TINJAUAN PUSTAKA
A. Bullying
1. Definisi Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang bertujuan
menyenangkan yang mengakibatkan seseorang terluka secara fisik dan psikis dan
bahwa bullying adalah tindakan agresi yang dilakukan berulang serta dilakukan
oleh sekelompok orang yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang
lebih lemah.
tindakan yang disengaja secara sadar untuk menyakiti orang lain dan
dan teror. Menurut Rigby (Ayurani, 2012) bullying merupakan keinginan untuk
12
13
individu atau sekelompok yang lebih kuat dibandingkan korban dan tidak
bertanggung jawab atas perbuatannya, dilakukan secara terus menerus dan pelaku
adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh satu individu atau kelompok secara
sengaja, baik berupa verbal, fisik, ataupun psikis dan ditunjukkan kepada individu
lain yang memiliki keterbatasan kekuatan atau fisik serta dilakukan berulang-
ulang.
a. Bentuk fisik
b. Bentuk verbal
c. Bentuk psikologis
deskriminasi.
14
dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku bullying dapat dilakukan secara fisik,
a. Kepribadian
maupun bagi korban bullying. Menurut Benitez dan Justicia (Usman 2013),
pelaku bullying cenderung memiliki empati yang rendah, impulsif dan tidak
bersahabat. Selain itu, menurut Novianti (Usman, 2013) salah satu faktor yang
terbentuk dari respon emosional. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang
komunikasi sarkasme akan cenderung meniru dan menerapkan apa yang sering
melakukan bullying.
d. Iklim Sekolah
merasa apa yang dilakukannya tidak melanggar dan boleh melakukan intimidasi
pada siswa lain yang kurang memiliki kekuatan. Menurut Novianti (Usman,
mayoritasnya memiliki jenis kelamin yang sama juga menjadi faktor terjadinya
B. Kontrol Diri
menurut pada kata hati yang cenderung negatif. Selain itu, Tangney (Shohibullana,
perilaku tertentu sesuai dengan batasan seperti moral, nilai, dan aturan di
ke arah yang lebih positif (Ruhban, 2013). Di sisi lain, Hurlock (Khairunnisa,
2013) mengatakan bahwa kontrol diri berhubungan dengan cara seseorang untuk
beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan
bertindak negatif dan menyesuaikan dengan sikap dan perilaku yang dapat
diterima di masyarakat.
17
a. Kontrol perilaku
b. Kontrol kognitif
c. Kontrol keputusan
dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrol diri dapat dilakukan dengan mengontrol
dilakukan.
18
Agresifitas di kalangan remaja bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia
pendidikan sejak dahulu bahkan hingga sekarang. Salah satu bentuk dari agresifitas
tersebut adalah perilaku bullying. Perilaku bullying dapat dilakukan secara verbal
seperti mengejek, memaki, berkata kasar, secara fisik seperti menampar, memukul,
Widayanti (2008) bullying merupakan merupakan salah satu bentuk agresi. Bentuk
bullying secara verbal, fisik dan psikologis merupakan pemicu yang dapat berakibat
pada tindakan agresifitas. Perasaan sakit hati, marah dan kecewa dari korban bullying
Menurut Ahmed dan Braithwaite (Wahyuni, 2014) perilaku bullying ini bukan
hanya menjadi masalah sekolah yang serius, tapi juga sudah menjadi masalah sosial.
gangguan emosi, gangguan perkembangan hingga remaja dan dewasa pada anak yang
menjadi korban. Pelaku bullying juga cenderung melakukan tindakan kriminal saat
dewasa.
mengendalikan keinginan atau dorongan sesaat yang tidak sesuai dengan aturan atau
norma sosial, yang juga menjadi acuan bagi kontrol diri adalah moralitas otonom.
Moralitas otonom adalah tahap kedua dari perkembangan moral dalam teori Piaget,
19
kebiasaan, impuls, emosi dan tingkah laku yang berasal dari diri sendiri atau yang
berasal dari masyarakat. Individu yang memiliki kontrol diri yang baik akan
cenderung untuk menjauhi perilaku negatif. Sebaliknya, individu dengan kontrol diri
yang rendah akan lebih sering memunculkan perilaku negatif juga menujukkan
individu agar menuju pada perilaku yang lebih positif. Proses terbentuknya adalah
kontrol diri menolak respon negatif dan menggantinya dengan respon positif. Respon
dorongan dan pengubahan tingkah laku. (Utami, 2008). Synder dan Gangested
berpendapat bahwa konsep kontrol diri dapat digunakan untuk melihat hubungan
antara pribadi dengan masyarakat dalam bertindak dan berpendirian yang efektif.
(Ruhban, 2013).
Kontrol diri pada remaja merupakan kemampuan pada diri sendiri yang
digunakan untuk mengendalikan pengaruh dari luar dirinya yang menentukan tingkah
laku. Namun, walaupun pengaruh dari luar diri tersebut menuntukan perilaku,
pengaruh dari dalam diri seperti kontrol diri juga tetap ada seperti yang dijelaskan
oleh Skinner bahwa tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh pengaruh
eksternal, namun betapa pun kuatnya pengaruh eksternal, individu masih dapat
20
mengubahnya menggunakan proses kontrol diri. Kemampuan kontrol diri ini akan
Aspek-aspek dari kontrol diri Averill (Mugista, 2014) adalah aspek kontrol
berhubungan dan terkait dengan munculnya perilaku bullying, yang pertama adalah
Individu yang memiliki kontrol perilaku yang tinggi, perilakunya tidak impulsif,
sehingga bila ada impuls dari luar atau dalam dirinya tidak langsung bertindak
mengikuti emosi pada saat itu. Sebaliknya, individu yang memiliki kontrol perilaku
memunculkan perilaku yang sering kali kearah negatif. Oleh karena itu, dengan
Aspek yang kedua adalah aspek kontrol kognitif. Kontrol kognitif adalah
kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
mengurangi tekanan. Individu yang memiliki kontrol kognitif yang tinggi akan
individu yang memiliki kontrol kognitif yang rendah cenderung tidak memikirkan
dan tidak menyaring terlebih dahulu informasi yang diterima. Oleh karena itu,
21
individu yang memiliki kontrol kognitif yang rendah biasanya melakukan perilaku-
kemampuan individu untuk memilih dan memutuskan suatu tindakan yang akan
kognitif yang baik akan berdampak pula pada kontrol keputusan yang baik. Informasi
yang telah diolah lalu menghasilkan keputusan yang tepat untuk meyelesaikan
masalah yang sedang terjadi. Dengan begitu, individu yang memiliki kontrol
keputusan yang baik biasanya tidak terlibat dalam melakukan perbuatan negatif
seperti bullying.
kontrol diri akan merespon situasi atau memodifikasi keadaan yang dianggap tidak
diyakininya.
D. Hipotesis
penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku
bullying. Semakin tinggi kontrol diri, maka semakin rendah perilaku bullying. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku bullying.