Panduan Mendukung
Korban Kekerasan Seksual
Seruan Perempuan
2021
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
@seruanperempuan
seruanperempuan@gmail.com
Disusun oleh:
Tim Penyusun Seruan Perempuan
Daftar Isi
Kondisi ekonomi,
politik, status sosial,
jabatan, pendidikan
Pemahaman
ideologi, tafsir
keagamaan
K
ekerasan seksual adalah salah satu
bagian dari Kekerasan Berbasis Gen-
der (KBG), di mana kekerasan ditu-
jukan berdasarkan jenis kelamin atau gen-
der. Dalam Rekomendasi Umum Komite
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Perempuan PBB No. 19 Tahun
7
1992, ini berarti kekerasan diarahkan ke-
pada perempuan karena ia seorang per-
empuan atau yang mempengaruhi perem-
puan secara tidak proporsional. Termasuk
tindakan atau ancaman tindakan, yang
mengakibatkan kerugian atau penderitaan
baik fisik, mental, atau seksual, paksaan
serta perampasan kebebasan lainnya.
Konstruksi gender yang
tumbuh dan berkembang
di masyarakat
memberikan
pembedaan antara
laki-laki dan
perempuan tentang
kualitas, sifat, peran, dan
stereotip atas masing-masing.
Hal ini lah yang mendasari perempuan
ditempatkan sebagai kelompok yang
lebih rendah, terpinggir, memperoleh
peran ganda, rentan atas cap negatif dan
8
kekerasan—termasuk kekerasan seksual.
KBG berdampak pada kurangnya
atau terhapusnya penikmatan atas hak
asasi manusia dan kebebasan pokok oleh
perempuan, yang termasuk: a) Hak untuk
hidup, b) Hak untuk tidak disiksa atau
menerima hukuman yang kejam, tidak
manusiawi atau merendahkan, (c) Hak
atas perlindungan yang sama menurut
norma-norma kemanusiaan di saat konflik
bersenjata internasional atau internal,
(d) Hak atas kebebasan dan keamanan
pribadi, (e) Hak atas perlindungan yang
sama di bawah hukum, (f) Hak
atas kesetaraan dalam
keluarga, (g) Hak atas
standar tertinggi yang
dicapai atas kesehatan
fisik dan mental, (h)
Hak atas kondisi kerja
yang adil dan layak.
9
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Bagaimana Dampak
Kekerasan Seksual?
K
orban
menanggung
langsung segala
dampak atas kekerasan seksual
yang terjadi padanya, mulai fisik, seksual,
hingga sosial maupun ekonomi. Dampak
tersebut dapat berupa hal-hal berikut:
11
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Dampak pada
Sosial & Ekonomi
Victim-blaming
Stigma
Penolakan
Isolasi
Penghasilan
Berkurang
Peningkatan
Angka Kemiskinan
Reviktimasi
13
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
1. Perkosaan;
Serangan dalam bentuk pemaksaan
hubungan seksual dengan memakai penis
ke arah vagina, anus atau mulut korban.
Bisa juga menggunakan jari tangan
atau benda-benda lainnya. Serangan
dilakukan dengan kekerasan, ancaman
kekerasan, penahanan, tekanan psikologis,
penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan
mengambil kesempatan dari lingkungan
yang penuh paksaan.
Pencabulan adalah istilah lain dari
perkosaan yang dikenal dalam sistem
hukum Indonesia. Istilah ini digunakan
ketika perkosaan dilakukan di luar
pemaksaan penetrasi penis ke vagina
dan ketika terjadi hubungan seksual pada
15
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
16
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
3. Pelecehan Seksual;
Tindakan seksual lewat sentuhan
fisik maupun non-fisik dengan sasaran
organ seksual atau seksualitas korban.
Ia termasuk menggunakan siulan,
main mata, ucapan bernuansa seksual,
mempertunjukan materi pornografi dan
keinginan seksual, colekan atau sentuhan
di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang
bersifat seksual sehingga mengakibatkan
rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa
direndahkan martabatnya, dan mungkin
sampai menyebabkan masalah kesehatan
dan keselamatan.
17
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
4. Eksploitasi Seksual;
Tindakan penyalahgunaan kekuasan
yang timpang, atau penyalahgunaan
kepercayaan, untuk tujuan kepuasan
seksual, maupun untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk uang, sosial,
politik dan lainnya. Praktik eksploitasi seksual
yang kerap ditemui adalah menggunakan
kemiskinan perempuan sehingga ia masuk
dalam prostitusi atau pornografi.
Praktik lainnya adalah tindakan
mengiming-imingi perkawinan untuk
memperoleh layanan seksual dari
perempuan, lalu ditelantarkan. Situasi ini
kerap disebut juga sebagai kasus “ingkar
janji”. Iming-iming ini menggunakan cara pikir
dalam masyarakat, yang mengaitkan posisi
perempuan dengan status perkawinannya.
