Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ismawati Adhang

Nim : 10400117029
Kelas : Ilmu Hukum A
Mk : Hukum dan konstitusi

(RESUME)
PENTINGNYA PEMILU DALAM ARTI
KONSTITUSI NEGARA DEMOKRASI

Pemilu sebagai pintu gerbang dekomkrasi mengandung arti pemilu sebagai


pintu utama untuk memasuki kehidupan berdemokrasi, ada dua makna penting di
sini. Pertama, pemilu sebagai pintu masuk untuk menghasilkan wakil rakyat dan
pemimpin yang abash. Kedua, pemilu sebagai pintum masuk membentuk
pemerintahan baru

Supremasi konstitusi yang menjadi doktrin dalam penyelenggaraan pemerintahan,


bertumpu pada pengakuan konstitusi sebagai hukum yang tertinggi, yang menjadi sumber
legitimasi segala kebijakan, baik dalam bidang hukum, ekonomi, social dan politik. Dalam
mengawal konstitusi, dan menyelenggarakan pengawasan atas tindakan legislative berupa
pengujian konstitusionalitas legislasi yang dihasilkan, diukur dari norma-norma konstitusi secara
umum, maka norma-norma yang termuat dalam konstitusi, tidak saja yang mengatur organisasi
kewenangan lembaga, dan hubungannya satu dengan yang lain, yang melahirkan kewenangan
atau constitutional authorities, tetapi juga mengatur hubungan Negara dengan warganegara
dalam konteks kewenangan Negara tersebut berhadapan dengan hak-hak konstitusional rakyat.
Pemilu sebagai salah satu hak konstitusional yang diatur dalam UUD 1945 yang berbunyi
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”, dan “Setiap orang
berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum” serta prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle).
Serta didalam UU No 39 tahun 1999 yaitu hak untuk memilih dan dipilih, hak ini diatur didalam
pasal 43 ayat (1).
Proses pemilu sangatlah penting karena tanpa adanya pemilu sebuah negara tidak
dapat menjadi negara demokrasi karena pemilu merupakan satu satunya cara bagi sebuah
negara untuk menentukan pemimpin pemimpin berikutnya. Terkait dengan pentingnya
pemilu dalam proses demokratisasi di suatu Negara, maka penting untuk mewujudkan
pemilihan umum (pemilu) yang memang benar-benar mengarah pada nilai-nilai
demokrasi dan mendukung demokrasi itu sendiri.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut sistem demokrasi. Sistem


demokrasi dipercaya sebagai suatu sistem yang mencerminkan mekanisme politik yang
dianggap mampu menjamin adanya pemerintahan yang tanggap terhadap keinginan warga
negaranya.  Pengertian demokrasi sendiri secara sedehana tidak lain adalah suatu sistem
politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi di dalam sistem itu dipilih
melalui pemilu yang adil, jujur dan berkala. Pemilu memfasilitasi sirkulasi elit, baik
antara elit yang satu dengan yang lainnya, maupun pergantian dari kelas elit yang lebih
rendah yang kemudian naik ke kelas elit yang lebih tinggi. Sikulasi ini akan berjalan
dengan sukses dan tanpa kekerasan jika pemilu diadakan dengan adil dan demokratis.

Sebagai syarat utama dari terciptanya sebuah tatanan demokrasi secara universal,
pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan
terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan (representative government). Karena
dengan pemilihan umum, masyarakat secara individu memiliki hak dipilih sebagai
pemimpin atau wakil rakyat maupun memilih pemimpin dan wakilnya di lembaga
legislatif.  Pemilu seringkali disangkut pautkan dengan pesta demokrasi, ketika semua
rakyat dari berbagai lapisan dan struktrur sosial berbondong-bondong baik secara
personal maupun komunal (partai) turut serta dalam menentukan pemimpin atau wakil
rakyat untuk memimpin roda pemerintahan secara arif dan bijaksana.

Dalam pernyataan umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 21 ditegaskan


bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan
negerinya secara langsung atau melalui wakil-wakilnya yang dipilih secara bebas. Hak
untuk berperan serta dalam pemerintahan ini berkaitan dengan tidak dipisahkan dengan
hak berikutnya dalam ayat 2 yaitu: bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
memperoleh akses yang sama pada pelayanan oleh pemerintahan dalam negerinya.
Selanjutnya untuk mendukung ayat-ayat tersebut dalam ayat 3 ditegaskan asas untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat yang melandasi kewenangan dan tindakan pemerintah
suatu Negara yaitu: “kehendak rakyat hendaknya menjadi dasar kewenangan pemerintah;
kehendak ini hendaknya dinyatakan di dalam pemilihan-pemilihan sejati dan periodik
yang bersifat umum dengan hak pilih yang sama dan hendaknya diadakan dengan
pemungutan suara rahasia atau melalui prosedur pemungutan suara bebas.”
Pernyataan umum Hak Asasi Manusia PBB Pasal 21 tersebut di atas, terutama Pasal 3
merupakan penegasan asas demokrasi yaitu bahwa kedaulatan rakyat harus menjadi dasar
bagi kewenangan pemerintahan dan kedaulatan rakyat melalui suatu pemilihan umum
yang langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pemilu kini telah menjadi token of
membership bagi sebuah negara jika ingin bergabung dalam sebuah masa peradaban yang
bernama demokrasi.

Dalam konteks ini pemilu adalah salah satu ornament paling penting dalam
modernitas politik, Negara kesatuan republik Indonesia adalah negara yang dibentuk
berdasarkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada alenia ke- 4, Dengan dasar hukum
tersebut maka Indonesia melaksanakan pemilu.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan


tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu: singel member constituency (satu
daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya disebut sistem distrik). Multy member
constituenty (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan
proporsional representation atau sistem perwakilan berimbang).

