Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

i. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah salah satu hal penting yang wajib dilakukan, baik di Indonesia
ataupun Luar Negeri. Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk menjadikan seseorang
mempunyai kepribadian yang baik dan memiliki wawasan luas. Secara umum, arti
pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki
seseorang.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan
bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh
anak (Purwatiningsih Aris Puji, 2021). Jadi, Pendidikan bisa dikatakan kunci penting
dalam membangun peserta didik agar memiliki karakter, kepribadian yang baik dan
berwawasan luas dalam pengetahuan serta memiliki keterampilan sehingga memberikan
rasa aman bagi peserta didik di lingkungan sekolah. Pada kenyataannya, ada sekolah
yang tidak aman bagi peseta didik karena adanya tindakan bullying di sekolah. Bahkan
setiap hari, peserta didik dapat menghadapi berbagai bahaya dari adanya bullying di
sekolah.
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan
dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus
(Widya Ayu Sapitri, 2020). Bullying adalah salah satu tindakan tidak terpuji yang
merugikan korbannya bahkan hingga mempengaruhi kesehatan psikisnya. Parahnya
kasus bullying juga kerap ditemukan di sekolah. Salah satu contoh bullying yaitu
menjauhi atau mengucilkan teman di sekolah. Penulis sendiri dalam hal ini juga pernah
mengalami kasus sebagai korban bullying di sekolah. Sebagai pelaku bullying,
melakukan tindakan bullying dengan mejauhi teman itu akan berdmpak yaitu teman yang
kamu jauhi akan merasa sedih, tertekan, dan membuatnya merasa tidak nyaman bahkan
minder (tidak percaya diri). Penting diketahui bagi remaja bahwa korban bullying ini
mendapat perlindungan Undang-Undang. Jika kamu sebagai pelaku bullying, maka kamu
bisa terancam pidana apabila melakukan tindakan bullying.

1
Perilaku Bullying juga sering terjadi di sekolah baik di tingkat Sekolah Dasar
(SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
ada di Kabupaten Mahakam Ulu. Seperti bullying verbal yaitu ejekan, hinaan karena para
siswa menganggap hal demikian adalah hal yang wajar dilakukan karena mereka tidak
tahu dampak dari bullying tersebut. Ada beberapa laporan mengenai bullying fisik
(memukul, menampar, mendorong, menendang) tetapi tidak sebanyak kasus bullying
yang lain. Hal ini dikarenakan bullying fisik masih lebih mudah dikontrol oleh lingkungan
sekolah. Perilaku non verbal tidak langsung lebih tidak disadari oleh siswa karena
kurangnya informasi yang diperoleh oleh mereka. Akan tetapi, Perilaku non verbal tidak
langsung sudah terjadi di SMA. Para siswa mengakui bahwa mereka tidak diizinkan
bergabung dalam kelompok teman sebayanya (Geng) tanpa alasan yang jelas mengapa
teman-teman mereka mengucilkannya. Pengucilan dalam hal pertemanan termasuk dalam
perilaku bullying non verbal tidak langsung (Christhoponus Argo Widiharto, 2010)
Dalam hal ini bullying juga terjadi pada pelajar remaja di SD, SMP dan SMA di
Kabupaten Mahakam Ulu. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, ada beberapa
indikator yang mengarah pada perilaku bullying pada siswa, seperti perkelahian sesama
pelajar sekolah, para pelajar melakukan perkelahian yang dipicu oleh makian para siswa
(bullying kontak verbal langsung), selain itu diakibatkan karena siswa menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek atau mengancam ke siswa lain (perilaku
bullying non verbal langsung) sehinga timbul saling mengejek bahkan yang lebih fatal
terjadi perkelahian.

Dari data-data latar belakang di atas, maka penulis membuat Karya Tulis Inovatif
yang berjudul “Mereduksi Dampak Negatif Bullying melalui Games Humanis, Edukasi
E-Book Stop Bullying dan Komunitas GAB”.

ii. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai


berikut : “Bagaimana Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Bullying dan Upaya
Mereduksi Dampak Negatif Bullying di Lingkungan Sekitar Kita?”.

2
iii. TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah


yang telah dikemukakan. Dengan demikian tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Bullying dan Upaya Mereduksi Dampak Negatif
Bullying di Lingkungan Sekitar Kita.

iv. MANFAAT PENULISAN

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai


pihak, antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk mencegah sedini mungkin perilaku
bullying yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan psikologis pada
remaja.
b. Hasil penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan dasar ilmu
pengetahuan mengenai perilaku bullying.
c. Memberikan pemahaman tentang bagaimana cara yang efektif untuk
menghadapi perilaku bullying.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan pada semua pihak yang terkait tentang perilaku korban
bullying, termasuk pola dan pendekatan yang bisa dilakukan dalam upaya
meminimalisir terjadinya bullying yang cukup beresiko.
b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi diri bagi kita
semua dan bagaimana pemahaman terhadap bullying.
c. Masukan bagi para praktisi yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat
khususnya yang berfokus pada masalah bullying agar lebih peka dan akurat
dalam memberikan penyuluhan maupun pengarahan terutama yang terkait
dengan perilaku bullying.

3
BAB II
PEMBAHASAN

i. PENGERTIAN BULLYING

Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan


dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus
(Widya Ayu Sapitri, 2020). Bullying adalah salah satu tindakan tidak terpuji yang
merugikan korbannya bahkan hingga mempengaruhi kesehatan psikisnya. Parahnya
kasus bullying juga kerap ditemukan di sekolah.

Selain itu, terdapat beragam pengertian bullying yang dikemukakan para ahli, di
antaranya adalah bullying yang dikemukakan Ponny Retno Astuti (2008: 3) yang
menyatakan bahwa bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat untuk
diperlihatkan ke dalam aksi menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung
jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. Bullying adalah
pengalaman yang biasa dialami oleh banyak remaja di sekolah. Perilaku bullying dapat
berupa ancaman fisik atau verbal. Bullying terdiri dari perilaku langsung seperti
mengejek, mengancam, mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh suatu
atau lebih siswa kepada korban atau remaja yang lain (Imas Kurnia 2020).
Selanjutnya bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung, misalnya dengan
mengisolasi atau dengan sengaja menjauhkan seseorang yang dianggap berbeda. Baik
bullying langsung maupun tidak langsung pada dasarnya bullying adalah bentuk
intimidasi fisik ataupun psikologis yang terjadi berkali-kali dan secara terus-menerus
membentuk pola kekerasan (Imas Kurnia 2020).
Hal senada juga diungkapkan oleh Yayasan Sejiwa Amini (2008: 2) yang
menyatakan bahwa bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan
kekuatan/kekuasaan yang dilakukan seorang atau sekelompok. Pihak yang di sini tidak
hanya berati kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Sementara
menurut Andri Priyatna (2010: 2) bullying adalah tindakan yang disengaja oleh si pelaku

4
pada korbannya yang bukan sebuah kelalaian atau tindakan itu terjadi berulang-ulang.
Dengan demikian bulying merupakan tindakan tidak terpuji yang merugikan
korbannya untuk menyakiti atau menyalahgunakan kekuatan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok yang lebih kuat, biasanya dilakukan secara berulang-ulang kepada pihak
yang lebih lemah baik secara fisik maupun mental.
Menurut Yayasan Sejiwa Amini (2008: 2) beberapa bentuk bullying antara lain;
a) Kontak Fisik Langsung (Bullying Fisik) merupakan bulying paling tampak dan mudah
diidentifikasi. Contoh bullying fisik yaitu memukul, mendorong, menjambak,
menendang, menampar, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencekik,
menggigit, mencakar, meludahi dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik
anak yang tertindas, memeras, dan lain-lain. b) Kontak Verbal Langsung (Bullying
Verbal) merupakan jenis bullying yang juga bisa tertangkap dengan indera pendengaran
kita dan biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi
langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Contoh bullying verbal yaitu
julukan nama, celaan, fitnah, merendahkan, mencela atau mengejek, memaki, menghina,
menjuluki, meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menebar
gosip. Tindakan lain yang terkategori bullying verbal adalah mengintimidasi, memaki,
menyebarkan gosip, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-
surat mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan
keliru, gosip, dan sebagainya. c) Bullying Perilaku Nonverbal Langsung, bullying jenis ini
seperti tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka
yang merendahkan, mengejek atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau
verbal. d) Bullying Perilaku Nonverbal Tidak Langsung, bullying jenis ini seperti
tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak,
sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. e) Cyber Bullying,
bullying jenis ini seperti tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik
(rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media sosial atau
mempermalukan orang dengan menyebar gosip di jejaring sosial internet dan menyebar
foto pribadi).