Perempuan menjadi merasa tak memiliki
daya tawar, kecuali dengan mengikuti
kehendak pelaku, agar ia dinikahi.
18
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
19
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
6. Prostitusi Paksa;
Situasi di mana perempuan mengalami
tipu daya, ancaman maupun kekerasan
untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini
dapat terjadi pada masa rekrutmen maupun
untuk membuat perempuan tersebut tidak
berdaya untuk melepaskan dirinya dari
prostitusi, misalnya dengan penyekapan,
penjeratan utang, atau ancaman kekerasan.
Prostitusi paksa
memiliki beberapa
kemiripan,
namun tidak
selalu sama
dengan perbudakan
seksual atau dengan
perdagangan
orang untuk tujuan
seksual.
20
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
7. Perbudakan Seksual;
Situasi di mana pelaku merasa menjadi
“pemilik” atas tubuh korban sehingga
berhak untuk melakukan apapun termasuk
memperoleh kepuasan seksual melalui
pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan
seksual. Perbudakan ini mencakup situasi di
mana perempuan dewasa atau anak-anak
dipaksa menikah, melayani rumah tangga
atau bentuk kerja paksa lainnya,
serta berhubungan seksual
dengan penyekapnya.
22
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
9. Pemaksaan Kehamilan;
Situasi ketika perempuan dipaksa,
dengan kekerasan maupun ancaman
kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan
yang tidak dia kehendaki. Kondisi ini
misalnya dialami oleh perempuan korban
perkosaan yang tidak diberikan pilihan
lain kecuali melanjutkan kehamilannya.
Juga, ketika suami menghalangi istrinya
untuk menggunakan kontrasepsi sehingga
23
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
24
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
25
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
dengan HIV/AIDS.
Pemaksaan ini juga dialami perempuan
penyandang disabilitas, utamanya tuna
grahita, yang dianggap tidak mampu
membuat keputusan
bagi dirinya sendiri,
rentan perkosaan, dan
karenanya mengurangi
beban keluarga untuk
mengurus kehamilannya.
26
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
27
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
28
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
29
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
30
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
31
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
32
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
33
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Bertindak Suportif
bagi Penyintas
Kekerasan Seksual
35
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
36
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
37
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
38
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Mengenali Kebutuhan
Korban Kekerasan
39
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
40
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
41
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
1. Layanan Psikologis
Layanan psikologis terhadap korban
penting untuk memulihkan kondisi mental
pasca kekerasan yang dialami. Laporan
psikolog juga dapat menjadi alat bukti jika
korban memilih untuk menempuh proses
hukum. Korban dapat melakukan konseling
bersamaan dengan
berjalannya proses
hukum mulai dari
tahap penyelidikan
di kepolisian
hingga sidang di
pengadilan.
2. Layanan Medis
Layanan medis dibutuhkan ketika
korban mengalami luka fisik akibat
kekerasan yang dialami, misalnya luka
pada bagian organ seksual dan reproduksi.
Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD)
42
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
43
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
44
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
45
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
46
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Mendampingi Korban
dalam Proses Hukum
Keputusan
menempuh
proses hu-
kum dapat
menjadi
keputusan yang
sulit bagi korban.
Beberapa alasan
di antaranya
yaitu keraguan atas
sistem peradilan,
proses hukum yang
tidak ramah pada korban,
hingga risiko reviktimisasi.
47
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
48
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
50
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
51
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
52
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
53
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
54
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
55
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
56
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
57
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
58
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
59
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
60
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
1. Persetujuan
Ingat, kebutuhan dan keinginan
penyintas selalu jadi prioritas utama dalam
mendampingi penyintas kekerasan seksual,
termasuk dalam publikasi di media. Jadi,
harus ada persetujuan penuh dari penyintas
untuk menceritakan kasus yang telah
dialami. Detil kronologi kasus berasal dari
keterangan penyintas sendiri, bukan dari
61
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
2. Tujuan
Sebelum benar-benar menyebarluaskan
cerita penyintas kekerasan seksual, baik
di media sosial ataupun media massa,
diskusikan terlebih dahulu dengan
penyintas apa tujuan mempublikasikan
kasus tersebut, misalnya:
Penyintas sulit mencari bantuan yang ia
butuhkan
Penyintas sudah lapor polisi, tapi pihak
kepolisian kurang tanggap, prosesnya
tidak ramah penyintas dan berbelit-belit
ataupun mandek, sehingga dibutuhkan
dukungan publik
Agar penyintas lain yang membaca
62
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
3. Kerahasiaan
Penyintas memiliki hak atas
perlindungan informasi pribadi. Jangan
pernah membocorkan identitas penyintas,
kecuali atas permintaannya sendiri.
