Anda di halaman 1dari 29

PELECEHAN

SEKSUAL
(Sexual Harassment)
.Sexual Harassment.

Apa Itu Pelecehan Seksual?


 perilaku yang mengganggu
 dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang
terhadap pihak lain
 berkaitan langsung dengan
jenis kelamin pihak yang
diganggunya
 menurunkan martabat dan
harga diri orang yang
diganggunya
Pengertian

Sexual
menurut BKKBN (Badan(pelecehan
Harassment Kependudukan dan
seksual)
menurut Advisory
Keluarga Commite Yale
Berencana College2012)
Nasional, Grevance
Board adalah
“pelecehan seksual and New York
segala adalah:
macam bentuk perilaku
“semua
yang tingkah
berkonotasi laku
atau seksualkepada
mengarah atau kecenderungan
hal-hal seksual
untukdilakukan
yang bertingkah lakusepihak
secara seksualdanyang tidak
tidak diinginkan
diharapkan oleh
orang
olehyang menjadibaik
seseorang sasaran sehingga
verbal menimbulkan
(psikologis) reaksi
atau fisik
negatif
yang seperti si
menurut malu, marah, benci,
penerima tingkah tersinggung, dan
laku sebagai
sebagainya pada diri individu yang menjadi korban
merendahkan martabat, penghinaan, intimidasi,
pelecehan tersebut.”
atau paksaan. “
Pertama, tingkatan ringan
• godaan nakal, ajakan iseng, dan humor porno.

Kedua, tingkatan sedang


• memegang, menentuh, meraba bagian tubuh
tertentu, hingga ajakan serius untuk
“berkencan”.

Ketiga, tingkatan berat


• perbuatan terang-terangan dan memaksa,
penjamahan, pemaksaan kehendak, hingga
percobaan pemerkosaan.
Kategori Pelecehan
Seksual
Kategori pelecehan seksual menurut Nichaus:

Kategori Pelecehan Seksual


 Quid pro quo
 pelecehan seksual yang biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kekuasaan otoritas
terhadap korbannya, disertai iming-iming
pekerjaan atau kenaikan gaji atau promosi.
 Hostile work environment
 Pelecehan seksual yang terjadi tanpa janji atau
iming-iming maupun ancaman.
Kategori Pelecehan
Seksual
Secara luas, terdapat lima bentuk pelecehan seksual menurut
ILO (International Labour Organization) yaitu:
1. Pelecehan fisik
mencium, menepuk, mencubit, melirik atau menatap penuh
nafsu.
2. Pelecehan lisan
komentar yang tentang bagian tubuh atau penampilan
seseorang, lelucon dan komentar bernada seksual.
3. Pelecehan isyarat
bersiul yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari,
dan menjilat bibir.
4. Pelecehan tertulis atau gambar
menampilkan bahan pornografi , pelecehan lewat email dan
moda komunikasi elektronik lainnya.
5. Pelecehan psikologis/emosional
penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.
Faktor yang Mempengaruhi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Terjadinya Pelecehan Seksual
Faktor
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor
Fisik Hubungan
seksual
(fisik/psikologis) Keluarga

Pengetahuan
Pergaulan
kesehatan reproduksi
Faktor
Faktor
Gaya
Harga Diri
Hidup
Motivasi Media massa
Faktor yang Mempengaruhi

Faktor penyebab terjadinya


pelecehan seksual pada
perempuan menurut BKKBN,
2012 dapat dilihat dari:

Sudut Sudut
Pandang Pandang Lingkungan
Pelaku Korban
Faktor yang Mempengaruhi

Sudut Pandang Pelaku:


 Penyebab pelecehan seksual yang biasanya
dilakukan oleh seseorang pelaku karena
memiliki kekuasaan atau kekuatan terhadap
korbannya, dengan disertai iming-iming
pekerjaan atau kenaikan penghasilan.
 Pada posisi seperti ini, laki-laki lebih sering
memungkinkan untuk memperkerjakan
perempuan, seperti: memecat, mengawasi dan
mempromosikan perempuan.
Sudut Pandang Korban:
 Penyebab pelecehan seksual yang sering terjadi karena
adanya daya tarik seksual atau rangsangan yang
dialami dua jenis kelamin yang berbeda.
 Ditambah lagi perempuan yang menjadi korban tidak
berani menolak perlakuan karena takut kehilangan
pekerjaan.
 Bidang pekerjaan bagi perempuan umumnya
terbatas, tidak seluas laki-laki. Karena keterbatasan itu
perempuan menjadi susah untuk menghindari tindak
pelecehan yang diterimanya.
Faktor yang Mempengaruhi

