Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Sebelum membahas tentang kesehatan mental, kita perlu memahami


pengertian dari sehat itu sendiri. Sehat menurut World Health Organization
(WHO) adalah: A state of complete physical, mental and social well-being and not
merely the absence of disease or infirmity (WHO, 2001). WHO memberikan
pengertian tentang sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak adanya penyakit atau
kelemahan. Definisi ini semakin menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan
bagian dari kesehatan. Kesehatan mental juga sangat berhubungan dengan
kesehatan fisik dan perilaku.

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki


kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya
sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada
berbagai situasi dalam kehidupan, maupun bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Seiring perkembangan waktu dan kemunculan tokoh-tokoh dalam bidang


Medis di Yunani seperti Hippocrates (460 B.C.), konsep kesehatan mental mulai
menggunakan konsep biologis yang menganggap bahwa gangguan mental terjadi
disebabkan adanya gangguan kondisi biologis seseorang, penanganan atas
gangguan tersebut pun menjadi lebih manusiawi. Hippocrates dan para tabib
Yunani serta Romawi pengikutnya lalu menekankan pada pentingnya lingkungan
yang menyenangkan, olahraga, diet yang tepat, dan mandi yang menenangkan
untuk menangani gangguan kesehatan mental.

Saat ini, sudah banyak lembaga baik berupa rumah sakit, lembaga
kepemerintahan bahkan organisasi taraf internasional seperti WHO yang gencar
meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan penanganan terhadap
kesehatan mental. Kesehatan mental melibatkan masalah di berbagai area mulai
dari ranah individu seperti penyalahgunaan zat, kejahatan, kekerasan, kehilangan
produktivitas hingga bunuh diri.
Kekerasan seksual pada remaja adalah semua aktivitas seksual yang
dilakukan dengan paksaan atau ancaman orangb dewasa atau teman sebayanya
( Finkelhor,2010;Shaul,2012).

Disini penulis lebih dominan mengambil kasus kekerasan pelecehan


seksual di lingkungan sekolah. Kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia
sudah sampai pada tahap yang memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengalami peningkatan
signifikan setiap tahunnya.

Bahkan, pada tahun 2016, tercatat sebanyak 259.150 kasus kekerasan


terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani. Artinya, terjadi sekitar 710
kasus kekerasan terhadap perempuan setiap harinya (Komnas Perempuan, 2017).
Berdasarkan data, diketahui bahwa kekerasan seksual merupakan bentuk
kekerasan terhadap perempuan yang mengalami peningkatan signifikan dalam
tiga tahun terakhir, baik di ranah personal maupun komunitas (Komnas
Perempuan, 2015, 2016, 2017).

Hasil survei Badan Pusat Statistik (2017) menunjukkan bahwa sebanyak 1


dari 3 perempuan berusia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik atau
seksual selama hidupnya, baik oleh pasangan maupun selain pasangan. Selain itu,
hasil survei daring yang dilakukan oleh Lentera Sintas Indonesia (2016)
menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% dari 25.213 responden pernah mengalami
kekerasan seksual dalam berbagai bentuk.

Data-data tersebut membuktikan banyaknya perempuan yang menjadi


korban kekerasan seksual. Meskipun begitu, data akurat mengenai prevalensi
korban kekerasan seksual tidak dapat disebutkan dengan pasti. Fenomena
kekerasan seksual layaknya gunung es, karena data yang tercatat hanya sebagian
kecil dari kasus yang sebenarnya terjadi. Mengingat masalah kekerasan seksual
merupakan isu yang sensitif dan dianggap sebagai aib, maka kemungkinan masih
terdapat banyak kasus yang belum dilaporkan (Kompas, 2017).

Kekerasan seksual dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada


korban, baik secara fisiologis, emosional, maupun psikologis. Dampak secara
fisiologis berupa luka fisik, kesulitan tidur dan makan, kehamilan yang tidak
diinginkan, tertular penyakit seksual, dan lain-lain. Selanjutnya, dampak secara
emosional berupa perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, perasaan malu,
penyangkalan, dan lain-lain. Selanjutnya, dampak secara psikologis berupa
posttraumatic stress disorder (PTSD), depresi, kecemasan, penurunan self-esteem,
simtom obsesif-kompulsif, dan lain-lain (Stekee & Foa, 1987; Yeater &
O’Donohue, 1999 dalam Mason, 2013; National Sexual Violence Resource
Center, 2015).

