Anda di halaman 1dari 10

Fenomena Maraknya Bullying Di Sekolah

Disusun Oleh:

Wiryadi
21211230

Mahasiswa Fakultas Hukum Bandar Lampung


Email: wyadis14@gmail.com

Abstract

Currently, bullying incidents do not only occur in society, in fact bullying incidents are now
occurring in School, with several incidents of bullying in School showing that this negative
behavior can occur anywhere and can happen to anyone. School as educational units that
provide higher education and can take the form of academics, elementary school, secondary
schools, junior high school, high school are obliged to provide education, research and
community service. The problem that the author raises is the prevalence of bullying in
school. Bullying can make victims more traumatized, anxious and have attitudes that make
them uncomfortable. Bullying has similarities with aggression, namely carrying out attacks
on other people. The phenomenon of bullying has recently occurred a lot in school, this is a
quite serious problem and should not be taken lightly by both victims and perpetrators.
Basically in this context the causes of bullying range from bad company to lack of empathy,
bullying can cause trauma, psychological or emotional wounds, both in the victim and the
perpetrator.

Keywords : The phenomenon of widespread bullying, In School.

Abstrak

Saat ini kejadian bullying tidak hanya terjadi ditengah masyarakat saja bahkan kini kejadian
bullying terjadi di sekolah, dengan adanya beberapa kejadian bullying di Sekolah
menunjukkan bahwa perilaku negative ini dapat terjadi dimana saja dan dapat menimpa siapa
saja. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan dapat
berbentuk akademik, sd, smp, sma, atau pendidikan tinggi, maka sekolah berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Permasalahan yang penulis angkat adalah fenomena maraknya bullying di Sekolah. Bullying
tersebut lebih dapat menjadikan korban trauma, ceman dan sikap-sikap yang membuat tidak
nyaman. Tindakan bullying memiliki kesamaan dengan agresif yakni melakukan tindakan
penyerangan kepada orang lain. Fenomena bullying akhir-akhir ini banyak sekali terjadi di
sekolah, hal ini menjadi masalah yang cukup serius dan tidak boleh dianggap remeh baik
oleh korban maupun pelaku. Pada dasarnya konteks ini penyebab bullying mulai dari
pergaulan tidak baik hingga kurang empati, bullying dapat menimbulkan trauma, psikologis
atau luka batin, baik pada korban maupun pelaku.

Kata Kunci : Fenomena Maraknya Bullying, Di Sekolah


1. PENDAHULUAN

Bullying merupakan fenomena yang sudah banyak diketahui baik di Indonesia maupun
di luar negeri. Penindasan masih dilakukan di tingkat sekolah, bahkan di universitas, beberapa
pelaku dan korbannya adalah siswa dan mahasiswa, jadi pastinya pelaku bullying sudah
mendapatkan pelatihan yang cukup untuk membuktikan bahwa bullying bisa berhasil. Hal ini
berlaku bagi semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa yang mendapat
pendidikan informal melalui orang tuanya atau mendapat pendidikan formal, hendaknya dapat
memikirkan kembali apakah tindakan bullying dapat dibenarkan dan memikirkan dampaknya
bagi korban bullying.

Bullying (dikenal sebagai “penindasan/risak” dalam bahasa Indonesia) merupakan


segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh suatu atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, bertujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Bentuk-bentuk bullying terdiri dari bullying
fisik, bullying relasional, cyber bullying, sehingga bullying terjadi dimana saja sekolah dan
universitas, rumah/keluarga dan lingkungan sekitar.

Bullying biasanya dilakukan oleh senior kepada junior, atau bahkan teman satu
tingkatan. Umumnyaa bullying dari senior kepada junior merupakan tradisis, biasanya terjadi
karena adanya kecemburuan. Dapat terjadi karena unsur mayoritas menindas minoritas,
misalnya orang pendatang atau siswa baru yang di bully orang warga asli atau senior1.

Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan di Indonesia berada pada


tingkat teratas pengaduan masyarakat yakni sebesar 48% dari 3.474 kasus di bidang
pendidikan2. Bullying dapat memberikan dampak buruk pada korban yang terbuli, baik
berdampak pada emosional, sosial, fisik, hingga psikologis korban. Korban yang merasakan
cemas, takut, gelisah, mempenagruhi pola tidurnya hingga menyebabkan gangguan tidur,
dampak psikologis yang dialami korban merupakan manifestasi dari segala bentuk tekanan
yang dialaminya3. Tindakan kekerasan dalam bentuk bullying jika dibiarkan begitu saja akan
merusak komunikasi dan hubungan interpersonal serta dapat memberi dampak negative pada
banyak hal salah satunya gangguan tidur.

Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang peneliti angkat adalah :


Fenomena Maraknya bullying di Sekolah. Menurut Amaerican Pyschatric Association (APA)
bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dikarakteristikan dengan tiga kondisi, pertama,
perilaku negative yang bertujuan untuk merusak atau membahayakan, kedua, perilaku yang
diulang selama jangka waktu tertentu, ketiga adanya ketidakseimbangan kekuatan atau
kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat.

1
Katyana wardhana.2014.buku panduan melawan bullying.
2
Komisi perlindunan anak Indonesia https://www.kpai.go.id
3
Pascual-Sanchez A, Hickey N, Mateu A, Martinez-Herves M, Kramer T, Nicholls D. Personality traits and
self-esteem in traditional bullying and cyberbullying. PersIndivid Dif. 2021;177.
Menurut suryabrata dalam suci (2008) pada usia 18 tahun sampai 23 tahun disebut
sebagai dewasa, usia 18 tahun sampai 25 tahun disebut sebagai usia siswa sebenarnya. Pada
usia tersebut siswa digolongkan dalam masa dewasa awal. Siswa merupakan peserta didik yang
sedang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Rentang usianya berkisar antara 14-17
tahun dan 18-23 tahun. Jadi berdasarkan usia, siswa sudah masuk pada masa dewasa awal. Hal
ini berarti bahwa pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya dianggap
sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya, yakni sudah dapat
dikenakan sangsi-sangsi pidana tertentu apabila melanggar peraturan hukum4.

2. METODE PENELITIAN

A. PendekatanMasalah
Pendekatan yang peneliti lakukan adalah menggunakan pendekatan yuridis normative
yaitu dilakukan melalui studi kepustakaan (library research)dengan mempelajari dan
menelaah ketentua-ketentuan hukum yang berlaku, dokumen atau literature berkaitan
permaslahan yang diteliti.

B. SumberdanJenis Data
Data yang digunakan bersumber dari penelitian kepustakaan (library research), yaitu
menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menggunakan bahan
hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau membahas bahan
hukum primer misalnya buku-buku, referensi, literature atau karya tulis yang terkait
dengan materi penelitian.

C. ProsedurPengumpulan Data
Proses pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan
cara studi kepustakaan (library research) melalui membaca, mengutip, menyalin dan
menelaah berbagai literature, teori-teori maupun berbagai peraturan yang baerkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Fenomena Maraknya bullying di Sekolah

Negara yang demokratis mengedepankan konsep keadilan hukum dalam menciptakan


Negara hukum yang meberikan rasa adil kepada setiap warga negaranya dengan peraturan-
peraturan yang teratur dalam penegakkannya sehingga menghasilkan hukum yang baik dan
berkualitas demi mencapai tujuan keadilan serta kesejahteraan bagi rakyat Indonesia
seutuhnya sebagai pemegang kekuasaan dan kedaulatan negara. Beberapa upaya dilakukan
oleh Negara Indonesia salah satunya adalah upaya pendekatan restorative justice ikut serta
melibatkan pihak kepolisian, dan masyarakat guna menyempurnakan proses tersebut demi
kepentingan Negara dan kesejahteraan anak dibawah umur atau dewasa.

Pengertian bully dalam bahasa Indonesia adalah perundungan atau rundung, sehingga
dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima, kata rundung memiliki arti
mengganggu, mengusik terus-menerus dan menyusahkan. Menurut Prityana menyatakan

4
Mangadar simbolan.2012.perilaku bullying pada siswa berasrama.jurnal psikologi.vol 39.No 2.hal 235
bahwa bullying itu tindakan yang sengaja oleh pelaku pada korbannya,tindakan dilakukan
berulang-ulang, dan di dasari perbedaan power yang mencolok.

Pada tahun 2022 terjadi kasus perilaku bullying yang terjadi di Sekolah SMA, korban
di bully oleh dua orang siswa, video kasus perilaku bullying ini tersebar dimedia sosial dan
membuat kasus perilaku bullying di lingkungan sekolah menjadi perhatian oleh masyarakat.
Pada 6 desember 2023 kasus perilaku bullying terjadi di Sekolah SMA, dari video yang
beredar terlihat korban dipaksa melakukan adegan syur dan direkam .

Bullying dilingkungan sekolah, di salah satu SMA juga terjadi di bandar lampung ,
video viral tersebut diunggah di akun instagram @infokyai. Yang dimana siswa tersebut
dibully dan dituduh mencuri. Kejadian itu dialaminya pada 20 september 2022

Pada tahun 2023 terdapat juga kasus terbaru yang kita ketahui dan kita dengar di salah
satu kampus terjadinya penganiayaan di Bandar Lampung terhadap junior hingga babak
belur, hal ini disebabkan pelaku meminjam korek api korban dan tidak dikembalikan karena
alasan hilang, lalu korban memberikan kagi koreknya satu lagi, sambil mengumpat. Disitulah
para pelaku tersinggung dan menganiaya korban. Akibat kejadian tersebut, korban
mengalami memar dikepala dan bibir korban berdarah, sehingga perbuatan pelaku dilaporkan
kepolisian.

Di era serba digital tentunya sudah tidak asing lagi kasus-kasus bullying yang terjadi di
Indonesia. Sejak tahun 2016, berdasarkan hasil symposium UNICEF yang dihadiri 100.000
remaja dari 18 negara menunjukan bahwa dua pertiga remaja yang hadir terlibat dalam
perilaku bullying. Berdasarkan data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun
2011 hingga 2018, kasus bullying yang terjadi dilingkungan pendidikan di Indonesia berada
pada tingkat teratas pengaduan masyarakat yakni sebesar 48% dari 3.474 kasus di bidang
pendidikan.

Tahun 2016, KPAI menunjukkan adanya 131 kasus pengaduan terkait remaja sebagai
pelaku bullying, kemudia mengamalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 166 kasus.
Namun, jumlah kasus pengaduan di bidang pendidikan terkait remaja sebagai pelaku perilaku
bullying meningkat kembali menjadi 127 kasus pada tahun 2018 (KPAI, 2019). Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) mencatat terdapat sebanyak 2,355 pelanggaran terhadap
perlindungan anak yang masuk KPAI hingga agustus 2023. Dari jumlah tersebut rinciannya
yaitu anak sebagai korban bullying atau perundungan 87 kasus, anak korban pemenuhan
fasilitas pendidikan 27 kasus, anak korban kebijakan pendidikan 24 kasus, anak korban
kekerasan fisik atau psikis, 236 kasus, anak korban kekerasan seksual 487 kasus,serta masih
banyak kasus lainnya yang tidak teradukan ke KPAI.

Ada beberapa dampak bullying yang timbul terhadap diri sendiri diantaranya,
pertama, kurangnya motivasi diri, perundungan emosional dan mental dapat menyebabkan
gangguan emosi dan mental pada korbannya. Mereka mungkin mengalami kecemasan,
depresi, stres dan kehilangan kepercayaan diri. Penindasan juga dapat menyebabkan isolasi
sosial, perasaan kesepian, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Kedua, masalah
kesehatan mental Korban, bullying mempunyai risiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan
mental seperti gangguan kecemasan, gangguan suasana hati dan gangguan makan seperti
anoreksia atau bulimia, beberapa korban bahkan mungkin mengalami pikiran atau perilaku
untuk bunuh diri. Ketiga, gangguan fisik, Bullying dapat menyebabkan cedera fisik pada
korbannya, baik secara langsung melalui kekerasan fisik maupun tidak langsung melalui stres
kronis, cedera tubuh bisa berupa memar, hingga cedera yang lebih serius. Selain itu, stres
yang berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
penyakit fisik.

Keempat, gangguan prestasi Akademik Korban bullying seringkali mengalami


kesulitan berkonsentrasi, belajar dan berpartisipasi dalam lingkungan akademik, hal ini dapat
menyebabkan prestasi akademis yang buruk, tingkat ketidakhadiran yang tinggi, dan
berkurangnya minat terhadap pendidikan. Kelima, gangguan hubungan dan sosial, Bullying
dapat merusak hubungan sosial korbannya, mengalami kesulitan mempercayai orang lain,
menjalin persahabatan atau berinteraksi secara sosial, hal ini dapat berdampak jangka
panjang pada kualitas hubungan dan interaksi sosial mereka di masa depan.

Beberapa sanksi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat
dikenakan untuk menjerat pelaku bullying atau diskriminasi, diantaranya pertama, Pasal 351
Ayat (1) dan Ayat (2) KUHP tentang Penganiayaan yang diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah dan jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Kedua, Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan yang menjelaskan barangsiapa yang
di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. Ketiga, Pasal 335 KUHP tentang
pengancaman dengan ancaman maksimal sembilan (9) bulan pidana penjara atau denda
empat ribu lima ratus rupiah. Pasal ini dapat diterapkan apabila pelaku bullying melakukan
kekerasan psikis terhadap korban, seperti mengancam akan membunuh, melukai, atau
merugikan korban atau keluarganya. Keempat, Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama
baik barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Selain KUHP, terdapat juga Undang-Undang khusus yang mengatur tentang


bullying untuk anak-anak yakni UU perlindungan anak Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ketentuan didalam
UU ini melarang setiap orang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan,
atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. UU ini juga mengatur beberapa bentuk
kekerasan terhadap anak yang telah disebutkan sebelumnya, seperti kekerasan fisik, psikis,
seksual, ekonomi, dan sosial budaya.

Penanganan kasus bullying di Sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan


yang aman dan mendukung bagi semua siswa. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil
dalam menciptakan lingkungan sekolah bebas bullying, yakni pertama, identifikasi dan
tanggapi, pihak Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas tentang cara melaporkan kasus
bullying. Siswa yang menjadi korban atau saksi hendaknya merasa nyaman untuk
melaporkan apa yang terjadi.
Kedua, investigasi, setelah menerima laporan, pihak sekolah harus melakukan
penyelidikan menyeluruh untuk memahami apa yang terjadi. Ini dapat melibatkan wawancara
dengan semua pihak yang terlibat dan mengumpulkan bukti. Ketiga, konseling dan dukungan
korban bullying membutuhkan dukungan psikologis dan emosional. Sekolah harus
menyediakan layanan konseling dan dukungan yang sesuai.

Keempat, tindakan disiplin, apabila dalam pemeriksaan ditemukan bukti-bukti


pelanggaran maka pelakunya harus dikenakan tindakan disiplin sesuai peraturan sekolah.
Kelima, pencegahan, sekolah juga harus fokus pada pencegahan bullying atau perundungan
dengan mendidik siswa tentang konsekuensi dari perilaku ini dan mendorong toleransi dan
rasa hormat terhadap keberagaman. Keenam komunikasi, sekolah harus secara transparan
menginformasikan kepada semua pihak mengenai tindakan yang dilakukan dan hasil
kajiannya. Dan ketujuh, perbaikan kebijakan, sekolah harus terus memeriksa dan
memperbarui praktik anti-pelecehan agar lebih efektif dalam mencegah insiden tersebut.
Serta kedelapan, kolaborasi atau kerjasama dengan pihak luar kampus juga dapat bekerja
sama dengan lembaga eksternal, untuk mendapatkan bantuan dan saran tambahan dalam
menangani kasus bullying.

4. Kesimpulan
Idealnya bullying di Sekolah tidak pernah terjadi mengingat rata-rata usia yang lebih
dewasa dan matang. selain itu di Sekolah adalah tahap untuk menjadi lebih baik dengan pola
pikir yang lebih dewasa. tidak seharusnya sesama siswa melakukan aksi bullying, seharusnya
siswa lebih meningkatkan relasi dengan siswa lain untuk menata masa depan yang lebih baik.
Dan peran lingkungan sekolah yang inklusif dimana toleransi, perbedaan, dapat membantu
mengurangi kasus bullying. Fenomena bullying disekolah perlu adanya perhatian serius dan
upaya bersama untuk mencegah dan menangani kasus bullying agar sekolah menjadi
lingkungan yang aman dan mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Daftar Pustaka

A. Buku

Hall calvin. psikologi Keperibadiaan. Teori teori psikodinamik (klinis) yogyakarta

Munadjat Danusaputro. Hukum Lingkungan. Bina Cipta, Jakarta. 1985.

Otto Soemarwotto. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Djambatan, Jakarta.


1991.

Bullying Experience in Primary School. Children. Indonesian Journal of School Counselling. Vol. 1

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dan Dalam pasal 76C

Pasal 310 mengatur tentang hukuman bagi orang yang melakukan perundungan di tempat

umum. Sementara itu, Pasal 311 mengatur tentang fitnah penuduh. pasal bullying dalam

KUHP, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) , Pasal 351 Ayat (1) dan Ayat (2)

KUHP tentang Penganiayaan. Undang-Undang khusus yang mengatur tentang bullying

UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Surat Edaran Nomor 18/PERMENDIKBUD/PSLB3/PLB.3/3/2016 tentang kasus Bullying


dan perlindungan anak

C. Sumber Lain

https://tirto.id/daftar-pasal-kuhp-yang-bisa-menjerat-menghukum-pelaku-bullying-gzy9

https://news.detik.com/berita/d-6353504/viral-siswa-sma-di-lampung-di-bully-dan-dianiaya-2-pelaku-
ditangkap/amp

https://jatim-timur.tribunnews.com/amp/2023/12/06/viral-siswi-sma-di-lampung-jadi-korban-
bullying-dipaksa-lakukan-adegan-syur-dan-direkam

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komisi_Perlindungan_Anak_Indonesia

https://www.kpai.go.id/

Anda mungkin juga menyukai