Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ARTIKEL PERGAULAN BEBAS

D
i
s
u
s
u
n

Oleh:
Kelompok 5
Anggota: 1. Shafia Rahmania
2. Wifa Maulyanda
3. Syarifa
4. Adilla Syahira
5. Ulfi Jazzira

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BIREUEN


SMPN 1 BIREUEN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang Masalah.................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................................1
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................................2
2.1 Akibat Pergaulan Bebas...............................................................................................2
2.2 Pengertian Remaja.........................................................................................................5
2.3 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis.........................................................................................6
2.4 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja..............................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................................11
3.3 Kritik.............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk tingkah laku serta masalah sosial yang
terjadi di masyarakat terutama masalah remaja.Perkembangan teknologi sekarang ini sedikit
banyak telah memberi pengaruh buruk yang menyeret remaja dalam pergaulan
bebas.Pergaulan bebas atau kenakalan remaja tidak lepas dari hubungannya dengan
orangtua.selain itu, pengaruh lingkungan pertemanan juga menjadi salah satu faktor yang
sangat menentukan.Tentunya kita sudah sering mendengar keluhan-keluhan tentang betapa
sulitnya menemukan solusi atas masalah tersebut.Keluhan tersebut tak hanya datang dari
orang lain, tetapi juga dari orang tua sendiri yang dalam hal ini seharusnya menjadi orang
terdekat anak yang memahami kondisi mereka.

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” ( Dunia Gemerlap ),
yang sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali  pemakaian Narkoba, ini
identik sekali dengan sek bebas yang akhirnya  berujung pada HIV /AIDS  dan pastinya
setelah terkena Virus ini kehidupan remaja akan menjadi  sangat timpang dari segala segi
Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang pergaulan
remaja sangat mengawatirkan dikarenakan perkembangan arus remajanya pada saat ini sangat
mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik
buruknya bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda.

1.2 Tujuan

Makalah ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah
pergaulannya yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya
sendiri,keluarga,dan masyarakat sekitar. Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam
pergaulan bebas. Maka dari itu perlu kiranya remaja membentengi diri dengan iman yang
kuat.

1
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Akibat Pergaulan Bebas 

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam
pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas dasar
suka sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi
pertimbangan berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun akan
dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari pergaulan bebas
tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan minder
akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan
pasti akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi,
dari pelbagai berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian
mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan
kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu
ke tahun.
Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip sebagai hasil penelitian yg
menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja,
Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990
dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di Manado yg
dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta
induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami
kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden
(28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Penelitian lain yg
dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada tahun 1989 di Jakarta dan
Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak dikehendaki yg terkumpul di klinik
WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari data yg terkumpul terungkap bahwa 95
persen kehamialn adalah kehamilan pada remaja berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan,
47 persen remaja tersebut duduk di tingkat SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah
melaporkan bahwa data dari klinik dan praktik dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga

2
ada sekitar 1456 kasus kehamilan remaja dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi
sebenarnya berbeda dari laporan penelitian tersebut. Boleh jadi angkanya jauh lebih besar
mengingat ada sebagian kasus yg luput dari penelitian atau tidak terdektesi oleh klinik atau
dokter setempat karena mereka dating ke “tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.
Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari
penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di
luar nikah tidak hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg
di kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan
mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun
keluarganya. Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat
diperdebatkan, tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg tidak
layak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari
kehamilan di usia remaja, utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan
sebagai manusia.

1. Perkembangan Kognitif 
Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan.
Kecerdasan kita terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan
berbahasa dan menalar. Perkembangan kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, anara lain perawatan kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan
oleh lingkungan, terutama kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi
serta kematangan psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam
mempengaruhi perkembangan kognitif kita.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan
oleh ibu-ibu remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah
dibandingkan dengan anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg usianya lebuh dewasa (lihat
Baldwin & Cain, 1978). Perkembangan bahasa dan penalaran anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu remajaumumnya jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg
lahir dari ibu-ibu yg usianya lebih dewasa. 
Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso
(1995), rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg
belum mampu memberikan stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini,
antara lain disebabkan ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk
menjadi seorang ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi

3
oleh bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek
kecerdasan lainnya akan berkembang jika kedua orangtua dan lingkungannya dapat
memberikan permainan atau stimulasi mental dengan baik. Orangtua yg masih remaja
pada umumnya kurang mampu memberikan stimulasi mental semacam ini..
Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di
bidang akademik maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg
lahir dari ibu-ibu remaja di luar nikah ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan
hidup bagi si anak itu kelak.

2. Perkembangan Sosial dan Emosinal 


Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah
terhadap perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil
yg konsisten; tetapi cukup banyak penelitian yang menemukan dampak negatif dari
kehamilan semacam ini. Baldwin dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa
anak-anak yg lahir dari ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa
bermusuhan yg besar , kurang mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika
dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa. Sifat-sifat negatif seperti di
atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses penyesuaian diri kita terhadap
lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan
kognitif kita (kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah.
Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi kurang (atau
bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi
belajar anak. Anak yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi
yg kurang baik. Para guru biasanya tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan
suka mengganggu teman-temannya.
Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama
Ari, anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap
agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari
pernak mendorong lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam lawannya yg
lain dengan gunting. Dua sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak
dapat dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya
sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan

4
apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa
frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah tampak sejak Ari masih berusia satu tahun,
tetapi bersamaan dengan tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi
pemurung. Sifat lekas marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar
agaknya terkait dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana perbantahan
menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak terkendalikan dan meningkat
menjadi percekcokan secara fisik.
Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua
memiliki pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada
sebuah ungkapan bijak yg menyatakan,”Jika seorang anak dan pujian, dia akan belajar
untuk menghormati orang lain. Jika seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan
hinaan, dia akan belajar untuk membenci orang lain”.

2.2 Pengertian Remaja

           Kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling tak terlupakan
adalah masa remaja,karna tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi dengan pengalaman
tentang patah hati,konflik batin,dan kesalah pahaman selain masa remaja. Kita masih dapat
mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu yang kita alami saat
remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita disalah pahami, betapa kita begitu sering
dan cepat berubah-rubah,betapa kita begitu mengharapkan penerimaan,dan betapa kita begitu
merasakan kesepian dan kesendirian. Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang
mau mengerti tentang kita.Kita merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan
darimana.Semua ini terjadi pada masa remaja,saat yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi
tidak jarang mengakibatkan begitu banyak persoalan jika tidak disikapi secara arif dan bijak.
           Remaja sering diidentikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris
”remaja” juga disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi remaja
tidak hanya dapat diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari kehidupan
yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal lawan jenis.
           Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan
norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada
masa remaja juga kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita
dengan orang tua dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di satu
sisi,tetapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan dan
ketergantungan kita dari orang tua.

5
2.3 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis

           Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun
kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat
disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada
perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan,
apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan
dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan
pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan,
berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan
sembilan tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai
diajari tantang kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain
itu, karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
           Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap;
pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-
perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami
perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh
tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan. Pada tingkat
usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi secara lengkap
meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang
secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah meningkat menjadi sedikit
lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal
cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan
dengan perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun
kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah
berkembang secara maksimal.
           Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum
memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-
kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-
kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita.
Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya
mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita

6
juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita
tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-
diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang
sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita
menjadi tergugah untuk menemukan diri  kita. Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg
merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi
bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat
mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa remaja..
            Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah
“puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian
dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh
kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-
rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas
meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari
umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan
jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin. Terlihat pula adanya
perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan social,
yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua, pembentukan
rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.           
 Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja
disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan
pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg
terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan
yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan
terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek
kognitif seseorang. Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu
proses perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga
melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya
dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.
    

7
  Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas
dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan
penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami
perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.
           Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”
dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12
sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan
sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya
dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan
berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12
tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.

2.4 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja

           Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi


social dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan dengan
insting-insting yg dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan sebuah atribut
bagi seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama ( cooperation ) kelompok
untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari individu kepada masyarakatnya
dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun digunakan oleh suatu kelompok untuk
memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan mendapatkan pelbagai perubahan yg
dihasilkan dalam reaksi seorang individu. sebagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama
ini telah di kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu
penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas
remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan.
Di usia ini kita seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita
monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan.

Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg


salah arah untuk menenukan kepuasan atau pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg
paling fundamental. Salah satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan juga
kebutuhan seluruh manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan
ini mencakup kebutuhan akan kasih saying dalam lingkungan dekat dalam rumah,
penghormatan di antara teman-teman kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru

8
yg mengajar kita. Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-
tahap usia yg berbeda dan dalam hubunganya dengan orang-orang berbeda. Tetapi kebutuhan
ini tampaknya muncul dari watak esensial manusia sebagai makhluk social sebagai anggota
kelompok sosisal tertentu. Pengalaman akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-
kanak mengarahkan pada rasa aman yg kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk
kesehatan mental semangat juang dari warga sipil atau tentara yg karena diperkuat oleh
perasaan ini, mampu menghadapi pelbagai kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg
berlebihan. Hilanhnya perasaan ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg kemudian
dapat memeunculkan penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak
diinginkan pada masa balitanya lebih besar kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg sulit
diatur dan akan menyulitkan para gurunya pada usia sekolah. 
Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki kebutuhan
untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan
penghormatan, mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M.
Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya komplemen atas
penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan atas kasih saying dalam
bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai kepuasaan-kepuasaan
pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa ataau atas kesenangan. Kebutuhan
berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk mengalami
“petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme
manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada
pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-menerus
sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya.
Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan,
rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup
pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau
dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas pengetahuan
mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah lainnya
ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah kelompok, atau
individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah diraih. Yang sepadan
dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian jawaban atas pelbagai
pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam peradabanyg kita kenal
dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya, pertanyaan berkaitan dengan
mengapa hal-hal itu terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-pertanyaan metafisikal seseorang

9
anak kecil secara langsung sejalan dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari seorang
remaja atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampaknya diasosiasikan dengan
kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan wawasan berkaitan dengan pengalaman yg
terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser daru umat manusia sebagai
makhluk sosial dalam pelbagai kelompok sosial dimana anak itu merupakan salah seorang
anggotanya. 
Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini
adalah kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk memberi
sumbangan secara progresif melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok. Seorang
anak kecil yg berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada umumnya dapat dilibatkan
untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga. Seorang anak kecil sebaiknya
diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas ringan” dengan ibu atau ayahnya, maupun dengan
saudara-saudaranya. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa percaya diri dan tanggung
jawab pada si anak agar si anak merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri. Kebutuhan-
kebutuhan yg kita miliki sebagai remaja mempunyai keterkaitan satu sama lain yg tidak dapat
dipisahkan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini. Oleh
karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian remaja,karang
taruna,dan kegiatan lainnya.

3.2 Saran

Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di
sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari
orang tua.

3.3 Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca.

11

Anda mungkin juga menyukai