Meskipun menimbulkan banyak dampak negatif, tidak semua wanita terus


menerus memandang kekerasan seksual yang dialami sebagai pengalaman negatif.
Sebagian wanita dapat melewati keadaan krisis tersebut, bahkan mengalami
kehidupan yang lebih positif setelahnya (Joseph & Linley, 2012).

Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual


yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri
penerima pelecehan. Pelecehan seksual mencakup, tetapi tidak terbatas pada :
bayaran seksual bila menghendaki sesuatu, pemaksaan melakukan kegiatan
seksual, pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas,
permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku, ucapan atau perilaku
yang berkonotasi seksual ; semua dapat digolongkan sebagai pelecehan seksual.
Tindakan ini dapat disampaikan secara langsung maupun implicit. Pengaruhnya
selain pada korban yang justru dianggap menimbulkan masalah dan bukannya
pelaku. Umumnya, para korban akan tutup mulut yang terkadang hingga waktu
yan g sangat lama karena alasan-alasan tersebut, dan adanya ketakutan ia akan
kian menjadi sasaran pelecehan. Mereka tidak membicarakan -nya dengan teman
ataupun keluarga. Proses penyembuhan akan kian sulit ketika ada penyangkalan
dari institusi, ketidak-percayaan, atau mempersalahkan korban. Bagaimana
pelecehan seksual itu makin marak karena masyarakat malu untuk
menyampaikannya?Iya,karena malu dan takut akhirnya mereka menyembunyikan
dan tidak mau menyampaikan kepada pihak yang berwenang.

Menurut Mahmud (dalam Malaon, 1994) pelecehan seksual sebagai


suatu konsep hukum yang meliputi kerusakan atau kerugian yang di alami
kelompok seksual tertentu (wanita atau pria) akibat perlakuan seksual secara fisik
atau verbal  oleh kelompok lawan jenisnya.

Sementara, Menurut Fakih (1996) pelecehan seksual  adalah tindakan  kejahatan


seksual terhadap wanita yang paling umum di lakukan di masyarakat. Adapun
bentuk pelecehan yang umum terjadi adalah yang tidak di inginkan wanita dari
pria.
ISI

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang
sering disebut jenis kelamin . Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai
dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural.

Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat
kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara
optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan
fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana
dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap
seksualitas itu sendiri. Pengertian dalain arti sempit dan pengertian dalam arti
luas. Pengertian seksualitas dalam arti sempit adalah kelamin, yang terdin dari alat
kelamm, anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah yang membedakan pria dan
wanita, kelenjar dan honnon kelamin, hubungan seksual serta pemakaian alat
kontrasepsi. Pengertian seksualitas dalam arti luas adalah segala hal yang terjadi

akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin. Dorongan seksual adalah keinginan
untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang diperoleh dengan perilaku

seksual. Perilaku seksual seringkali dimaknai salah oleh banyak orang dengan
hubungan seksual. Perilaku seksual ditanggapi sebagai sesuatu hal yang melulu
“negatif”. Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan
seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui
berbagai perilaku. Perilaku seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari
berdandan, mejeng, ngerling, merayu, menggoda hingga aktifitas dan hubungan
seksual.

