Oleh:
Jundulloh Ashshiddiqy
Nazri Al Auzai
Riftian Ageng Laksono
Perilaku bullying antar pelajar disekolah semakin marak terjadi. Baru-baru ini lembaga
pendidikan digegerkan dengan kasus bulliying yang terjadi SMPN 16 kota Malang dan SMP
Muhammadiyah Butuh Purwokerto. Kedua khasus bullying tersebut bermotifkan sama yaitu
penganiayaan terhadap korban. Faktor seorang anak melakukan bullying adalah bercanda yang
berlebihan berujung pada penganiayaan. Selain itu guru yang menganggap remeh perilaku
bullying ini juga merupakan faktor pendorong berkembangbiaknya di sebuah sekolahan.
Sekolah merupakan insitut yang menjadi ujung tombak keberhasilan atau kegagalan
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan UU no.20 tahun 2003 pasal 3, pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif madiri dan menjadi warga negara
yang bertanggungjawab. Dalam mewujudkan hal tersebut dalam pelaksanaanya banyak sekali
penghambat-penghambatnya. Masalah yang sering terjadi seperti senior menghukum junior,
memukul teman sebaya, menendang, menggunakan nama panggilan yang kurang baik dan masih
banyak lagi masalah-masalah yang serupa dengan itu. Semua itu termasuk dalam kategori
tindakan bullying serta krisis moral.
Topik bullying ini tidak ada hentinya dari masa kemasa, salah satu kasus yang menjadi
sorotan akhir-akhir ini adalah perundungan yang dilakukan antar siswa di SMPN 16 kota
Malang, kasus tersebut menjadi viral setelah tersebarnya vidio korban meringis kesakitan di
dunia maya. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak Kapolresta Malang Kota Kombes
Leonardus Simarmata mengatakan; tubuh korban (Ariel atau MS) sempat diangkat beramai-
ramai, kemudian korban dibanting di lantai paving oleh teman-temannya, para pelaku mengaku
melakukan hal itu kepada MS karena iseng atau bercanda. Akibat perlakuan tujuh temannya itu,
MS harus merelakan kehilangan jari tengahnya. Pasalnya, saat dilakukan observasi oleh tim
dokter Rumah Sakit Umum Lavalette Kota Malang, tempat MS dirawat, jari tengah korban
mengalami luka lebam yang cukup parah. Sehingga mengharuskan untuk diamputasi.
Tidak lama dari kasus diatas, muncul lagi kasus serupa yang terjadi di SMP
Muhammadiyah di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo. Yang dimana tiga pelajar laki-laki
melakukan perundungan atau bullying terhadap seorang siswi. Dari keterangan pelaku yang
diperiksa oleh polisi, peristiwa itu diduga dilatarbelakangi rasa sakit hati ketiganya yang
dilaporkan oleh korban kepada gurunya. Korban mengadu kepada gurunya karena sempat
dimintai uang oleh para pelaku. Oleh sebab itu pelaku memukul dan menendang siswi tersebut
yang diduga terjadi di dalam ruang kelas.
Dari kasus diatas, faktor utama yang menjadikan anak memiliki kecenderungan lebih
besar untuk menjadi pelaku bullying, yaitu pertama; mereka yang peduli dengan popularitas,
memiliki banyak teman, dan senang menjadi pemimpin diantara teman-temannya. Mereka dapat
berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki rasa percaya diri tinggi, dan memiliki
prestasi bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan bullying untuk meningkatkan status dan
popularitas di antara teman-teman mereka. Kedua; Pernah menjadi korban bullying. Mereka juga
mungkin mengalami kesulitan diterima dalam pergaulan, kesulitan dalam mengikuti pelajaran di
sekolah, mudah terbawa emosi, merasa kesepian dan mengalami depresi. Dan, ketiga; memiliki
rasa percaya diri yang rendah, atau mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Mereka dapat
menjadi pelaku bullying karena mengikuti perilaku teman-teman mereka yang melakukan
bullying, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Selain itu faktor penyebab lain adalah Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan
bullying ini. Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan
terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif
pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;
Pencegahan kasus bullying
Dengan demikian permasalahan bullying merupakan permasalah yang sudah terjadi dari
masa kemasa dikalangan pelajar, seperti bercanda yang berlebihan yang berujung pada tindak
kriminal atau pemalakan yang mengakibatkan kekerasan, maka dari itu untuk mengatasi
fenomena ini dibutuhkan pihak lain seperti kedekatan keluarga, sekolah dan juga pemahaman
agama yang utuh agar tidak muncul pelaku bullying.