BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelecehan Seksual
perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak
isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual. Aktifitas yang berkonotasi seksual
yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku, kejadian ditentukan
bentuk perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat
perlakuan tersebut, dan pelecehan seksual yang dapat terjadi atau dialami oleh
seksual sebagai sifat perilaku seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang
tidak diinginkan atau tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri penerima
pelecehan. Pelecehan seksual mencakup, tetapi tidak terbatas pada bayaran seksual
8
HUBUNGAN ANTARA KONTROL ...,SUSI WIJI UTAMI, PSIKOLOGI, UMP 2016
9
tindakan seksual yang disukai pelaku, ucapan atau perilaku yang berkonotasi
dan tidak diundang yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dalam
bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak
bermuatan seksual.
Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan
berulang-ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat dengan jari tangan, menjilat
screensaver atau lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media
lainnya.
diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan yang
bersifat seksual.
bentuknya, mulai dari komentar yang berkonotasi seksual dan kontak fisik
2007).
Mayer dkk. (1987) menyatakan secara umum dua aspek penting dalam
a. Aspek Perilaku
penerimanya, dimana rayuan tersebut muncul dalam beragam bentuk baik yang
halus, kasar, terbuka, fisik maupun verbal dan bersifat searah. Bentuk umum
dari pelecehan seksual adalah verbal dan godaan secara fisik dimana pelecehan
secara verbal lebih banyak daripada secara fisik. Para ahli tersebut menyebutkan
pelecehan dalam bentuk verbal adalah bujukan seksual yang tidak diharapkan,
gurauan atau pesan seksual yang terus-menerus, mengajak kencan terus menerus
walaupun telah ditolak, pesan yang menghina atau merendahkan, komentar yang
sugestif atau cabul, ungkapan sexist mengenai pakaian, tubuh, pakaian atau
b. Aspek situasional
pelecehan seksual dapat dilakukan dimana saja dan dengan kondisi tertentu.
Perempuan korban pelecehan seksual dapat berasal dari setiap ras, umur,
B. Kontrol Diri
Menurut Chaplin, (1997). Menjelaskan bahwa self control atau kontrol diri
mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakan diri sendiri. Karena itulah
menurutnya, perasaan dan kontrol dapat dipengaruhi oleh keadaan situasi, tetapi
persepsi kontrol diri terletak pada pribadi orang tersebut, bukan pada situasi.
didasarkan pada aspek kognitif yang menjadikan individu sebagai agen utama
positif. Kontrol diri juga dapat diartikan sebagai perasaan bahwa seseorang dapat
perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain,
tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat yang
diterima.
bahwa kontrol diri adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk selalu
lebih positif.
Berdasarkan konsep Averill (Ghufron, 2010) terdapat tiga aspek kontrol diri,
yaitu :
komponen, yaitu :
sumber eksternal.
tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu
komponen, yaitu :
berbagai pertimbangan.
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu
Faktor internal yang ikut andil dalam kontrol diri adalah usia. Semakin
seseorang.
b. Faktor eksternal
a. Orang tua
orang tua mempengaruhi kontrol diri anak-anaknya dengan keras dan secara
kurang peka terhadap peristiwa yang dihadapi. Sebaiknya orang tua yang
b. Faktor budaya
Setiap individu yang hidup dalam suatu lingkungan akan terkait pada
c. Faktor kognitif
yang dilakukan untuk mencapai suatu proses dan cara-cara yang tepat atau
C. Remaja
adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja ini
mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental emosional, sosial
dan fisik. Secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu mengalami
peralihan dari masa anak menjadi masa dewasa. Pada masa ini individu
tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga
kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai
mampu berfikir secara abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula
remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka
bahwa masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan diantara anak muda
produktif, dan minoritas (sekitar satu dari lima) yang akan berhadapan dengan
masalah besar.
perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama
masa remaja bisa diuraikan seperti berikut ini Lerner & Hultsch (dalam
Agustiani, 2007) :
1. Perubahan fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja
adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas
atau pada masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16
kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan
memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi
bekerja.
2. Perubahan emosionalitas
Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan
dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan
hormonal tadi, dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan
badaniah tersebut.
senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media masa, dan minat
pada jenis seks lain, remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua
3. Perubahan kognitif
Dalam tahapan yang bermula pada umur 11 atau 12 tahun in, remaja tidak
lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit dari apa yang ada, remaja mulai
realitas. Imajinasi ini bisa terkait pada kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-
aturan orang tua, atau apa yang akan dia lakukan dalam hidupnya. Singkatnya,
4. Implikasi psikososial
kemungkinan bagi semua objek untuk dipikirkan dengan cara yang hipotesis,
berbeda dan baru, dan dengan perubahan dirinya yang radikal, sepantasnyalah
bagi individu untuk memfokuskan pada dirinya sendiri dan mencoba mengerti
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman
sebaya.
baru. Teman sebaya masih memiliki peran penting, namun individu sudah
lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja
tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis
kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan
individu yang berada di dalam suatu masa transisi atau peralihan dari masa
baik perubahan fisik, psikologis dan sosial ekonomi. Pada masa-masa ini
remaja yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah remaja akhir usia 19
sampai 22 tahun.
kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga dapat diartikan sebagai perasaan
efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang
tidak diinginkan.
bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan
unsur sebagai berikut, yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh
mematuhi aturan yang berlaku didalam masyarakat itu sendiri. Remaja dituntut
(Noviana, 2003).
merupakan bagian yang penting dari remaja sebagai pengontrol dorongan dan
keinginan yang berasal dari dalam. Remaja yang kontrol dirinya kurang
E. Kerangka Pemikiran
Remaja
1. Berupa siulan
yang menggoda
Kontrol Diri 2. Lelucon bersifat
menghina
3. Lelucon jorok
4. Merangkul
Pelecehan Seksual
5. cubitan
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah remaja UKM Olahraga dalam
tekanan dari teman sebaya, media masa, dan minat pada jenis seks lain, remaja
menjadi lebih terorientasi secara seksual sehingga pada masa remaja ini muncul
Peranan kontrol diri merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan
jiwa remaja. Pada remaja yang kurang memiliki kontrol diri, cenderung berperilaku
F. Hipotesis
antara kontrol diri dengan pelecehan seksual pada remaja di Unit Kegiatan