Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual

Pelecehan seksual adalah tindakan yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan oleh korban
yang berhubungan dengan seksualitas dan keintiman, yang dapat meliputi ungkapan verbal atau
non-verbal, penggunaan kekerasan atau tekanan, atau perilaku fisik. Pelecehan seksual dapat
terjadi dimana saja seperti di tempat kerja, organisasi, sekolah, atau tempat umum lainnya.
Sedehananya pelecehann seksual adalah Tindakan yang mengeksploitasi dan menimbulkan
kerugian bagi korban tanpa persetujuannya.

Berdasarkan aspek perilaku, Farley (1978) mendefinisikan pelecehan seksual sebagai rayuan
seksual yang tidak dikehendaki penerimanya, di mana rayuan tersebut muncul dalam beragam
bentuk baik yang halus, kasar, terbuka, fisik maupun verbal dan bersifat searah. Bentuk umum
dari pelecehan seksual adalah verbal dan godaan secara fisik (Zastrow dan Ashman, 1989;
Kremer dan Marks, 1992), di mana pelecehan secara verbal lebih banyak daripada secara fisik.
Para ahli tersebut menyebutkan pelecehan seksual dalam bentuk verbal adalah bujukan seksual
yang tidak diharapkan, gurauan atau pesan seksual yang terus menerus, mengajak kencan terus
menerus walaupun telah ditolak, pesan yang menghina atau merendahkan, komentar yang
sugestif atau cabul, ungkapan sexist mengenai pakaian, tubuh, pakaian atau aktivitas seksual
perempuan, permintaan pelayanan seksual yang dinyatakan dengan ancaman tidak langsung
maupun terbuka. 1

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, kekerasan seksual adalah segala perilaku


yang dilakukan dengan menyasar seksualitas ataupun organ seksual seseorang tanpa persetujuan
orang yang bersangkutan, dengan unsur paksaan ataupun ancaman, termasuk diantaranya
perdagangan perempuan dengan tujuan seksual, serta pemaksaan prostitusi. Secara sekilas
memang kekerasan seksual dan pelecehan seksual adalah istilah yang sama. Padahal, kekerasan
seksual cakupannya lebih luas lagi jika dibandingkan dengan pelecehan seksual. Sementara,
pelecehan seksual merupakan bagian dari kekerasan seksual. 

Pelaku kekerasan seksual tidak terbatas oleh gender saja atau hubungan dengan korban. Itu
artinya, pelecehan seksual ini dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan kepada siapa
pun termasuk diantaranya kepada istri atau suami, pacar, orang tua, saudara kandung, teman,
1
Psikologi, B., & Tahun, X. I. (2003). Pelecehan Seksual terhadap Perempuan di Tempat Kerja (Issue 2).
kerabat dekat, hingga pada orang yang tak dikenal. Selain itu, kekerasan seksual ini sendiri dapat
terjadi di mana saja, termasuk di rumah, tempat kerja, sekolah, atau kampus. Sementara
pelecehan seksual, Komnas Perempuan kemudian menyebutkan bahwa pelecehan seksual
merupakan tindakan bernuansa seksual, baik melalui kontak fisik maupun kontak non-fisik.
Tindakan ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan
martabatnya, hingga akhirnya mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun gangguan
mental.

B. Jenis Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual

 Bentuk Tindakan Pelecehan Seksual


Pelecehan dapat terjadi melalui pesan singkat atau dilakukan kepada korban secara langsung.
Tindakan dapat dilakukan oleh pria ke wanita ataupun sebaliknya. Melansir Healthdirect
Australia, berikut beberapa bentuk pelecehan seksual:  
 Menyentuh atau meraba bagian tubuh tiba-tiba dengan cara yang tidak diinginkan dan
tanpa izin.
 Mengirim e-mail atau pesan teks berisi ajakan bersifat seksual.
 Melirik atau menatap payudara, alat kelamin, atau bagian tubuh lainnya secara jelas
(eksplisit).
 Menunjukkan atau mengirim foto atau video berbau seksual yang tidak diinginkan
penerima.
 Membuat lelucon, komentar, atau gerakan seksual yang membuat korban tidak
nyaman.
 Menanyakan kehidupan seks atau membicarakan fantasi seksual yang membuat
korban tidak nyaman.
 Menghina secara seksual.2

2
Tri Yuniwati Lestari, Memahami Perbedaan Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual, (KLIKDOKTER),
2022.
 Ciri-Ciri Pelecehan Seksual
Berikut di bawah ini adalah beberapa ciri-ciri pelecehan seksual yang perlu kamu ketahui di
antaranya:
1. Menyentuh tubuh dengan tujuan seksual tanpa seizin mu. Bukan hanya menyentuh area
sensitif, seseorang yang mencoba merangkul atau memegang tangan tanpa izin terlebih
dahulu sudah termasuk ke dalam ciri pelecehan seksual.
2. Sering melontarkan lelucon mengenai seks. Bercanda memang diperbolehkan, tetapi ada
batasnya. Jika sudah mulai membuat lelucon mengenai bentuk tubuh orang lain, maka
sudah termasuk ke dalam pelecehan seksual, lho!
3. Catcalling atau yang biasa dilakukan oleh seseorang yang tak dikenal dengan mengajak
seseorang berkencan, ingin berkenalan, dan motif lainnya.
4. Mengajak berhubungan intim secara langsung atau tersirat, apalagi hingga memaksa
dengan berbagai cara, hal ini sudah jelas termasuk ke dalam pelecehan seksual.
5. Seseorang yang menempelkan anggota tubuhnya secara sengaja. Ini sering terjadi saat
menaiki menaiki kendaraan umum yang sedang penuh. Jika ada seseorang yang mencari
kesempatan dengan menempelkan tubuhnya ke orang lain dengan dalih situasi yang
sesak. Ini juga termasuk ke adalah pelecehan seksual, sehingga kamu perlu lebih sigap.
Segera lapor ke petugas sekitar atau meminta pertolongan ke orang sekitar.
 Bentuk Tindakan Kekerasan Seksual. Kekerasan seksual juga dapat terjadi oleh pria ke
wanita atau pun sebaliknya. Dilansir dari eMedicineHealth, berikut beberapa bentuk
kekerasan seksual:
 Memerkosa.
 Melakukan percobaan pemerkosaan.
 Penganiayaan seksual.
 Pemaksaan secara seksual (menyentuh bagian tubuh, dan lainnya).
 Pasangan atau pihak yang memaksa korban untuk mengirimkan foto atau video
dengan pose seksual. 
Kontak seksual pada korban di bawah umur, punya disabilitas, pingsan, atau tidak
bisa merespons (misalnya tidur).
C. Dampak Pelecehan dan Kekerasan Seksual

Akibat pelecehan maupun kekerasan yang diterima, sangat dimungkinkan korban mengalami
gangguan mental atau psikologis yang dapat berupa gangguan emosional, gangguan perilaku
maupun gangguan kognisi. Gangguan emosional yang dimaksud yakni emosi yang tidak stabil
dan berdampak pada mood yang memburuk. Kemudian gangguan perilaku cenderung terlihat
pada perubahan perilaku korban ke hal yang lebih negatif seperti malas yang berlebihan.
Gangguann kognisi yaitu gangguan yang mempengaruhi pola pikir korban sehingga sulit untuk
berkonsentrasi, atau pikiran kosong atau hal sejenis lainnya. Dampak psikologis dari tindak
pelecehan tidak sesederhana pemikirian masyarakat umum. Begitu psikologis korban terkena
dampaknya, maka pola pikir korban perlahan-lahan berubah dan mempengaruhi ke berbagai hal.
Mulai dari cara berfikir terhadap sesuatu, kestabilan emosi yang rentan, bahkan hingga depresi.3

Meski bentuk tindakannya beda, pelecehan seksual dan kekerasan seksual dapat membuat korban
cemas, stres, tidak berdaya, marah, dan takut. Korban juga bisa berisiko mengalami depresi dan
gangguan mental tertentu lainnya. Pada dasarnya, keduanya mempunyai dampak yang sama
yaitu seperti bisa membuat korbannya mengalami kecemasan, kepercayaan diri yang menurun,
perasaan tidak berharga, stres, depresi, dan trauma. Akan tetapi, bisa jadi individu yang
mengalami kekerasan seksual mengalami dampak yang lebih kuat dibanding korban pelecehan
seksual, karena adanya unsur paksaan dan manipulasi dari pelaku. Pada akhirnya, pelecehan
seksual dan kekerasan seksual dapat memengaruhi kehidupan pribadi korban, baik di sekolah,
keluarga, ataupun tempat kerja. Lalu, ia bisa saja menjadi kurang produktif dan mengalami
gejala fisik.

3
Iskandar, W., Azizah, N., & Satriani, S. (n.d.). PENGARUH PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP MENTAL
SISWA DI DUTA PELAJAR GOWA.
Dampak dari pelecehan seksual dapat sangat merusak psikologis dan fisik bagi korban. Beberapa
dampak yang mungkin dialami oleh korban pelecehan seksual antara lain :

1. Gangguan Kesehatan Mental: Pelecehan seksual dapat menyebabkan masalah seperti


depresi, stress pascatrauma, ansietas, dan gangguan tidur pada korban.

2. Gangguan Kesehatan Fisik: Korban penghilangan seksual juga dapat mengalami gangguan
kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, keluhan seksual, dan penyakit menular
seksual.

3. Kerusakan Hubungan Sosial: Korban pengurangan seksual dapat mengalami kesulitan


dalam membangun hubungan sosial dan bernapas.

4. Gangguan Belajar dan Pekerjaan: Korban penghilangan seksual dapat mengalami gangguan
belajar atau bekerja terkait kesehatan mental dan fisiknya.

5. Gangguan Penggunaan Zat: Penghilangan hasrat seksual dapat mengalami jebakan dalam
perangkat yang mengandung zat seperti alkohol dan narkoba.

Dampak dari kekerasan seksual dapat sangat merusak, baik secara fisik maupun psikologis.
Beberapa dampaknya termasuk:

1. Trauma: Kekerasan seksual dapat menyebabkan trauma psikologis yang serius. Individu
yang menanggung dampak ini cenderung mengalami depresi, kecemasan, stres
pascatrauma, dan sering menghindari situasi yang dapat memicu kenangan traumatik
mereka.

2. Gangguan Emosi: Beberapa korban kekerasan seksual menderita gangguan emosi,


termasuk depresi dan kecemasan. Mereka juga dapat mengalami kemarahan dan rasa
sakit yang hebat.

3. Kerusakan Fisik: Kekerasan seksual dapat menyebabkan kerusakan fisik yang serius pada
korban. Luka, memar, dan cedera fisik lainnya dapat terjadi, tergantung pada keparahan
dan jenis kekerasan yang dilakukan.
4. Gangguan Seksual: Korban kekerasan seksual juga dapat mengalami gangguan seksual,
termasuk disfungsi seksual dan gangguan hubungan intim dengan pasangannya.

Sumber:

Pusat Sumber Daya Kekerasan Seksual Nasional. (2019). Dampak Kekerasan Seksual.
https://www.nsvrc.org/statistics/ effects-sexual-violence

Organisasi Kesehatan Dunia. (2016). Memahami dan menangani kekerasan terhadap perempuan:
Kekerasan seksual. https://www.who.int/reproductivehealth/topics/violence/sexual_violence/en/.

Tri Yuniwati Lestari, Memahami Perbedaan Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual,
(KLIKDOKTER), 2022.

Marcheyla Sumera, PERBUATAN KEKERASAN/PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN, Lex et


Societatis, Vol. I/No.2,(2013).

M. Hardi, Pelecehan Seksual: Definisi, Jenis, Ciri, serta Hal yang Perlu Dilakukan, Gramedia
Blog.

Psikologi, B., & Tahun, X. I. (2003). Pelecehan Seksual terhadap Perempuan di Tempat Kerja
(Issue 2).

Iskandar, W., Azizah, N., & Satriani, S. (n.d.). PENGARUH PELECEHAN SEKSUAL
TERHADAP MENTAL SISWA DI DUTA PELAJAR GOWA.

Anda mungkin juga menyukai