Faktor Lingkungan
 Eksternal korban
 adanya anggapan perempuan sebagai jenis kelamin yang
lebih rendah dan kurang bernilai dibandingkan laki-laki.
 Ruangan
 Jika terdapat ruangan agak tertutup mempermudah
terjadinya tindak pelecehan seksual.
 Interaksi
 Penyebab terjadinya pelecehan seksual yang dialami oleh
perempuan di lingkungannya dapat melalui tiga model
teoritis, yaitu :
Biological Model (model biologis), Organization Model (model
organisasi), The Sosial Culture Model (model sosial budaya)
Dampak Pelecehan
Seksual
Dampak Psikologis
• ”Sindrom Pelecehan Seksual” yang berhubungan dengan gejala
psikologi, mencakup depresi, rasa tidak berdaya, merasa terasing
(isolasi), mudah marah, takut, kecemasan, dan penyalahgunaan zat
adiktif.

Dampak Fisik
• sakit kepala, gangguan makan, gangguan pencernaan (perut), rasa
mual, serta menurun atau bertambahnya berat badan tanpa sebab yang
jelas.
• Ini semua terjadi karena perbuatan tersebut menimbulkan rasa
bersalah pada diri sendiri yang amat sangat.

Dampak Sosial
• Korban pelecehan seksual di tempat kerja juga dapat memiliki
komitmen yang rendah terhadap tempat kerjanya, dan korban dengan
tingkat frekuensi pelecehan yang tinggi lebih memilih untuk
mengundurkan diri dari pekerjaan mereka
Hukum yang Mengatur
tentang Pelecehan Seksual
Bahwa pelecehan seksual
menyebabkan perampasan pada
sejumlah hak warga negara
menunjukkan bahwa upaya
pencegahan dan penanganannya
adalah amanat Undang-Undang.
Negara adalah pihak utama
yang bertanggung jawab untuk
memenuhi hak-hak konstitusional
berdasarkan Undang-Undang itu.
Hak-Hak Korban

Hak-Hak Korban Pelecehan Seksual


 Pelecehan seksual merupakan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia yang telah dijamin dalam konstitusi kita,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Secara khusus, tindak pelecehan seksual merampas hak
korban sebagai warga negara atas jaminan perlindungan dan
rasa aman yang telah dijamin di dalam konstitusi pada Pasal
28G(1).
 Karena seringkali lahir dari ketimpangan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan, pembiaran terhadap terus berlanjutnya
pelecehan seksual terhadap perempuan merampas hak
perempuan sebagai warga negara untuk bebas dari perlakuan
diskriminatif dan untuk mendapatkan perlindungan dari
perlakuan diskriminatif itu (Pasal 28I(2)).
Hak-Hak Korban

 Akibat dari pelecehan seksual itu, korban dapat kehilangan


hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin (Pasal 28H(1))
 Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia (Pasal 28G(2))
 dan bahkan mungkin kehilangan haknya untuk hidup
(Pasal 28A)
 Banyak pula korban yang kehilangan haknya atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(Pasal 27(1) dan Pasal 28D(1)) karena tidak dapat
mengakses proses hukum yang berkeadilan.
Undang-Undang tentang
Pelecehan Seksual
 Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan
 Undang-Undang No.5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Anti
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia
 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
 Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 285, Pasal 286, Pasal
287, Pasal 289, Pasal 291, Pasal 294;
 Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365 tentang
Perbuatan Melawan Hukum
Yang Harus Dilakukan
Ketika Terjadi Pelecehan Seksual

pelecehan seksual
ringan (pelecehan
seksual bentuk visual
Lapor pihak yang
dan verbal serta
berwajib tergantung
beberapa bentuk fisik
masing-masing individu
yang ringan misalnya
sentuhan, menyenggol,
mendekatkan tubuh)

tahap awal dapat diadukan ke pihak yang dapat


melindungi korban, misalkan guru, orang tua atau
orang yang dipercaya oleh korban.
Yang Harus Dilakukan
Ketika Terjadi Pelecehan Seksual

pelecehan Tidak
dilaporkan ke
seksual bentuk melenyapkan
pihak yang
fisik yang lebih bukti kekerasan/
berwajib
berat pelecehan

korban dipandu
menghubungi Polisi membuat
Pusat Pelayanan surat permintaan Minta bantuan
Terpadu visum agar pihak yg dapat
Pemberdayaan korban dapat melindungi
Perempuan dan segera diperiksa
Anak (P2TP2A)
Faktor Hambatan
Korban Pelecehan
Seksual dalam
Pemulihan dan
Keadilan
 Korban kekerasan bisa menderita trauma mendalam akibat
pelecehan seksual yang ia alami.
 Konsep moralitas dan aib mengakibatkan masyarakat cenderung
menyalahkan korban, meragukan kesaksian korban atau
mendesak korban untuk bungkam. Pada sejumlah masyarakat,
konsep aib juga dikaitkan dengan konsep nasib sial dan karma.
 Sekalipun ada penegasan pada hak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, berbagai jenis pelecehan seksual belum dikenali
oleh hukum Indonesia.
 Unit dan prosedur khusus untuk menangani kasus kekerasan
terhadap perempuan, khususnya pelecehan seksual belum tersedia
di semua tingkat penyelenggaraan hukum dan belum didukung
dengan fasilitas yang memadai.
 Adanya penyelenggara hukum yang mengadopsi cara pandang
masyarakat tentang moralitas dan pelecehan seksual.
Cara Mencegah
dan Menangani
Pelecehan
Seksual
 Bangun pemahaman tentang pelecehan seksual
 Jangan tinggal diam bila mengetahui adanya tindak
pelecehan seksual. Segera laporkan pada pihak berwajib
 Temani korban pelecehan seksual, bangun keyakinan korban
untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri
 Temani dan dukung korban bila ia hendak melapor. Bila
korban enggan melapor, jangan dihakimi keputusannya itu.
 Berikan informasi kepada korban hak-haknya dan juga
keberadaan lembaga-lembaga yang dapat ia hubungi untuk
memperoleh informasi lebih lanjut ataupun masukan bagi
upaya pencarian keadilan dan pemulihan
 Berikan informasi tentang pelecehan seksual kepada
anggota keluarga, teman,tetangga, teman sekerja atau
lainnya
 Ajak mereka untuk ikut mendukung korban dengan cara
tidak menyalahkan korban, tidak menstigma, tidak
mengucilkan apalagi mengusir korban
 Ikut serta dalam advokasi perubahan hukum untuk
kepentingan korban pelecehan, termasuk dengan memantau
jalannya proses penegakan hokum
 Dukung kerja-kerja lembaga pengada layanan bagi korban
pelecehan dengan mengumpulkan informasi tentang
pelecehan seksual yang terjadi disekelilingnya, memberikan
dukungan, ikut serta dalam kampanye atau dalam
penggalangan dana bagi penanganan korban.
Sedangkan usaha yang dapat dilakukan orang tua kepada
anaknya untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual adalah
sebagai berikut:
 Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan
yang baik dengan sentuhan yang buruk dari orang dewasa.
 Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh
disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan
fisik oleh dokter.
 Ajarkan kepada anak untuk mengatakan ’tidak’ jika merasa
tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan
kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
 Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu ’benar’, dan semua
orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia
dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk
memeluknya.
Jika terjadi pelecehan seksual pada anak,
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa
dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya
dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
 Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang
melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya
sendiri adalah benar.Orang tua harus bisa
mengkontrol ekspresi emosional didepan anak.
Tindakan Yang Dapat
Dilakukan Untuk Menangani
Korban Pelecehan Seksual
1. Perlindungan dan penanganan secara fisik
(contohnya penyembuhan atau terapi oleh
dokter).
2. Perlindungan dan penanganan kejiwaan
(bisa dengan konsultasi, terapi kejiwaan atau
pendidikan mental spiritual).
3. Secara sosial dengan memberi dukungan
sosial dan emosional, menerima kehadirannya,
membicarakan sesuatu yang sesuai dengan
pemahamannya sehari-hari, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat aktif dalam berbagai
kegiatan di lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Asian Decent Work decade 2006-2015. Declaration on Fundamental
Principles and Rights at Work. ILO
2. BKKBN, 2013. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi
Pelecehan Seksual. Jakarta: ISBN.
3. Department of Defense United State of America, 2015. Annual Report on
Sexual Harassment and Violence at the Military Service Academies. USA:
department of Defense USA
4. Dharma, Willieano Satya. 2008. Pelecehan Seksual Pada Wanita Di Tempat
Kerja. Universitas Gunadarma.
5. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011. Pedoman Pencegahan
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi.
6. Kinasih, Sri Endah. 2007. Perlindungan dan Penegakan HAM terhadap
Pelecehan Seksual. Surabaya: Universitas Airlangga.
7. UNESCO, UNAIDS, UNFPA, UNICEF, WHO. 2009. International
Technical Guidance on Sexuality Education. Vol. II. Paris: UNESCO
Terima Kasih. 

Anda mungkin juga menyukai