Anda di halaman 1dari 28

PELECEHA

N SEKSUAL
(Sexual Harassment)

Oleh :
Maswida Laia, S.Pd

SDN 078142 Lagundri


.Sexual Harassment.

Apa Itu Pelecehan Seksual?


► perilaku yang mengganggu
► dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang
terhadap pihak lain
► berkaitan langsung dengan
jenis kelamin pihak yang
diganggunya
► menurunkan martabat dan
harga diri orang yang
diganggunya
Pengertian

Pengertian Pelecehan Seksual


 Sexual hal-hal yang menyangkut
seks/jenis kelamin
 Harassment penggangguan
ketenangan yang sifatnya tidak diundang
oleh subject yang diganggu
 Leceh membuat kecil, mengejek,
merendahkan martabat
 Pelecehan adalah tindakan menurunkan
martabat
Pengertian

Sexual
menurut BKKBN (Badan(pelecehan
Harassment Kependudukan dan
seksual)
menurut Advisory
Keluarga Commite Yale
Berencana College2012)
Nasional, Grevance
Board adalah
“pelecehan seksual and New York
segala adalah:
macam bentuk perilaku
“semua
yang tingkah
berkonotasi laku
atau seksualkepada
mengarah atau kecenderungan
hal-hal seksual
untukdilakukan
yang bertingkah lakusepihak
secara seksualdan
yang tidak
tidak diinginkan
diharapkan oleh
orang
olehyang menjadibaik
seseorang sasaran sehingga
verbal menimbulkan
(psikologis) reaksi
atau fisik
negatif
yang seperti si
menurut malu, marah, benci,
penerima tingkah tersinggung, dan
laku sebagai
sebagainya pada diri individu yang menjadi korban
merendahkan martabat, penghinaan, intimidasi,
pelecehan tersebut.”
atau paksaan. “
Perlu diketahui…
Perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai
kebutuhan seksual.
Apabila pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
atas dasar kesepakatan atau kesukarelaan antara
kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan), maka
tidak akan timbul permasalahan.
Akan tetapi, apabila tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan kebutuhan seksual tidak dilakukan atas dasar
kesukarelaan (misalkan ada unsur pemaksaan atau
kekerasan), maka akan menimbulkan permasalahan dan
keresahan, salah satunya adalah PELECEHAN
SEKSUAL
macam” pelecehan seksual

Berdasarkan pengertian, tingkat pelecehan seksual dapat


dibagi dalam tiga tingkatan:
Rentang pelecehan seksual ini sangat
Pertama, tingkatan ringan
luas, yakni meliputi:
 main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks
• godaan nakal, ajakan iseng, dan humor porno.
atau gender, humor porno,
 cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian
Kedua, tingkatan sedang
tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang
bersifat seksual,
• memegang, menentuh, meraba bagian tubuh tertentu,
hingga ajakan
 ajakan serius untuk
berkencan dengan“berkencan”.
iming-iming atau
ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual
Ketiga,
hinggatingkatan berat
perkosaan.
• perbuatan terang-terangan dan memaksa, penjamahan,
pemaksaan kehendak, hingga percobaan pemerkosaan.
Kategori Pelecehan
Seksual
Kategori pelecehan seksual menurut Nichaus:
• pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat,
Blitz rape
Kategori Pelecehan Seksual
sedangkan pelaku tidak saling kenal.

 Quid pro quo


• pelecehan seksual dengan penipuan, hal ini jarang
Confidence rape dilaporkan karena malu.
 pelecehan
seksual yang biasanya dilakukan oleh
• pelecehan
seseorang yang memiliki kekuasaan
seksual otoritas
yang saling tidak mengenal, pelaku
bertindak cepat dan menguasai korban, dilakukan oleh
Power rape
terhadap korbannya,
orang yangdisertai iming-iming
berpengalaman dan yakin korban akan
pekerjaan atau kenaikan
menikmati. gaji atau promosi.
 Hostile work• environment
pelecehan seksual dimana korban menjadi marah
Anger rape dan balas
Pelecehan seksual yangdendam.
terjadi tanpa janji atau
iming-iming maupun ancaman.
• pelecehan seksual dengan ciri kekejaman atau
Sadistie rape sampai pembunuhan
Kategori Pelecehan
Seksual
Secara luas, terdapat lima bentuk pelecehan seksual menurut
ILO (International Labour Organization) yaitu:
1. Pelecehan fisik
mencium, menepuk, mencubit, melirik atau menatap penuh
nafsu.
2. Pelecehan lisan
komentar yang tentang bagian tubuh atau penampilan
seseorang, lelucon dan komentar bernada seksual.
3. Pelecehan isyarat
bersiul yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari,
dan menjilat bibir.
4. Pelecehan tertulis atau gambar
menampilkan bahan pornografi , pelecehan lewat email dan
moda komunikasi elektronik lainnya.
5. Pelecehan psikologis/emosional
penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.
Faktor yang Mempengaruhi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Terjadinya Pelecehan Seksual
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktorseksual,
Internal Faktor
menurut Purnawan Eksternal
(2004)
Faktor Faktor
Fisik Hubungan
seksual
Keluarga
(fisik/psikologis)

Pengetahuan
Pergaulan
kesehatan reproduksi
Faktor
Faktor
Gaya
Harga Diri
MotivasiHidup Media massa
Faktor yang Mempengaruhi

Sudut Pandang Pelaku:


 Penyebab pelecehan seksual yang biasanya
dilakukan oleh seseorang pelaku karena
memiliki kekuasaan atau kekuatan terhadap
korbannya, dengan disertai iming-iming
pekerjaan atau kenaikan penghasilan.
 Pada posisi seperti ini, laki-laki lebih sering
memungkinkan untuk memperkerjakan
perempuan, seperti: memecat, mengawasi dan
mempromosikan perempuan.
Faktor yang Mempengaruhi

Sudut Pandang Korban:


 Penyebab pelecehan seksual yang sering terjadi karena adanya
daya tarik seksual atau rangsangan yang dialami dua jenis
kelamin yang berbeda.
 Ditambah lagi perempuan yang menjadi korban tidak berani
menolak perlakuan karena takut kehilangan pekerjaan.
 Bidang pekerjaan bagi perempuan umumnya terbatas, tidak
seluas laki-laki. Karena keterbatasan itu perempuan menjadi
susah untuk menghindari tindak pelecehan yang diterimanya.
Faktor yang Mempengaruhi

Faktor Lingkungan
 Eksternal korban
 adanya anggapan perempuan sebagai jenis kelamin yang
lebih rendah dan kurang bernilai dibandingkan laki-laki.
 Ruangan
 Jika terdapat ruangan agak tertutup mempermudah
terjadinya tindak pelecehan seksual.
 Interaksi
 Penyebab terjadinya pelecehan seksual yang dialami oleh
perempuan di lingkungannya dapat melalui tiga model
teoritis, yaitu :
Biological Model (model biologis), Organization Model (model
organisasi), The Sosial Culture Model (model sosial budaya)
Dampak Pelecehan
Seksual

Dampak Psikologis
• ”Sindrom Pelecehan Seksual” yang berhubungan dengan gejala
psikologi, mencakup depresi, rasa tidak berdaya, merasa terasing

Dampak
(isolasi), mudah marah, takut, kecemasan, dan penyalahgunaan zat
adiktif.

Dampak Fisik
Pelecehan
• sakit kepala, gangguan makan, gangguan pencernaan (perut), rasa
mual, serta menurun atau bertambahnya berat badan tanpa sebab yang
jelas.
Seksual
• Ini semua terjadi karena perbuatan tersebut menimbulkan rasa
bersalah pada diri sendiri yang amat sangat.
Dampak Sosial
• Korban pelecehan seksual di tempat kerja juga dapat memiliki
komitmen yang rendah terhadap tempat kerjanya, dan korban dengan
tingkat frekuensi pelecehan yang tinggi lebih memilih untuk
mengundurkan diri dari pekerjaan mereka
Hukum yang Mengatur
tentang Pelecehan Seksual
Bahwa pelecehan seksual
menyebabkan perampasan pada
sejumlah hak warga negara
menunjukkan bahwa upaya
pencegahan dan penanganannya
adalah amanat Undang-Undang.
Negara adalah pihak utama
yang bertanggung jawab untuk
memenuhi hak-hak konstitusional
berdasarkan Undang-Undang itu.
Hak-Hak Korban

Hak-Hak Korban Pelecehan Seksual


 Pelecehan seksual merupakan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia yang telah dijamin dalam konstitusi kita,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Secara khusus, tindak pelecehan seksual merampas hak
korban sebagai warga negara atas jaminan perlindungan dan
rasa aman yang telah dijamin di dalam konstitusi pada Pasal
28G(1).
 Karena seringkali lahir dari ketimpangan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan, pembiaran terhadap terus berlanjutnya
pelecehan seksual terhadap perempuan merampas hak
perempuan sebagai warga negara untuk bebas dari perlakuan
diskriminatif dan untuk mendapatkan perlindungan dari
perlakuan diskriminatif itu (Pasal 28I(2)).
Hak-Hak Korban

 Akibat dari pelecehan seksual itu, korban dapat kehilangan


hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin (Pasal 28H(1))
 Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia (Pasal 28G(2))
 dan bahkan mungkin kehilangan haknya untuk hidup
(Pasal 28A)
 Banyak pula korban yang kehilangan haknya atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(Pasal 27(1) dan Pasal 28D(1)) karena tidak dapat
mengakses proses hukum yang berkeadilan.
Undang-Undang tentang
Pelecehan Seksual
 Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan
 Undang-Undang No.5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Anti
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia
 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
 Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 285, Pasal 286, Pasal
287, Pasal 289, Pasal 291, Pasal 294;
 Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365 tentang
Perbuatan Melawan Hukum
Yang Harus Dilakukan
pelecehanKetika
seksual Terjadi Pelecehan Seksual
ringan (pelecehan
seksual bentuk
visual dan verbal Lapor pihak yang
serta beberapa berwajib
bentuk fisik yang tergantung
ringan misalnya masing-masing
sentuhan, individu
menyenggol,
mendekatkan
tubuh)

tahap awal dapat diadukan ke pihak yang dapat


melindungi korban, misalkan guru, orang tua atau
orang yang dipercaya oleh korban.
Faktor Hambatan
Korban Pelecehan
Seksual dalam
Pemulihan dan
Keadilan
 Korban kekerasan bisa menderita trauma mendalam akibat
pelecehan seksual yang ia alami.
 Konsep moralitas dan aib mengakibatkan masyarakat cenderung
menyalahkan korban, meragukan kesaksian korban atau
mendesak korban untuk bungkam. Pada sejumlah masyarakat,
konsep aib juga dikaitkan dengan konsep nasib sial dan karma.
 Sekalipun ada penegasan pada hak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, berbagai jenis pelecehan seksual belum dikenali
oleh hukum Indonesia.
 Unit dan prosedur khusus untuk menangani kasus kekerasan
terhadap perempuan, khususnya pelecehan seksual belum tersedia
di semua tingkat penyelenggaraan hukum dan belum didukung
dengan fasilitas yang memadai.
 Adanya penyelenggara hukum yang mengadopsi cara pandang
masyarakat tentang moralitas dan pelecehan seksual.
Cara Mencegah
dan Menangani
Pelecehan
Seksual
 Bangun pemahaman tentang pelecehan seksual
 Jangan tinggal diam bila mengetahui adanya tindak
pelecehan seksual. Segera laporkan pada pihak berwajib
 Temani korban pelecehan seksual, bangun keyakinan korban
untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri
 Temani dan dukung korban bila ia hendak melapor. Bila
korban enggan melapor, jangan dihakimi keputusannya itu.
 Berikan informasi kepada korban hak-haknya dan juga
keberadaan lembaga-lembaga yang dapat ia hubungi untuk
memperoleh informasi lebih lanjut ataupun masukan bagi
upaya pencarian keadilan dan pemulihan
 Berikan informasi tentang pelecehan seksual kepada
anggota keluarga, teman,tetangga, teman sekerja atau
lainnya
 Ajak mereka untuk ikut mendukung korban dengan cara
tidak menyalahkan korban, tidak menstigma, tidak
mengucilkan apalagi mengusir korban
 Ikut serta dalam advokasi perubahan hukum untuk
kepentingan korban pelecehan, termasuk dengan memantau
jalannya proses penegakan hokum
 Dukung kerja-kerja lembaga pengada layanan bagi korban
pelecehan dengan mengumpulkan informasi tentang
pelecehan seksual yang terjadi disekelilingnya, memberikan
dukungan, ikut serta dalam kampanye atau dalam
penggalangan dana bagi penanganan korban.
Sedangkan usaha yang dapat dilakukan orang tua kepada
anaknya untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual adalah
sebagai berikut:
 Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan
yang baik dengan sentuhan yang buruk dari orang dewasa.
 Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh
disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan
fisik oleh dokter.
 Ajarkan kepada anak untuk mengatakan ’tidak’ jika merasa
tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan
kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
 Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu ’benar’, dan semua
orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia
dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk
memeluknya.
Jika terjadi pelecehan seksual pada anak,
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa
dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya
dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
 Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang
melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya
sendiri adalah benar.Orang tua harus bisa
mengkontrol ekspresi emosional didepan anak.
Tindakan Yang Dapat
Dilakukan Untuk Menangani
Korban Pelecehan Seksual
1. Perlindungan dan penanganan secara fisik
(contohnya penyembuhan atau terapi oleh
dokter).
2. Perlindungan dan penanganan kejiwaan
(bisa dengan konsultasi, terapi kejiwaan atau
pendidikan mental spiritual).
3. Secara sosial dengan memberi dukungan
sosial dan emosional, menerima kehadirannya,
membicarakan sesuatu yang sesuai dengan
pemahamannya sehari-hari, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat aktif dalam berbagai
kegiatan di lingkungannya.
Terima Kasih. 

Anda mungkin juga menyukai