ii. PENYEBAB BULLYING

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bullying. Faktor - faktor tersebut
bisa dari pelaku ataupun korban bullying. Imas Kurnia (2020) memaparkan beberapa

5
faktor penyebab bullying adalah :
1. Faktor keluarga, anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan
bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak
menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka akan
mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian
dengan pengalaman tersebut mereka cenderung yang akan lebih dulu menyerang
orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah
kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam. Anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada
orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak
ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu,
ia akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk
berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan
kekuasaan seseorang. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.
2. Faktor sekolah, karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying
ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying
berkembang pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan
masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati antar sesama anggota sekolah.
3. Faktor kelompok sebaya, anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan
teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang
kala beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Faktor kondisi lingkungan sosial, hal ini dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan keluarga. Mereka yang hidup dalam
kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan/ pemerasan/
memaksa antar siswanya.
5. Faktor tayangan televisi, handphone dan media social, hal ini membentuk pola
perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survei yang

6
dilakukan salah satu media massa, memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru
adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya 64%
dan kata-katanya 43%.

Berdasarkan pendapat tentang faktor penyebab bullying bisa diambil kesimpulan


bahwa, faktor penyebab tidak hanya berasal dari pelaku tetapi juga orang-orang
disekitarnya. Faktor yang berasal dari pelaku misalnya dorongan untuk mencari
popularitas dan kepuasan diri. Dengan melakukan bullying pada orang lain, maka pelaku
akan terkenal dan ditakuti teman-temannya. Hal ini menimbulkan kepuaan tersendiri bagi
si pelaku. Selain itu seseorang yang pernah mengalami bullying akan cenderung
melakukan hal yang sama pada orang lain. Hal ini dilakukannya sebagai wujud rasa balas
dendam. Tidak hanya itu, keadaan keluarga yang tidak rukun dan kurangnya pendidikan
empati yang diberikan orangtua kepada anak juga menjadi faktor penyebab seseorang
melakukan bullying.

iii. DAMPAK BULLYING

Menurut Andri Priyatna (2010: 4) menyebutkan beberapa dampak buruk yang


dapat terjadi pada anak yang menjadi korban bullying, antara lain: a) kecemasan; b) merasa
kesepian; c) rendah diri; d) tingkat kompetensi sosial yang rendah; e) depresi; f) simpton
psikosomatik; g) penarikan sosial; h) kabur dari rumah; i) konsumsi alkohol dan obat-
obatan terlarang; j) bunuh diri; k) penurunan performansi akademik.
Ponny Retno Astuti (2008: 11) memaparkan bahwa dampak bullying pada diri
korban yaitu timbul perasaan tertekan karena pelaku menguasai korban. Bagi korban,
kondisi ini menyebabkan dirinya mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan
diri (self esteem) yang merosot, malu, trauma, tak mampu menyerang balik, merasa
sendiri, serba salah, takut sekolah (school phobia) dimana ia merasa tak ada yang
menolong dalam kondisi selanjutnya ditentukan bahwa korban kemudian mengasingkan
diri dari sekolah, atau mederita ketakutan sosial (social phobia), bahkan cenderung akan
bunuh diri.
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat bullying bagi remaja, dari sudut pandang
peran dalam bullying (Kurnia, 2017) adalah :
1. Bagi pelaku bullying ; prestasi yang dicapai rendah, menjadi pribadi yang suka
menyendiri, suka merokok, suka memakai narkoba, cenderung melakukan

7
tindakan-tindakan kekerasan dan anarkis, sering melawan orang tua, sering
membolos sekolah, hingga dihukum pidana di pengadilan.
2. Bagi korban bullying ; kurang minat mengerjakan tugas sekolah, sering absen,
sering membolos sekolah, kurang pergaulan dengan teman-teman sebayanya,
prestasi menurun, sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, nafsu makan menurun,
emosi yang tidak stabil, susah tidur, terdapat luka dan memar, kehilangan barang-
barang kepunyaannya karena sering dirampas atau dipalak.
3. Bagi yang menyaksikan tindakan bullying, memang tidak berdampak pada fisiknya,
tetapi akan berdampak pada keadaan mentalnya, seperti rasa bersalah yang
berlebihan, malas untuk pergi ke sekolah, selalu merasa tak nyaman di sekolah,
trauma terhadap segala sesuatu, kurang berkonsentrasi terhadap pelajaran yang ia
terima, dan membenci pelaku bullying.

Selain itu, bullying akan membuat remaja merasa tidak nyaman untuk membagikan
pengalaman dengan orang tua mereka akibat efek traumatis yang dialaminya (How Stuff
Works, 2019). Bahkan Bullying memberikan dampak ketidakberdayaan, yaitu korban
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, menarik diri dari pergaulan, tidak berharga,
penurunan prestasi akademik, merasa tidak berdaya, putus asa, dan ada keinginan untuk
mengakhiri kehidupannya (bunuh diri).

Bullying yang kerap kali terjadi di sekolah seringkali diabaikan, padahal bullying
sangat perlu ditanggulangi. Hal tersebut karena bullying dapat menimbulkan akibat yang
sangat besar bagi siswa yang terlibat, baik sebagai korban ataupun pelaku bullying.

iv. CONTOH KASUS BULLYING

Contoh kasus bullying yang penulis ambil adalah video bullying yang sempat viral
di media sosial Twitter, Instagram dan Youtube. Dalam video tersebut yang tersebar
disebutkan bullying terjadi di SMP Plus Baiturrahman, Kota Bandung, Jawa Barat. Dalam
video yang diunggah, terlihat seorang siswa laki-laki memasang helm pada korban.
Kemudian secara bergantian pelaku menendang kepala korban hingga akhirnya korban
terjatuh. Sontak aksi bullying itu mendapat kecaman netizen di dunia media sosial.
Pada kasus ini mediasi sudah berjalan, pengawas sekolah telah bertemu dengan para
siswa yang terlibat didampingi polsek setempat. Dalam hal ini, sekolah juga sudah diberi

8
teguran agar bisa belajar dalam kasus yang terjadi di sekolahnya. Prioritas sekarang
memberikan pendampingan secara psikologis ke korban. Dan ia berharap, kejadian bullying
di lingkungan sekolah ini dan sekolah lain tidak akan terjadi lagi, khususnya di Kota
Bandung. Dan pesan yang disampaikan untuk kepala sekolah, ibu bapak guru mohon untuk
terus pantau kegiatan para siswanya ketika pembelajaran di sekolah sedang berlangsung.
Kita harus bimbing mereka dan beri pemahaman tentang pendidikan karakter hingga sikap
saling menghargai satu sama lain. Terkait kondisi korban, korban tidak mengalami luka
serius dari kekerasan yang dialami, dilihat dari hasil visum di rumah sakit.
Korban dan pelaku bullying direncanakan akan didampingi oleh Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Jawa Barat. Hal
ini karena keduanya masih di bawah umur, dan masa sekolah yang tengah dijalani akan
segera habis beberapa bulan mendatang. Kami tetap melakukan pendampingan dan
konseling baik itu untuk anak korban maupun untuk pelaku dan kita juga ikut memantau
karena mereka juga hanya beberapa bulan lagi harus menyelesaikan sekolahnya, ujar Kepala
DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati. Disebut Uum, kedua belah pihak sudah dilakukan
pertemuan dan mediasi di ruang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes
Bandung.
Dari kasus bullying di atas dapat kita simpulkan, bahwa hasil visum korban bullying
yang masih duduk di SMP tidak ada tanda luka yang serius dalam hal fisik. Akan tetapi,
mendapatkan pendampingan secara psikologisnya. Dan untuk pelaku bullying akan
mendapat sanksi tersendiri dari pihak sekolah dan dilakukannya mediasi baik di sekolah
serta DP3A Kota Bandung.

v. CARA MENGATASI BULLYING

Menurut Andri Priyatna (2010: 69) salah satu cara untuk mengatasi bullying di
sekolah menggunakan teknik teater atau bermain peran (sosiodrama). Dengan menggunakan
teknik sosiodrama dalam mengatasi bullying agar siswa bisa merasakan bagaimana
perasaan ketika menjadi pelaku dan korban bullying, sehingga siswa sadar bahwa perilaku
bullying adalah perilaku yang buruk dan tidak baik untuk dilakukan.
Selain itu, Cowie dan Jennifer (2009: 15) mengemukakan hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi bullying antara lain pengawasan guru terhadap siswa, penerapan
peraturan dan kode etik sekolah, membangun kesadaran dan pemahaman siswa tentang
bullying, dan menciptakan kondisi sekolah yang ramah terhadap siswa.

9
Untuk menangani atau mengatasi terjadinya bullying dapat dilakukan melalui
beberapa teknik atau cara. Menurut Ponny Retno Astuti (2008: 225) ada tiga model
pencegahan bullying yang mampu mengatasi bullying yaitu :
1. Model Transteori (Trastheoreticl Model/TTM)
Model transteori merupakan salah satu penyadaran bahaya bullying yang bersifat
ajakan, mudah dipahami, bertahap namun relatif cepat dan aman, bagi orang tua,
guru ataupun anak, korban maupun pelaku. Dalam setiap tahapannya selalu
muncul rasa keingintahuan, hasrat dan upaya yang lebih besar untuk mencapai
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
2. Support Network
Support Network berfungsi untuk membantu jalannya tahapan transteori. Support
network adalah program untuk melakukan upaya komunikasi antara pihak sekolah
dan komunitasnya. Dalam upaya pencegahan bullying, support network perlu
dilakukan terlebih dahulu, yakni dengan menggalang berkumpulnya seluruh
komunitas sekolah untuk disatukan pemahaman dan keterlibatan mereka secara
bersama.
3. Program Sahabat
Program sahabat dengan dasar-dasar nilai kasih sayang, harmoni, baik budi, dan
tanggung jawab adalah contoh program yang mengandung nilai sosial paling
mendasar yang memudahkan kedua model di atas dapat dilaksanakan secara nyata,
terkontrol, individual maupun berkelompok/ bersama-sama, terorganisasi dan
efektif dalam mencegah bullying melalui pelatihan perbaikan perilaku anak-anak.

Patut diingat bahwa bullying tidak dapat dihadapi dengan bullying, oleh karena itu
korban bullying harus diajari untuk menghadapi bullying dengan tegas tapi peduli. Korban
bullying dapat menanggapi ejekan dengan tegar dan kemungkinan besar tidak memasukkan
ke dalam hati, sehingga pelaku bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yang kuat dan
tidak akan mengganggunya lagi.
Hukuman untuk perilaku bullying dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 80 berisi tentang :
(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau
penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000 (tujuh puluh dua
juta rupiah).

10
(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Hukuman untuk perilaku cyber bullying dapat dipidanakan dalam Undang-undang


Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 27 ayat 3 yang berbunyi, “Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan atau membuat dapat
diaksesnya elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan
atau pencemaran nama baik”. Sedangkan Pasal 45 ayat (3) menyatakan, “Setiap orang yang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling
banyak Rp750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)”.
Mengingat kasus bullying banyak dari kalangan sekolah yaitu masih di bawah umur
atau usia remaja, dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
sistem peradilan anak pasal 8 berisi tentang :
(1) Proses diversi dilakukan melalui musywarah dengan melibatkan anak dan orag tua/
walinya, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja social professional berdarkan
pendekatan keadilan restoratif.
(2) Dalam hal diperlukan, musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melibatkan tenaga kesejahteraan social dan atau masyarakat.
(3) Proses diversi wajib memperhatikan :
a. Kepentingan korban
b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak
c. Penghindaran stigma negatif
d. Penghindaran pembalasan
e. Keharmonisan masyarakat
f. Kepatutan, kesusilaan dan ketertiban umum

11
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang sistem peradilan
anak pasal 32 berisi tentang :
(1) Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan
dari orang tua/wali dan/lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/ tidak akan mengulangi tindak
pidana.
(2) Penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Anak telah berumur 14 tahun atau lebih
b. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun
atau lebih.
(3) Syarat penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dinyatakan secara tegas
dalam surat perintah penahanan.
(4) Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak harus tetap
dipenuhi.
(5) Untuk melindungi kemanan anak, dapat dilakukan penempatan anak di LPKS.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas cara mengatasi bullying,
adapun best practice dari kami dalam mereduksi dampak negatif atau cara mengatasi
bullying yaitu :
1. Games Humanis

Kata Humanis kami ambil dari teori konseling humanistik yang mengarah

12
pada bagaimana seseorang memanusiakan manusia dengan sebaik-baiknya. Jadi,
Games Humanis adalah sebuah permainan ular tangga yang telah kami modifikasi
dalam permainan yang bermakna edukasi tentang bullying.
Diharapkan para pemain dalam Games Humanis baik sebagai pelaku
bullying, korban bullying dan saksi tindakan bullying nantinya bisa menyadari
bagaimana cara menyikapi tentang tindakan bullying.
Pelaku bullying nantinya bisa lebih memanusiakan manusia, karena
perbuatannya tersebut membawa dampak negatif bagi korban bullying. Serta pelaku
bullying menjadi sadar akan hukum ketentuan pidana atas perilaku bullying yang
dilakukannya ternyata bisa dipidanakan.
Korban bullying nantinya bisa mengatasi bagaimana tindakan yang tepat
ketika mereka menjadi korban bullying. Sehingga akhirnya korban bullying tidak lagi
ditindas dan bisa menjalani kehidupannya dengan baik tanpa ada tekanan yang buruk
dari seseorang.
Saksi tindakan bullying nantinya bisa mengatasi bagaimana tindakan yang
tepat ketika melihat korban bullying. Sehingga akhirnya saksi tindakan bullying tidak
merasa bersalah dan tertekan dengan keadaan dirinya serta tidak membenci yang
teramat dalam kepada pelaku bullying.
Cara bermain Games Humanis adalah paling tidak dimainkan oleh 3 orang
pemain yaitu sebagai pelaku bullying, korban bullying, dan saksi tindakan bullying.
Bermainnya sama seperti bermain ular tangga ada dadu bertulis angka1-6 dan catur
pijak sebagai tanda sudah bermain di nomer berapa. Setiap para pemain berhenti
akan ada pertanyaan seputar bullying yang harus dijawab oleh para pemain atau
informasi materi bullying yang harus dibacakan. Jika ada pemain yang mencapai
finish di nomer 100, maka akan mendapatkan hadiah hiburan sederhana dari kami
(sebagai penyemangat bagi para pemain Games Humanis).
Tanpa disengaja bahwa Games Humanis bisa membawa edukasi bagi para
pemain yaitu bermain sambil belajar tentang bullying dan penyadaran hukum bagi
pelaku bullying. Dengan adanya Games Humanis semoga dapat mereduksi dampak
negatif dari bullying atau mengatasi bullying yang sering terjadi di lingkungan
sekitar kita.

2. E-book Stop Bullying

13
Selain games humanis di atas, kami juga membuat media pembelajaran yaitu
Buku/ E-book Stop Bullying dengan tujuan agar dapat mereduksi dampak negatif
dari bullying atau mengatasi bullying yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita.
Buku ini nantinya akan kami rancang agar bisa dibaca secara online melalui
QR-Code/ Barcode dan bisa dibaca secara offline di perpustakaan sekolah dalam
bentuk hard copy. Sehingga nantinya siapa saja bisa mengakses melalui handphone
ataupun melalui bukunya di perpustakaan sekolah. Agar nantinya semua pihak bisa
memahami tentang bahaya dari tindakan bullying. Diharapkan target kami yang
membaca buku tersebut baik yang pernah menjadi pelaku bullying menjadi sadar
akan hukum pidana dari bullying, yang menjadi korban bullying atau saksi bullying
bisa mengatasi caranya harus bagaimana bersikap dan bertindak.

3. Komunitas GAB (Gerakan Anti Bullying) melalui online dan offline

14
Selanjutnya upaya dari kami untuk dapat mereduksi dampak negatif dari
bullying atau mengatasi bullying yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita
adalah dengan menciptakan Komunitas GAB (Gerakan Anti Bullying) melalui online
dan offline.
Komunitas GAB (Gerakan Anti Bullying) melalui online yaitu dengan cara :
a. Layanan konseling aduan tentang bullying melalui Instagram Komunitas GAB
b. Edukasi bullying melalui poster di Instagram Komunitas GAB
c. Live Instagram membahas tentang bullying video edukasi berkaitan tentang
bullying
Komunitas GAB (Gerakan Anti Bullying) melalui offline yaitu dengan cara :
a. Sosialisasi GAB (Gerakan Anti Bullying) di SD, SMP dan SMA
b. Pembagian brosur tentang bullying di lingkungan sekitar
c. Kotak aduan dengan menulis surat tentang tindakan bullying di sekolah
d. Poster di tempel di papan mading

Tujuan adanya Komunitas GAB (Gerakan Anti Bullying) melalui online dan
offline adalah bisa dijadikan suatu wadah (komunitas) bagi masyarakat untuk
menggerakkan gerakan anti bullying atau stop bullying di lingkungan sekitar,
sehingga ada dukungan atau penanganan dari tindakan bullying yang terjadi.

15
BAB III
PENUTUP

i) SIMPULAN

Simpulan dari hasil penulisan, karya tulis inovatif “Mereduksi Dampak Negatif
Bullying melalui Games Humanis, Edukasi E-Book Stop Bullying dan Komunitas GAB”
dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Penyebab terjadinya perilaku bullying yang terjadi biasanya berasal dari lingkungan
keluarga, sekolah, kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial dan faktor tayangan
televisi, handphone serta media sosial.
2. Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekitar di Kabupaten Mahakam Ulu
yaitu mayoritas perilaku bullying memukul karena dipicu oleh makian para siswa
(bullying kontak verbal langsung), selain itu diakibatkan karena siswa menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek atau mengancam ke siswa lain
(perilaku bullying non verbal langsung) sehinga timbul saling mengejek bahkan
yang lebih fatal terjadi perkelahian.
3. Kesehatan psikologis pada remaja yang mengalami perilaku bullying akan memiliki
tekanan psikologis yang tinggi seperti, tidak ingin datang ke sekolah, merasa
kesepian atau selalu menyendiri, sedih, tidak percaya diri, tidak mau bergaul
dengan teman sekelas, kurang minat mengerjakan tugas sekolah, sering absen,
sering membolos sekolah, kurang pergaulan dengan teman-teman sebayanya,
prestasi menurun, sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, nafsu makan menurun,
emosi yang tidak stabil, susah tidur, terdapat luka dan memar.

16
ii) SARAN

Adapun saran yang di berikan oleh penulis, diantaranya :


1. Diharapkan para siswa yang mengalami perilaku bullying agar segera melaporkan ke
komunitas kami melalui aduan surat atau di instagram @komunitas_gab kami atau
mendatangi guru bimbingan konseling untuk dapat membantu mengatasi masalah
yang dialami oleh korban perilaku bullying.
2. Diharapkan para remaja yang mengalami perilaku bullying harus mampu
menyesuaikan diri, mampu mandiri, memiliki rasa kepercayaan diri untuk
menghadapi kehidupan, dan mampu bergaul kembali dengan teman lainnya.
3. Diharapkan bagi pihak keluarga, bisa mengawasi perilaku anak ketika di rumah dan
pihak sekolah melakukan pengawasan ketat yang diawasi oleh para guru dan guru
bimbingan konseling, bersikap tegas dan memberikan sanksi terhadap pelaku perilaku
bullying.

17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Andri Priyatna. (2010). Lets End Bullying. Memahami, Mencegah, dan Mengatasi
Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Christhoponus Argo Widiharto. (2010). Perilaku Bullying Ditinjau dari Harga Diri dan
Pemahaman Moral Anak. Diakses dari http//: eprints.unika.ac.id/1739, pada
tanggal 13 Agustus 2014, jam 14.30 WIB.
Cowie&Jennifer. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jakarta.
Hurlock, Elizabeth B. (2019). How Stuff Works (Med.Meitasari Tjandrasa.Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Imas Kurnia (2020). Bullying. Istana Media. Yogyakarta.
Kurnia. (2017). Hubungan Bullying Dengan Kemampuan Sosial Pada Remaja Di
Smk X Kota Bandung. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi Vol. 9
No.1, 34-40.
Ponny Retno Astuti. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi
Kekerasan pada Anak. Jakarta: Grasindo.
Purwatiningsih, Aris Puji. (2021). Masyarakat Kota Semarang dan Filantropi
Islam. Pekalongan: Penerbit NEM.
Sejiwa. (2008). Bullying: Mengatsi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar. Jakarta: Grasindo.
Widya Ayu Sapitri, S.Psi., MH. Ukuran : 14 x 21 cm. ISBN : 978-623-7821-72-4.
Terbit : April 2020.

18
19

Anda mungkin juga menyukai