dari segala segi.

Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang

pergaulan remaja sangat mengawatirkan dikarenakan perkembangan arus remajanya pada saat

ini sangant mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan

dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda

Kehidupan yang kita alami, mungkin salah satu tahap yang paling tak terlupakan adalah

masa remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi dengan pengalaman

tentang patah hati,konflik batin,dan kesalahpahaman selain masa remaja. Kita masih dapat

mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu yang kita alami saat

remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita disalahpahami, betapa kita begitu sering

dan cepat berubah-rubah,betapa kita begitu mengharapkan penerimaan,dan betapa kita begitu

merasakan kesepian dan kesendirian.

           Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita

merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada masa

remaja,saat yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu banyak

persoalan jika tidak disikapi secara arif dan bijak.

Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum

memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan
atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper

sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-

kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang

dan perhatian orang lain. 

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam

pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka

sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan

berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun akan dilakukan. Biasanya

kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari pergaulan bebas tersebut membawa

dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa tidak

seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita

terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan menalar.

Perkembangan kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan

kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama kedua

orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi serta kematangan psikologis kedua orangtua

kita pun ikut berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan kognitif kita.

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995),

rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum mampu

memberikan stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain disebabkan

ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang ibu.
Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara

kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan berkembang

jika kedua orangtua dan lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental

dengan baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu memberikan stimulasi

mental semacam ini.

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak

perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu menginjak remaja

nanti lebuh memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-

anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah? Pertanyaan ini cukup menarik

untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di

luar nikah terhadap generasi penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu

memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil

di luar nikah pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan

dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada umumnya belum siap untu

menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini

kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan

mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg

negatif akan lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai