Anda di halaman 1dari 8

Menganalisis Tindakan Perilaku Bullying Di Kalangan Pelajar

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah
Etika & Filsafat Komunikasi
Dosen Pengampu
Diny Fitriawati, S.Sos., M.I.Kom

Disusun oleh :
Ninin Nuraini 20201510157
M Albar Syahrun Nizam 20201510156
Siti Halimatussa’diah 20201510158
Syipa Puspita Rahayu 20191510048
Bagustia 20201510154

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN SASTRA
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Etika & Filsafat Komunikasi dengan judul
“Menganalisis Tindakan Perilaku Bullying Di Kalangan Pelajar”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


PROLOG

Mengingat bullying merupakan tindakan kekerasan terhadap anak, maka menurut UU


perlindungan anak, menggertak adalah tindak pidana. Di sisi lain, UU perlindungan anak juga
memiliki aspek perdata.

Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan
sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang
lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Demikian juga Definisi bullying mengacu pada Olweus (1999), yang mendefinisikan
bullying sebagai masalah psikososial dengan menghina dan merendahkan orang lain secara
berulang-ulang dengan dampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, bullying tidak hanya terjadi secara face-to-face,
namun juga terjadi pada platform media sosial. Beberapa praktisi pendidikan bisa
menanggulangi dampak bullying dan meminimalisir angka bullying dengan beberapa program
intervensi terhadap siswa sekolah dengan melibatkan orang tua, teman sebaya, pendidik,
konselor sekolah, administrator sekolah, dan warga sekolah.

Jenis Jenis Bullying:

1.Physicall Bullying (Perundungan Fisik)

Menurut National Center Against Bullying, jenis perundungan fisik bisa berupa menghalangi
jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga merusak barang.

2.Verbal Bullying

Tindakan ini bisa dilakukan dengan kata – kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis
yang menyakitkan atau merendahkan.

3.Social Bullying
Social Bully tidak meyakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh
lingkungan pergaulannya. Dan akan teman, karena biasanya pelaku punya pengaruh yang cukup
kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban. kesulitan mencar

4.Cyber Bullying

Perundungan yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang
anak Anda yang disebarkan melalui media sosial.

5.Sex Bullying

Dalam beberapa kasus, perundungan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan
atau kekerasan seksual, yang memungkinkan pelaku ditindak secara hukum. 6.Sibling Bullying
Hal ini bisa terjadi ketika ada salah satu pihak yang merasa bahwa ia diperlakukan kurang baik
dibandingkan dengan adiknya.

Di Indonesia, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma Nuraini ditemukan beberapa
karakteristik pelaku bullying yakni:
1) Suka mendominasi orang lain.
2) Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
3) Sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain.
4) Hanya peduli pada kebutuhan dan kesenangan mereka sendiri.
5) Cenderung melukai anak-anak lain ketika tidak ada orang dewasa di sekitar mereka (Nuraini,
R : 2008).

Contoh Kasus:

Contoh kasusnya adalah kekerasan atau penganiayaan terhadap siswa salah satu SMP di
Purworejo.

Sebuah video penganiayaan siswi oleh tiga siswa di SMP Muhammadiyah Butuh,
Purworejo, Jawa Tengah viral di media sosial. Polisi kini telah menetapkan ketiga siswa menjadi
tersangka. "Jadi kita sudah melaksanakan dua kali gelar perkara, pertama untuk meningkatkan
status dari penyelidikan menjadi penyidikan. Kemudian gelar perkara kedua kita kemudian
meningkatkan status yang bersangkutan menjadi tersangka," ungkap Kapolres Purworejo, AKBP
Rizal Marito saat menggelar pers rilis di kantornya, Kamis (13/2/2020).

Saat itu, CA berada di kelas sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya,


termasuk tersangka UHA. Tersangka TP dan DF yang merupakan kakak kelas korban masuk ke
dalam kelas sambil membawa sapu. TP mendekati korban sambil mengatakan meminta uang Rp
2.000 kepada korban.

"Korban menjawab 'ojo (jangan)'. Selanjutnya DF dan tersangka lainnya melakukan kekerasan.
Ada yang menggunakan tangan kosong, ada yang pakai gagang sapu dan kaki," ujar Rizal.
Penganiayaan itu direkam menggunakan ponsel oleh F yang juga kakak kelas korban. F sendiri
disuruh oleh TP untuk memvideokan tindakan itu.

Setelah itu TP mengambil paksa uang Rp 4.000 dan mengancam korban agar tidak
melaporkan aksi mereka. Karena korban dan tersangka adalah anak, maka dalam pemeriksaan
mereka didampingi oleh pekerja sosial (Peksos), penasihat hukum (PH) dan wali. Sebelum
menetapkan tersangka, penyidik telah memeriksa 8 orang saksi dan dua kali gelar perkara.

Diberitakan, peristiwa perundungan itu terungkap setelah video penganiayaan terhadap


seorang siswi SMP di Kecamatam Butuh, Kabupaten Purworejo, beredar di media sosial. Dalam
video itu, tiga siswa memukuli dengan tangan, gagang sapu, dan menendang seorang siswi yang
di dalam kelas. Siswi yang dipukuli tampak diam saja sembari memegang perutnya yang terlihat
kesakitan.

ASPEK PIDANA Pelaku bullying dapat dikenakan sanksi pidana berupa penjara paling lama 3
tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72 juta. Pasal 54 UU 35/2014 juga mengatur
bahwa setiap anak berhak mendapat perlindungan dari tindak kekerasan di sekolah, sebagai
berikut:

1). Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari
tindak kekerasan fisik, psikis,

2). Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kejahatan
seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat. sesama peserta didik, dan/atau pihak
lain.

Kasus bullying di sekolah menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat ke Komisi


Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sektor pendidikan. Dari 2011 sampai Agustus 2014,
KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah tersebut sekitar 25 persen dari
total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI
sebagai bentuk kekerasan di sekolah mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan,
ataupun aduan pungutan liar. KPAI mengklasifikasikan aduan kekerasan anak berdasarkan
bidang, selain pendidikan, ada sembilan sektor lainnya termasuk pornografi, kesehatan, dan
eksploitasi anak. Total dari 2011 sampai Agustus 2014 mencapai 12.790 aduan (Novia, D, R, M
& Iqbal, M : 2014).

Tahun 2017 - tercatat 4.579 kasus kekerasan. Korban kekerasan mayoritas dialami
perempuan berusia 13-17 tahun.

Perilaku bullying yang bahkan sampai menghilangkan nyawa menumbuhkan bibit


gangguan kejiwaan kepada anak, baik korban maupun pelaku. Sulitnya menghentikan bullying
karena korban biasanya pernah terlibat atau menjadi pelaku bullying terhadap orang lain.
Menurut survei yang dilakukan oleh Latitude News pada 40 negara, bahwa ditemukan fakta
seputar Bullying. Salah satu faktanya adalah bahwa pelaku bullying biasanya para siswa atau
mahasiswa laki-laki. Sedangkan siswi atau mahasiswi lebih banyak menggosip ketimbang
melakukan aksi kekerasan dengan fisik (Coloroso, B : 2006).

[KESIMPULAN]

Dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis,
sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional
didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal
dari perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata,
ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh kelompok atau individu.
Pelaku bully mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang.
Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan sehingga dapat
merugikan korban.

Perilaku bullying di kalangan pelajar adalah sebuah bentuk perilaku yang menyimpang
dan berbahaya, sehingga penanganan bullying harus dilakukan secara intensif. Bullying dapat
terjadi di mana saja, terhadap siapa saja, dan bisa terjadi di semua lingkungan sekolah, tanpa
ditentukan oleh batasan ukuran maupun tipe sekolah. Bagi beberapa orang bullying adalah
masalah yang bersifat sementara, tetapi bagi yang lain bullying bisa membayangi seumur hidup.

Penanganan bullying pelajar di sekolah harus meliputi berbagai aspek termasuk


individual, akademik, kultural, dan sosial. Solusi masalah bullying di sekolah sama seperti
masalah-masalah lain di sekolah yaitu terkait dengan disiplin. Semua pihak harus bertanggung
jawab terhadap keadaan bullying di sekolah termasuk guru, orang tua dan murid itu sendiri.

Setiap lingkungan sekolah manapun yang mengabaikan, membiarkan, atau menyangkal


adanya masalah bullying akan merugikan komunitas sekolah itu sendiri. Hal ini memberikan
kesan bahwa komunitas sekolah tersebut tidak memberikan perhatian terhadap anak-anak dan
kaum minoritas. Sekolah semacam itu tidak akan memiliki budaya yang saling menghargai satu
sama lain (Sulisrudatin, N : 2015).
Referensi :

https://regional.kompas.com/read/2020/02/13/13350521/kronologi-penganiayaan-siswi-smp-di-
purworejo-oleh-3-siswa-yang-viral?amp=1&page=2 (Penulis: Kontributor Magelang, Ika
Fitriana | Editor: David Oliver Purba)

Dyah Ratna Meta Novia dan Muhammad Iqbal, Aduan Bullying Tertinggi, www.republika.com,
(Jakarta, 15-10-2014).

Barbara Coloroso, Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak
dari Prasekolah hingga SMU, (Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka, 2006), hal.51.

Rahma Nuraini, Perilaku Bullying di Sekolah Menengah Pertama. Skripsi di Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan UPI , (Bandung:2008),hal.78.

https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/view/13980

https://www.instagram.com/p/B8h54c8JiIq/?utm_medium=copy_link

https://www.instagram.com/p/CRbrARNpsnW/?utm_medium=copy_link

Nunuk Sulisrudatin, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas


Suryadarma | Volume 5 No.2, Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai