PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seperti menjadi rumah kedua bagi para siswa. Bukankah sudah selayaknya
sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi peserta didk untuk
siswa yang menjadi korban itu sendiri. Siswa yang menjadi korban kekerasan
di sekolah bisa mendapatkan dampak negatif baik dari segi fisik, psikis dan
tercatat ada 1.032 kasus kekerasan pada anak yang terdiri dari: kekerasan
fisik 290 kasus (28%), kekerasan psikis 207 (20%), dan kekerasan seksual
535 kasus (52%). Kasus kekerasan pada anak mengalami peningkatan setiap
kekerasan seksual. Tahun 2011 terjadi 2.508 kasus, 1.075 di antaranya adalah
kekerasan seksual. Pada 2010, terjadi 2.400 kasus, 1.152 di antaranya adalah
kekerasan fisik, dan kerusakan nyata untuk korban yang bersifat psikologis
(misalnya, depresi) serta terkait dengan pendidikan (absensi yang buruk atau
waktu ke waktu, melakukan tindakan negatif pada bagian dari satu atau lebih
yang kedua merupakan bentuk bullying langsung. Bullying memiliki dua efek
jangka pendek dan panjang pada korban. Efek jangka pendek meliputi
harga diri, kecemasan, rasa tidak aman, dan kehilangan konsentrasi, dan
menarik, dan melihat diri mereka sebagai orang gagal. Pengaruh jangka
(PTK) ini akan dipaparkan mengenai salah satu bentuk kekerasan yang marak
mengenai profil perilaku bullying di SMP Negeri 40 Bandung Kelas VII dan
menanggulanginya.
B. Rumusan Masalah
VIII?
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari PTK ini yaitu
E. Manfaat Penelitian
berikut :
sekolah.
2. Bagi guru, dengan mengetahui profil perilaku bulying siswa SMP Negeri 40
siswa.
G. Definisi Operasional
dan ruang lingkup penelitian tindakan di atas beberapa istilah yang digunakan
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bullying
istilah dalam bahasa indonesia yang sering kali dipakai masyarakat untuk
hasrat yang sadar dan disengaja untuk menyakiti dan membuat orang
lain tertekan
bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara sadar dan
Perilaku agresi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisik, psikis
dan sosial.
B. Bentuk Bullying
bentuk lain. Jenis penindasan secara fisik ini bisa memukul, mencekik,
tertindas.
b. Bullying verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah
yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan
menyudutkan.
Selanjutnya Riauskina, Djuwita dan Soesetio (2005 dalam
bullying fisik/verbal.
verbal
dan behavioral dalam diri pelaku itu sendiri. Rigby (2002) mengemukakan
D. Ciri-Ciri Bullying
melakukan tindakan negatif pada bagian dari satu atau lebih orang lain".
Ini bisa sulit bagi orang tua dan personil sekolah untuk membedakan
a. Apa sifat dari perilaku tersebut? Apakah sesuai dengan usia? Untuk
siapakah itu diarahkan? Apakah khusus untuk satu jenis kelamin atau
c. Pada tingkat apa perilaku terjadi? Apakah ini sering terjadi atau
Bullying memiliki dua efek jangka pendek dan panjang pada korban.
aman, dan kehilangan konsentrasi, dan korban dapat menolak untuk pergi
seperti bodoh, malu, atau tidak menarik, dan melihat diri mereka sebagai
orang gagal. Pengaruh jangka panjang pada kepribadian dan harga diri:
Olweus (1993) menemukan bahwa orang dewasa pada usia 23 yang telah
penataan istirahat, dan faktor lingkungan lainnya. Selain itu, pengaruh dari
lingkungan rumah awal tidak dapat diremehkan: Bully berasal dari rumah
bahwa mereka datang untuk percaya sangat muda bahwa intimidasi dan
Sayangnya, perilaku bully sering diperkuat oleh orang tua dan teman
sebaya. Orang tua sering membela perilaku anak mereka: "Yang baik
untuk membela diri sendiri." Karena orang tua ini memiliki model perilaku
yang dicirikan sebagai pengganggu oleh para guru dan rekan-rekan telah
yang dicirikan sebagai pengganggu oleh para guru dan rekan-rekan telah
menemukan profil korban yang khas. Hanish dan Guerra meneliti ciri-ciri
anak yang beresiko untuk menjadi korban dan dikelompokkan ke dalam
siswa begitu rentan terhadap bully. Siswa yang menarik diri, siswa
pemalu, dan tidak yakin pada diri mereka sendiri, terutama pada yang
bully karena takut akan pembalasan. Ini berarti bahwa bullying dapat
konselor.
depresi, putus sekolah, atau bahkan mencoba bunuh diri, tetapi beberapa
berubah agresif dan dalam kasus yang jarang terjadi, korban melakukan
dan lingkungan:
1. Risiko biologis. Pubertas meningkatkan risiko yang mengubah korban
alasan "hidup ini tidak layak dijalani, jadi apa bedanya jika aku
H. Bullying di Indonesia
hash l surveinya di maja la h Journal of the American Medical Association tahun 2001,
mengalami bullying oleh siswa lain. Survei ini dilakukan pada 15.686 siswa
secara fisik, verbal maupun mental. Ini berarti 1 dari 4 anak di negeri itu telah
Wasono, Surabaya.
seniornya,.
orientasi kampus.
sekolah.
hari.
6) 2012 : Kasus SMA Seruni Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta,
dan trauma, serta pelaku yang masih berada di kelas XII ditahan
mengintimidasi. Jika mereka dapat belajar untuk tidak bereaksi seperti itu,
korban harus menghadapi pengganggu saja. Korban harus tegas, saya tidak
menyukai apa yang Anda lakukan untuk saya, dan saya ingin
meningkat.
bekerja sama dengan para penganiaya itu sendiri. Robert Dan Morotti
mereka.
keseriusan dari perilaku dan rencana untuk itu intervensi yang tepat.
c. Buat Peluang untuk bully belajar tentang diri dan berubah. Kunci
orang tua dan guru adalah alat yang baik karena orang tua bully
mengingat bahwa perilaku bully adalah gejala nya maka gejolak dapat
membantu.
anak ini mungkin takut-pembalasan dan ditolak oleh peer group lain.
mendorong bullying. Sikap guru dan anggota staf sekolah lainnya adalah
pelatihan ini akan menjadi dua kali lipat: pertama, untuk membuat orang
kedua, untuk melibatkan mereka dan orang tua sebanyak mungkin dalam
METODE PENELITIAN
Peneliti dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya
dilakukan oleh peneliti (Sebagai salah satu tenaga pengajar di SMP Negeri 40
Bandung), dan berfungsi sebagai alat penelitian. Dengan perkataan lain dalam
penelitian ini tidak ada alat penelitian yang baku yang telah disiapkan
sebelumnya.
1. Jenis Penelitian
l. Refleksi awal
2. Perencanaan Tindakan
4. RefleksI
B. Kehadiran Peneliti
sebagai dasar refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil
C. Lokasi Penelitian
2) Aspek pelaku, ialah peneliti, sebagai guru dan siswa kelas 7 dan 8 yang
2013/2014.
D. Sumber Data
Biklen, 1990). Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 dan 8,
sekolah.
berlangsung
F. Analisa Data
berikut :
I) Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang
telah terkumpul.
pernyataan.
F
P X100
N
Keterangan :
P = Prosentase
yang jelas maka hasil angket dijumlah. Kemudian diolah berdasarkan rumus
sebagai berikut:
21 - 40% kurang
41 - 60% cukup
61 – 80% baik
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah data terkumpul, kemudian diadakan pengecekan apakah data yang terkumpul sudah lengkap sesuai dengan instrumen
Korban Bullying
3%
26% Tidak Pernah
Sesekali
43%
Kadang-kadang
Sering
28%
2. Diejek, Diperolok
Diejek, Diperolok
7%
10% Tidak Pernah
Sesekali
16%
Kadang-kadang
66%
Sering
3. Diabaikan teman
Diabaikan teman
7%
7% Tidak Pernah
16% Sesekali
Kadang-kadang
69% Sering
21%
Tidak Pernah
Sesekali
7%
2% Kadang-kadang
74% Sering
5. Digosipkan mengenai hal yang salah
9%
2%
Tidak Pernah
12%
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
81%
22%%
2%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
95%
7. Dipaksa melakukan sesuatu
3%
3%3%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
90%
2%
0%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
97%
9. Dipermalukan, dikomentari dengan penghinaan secara seksual
2%
3% 3%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
91%
3%
0%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
Sering
93%
11. Murid yang membully
21%
Tidak Di bully
2%
3% Teman Sekelas
Kakak Kelas
Adik kelas
95%
2%
0%
2%
Tidak Pernah di bully
murid perempuan
murid laki-laki
keduanya
90%
13. Banyaknya murid yang membully
2%
3%
14% Tidak Pernah di bully
1 murid
2-9 murid
79%
5%
12% Tidak Pernah di bully
Beberapa Minggu
Tempat di Bully
7%
5%
Tidak Pernah
Sesekali
21%
Kadang-kadang
62%
Sering
5%3%
9% Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-kadang
86% Sering
17. Tempat di Bully
Tempat Di Bully
0%
7%
Tidak Pernah
Sesekali
Kadang-Kadang
Sering
93%
47%
51%
19. Murid lain mencoba menghentikan Bullly
5%
13%
41%
41%
89%
21. Pikiran atau perasaan ketika melihat pembullyian
37%
20%
2%
18%
12%
68%
23. Memanggil dengan sebutan jahat
90%
2% 0%
10%
88%
25. Memukul, menendang, mendorong dan menggencet seseorang
4%2%
0%
94%
98%
27. Mengambil Uang dan Barang orang lain
100%
100%
29. Memanggi dengan panggilan yang jahat
7%1% 0%
92%
30. Menghina
96%
31. Membully dengan cara lain
5%2%
0%
93%
88%
33. Berpikit untuk ikut MemBully
14%
14% 48%
24%
29%
59%
4%
8%
35. Perasaan takut di Bully
2%
8%
19%
71%
BAB V
A. SIMPULAN
penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMPN 40
Bandung tidak pernah menjadi korban bulying, sedangkan pada kelas VIII
Adapun bentuk bulying yang paling sering dilakukan adalah berupa kekerasan
verbal seperti diejek dan diperolok serta kekerasan fisik seperti dipukul,
sering adalah teman sekelas dan kaka kelas korban bullying tersebut. Sementara
itu tempat yang paling sering terjadi bullying adalah di kelas yaitu pada saat guru
tidak ada.
semua siswa dan bahwa program itu harus menyerang inti dari masalah kekerasan
remaja di berbagai bidang dan dengan berbagai metode. Yang paling penting,
B. REKOMENDASI
VII dan VIII dapat dilihat bahwa beberapa siswa menjadi pelaku dan beberapa
menjadi korban bullying, dilihat dari kondisi tersebut maka program penanganan
masalah bullying perlu dibuat sebagai salah satu upaya penanganan maupun
apa yang mereka sebut aset perkembangan, faktor-faktor yang membantu anak-
anak yang agresif dan bengis merespon dengan perilaku yang kurang berisiko.
Aset perkembangan ini adalah kerangka yang berguna untuk merancang program
pemenuhan diri.
Indeks.
http://regional.kompasiana.com/2013/07/24/darurat-nasional-eksploitasi-
Fahanshah, Deviana. (2012). “Profil Bullying Remaja Putri dan Implikasinya Bagi
Terdapat:
http://www.decd.sa.gov.au/speced2/files/links/Draft_for_web_School_Que
Jakarta: Grasindo.
Yayasan Semai Jiwa Aminin (SEJIWA). 2013. Data Korban MOS (2007-2013).