Pernyataan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Arief Budiman,


“masyarakat Indonesia patut berbangga dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia.
Sistem dan managemen pemilu Indonesia diadopsi negara seperti Myanmar, Malaysia,
Tunisia, Kamboja, Filipina, dan Timor Leste”, pada diskusi media di Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta bulan November 2017 lalu. Kita patut apresiasikan, dimana
pemilu Indonesia menjadi model pembelajaran negara negara lain. KPU telah menjadi
champion atau pionir pada penerapan standar tinggi keterbukaan pemilu. Melalui
berbagai inovasi penggunaan teknologi sistem informasi (Sidalih, Sitap, Situng, Silon,
dan lainnya) yang menunjang tata kelola pemilu, menjadikan Indonesia sebagai
rujukandunia.

Dengan melihat rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu
“Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan
atas negara hukum yang dilandasi pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya
sistem demokratis yang bertanggung jawab dari individu masing-masing. Negara kita
menjamin kebebasan tiap-tiap individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.
Dasar hukum negara Indonesia adalah berdaulat menurut rakyatnya dan berdasarkan atas
demokrasi yang utuh untuk kepentingan masyarakat luas. Berdaulat tersebut bermaksud
demokrasi yang utuh dan kebebasan berpendapat didepan umum kepada rakyatnya dengan
disertai tanggung jawab individu masing-masing. Kedaulatan tersebut mengatakan bahwa
tujuan negara itu adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan warga
negaranya. Dalam pengertian bahwa kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas-batas
perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini yang berhak membuat adalah
rakyat itu sendiri.
   
Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui demokrasi
langsung maupun demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung bercirikan rakyat
mengambil bagian secara pribadi dalam tindakan-tindakan dan pemberian suara untuk
membahas dan mengesahkan undang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat
memilih warga lainnya sebagai wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat untuk
membahas dan mengesahkan undang-undang. Pemilu merupakan sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.  Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah, presiden,  serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional.  
Pemilu yang demokratik memberikan peluang bagi semua partai, calon legislatif
dan calon-calon pemimpin pemerintahan yang terlibat untuk berkompetisi secara fair dan
jujur. Penyelenggaraan pemilu harus bebas dari segala bentuk intimidasi dan paksaan
yang melibatkan penyelenggara, kontestan maupun masyarakat pemilih mulai dari
pendaftaran pemilih, pelaksanaan kampanye, pemanggilan pemilih sampai panghitungan
surat suara dan penetapan hasil. Rekayasa, manipulasi dan pelanggaran dalam pemilu
harus dihindari agar semangat dan jiwa demokrasi tidak ternodai.

Pemilu berkualitas setidaknya tercermin dari beberapa hal yang terkait langsung
dengan proses, penyelenggaraan dan hasil pemilu. Harus dapat dipastikan bahwa seluruh
tahapan yang dilakukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan pemilu berjalan dengan
baik, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mulai dari rekrutmen panitia penyelenggara
hingga pendataan pemilih yang betul-betul berdasar pada realitas pemilih yang
sebenarnya. Di negara yang menganut sistem demokrasi, pemilu menjadi instrumen yang
sangat penting bagi keberlangsungan kepemimpinan di sebuah negara. Suksesnya
penyelenggaraan pemilu akan berpengaruh besar terhadap kesuksesan demokrasi. Dalam
konteks ini, pemilu dapat diartikan sebagai usaha untuk mempertahankan dan
memperkuat sistem demokrasi yang sekarang ini sedang berjalan, terlepas dari segala
kekurangannya.

Untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas, tidak cukup hanya dengan kualitas
dan integritas penyelenggara pemilu saja. Membangun kualitas dan integritas pemilih
juga merupakan suatu tantangan yang cukup berat dalam penyelenggaraan pemilu. Untuk
itu, penyelenggara pemilu harus memberikan pendidikan kepemiluan yang cukup bagi
pemilih untuk memberikan pilihan politiknya. Di samping itu, peserta pemilu (calon
wakil rakyat dan kepala daerah) tidak boleh hanya sibuk mengumbar janji-janji politik
yang dikemas manis pada visi-misi. Namun, para calon wakil rakyat, kepala daerah
maupun partai politik harus dapat melakukan pendidikan politik bagi pemilih atau
masyarakat agar menjadi pemilih cerdas, sebagaimana diatur dalam Pasal 11  Bab V UU
No.2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.

Adapun fungsi  partai politik yaitu : a) Pendidikan politik bagi anggotanya dan
masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak  dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
Pemilu yang berkualitas adalah harapan kita bersama dalam proses demokrasi di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.  Sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, maka
rakyat Indonesia sangat mengharapkan pemilu bisa berlangsung secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia sebagai
salah satu negara demokrasi terbesar di dunia telah menetapkan enam ukuran pemilu yang
demokratis yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Hal itu termuat dalam
pasal 22E ayat 1 UUD 1945. Undang undang pemilu dan penyelenggara pemilu yang
menjadi turunannya kemudian menambah beberapa keriteria lagi seperti transparan,
akuntabel, tertib dan profesional. Dalam mengimplementasikan enam asas
penyelenggaraan pemilu tersebut, Indonesia pasca reformasi telah melakukan sejumlah
perbaikan mulai dari perbaikan sistem pemilu (electoral system), tata kelola pemilu
(electoral process) dan penegakan hukum pemilu (electoral law).

Anda mungkin juga menyukai