Kerahasiaan ini sangat penting untuk
menjaga keselamatan diri penyintas dan
menghindarkan dari risiko ancaman,
intimidasi, bahkan persekusi di dunia
nyata. Sebaiknya hindari mengungkapkan
identitas pelaku tanpa pertimbangan
63
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
4. Risiko
Penting menjelaskan potensi risiko
publikasi untuk mengantisipasi dan
meminimalisir dampaknya terhadap
penyintas. Penyintas perlu diberitahu
bahwa publikasi kasus kekerasan seksual
di media dapat memicu respons beragam
yang merugikan, seperti;
1. Bantahan dari pelaku yang menyudutkan
korban
2. Kriminalisasi penyintas dengan pasal karet
3. Jika pada akhirnya lingkungan penyintas
tahu, respon yang dari lingkungan penyintas
bisa saja merugikan penyintas. Seperti
pemecatan dari tempat kerja, dikeluarkan
dari sekolah, atau dikucilkan dari keluarga
karena dianggap mencemarkan nama baik
64
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
lingkungannya.
4. Komentar negatif yang berpotensi
menyakiti penyintas, misalnya
Stigma, “dia sudah tidak perawan lagi”
Victim Blaming, “dia yang salah sih,
ngapain keluar malam-malam sendirian”
Rape Culture, “pasti sama-sama enak,
kan?”
Membela Pelaku, “wah, nggak mungkin
dia jadi pelaku, dia kan orang baik-baik,”
65
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
6. Pemilihan Diksi
Perhatikan pemilihan kata yang tepat
dalam menulis cerita penyintas kekerasan
seksual.
66
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
67
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Informasi Mengenai
Penyedia Layanan
P2TP2A
Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A), umumnya memberikan layanan
pendampingan, konseling psikologis, medis,
rehabilitasi psiko-sosial, serta rumah aman.
P2TP2A Provinsi Sul-Sel
Alamat: Jl. Hertasning VI, Tidung, Kec.
Rappocini, Kota Makassar,
Telepon: 082189059050
P2TP2A Kota Makassar
Alamat: Jl. Anggrek Raya No. 11 Kota
Makassar
Telepon: 082345630035
69
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
70
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
71
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
YLBHI-LBH Makassar
Alamat: Blok A 22, Jl. Nikel I No.18, Balla
Parang, Kec. Rappocini, Kota Makassar
Telepon: 0411-4677699
lbhmks.ylbhi@gmail.com
web: lbhmakassar.org
Organisasi Disabilitas
Pergerakan Difabel Indonesia untuk
Kesetaraan (PerDIK)
Alamat: Perumahan Graha Aliyah,
Jl. Syech Yusuf Blok B2, Katangka, Kec.
Somba Opu, Kab. Gowa
Telepon: 085256233366
Himpunan Wanita Disabilitas
Indonesia (HWDI) Sulsel
Alamat: Jl. Melati 1, Paropo, Kec.
Panakkukang, Kota Makassar
Telepon: 0853-4188-3630
72
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
73
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
74
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Komnas Perempuan
Komnas Perempuan memiliki mandat
untuk mengembangkan kondisi yang
kondusif bagi penghapusan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan penegakan HAM, khususnya hak
asasi perempuan di Indonesia, serta
meningkatkan upaya pencegahan
dan penanggulangan kekerasan dan
perlindungan Hak Asasi Perempuan.
Dalam upaya penanggulangan kekerasan
terhadap perempuan, Komnas
Perempuan melakukan pemantauan
kasus serta menyediakan masukan dan
rekomendasi termasuk kepada aparat
penegak hukum.
Alamat: JL Latuharhary 4B. Jakarta,
10310.
Telepon: +62-21-3903963
email: pengaduan@komnasperempuan.
go.id
75
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
76
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
77
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Glosarium
78
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
79
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
80
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Daftar Singkatan
APH; Aparat Penegak Hukum
IMS; Infeksi Menular Seksual
KBG; Kekerasan Berbasis Gender
KBGO; Kekerasan Berbasis Gender Online
KTD; Kehamilan Tidak Direncanakan
KUHP; Kitab Undang-undang Hukum
Pidana
KUHAP; Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana
LBH; Lembaga Bantuan Hukum
PBH; Perempuan Berhadapan dengan
Hukum
SPV; Surat Permintaan Visum
SKA; Surat Keterangan Ahli
SPKT; Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu
UPPA; Unit Perlindungan Perempuan dan
Anak
81
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Referensi
82
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Referensi
83
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Catatan
84
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Catatan
85
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Catatan
86
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Catatan
87
Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual
Catatan
88