Seksualitas menurut Martono (1981) didefnisikan sebagai bentuk energi


psikis atau kekuatan hidup yang mendorong suatu organisme untuk berbuat
sesuatu yang sifatnya seksual, baik dengan tujuan reproduksi atau tidak, karena
perbuatan seks itu disertai dengan suatu penghayatan yang menyenangkan.
Ditambahkan oieh Sarwono (1991), pengertian seksualitas dapat dibedakan
menjadi dua.
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang
tidak diinginkan dan tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri penerima
pelecehan. Pelecehan seksual mencakup, tetapi tidak terbatas pada : bayaran
seksual bila menghendaki sesuatu, pemaksaan melakukan kegiatan seksual,
pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas. Pelecehan
seksual didefinisikan sebagai “setiap perilaku yang tidak diinginkan yang
bersifat seksual, permintaan untuk bantuan seksual, perilaku verbal atau fisik atau
isyarat yang bersifat seksual; atau perilaku lain yang bersifat seksual yang
membuat penerima merasa terhina, tersinggung dan/atau terintimidasi, Pelecehan
seksual dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang merendahkan atau menghina
seseorang berdasarkan jenis kelamin dari individu tersebut (Ramadyan, 2010).
Perilaku ini kemudian dapat melibatkan pemaksaan dan degradasi seksual, materi
atau bahan yang berbau seksual, komentar atau candaan, atau perilaku lainnya
yang dirasakan oleh seseorang sebagai akibat dari jenis kelamin mereka sehingga

mereka di ejek atau dihina (Reza, 2014). Dalam rentang waktu 2016 hingga 2021,
terjadi peningkatan kasus pemerkosaan dan pencabulan mencapai 31%. Pada
2016, jumlah kasus tersebut sebanyak 5.237, sementara pada 2020 menjadi 6.872

kasus. Dalam lima tahun terakhir, tren jumlah kasus pemerkosaan dan pencabulan
berfluktuatif. Jumlah kasus meningkat 5,1% menjadi 5.513 pada 2017 jika
dibandingkan dengan 2016. Pada 2018, jumlah kasus turun 4,6% menjadi 5.258
kasus. Sementara itu, jumlah kasus terendah terjadi pada 2019 sebanyak 5.233
kasus.

Penyebab kekerasan seksual pada remaja semakin meningkat dikarenakan para


korban tidak melaporkan atau bercerita tentang perlakuan asusila yang
dialami.bahkan pada orang tua sendiri pun tidak berani memberitahu atau Dari
dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam
hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk
pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.
Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang
ada di masyarakat menceritakan tentang perlakuan asusila tersebut karena dilatar
belakangi berbagai alasan,seperti ancaman dari pelaku atau perasaan malu dan
takut.

Dizaman yang semakin modern seperti saat ini, tingkat pengawasan dari orangtua
terhadap anak justru semakin berkurang.Apalagi yang berhubungan dengan
pengawasan dalam penggunaan gadget,media sosial,dan informasi yang membuat
anak terpengaruh.Selanjutnya,penyebab kekerasan seksual pada anak terjadi
karena tingkat kepedulian masyarakat dan lingkungan sekitar yang sangat
rendah.Penegakkan hukum yang tidak efektif dan tidak memberikan efek jera
kepada pelaku, bahkan banyak kasus pelecehan dan kekerasan seksual baik umum
maupun pada anak-anak khususnya sering kali proses hukumnya tidak ada
kejelasan.Dari pernyataan tersebut, membuat kasus-kasus asusila dipandang
sebelah mata.Dari kalimat diatas menyatakan bahwa itulah penyebab kekerasan
seksual terhadap anak tidak akan pernah ada habisnya.oleh karena itu maka
sebaiknya kita harus mencegah pelecehan seksual agar tidak bertambah parah.
Komunikasi antarpribadi penting untuk selalu diterapkan dalam setiap keadaan
apapun karena menghindari dari kejadian yang tidak diharapkan. Pemberitaan
media massa akhir-akhir ini sangat gencar sekali menginformasikan berbagai
kejadian yang melibatkan anak sebagai korban, salah satu contohnya ialah tindak
pelecehan seksual. Tidak dapat dipungkiri, secara spesifik, banyak anak yang
menjadi korban pelecehan seksual, namun mereka enggan dan sukar menceritakan
serta melaporkannya kepada orang lain karena sifatnya yang sangat pribadi dan
rahasia.
UPAYA PENCEGAHAN SEKSUAL

Dari masalah diatas pelecehan seksual akan semakin bertambah parah jika
dibiarkan.Maka mulai dari kita harus mencegah pelecehan seksual supaya tidak
bertmabh parah di INDONESIA dengan cara berikut ini.

Jangan pernah mudah terpengaruh dengan panggilan catcalling. Catcalling adalah


perlakuan berupa siulan, panggilan, seruan, atau apa pun yang sifatnya verbal
dengan tendensi seksual, kepada perempuan (atau gender lain, tapi pada umumnya
perempuan) yang sedang lewat. Hal tersebut sulit sekali dihindari, apa lagi jika
perempuan tersebut memiliki paras yang cantik atau berpenampilan menarik. Apa
bila kamu mengalami hal ini, bersikap tegas dan tujukan ekspresi ketidaksukaan
kamu terhadap hal tersebut. Jangan bersikap malu-malu atau malah diam saja,
karena mereka tidak akan berhenti dan mungkin malah semakin menjadi-jadi.
Kamu juga bisa. Kalau kamu punya botol semprot bekas parfum atau apa pun itu
di rumah, jangan dibuang dulu. Benda tersebut bisa kamu jadikan senjata kalau
kamu mengalami tidak pelecehan seksual dengan cara mengisinya dengan air
yang dicampur lada atau minyak angin panas.  Bersikap tegas dan berani
memberikan teguran Kalau kamu pengguna transportasi umum dimana dalam
transportasi tesebut terdapat banyak orang, kamu harus waspada dan selalu
berjaga-jaga akan tubuhmu. Biasanya pelecehan seksual berupa sentuhan pada
beberapa bagian tubuh kamu dan sebagai perempuan rawan sekali terjadi ketika
terdapat banyak orang yang berdesak-desakan seperti di bis atau kereta misalnya.
Jika hal ini terjadi, segeralah berganti posisi dan tegur secara tegas dan lantang
agar ia merasa dipermalukan dan orang disekitar mu pun akan ikut
memperhatikannya. Dengan begitu ia tidak akan berani lagi melakukan hal
tersebut. Kamu juga bisa segera memberitahu satpam atau petugas kendaraan
umum tersebut agar menurunkannya segera di pemberhentian selanjutnya.
Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Akan
tetapi, bukan berarti Anda bisa menaruh rasa percaya sepenuhnya, apalagi
terhadap orang yang baru ditemui.Jadi, untuk menghindari pelecehan seksual,
akan lebih baik bila Anda sedikit menjaga jarak dengan mereka yang bukan
anggota keluarga atau kerabat yang benar-benar dekat. Obrolan berbau pornografi
dapat membuat orang lain berpikir bahwa Anda terbiasa dengan hal-hal yang berbau
seksual.Oleh sebab itu, hindari obrolan yang terlalu menjurus ke arah pornografi,
terutama  dengan orang yang baru dikenal.Dikhawatirkan, lawan bicara sengaja
memancing obrolan panjang agar ujung-ujungnya bisa membuat Anda terbawa
suasana sehingga tanpa sadar berbicara hal-hal berbau porno. Bila ini terjadi,
celah untuk melakukan tindak pelecehan seksual menjadi terbuka lebar. Anda
tidak dilarang untuk bersikap ramah kepada siapa pun. Namun, kita tetap harus
menjaga image diri agar tidak dicap sebagai orang yang selalu berpikiran dan
bersikap terbuka terhadap hal apa pun, apalagi bila berurusan dengan orang
yang baru dikenal. Apabila dipaksa atau mengalami perilaku tidak senonoh di luar
dugaan, segera ambil tindakan. Ceritakan kejadian yang kalian alami pada
anggota keluarga dan kerabat dekat terpercaya yang sudah dikenal lama. Di
samping itu, laporkan pula tindakan pelecehan seksual tersebut kepada pihak
berwajib agar pelaku segera ditindak. Punya prinsip mengatakan pada diri sendiri
bahwa “TUBUHKU MILIKKU” tanamkan ini dalam pikiran kalian bahwa “jika
seseorang menyentuh tubuh kalian maka katakan padanya tidak ada yang boleh
menyentuh tubuh saya kecuali diri saya sendiri” jangan sampai ada yang
menyentuh tubuhmu secara sengaja atau berniatan untuk
mempermalukannmu.Karena itu akan menyebabkan akibat yang sangat fatal.Jadi
kita harus tetap wasapada terhadapa lingkungan disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai