Anda di halaman 1dari 9

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

A. Deskripsi Kasus
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling belajar adalah yang paling menonjol
dari ketiga konseli yaitu ARA, ABK dan AM. Ketiga konseli diperkirakan memiliki
masalah dalam bidang akademik karena mendapatkan nilai UTS paling rendah
dibanding teman sekelasnya. Berikut ini rincian konseli yang mengikuti konseling
kelompok.
Konseli 1
Nama : ARA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 21 Juli 2002
Konseli 2
Nama : ABK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 25 Juli 2002
Konseli 3
Nama : AM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 5 Juni 2001

B. Gejala Masalah
Gejala masalah akademik yang ditunjukan oleh ketiga konseli adalah memiliki
nilai UTS yang paling rendah dibandingkan dengan teman sekelas lainnya. Ketiga
konseli diterima di SMPN 9 Bandung bukan melalui jalur prestasi. Selain itu, dari
beberapa kali praktikan melaksanakan bimbingan klasikal dan bimbingan
kelompok di kelas 7-2, praktikan sering memperhatikan ketiga konseli ini sering
mengobrol dan tidak fokus. Salah satu konseli yaitu AM berulangkali mengajukan
pertanyaan yang sebenarnya sudah dijelaskan oleh guru, berdasarkan laporan dari
guru AM sering izin keluar untuk buang air saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Sedangkan ABK jarang mencatat setiap materi yang disampaikan oleh
guru, dan ABK sering tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar karena ada
keperluan keluarga, sehingga banyak materi pelajaran yang tertinggal. Lalu ARA
saat belajar sering berisik dengan teman-teman sepermainannya, sehingga
menggamgu konsentrasi diri sendiri maupun orang lain saat belajar. Sama seperti
ABK, ARA juga sering tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar karena dispen
untuk O2SN (olah raga). Saat dilaksanakan bimbingan klasikal akademik/belajar
untuk membuat keputusan dan pemecahan masalah, ketiga konseli menunjukan
kurangnya keterampilan dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah
dibandingkan dengan teman lainnya. Ketiga konseli mengaku kurang memiliki
kemampuan untuk mengingat setiap materi pelajaran yang disampaikan guru.

C. Inti Masalah
Dilihat dari gejala masalah yang ditunjukan oleh ARA, ABK dan AM, inti
masalah yang dimiliki oleh ketiga konseli adalah kesulitan belajar.

D. Diagnostik
Kesulitan belajar adalah keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi
yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor
non intelegensi. (Ahmadi & Supriyono, 2013, hal. 78). Kesulitan belajar yang
dialami oleh ketiga konseli ini diduga berasal dari faktor internal yaitu motivasi
yang rendah dan tidak adanya minat untuk mempelajari materi pelajaran, dan tidak
memiliki manajemen diri dalam belajar, yang ditunjukan dengan tidak adanya
jadwal belajar yang jelas dalam satu hari. Sedangkan faktor eksternal yang diduga
menjadi penyebab konseli memiliki kesulitan belajar adalah keluarga yang bersikap
acuh tak acuh terhadap kegiatan yang dilakukan oleh konseli, sekolah yaitu guru
yang memiliki metode belajar yang monoton dan tidak inovatif serta kreatif, jam
sekolah siang yang membuat konseli kurang berkonsentrasi saat belajar, faktor
media yaitu televisi dan HP yang mengalihkan perhatian konseli saat belajar,
terakhir yaitu lingkungan sosial (teman) yang tidak mendukung tercapainya tujuan
belajar konseli.
E. Prognostik
Alternatif penanganan dan pemecahan masalah kesulitan belajar yang dialami
oleh ketiga konseli adalah dengan melaksanakan konseling kelompok
menggunakan teknik pemecahan masalah dari teori behavioral.

F. Treatment
Tokoh : John Watson, pendiri behaviorisme adalah seorang
behavioris radikal. Watson menyingkirkan aliran psikologi
dengan konsep kesadara, determinasi diri dan berbagai
fenomena subjektif linnya. Watson menciptakan konsep
pskologi tentang kondisi tingkah laku yang dapat diamati.
Pada tahun 1940an, Selter memperkenalkan kepada
psikoterapi Amerika, suatu model Hipnoterapi dan
pelatihan hypnosis-diri yang dikebangkan oleh aliran
Pavlov. Andrew Salter (1996) adalah pelopor terapi reflex
terkondisi, suatu bentuk dini dari terapi perilaku yang
menekankan perilaku asertif dan ekspresif sebagai cara
untuk melawan ciri-ciri kepribadian yang menghambat
yang diyakininya sebagai penyebab dari kebanyakan
neurosis. (Corey, 2007, hal. 196-220).
Sejarah : Pendekatan perilaku/behavioral mejadi sangat popular
dalam konseling kelompok antara lain karena penekanan
pendekatan ini terhadap upaya melatih atau mengajarkan
anggota kelompok tentang keterampilan pengelolaan diri
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kehidupannya,
menangani masalah masa kini dan masa depan, dan
berfungsi dengan memadai tanpa terapi yang terus menerus.
Teori : Pendekatan perilaku ini menekankan pada perilaku
anggota kelompok di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari
seseorang dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat
ini pula. Pendekatan ini tidak terlalu mementingkan hal-hal
yang berkenaan dengan pengalaman hidup masa lampau,
konflik-konflik psikologis yang berlangsung lama atau
struktur kepribadian individu. Yang penting dalam
memahami perilaku individu adalah apa yang terjadi dalam
kehidupan individu itu pada masa kini. (Rusmana, 2009,
hal. 65)
Metode dan teknik : a. Penguatan kembali (reinforcement).
b. Kontrak kontigensi.
c. Pemberian contoh.
d. Gladi perilaku (behavioral rehearsal) melalui;
pelatihan, penataan kembali kognisi, pemecahan
masalah.

G. Langkah-Langkah
1. Awal
a. Pembukaan
1) Praktikan memberikan salam dan mengintruksikan untuk berdoa, serta
tidak lupa mengucapkan terimakasih atas kesediaan anggota datang
pada sesi konseling.
2) Praktikan menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan hari
itu
3) Anggota diperkenankan untuk menyampaikan harapan dalam
pembentukan kelompok.
b. Pernyataan tujuan
Praktikan menyampaikan tujuan umum dari terbentuknya kelompok
yang ingin dicapai, dan menyampakan kode etik konselor yang mencakup
asas dan prinsip dalam pelaksanaan konseling kelompok.
c. Penjelasan langkah-langkah
1) Tahap Permulaan
Tahap permulaan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebelum terbentuknya
kelompok konseling dan pertemuan-pertemuan pertama dari
keseluruhan rencana konseling. Sebelum calon anggota memasuki
kelompok konseling, terlebih dahulu diberi informasi yang cukup
mengenai proses kelompok. Pertemuan-pertemuan pertama ini diisi
dengan menjajaki harapan calon anggota dari kegiatan kelompok dan
membantu mereka untuk menentukan sendiri apakah mereka akan
mengikuti kelompok konseling itu. Kemudian kelompok membuat
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, setelah perumusan tujuan, praktikan
mulai memilih strategi terapeutik yang cocok untuk mencapai tujuan
tersebut. Untuk mencapai tujuan secara optimal maka sebaiknya
mencantumkan komitmen pada kontrak tertulis yang disetujui anggota
kelompok.
2) Tahap Pelaksanaan: Rancangan Perlakuan Bantuan dan Penerapan
Teknik-teknik Konseling
Pada tahap pelaksanaan asesmen, pemantauan, dan penilaian terus
dilakukan oleh praktikan bersama-sama dengan semua anggota
kelompok. Dan praktikan mulai memasuki teknik-teknik yang
berkaitan.
3) Tahap Akhir
Dalam tahap akhir ini pertama-tama praktikan berusaha membantu
anggota kelompok untuk mengalihkan perubahan yang telah diperoleh
anggota kelompok dalam kelompok kepada keadaan yang sebenarnya
dalam lingkungan sehari-hari. Mereka merancang pertemuan sehinga
pengalihan belajar dapat dimaksimumkan dan keterampilan yang baru
diperoleh akan dipertahankan setelah kegiatan kelompok seluruhnya
berakhir. Pada mulanya praktikan memainkan peran aktif sebagai
pemimpin, sedangkan pada tahap akhr ini praktikan menjadi semacam
konsultan. Pada tahap akhir ini dilakukan pula perencanaan untuk
tindak lanjut kegiatan kelompok. Kegiatan tindak lanjut ini perlu
dilakukan untuk mengetahui sampai dimana perilaku-perilaku baru itu
dapat diterapkan dengan berhasil dalam kehidupan sesungguhnya.
Dapat juga mengadakan pertemuan pasca konseling. Pertemuan itu
dapat dilakukan antara praktikan dengan semua mantan anggota
kelompok konseling yang telah selesai tersebut.
d. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan pemilihan anggota berdasarkan
pencapaian prestasi/nilai UTS, yaitu anggota dipilih dari tiga nilai terendah
saat UTS. Sebelum calon anggota memasuki kelompok konseling, terlebih
dahulu diberi informasi yang cukup mengenai proses kelompok.
Pertemuan-pertemuan pertama ini diisi dengan menjajaki harapan calon
anggota dari kegiatan kelompok dan membantu mereka untuk menentukan
sendiri apakah mereka akan mengikuti kelompok konseling atau tidak.
Kemudian kelompok membuat tujuan-tujuan yang ingin dicapai, setelah
perumusan tujuan, praktikan mulai memilih strategi terapeutik yang cocok
untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan secara optimal
maka sebaiknya mencantumkan komitmen pada kontrak tertulis yang
disetujui anggota kelompok.
e. Konsolidasi
Praktikan menjelaskan bahwa peserta konseling akan mulai memasuki
kegiatan. Contoh: “Sekarang kegiatan akan segera dimulai, ayo siapkan diri
kalian”.

2. Transisi
a. Storming
Praktikan mencoba memahamkan peserta agar terlibat secara efektif
dalam upaya untuk kemajuan bagi diri mengungkapkan harapan yang sesuai
dengan kapasitas seseorang dalam proses perkembangan yang optimal.
Contoh: “Ibu harap kalian semua mau terlibat efektif dalam kegiatan ini
demi tercapainya tujuan kalian.”
b. Norming
Praktikan memberikan kesempatan bertanya bagi peserta yang kurang
memahami tugas dari kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap kelompok
setelah menerima petunjuk kegiatan.
3. Kerja
Persiapan
Praktikan mengumpulkan anggota kelompok dan berkenalan satu sama lain
dengan anggota kelompok kemudian membuat kontrak mengenai waktu dan
tempat pelaksanaan konseling kelompok.
Tahap Awal
a. Praktikan memberikan salam dan mengintruksikan untuk berdoa, serta tidak
lupa mengucapkan terimakasih atas kesediaan anggota datang pada sesi
konseling.
b. Praktikan menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan hari itu
c. Anggota diperkenankan untuk menyampaikan harapan dalam pembentukan
kelompok.
d. Praktikan menyampaikan tujuan umum dari terbentuknya kelompok yang
ingin dicapai, dan menyampakan kode etik guru BK yang mencakup asas
dan prinsip dalam pelaksanaan konseling kelompok tersebut kedepan.
Tahap Transisi
a. Praktikan menyampaikan dan mendiskusikan peraturan, tata tertib dalam
kelompok.
b. Praktikan menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan hari itu
c. Praktikan meninjau kembali kesiapan anggota dalam melakukan kegiatan,
serta menegaskan kembali tujuan dan jaminan kerahasiaan.
Tahap Inti
a. Setiap anggota kelompok secara bergiliran dipersilahkan untuk
menceritakan hal yang menjadi hambatan dalam kebiasaan tepat waktu
masuk sekolah yang dialami.
b. Setelah setiap anggota kelompok bercerita, praktikan dan anggota membuat
kesepakatan mengenai bahasan permasalahan atau hambatan yang akan di
prioritaskan terlebih dahulu.
c. Praktikan memasuki teknik yang dipilih, yaitu pemecahan masalah yang
merupakan pendekatan perilaku kognitif yang memungkinkan individu
mengembangkan pola perilaku untuk menangani berbagai masalah. Tujuan
utamanya adalah menemukan alternatif paling efektif untuk menangani
permasalahan dan memberikan latihan yang sistematik tentang
keterampilan kognitif dan keterampilan yang membantu anggota kelompok
mandiri menanangi masalah yang sebenarnya. Langkah-langkahnya yaitu:
1) Orientasi umum terhadap permasalahan
2) Mengajar anggota kelompok untuk bertindak khusus dalam
menjelaskan peristiwa eksternal yang mengarah pada terjadinya
permasalahan dan juga mengungkapkan pemikiran dan perasaannya
terhadap permasalahan akademik yang dialami.
3) Menyarankan alternatif pemecahan masalah. Anggota kelompok
ditugasi mencoba berbagai pemecahan masalah untuk menghadapi
permasalahan salah satunya yaitu dengan membuat jadwal belajar
selama satu minggu minimal dua jam sehari dan melaporkannya.
4) Anggota kelompok memilih alternatif yang paling tepat dan mentukan
keputusan terhadap cara yang dipilih. Praktikan mengajak memikirkan
konsekuensi dari pilihannya.
5) Praktikan mengajak memeriksa kadar keefektifan pilihan anggota
kelompok melalui penilaian anggota kelompok itu sendiri dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Praktikan memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk memberikan
respon dan pendapat.
4. Terminasi
a. Refleksi umum
Praktikan mengajak peserta untuk melakukan review atas proses konseling
yang telah dilakukan melalui latihan tersebut di atas.
b. Tindak lanjut
Praktikan memberikan penguatan atas rencana-rencana perbaikan diri yang
akan diupayakan siswa. Contoh: “Ibu yakin setelah kelas kita berkahir
kalian akan mampu lebih baik lagi dalam menghadapi mata pelajaran yang
kalian anggap sulit.Jika ada hal yang ingin kalian bicarakan lagi kita dapat
bertemu lagi nanti.”
c. Penutup
Praktikan dan peserta konseling bersama-sama menutup sesi konseling dan
berdoa bersama.

H. Referensi
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah.
Bandung: Rizqi Press

Bandung, Mei 2015


Menyetujui,
Praktikan Guru Pamong PPL BK

Williya Novianti Dra. Hj. Rosmawarni


NIM. 1100707 NIP. 19610121 198903 2004

Koordinator BK SMPN 9 Bandung

Susan Amelia, S. Pd.


NIP. 19800829 201001 2009

Anda mungkin juga menyukai