Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA IKLIM SEKOLAH DENGAN KECENDERUNGAN

BULLYING

Rendra Marientino Trisna Putra


511204674
Rendra.marientino@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agutus 1945 Surabaya

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan iklim sekolah dengan
kecenderungan bullying. Sampel yang digunakan 254 siswa-siswi SMK Antartika di
wilayah Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala model iklim sekolah
dan kecenderungan bullying. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program
SPSS untuk Windows versi 20.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product
moment Pearson SPSS versi 20 diperoleh r = -0,294** dengan uji dua sisi (two
tailed) p = 0,000, (p < 0,05) sehingga dapat dikatakan ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara iklim sekolah dengan kecenderungan bullying siswa.
Semakin positif iklim sekolah maka akan semakin rendah kecenderungan bullying
siswa, dan sebaliknya semakin negatif iklim sekolah maka semakin tinggi
kecenderungan bullying siswa. Hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa ada
hubungan negatif antara iklim sekolah dengan kecenderungan bullying pada siswa
adalah diterima.

Kata Kunci : iklim sekolah, kecenderungan bullying pada siswa.

Latar Belakang Masalah ketertiban dunia yang berdasarkan


Pembukaan Undang-Undang kemerdekaan, perdamaian abadi dan
Dasar Negara Republik Indonesia keadilan sosial.
tahun 1945 mengamanatkan Mencerdaskaskan kehidupan
Pemerintah Negara Indonesia yang bangsa adalah salah satu isi dari
melindungi segenap bangsa Indonesia amanat Undang-Undang Dasar yang
dan seluruh tumpah darah Indonesia hanya bisa dicapai melalui
dan untuk memajukan kesejahteraan pendidikan di sekolah. Pendidikan
umum, mencerdaskan kehidupan memegang peran penting dalam
bangsa, dan ikut melaksanakan menentukan kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan yang dijalankan secara Sekolah yang seharusnya
benar akan menghapus kebodohan, menjadi tempat bagi anak menimba
sehingga dapat tercipta sumber daya ilmu serta membantu membentuk
manusia yang kompeten dan karakter pribadi yang positif tetapi
berkualitas. Dewasa ini banyak anak pada kenyataannya masih ada bentuk
bangsa yang mampu menjadi ahli penyimpangan yang dilakukan oleh
ekonomi, dosen, dokter, pengacara, siswa di sekolah. Perilaku yang
hakim hingga politisi yang dikenal ditampilkan dapat bermacam-macam,
hebat dalam bidangnya, namun mulai dari kenakalan ringan seperti
sejumlah perilaku negatif yang membolos sekolah, melanggar
mengarah pada penyelewengan peraturan-peraturan sekolah,
hukum dan pelanggaran moral masih melanggar jam malam yang
sering terjadi, bahkan dilakukan oleh ditetapkan orangtua, hingga
orang-orang yang berpendidikan kenakalan berat seperti vandalisme,
seperti kekerasan, pemerkosaan, berbuat gaduh, perkelahian antar
pembunuhan, penipuan hingga geng, penggunaan obat-obat
korupsi. terlarang, aksi coret-coret di tembok
Secara formal, pendidikan atau pagar, dan bullying.
berlangsung dalam ruang-ruang kelas Tindakan bullying yang
di sekolah dan masih menitikberatkan terjadi di satu sekolah membuat siswa
pada ranah kognitif. Pemahaman, lain merasa khawatir apabila hal
pengetahuan, dan analisis masih tersebut terjadi dengan diri dan
menjadi fokus utama dalam kelompoknya. Pembelaan diri dengan
pembelajaran. Sementara itu, aspek membentuk kelompok-kelompok
lain seperti nilai-nilai moral, kasih kecil untuk melindungi keberadaan
sayang, dan budi pekerti lalu diri dan anggotanya sering ditemui di
diajarkan kepada siswa sambil lalu setiap sekolah, namun hal ini justru
sehingga aktivitas siswa di luar menumbuhkan persaingan antar
lingkungan sekolah seolah-olah kelompok yang menjadi penyebab
bukan lagi tanggung jawab sekolah tidak nyamannya hubungan antar
(dalam Novianti, 2008). Kurangnya siswa di sekolah tersebut.
pembelajaran di bidang non-akademis Menurut catatan Komisi
seperti BK atau pendidikan karakter Perlindungan Anak Indonesia
bisa menimbulkan hal-hal yang tidak (KPAI), jumlah kasus bullying tahun
diinginkan terjadi di sekolah, 2011 tercatat 56 pengaduan. Tahun
misalnya kekerasan yang dilakukan 2012 tercatat 130 pengaduan, tahun
oleh siswa terhadap siswa lain, baik 2013 tercatat 96 pengaduan, tahun
itu dilakukan secara individual 2014 tercatat 159 pengaduan dari
ataupun berkelompok (dalam korban, tahun 2015 tercatat 154
Novianti, 2008). pengaduan dari korban dan hingga 17
juli tahun 2016 tercatat 81 pengaduan berharga, sulit berkonsentrasi dalam
dari korban menunjukkan bahwa belajar, tidak bergerak untuk
adanya peningkatan perilaku bullying bersosialisasi dengan lingkungannya,
yang terdata pada KPAI. enggan bersekolah, pribadi yang tidak
Menjelang pertengahan tahun percaya diri dan sulit berkomunikasi,
2016 lalu, video bullying siswa salah sulit berpikir jernih sehingga prestasi
satu SMA Negeri di Jakarta beredar akademisnya dapat terancam merosot.
di jejaring sosial youtube. Para Korban bullying akan kehilangan rasa
korban yang merupakan adik kelas, percaya diri kepada lingkungan yang
disiram air teh, abu rokok, dimaki- banyak menyakiti dirinya (Yayasan
maki oleh kakak kelasnya dan SEJIWA, 2008). Fenomena yang
dipaksa melepas pakaian dalam dan terjadi kepada seorang siswa yang
mengenakannya di luar pakaiannya berinisial P, kelas 3 SDN
(https://www.youtube.com/watch?v=f Bojongrawalumbu 6 memilih
GbPIcOMo0E, diakses pada 5 Mei berhenti sekolah karena tidak kuat
2017). menjadi korban bullying. P pernah
Menjelang pertengahan tahun tidak naik kelas dan akhirnya diejek
2017, kasus bullying baru terjadi di teman-temannya yang membuatnya
Thamrin City, Jakarta. Perilaku depresi hingga memilih untuk
agresif yang ditunjukkan para pelaku berhenti sekolah
bullying tampak jelas dalam video (http://www.jawapos.com/read/2017/
yang beredar. Terlihat para pelaku 01/31/106355/miris-tak-tahan-
melakukan tindak kekerasan seperti dibully-siswa-sd -pilih-putus-sekolah,
menjambak dan memukul korban diakses pada 5 Mei 2017).
tanpa perlawanan secara bergantian. Fakta-fakta yang demikian
Pada akhir video, korban tersebut cukup membuktikan dampak bullying
disuruh mencium tangan serta yang begitu serius dan
mencium kaki siswa dan siswi yang mengkhawatirkan. Tahun 2005, siswi
mem-bully-nya. Tidak hanya itu, para SMPN 10 Bekasi berinisial F (13
pelaku juga mengabadikan lewat foto tahun) nekad bunuh diri karena sering
dan video sebagai bahan candaan diejek sebagai anak tukang bubur.
yang menyenangkan yang dilakukan Pada tahun 2006, L (15 tahun) siswi
dengan secara sengaja. kelas 2 SLTPN 12 Jakarta ditemukan
(https://www.youtube.com/watch?v= gantung diri di rumahnya. Sebelum
dlXNZjRJRl4, diakses pada 18 bunuh diri, L diketahui depresi karena
September 2017). sering diejek teman-temannya
Bullying mempunyai dampak lantaran pernah tidak naik kelas
yang luar biasa terhadap korban (Sejiwa, 2010).
antara lain merasa takut dan Pada pertengan September
terintimidasi, rendah diri serta tak 2017 lalu, bocah yang di-diagnosis
menderita autisme asal Pontianak pandang, gaya hidup, serta budaya
berinisial N (11 tahun) dianiaya oleh suatu bangsa. Tidak disangkal
anak sebaya yang merupakan bahwa pesan-pesan yang ditayangkan
tetangganya. N sempat dirawat di melalui media elektronik dapat
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) mengarahkan khalayak, baik ke arah
setempat sebelum N akhirnya perilaku prososial mau pun antisosial.
menghembuskan nafas terakhir. Bullying mulai marak
(https://www.pressreader.com/indone dilakukan melalui media sosial
sia/jawa- (Cyber Bullying). Banyak nya kasus
pos/20170911/281578060821414, bunuh diri akhir akhir ini sangat
diakses 18 September 2017). mengguncang psikis remaja pada
Bullying tidak hanya terjadi zaman sekarang banyak disebabkan
di kehidupan nyata saja, bullying karena Cyber Bullying di media
sekarang juga terjadi di dunia internet sosial. Mereka yang hanya ingin
atau cyber. Bullying yang terjadi di bersosialisasi dengan sesama remaja
internet atau cyber dijuluki dengan lainnya dengan menggunakan sarana
cyberbullying. Seiring dengan media sosial malah menjadi korban
perkembangan kebutuhan masyarakat Cyber Bullying sehingga orang tua
di dunia, teknologi informasi perlu memberikan perhatian pada
memegang peranan yang sangat pergaulan remaja.
penting, baik dalam sisi positif Seperti yang dialami oleh
maupun negatif. Salah satu efek Amanda Todd, 15 tahun, dari
negatif yang cukup meresahkan dan Kanada. Remaja putri ini
sedang berkembang saat ini adalah memutuskan untuk mengakhiri
kejahatan yang terkait kebebasan hidupnya pada tahun 2012 setelah di-
privasi seseorang yakni cyber bully secara langsung maupun
bullying. melalui medsos gara-gara upload-an
Media sosial (Medsos) videonya di YouTube.
merupakan salah satu bentuk (https://www.youtube.com/watch?v=
kemajuan vOHXGNx-E7E) Tidak hanya
teknologi informasi dan Amanda Todd di Indonesia terdapat
komunikasi. Melalui media sosial juga kasus cyber bullying dimana
yang semakin banyak berkembang dialami oleh Yoga yang nekat
menabrakan dirinya ke kereta api
memungkinkan informasi
yang sedang melintas pada tanggal 26
menyebar dengan mudah di
Mei 2013. Yoga nekat bunuh diri
masyarakat. Informasi dalam karena mendapatkan tekanan dan
berbagai macam bentuk dapat hujatan di media sosial akun Twitter-
disebarluaskan dengan mudah dan nya akibat gagalnya acara musik
cepat sehingga memengaruhi cara dimana ia menjadi ketua event
organizernya. memelihara relasi sosial yang positif
(http://www.tribunnews.com/regional (Hanitis dkk, 2015 ).
/2013/05/26/yoga-bunuh-diri-di duga- Terdapat beberapa penyebab
karena-dicaci-maki-di-twitter, diakses terjadinya bullying yaitu perbedaan
pada 3 Oktober 2017) kelas (senioritas), ekonomi, agama,
Perilaku bullying tidak hanya jender, etnisitas atau rasisme, situasi
mempunyai dampak yang sangat sekolah yang tidak harmonis atau
besar kepada korbannya tetapi, akibat diskriminatif dan karakter individu
jangka panjang yang serius bagi atau kelompok. Situasi sekolah yang
pelaku bullying juga perlu mendapat kurang atau tidak harmonis dapat
perhatian khusus. Pelaku bullying mempengaruhi perilaku siswa di
setelah dewasa akan cenderung sekolah. Situasi sekolah yang kurang
menjadi manusia agresif yang kondusif seperti ketidakjelasan
memiliki kesempatan untuk peraturan dan lemahnya control,
melakukan tindak kriminal. Olweus kurangnya dukungan guru dan
dan kelompoknya (1979) menemukan kurangnya keterlibatan siswa dalam
adanya kecocokan hasil studi ketaatan pada peraturan dapat
mengenai anak-anak, terutama laki- mengakibatkan naiknya intensitas
laki pelaku bullying terhadap karakter pelanggaran peraturan oleh siswa.
di masa dewasanya (dalam Novianti, Banyak perilaku yang muncul sebagai
2008). Pelaku bullying akan semakin tindak pelanggaran siswa, tidak
terperosok dalam tindak kekerasan terbatas hanya pelanggaran
dan agresivitas tanpa sempat keluar administratif semata namun perilaku
dari kebiasaannya. Tahap selanjutnya yang bertentangan dengan norma-
individu akan berkembang menjadi norma sosial juga kerap terjadi.
seorang preman atau melakukan Bullying sebagai salah satu
tindak kriminal di masa dewasa pelanggaran terhadap norma sosial
karena kebiasaan pelaku yang tidak bisa dihindari, berawal dari
menyukai agresivitas dan sulitnya candaan dan kemudian menjadi hal
menjalin hubungan sosial yang baik serius yang dapat memicu konflik.
dengan masyarakat sekitarnya. Situasi sekolah biasa dikenal
Perilaku bullying yang terjadi dengan iklim sekolah merupakan
hingga masa dewasa dapat salah satu faktor penting yang
menimbulkan dampak yang lebih luas mempengaruhi performa siswa di
lagi. Pelaku berpotensi melakukan sekolah. Kualitas lingkungan sekolah
tindak kriminal, memiliki kesehatan yang tidak kondusif memungkinkan
mental yang buruk, cenderung siswa menjadi depresi, merasa tidak
membawa perilaku bullying dari masa mampu, hingga memunculkan
anak-anak, dan ketidakmampuan masalah emosi dan perilaku. Iklim
mengembangkan kecakapan dalam sekolah yang positif dapat
meningkatkan performa siswa, bisa dilakukan kepada siapa saja,
meningkatkan moral dan karena guru dianggap lebih
meningkatkan prestasi siswa. Iklim berotoritas maka perlawanan itu lebih
yang positif ditandai dengan banyak terjadi pada sesama siswa.
terciptanya lingkungan belajar yang Perlawanan sesama siswa itu bisa
aman, tertib, dan nyaman sehingga terwujud lewat tindak perkelahian,
proses belajar mengajar dapat kekerasan verbal seperti bullying
berlangsung dengan baik. bahkan hingga mengakibatkan
Iklim sekolah memberikan kehilangan nyawa. Iklim sekolah
warna pada perilaku siswa baik yang negatif juga memberi
selama di sekolah maupun di luar kesempatan pada siswa untuk
sekolah. Siswa rata-rata melakukan perilaku menyimpang
menghabiskan waktu 6 hingga 8 jam (maladjustment) (Pertiwi. dkk, 2015).
sehari dan 6 hari dalam seminggu di Iklim sekolah yang positif
sekolah akibatnya nilai-nilai di merupakan situasi sekolah yang
sekolah akan di introyeksi oleh siswa mendukung proses pembelajaran dan
dan menjadi bagian dari hal tersebut dapat dinilai dari
kepribadiannya. Iklim sekolah yang tegasnya peraturan dan sanksinya,
tanpa disadari memberikan pengaruh adanya relasi yang baik dan aktif
kuat pada siswa, di mana siswa pada antara guru dan siswa serta adanya
usia SMA adalah pribadi yang sedang keterlibatan siswa secara aktif untuk
mencari jati diri dan lebih banyak menegakkan peraturan agar suasana
mendengarkan apa kata sekolah kondusif. Iklilm sekolah yang
lingkungannya, dalam hal ini positif cenderung mendatangkan
lingkungan yang dimaksud adalah suasana dan warna pendidikan yang
sekolah. cerah pada siswa sehingga proses
Pelanggaran peraturan dan pembelajaran dapat berlangsung
norma oleh siswa cenderung lebih dengan baik termasuk meminimalisir
banyak terjadi pada sekolah dengan terjadinya tindak pelanggaran seperti
iklim sekolah yang negatif. Iklim bullying. Secara keseluruhan, iklim
sekolah yang negatif dapat berupa sekolah yang positif tidak menjamin
keadaan di mana kurang kuatnya bahwa tindakan bullying tidak terjadi
kontrol oleh guru, ambigunya dan sebaliknya, iklim sekolah yang
hukuman yang diberikan oleh guru negatif. Berangkat dari permasalahan
dan kurang harmonisnya hubungan tersebut, penelitian ini bertujuan
guru dan siswa. Keadaan seperti itu untuk mengetahui hubungan antara
dapat membuat siswa menjadi tidak iklim sekolah dengan kecenderungan
terkontrol dan cenderung melakukan perilaku bullying.
perlawanan jika terdapat hal yang Peneliti memfokuskan
mengganggu. Perlawanan tersebut penelitian ini pada bullying karena
dinilai bahwa dalam jangka panjang, Menurut Wang, dkk (2009) Bullying
bullying tidak hanya berefek buruk is usually defined as a specific form
pada korban namun juga pada pelaku of aggression, which is intentional,
di mana pelaku dimungkinkan repeated, and involves a disparity of
tumbuh menjadi pribadi yang tidak power between the victim and
sehat secara psikis dan cenderung perpetrators. (Bullying biasanya
menjadi agresif bahkan berpotensi diartikan sebagai bentuk agresi yang
besar menjadi pelanggar hukum. spesifik, yang disengaja, berulang-
Korban bullying juga memiliki ulang, dan melibatkan kesenjangan
potensi untuk tumbuh jadi pribadi kekuatan antara korban dan pelaku).
yang inferior, cenderung mudah
depresi, memiliki kepercayaan diri Menurut Wang (2010) aspek-
yang rendah bahkan timbul aspek bullying meliputi:
kecenderungan bunuh diri. a) aspek fisik (memukul, menendang,
Rumusan Masalah mendorong) ;
Berdasarkan uraian latar b) aspek verbal (memanggil nama
belakang di atas, maka permasalahan dengan julukan/intonasi yang
dalam penelitian ini adalah “apakah kasar, mengolok-olok, menggoda
ada hubungan antara iklim sekolah dengan tujuan menyakiti) ;
dengan kecenderungan bullying pada c) aspek sosial (dikeluarkan dari
siswa”. kelompok sosial, diabaikan,
Tujuan Penelitian menggunjing / hasut) ;
Berdasarkan rumusan d) aspek dunia maya (di-bully
masalah yang dikemukakan di atas, menggunakan sosial media, di-
maka tujuan yang ingin dicapai dari bully menggunakan ponsel).
penelitian ini adalah untuk Bullying dipengaruhi oleh
mengetahui hubungan antara iklim beberapa faktor dan menurut Astuti
sekolah dengan kecenderungan (2008) ada tujuh faktor penting, yaitu
bullying pada siswa. :
Manfaat Penelitian 1. Perbedaan kelas (senioritas),
Hasil penelitian ini ekonomi, agama, gender, etnisitas
diharapkan dapat memberikan atau rasisme. Pada dasarnya,
sumbangan pengetahuan dibidang perbedaan (terlebih jika perbedaan
ilmu psikologi khususnya psikologi tersebut bersifat ekstrim) individu
pendidikan yang terkait dengan dengan suatu kelompok dimana ia
hubungan antara iklim sekolah bergabung, jika tidak dapat
dengan kecenderungan bullying pada disikapi dengan baik oleh anggota
siswa. kelompok tersebut, dapat menjadi
Tinjauan Pustaka faktor penyebab bullying. Sebagai
A. Kecenderungan Bullying contoh adanya perbedaan kelas
dengan anggapan senior – junior, melanggar aturan ini, karena
secara tidak langsung berpotensi larangan tersebut telah
memunculkan perasaan senior berlangsung turun temurun selama
lebih berkuasa daripada bertahun-tahun lamanya.
juniornya.Senior yang 3. Senioritas, sebagai salah satu
menyalahartikan tingkatannya perilaku bullying, seringkali pula
dalam kelompok, dapat justru diperluas oleh siswa sendiri
memanfaatkannya untuk mem- sebagai kejadian yang bersifat
bully junior.Individu yang berada laten/wajib. Bagi mereka
pada kelas ekonomi yang berbeda keinginan untuk melanjutkan
dalam suatu kelompok juga dapat masalah senioritas ada untuk
menjadi salah satu faktor hiburan, penyaluran dendam, iri
penyebab bullying.Individu hati atau mencari popularitas,
dengan kelas ekonomi yang jauh melanjutkan tradisi atau untuk
berbeda dengan kelas ekonomi menunjukkan kekuasaan.
mayoritas kelompoknya 4. Keluarga yang tidak rukun.
berpotensi menjadi korban. Kompleksitas masalah keluarga
Contoh kasus, pada tahun 2005 seperti ketidakhadiran ayah, ibu
silam seorang siswa 13 tahun menderita depresi, kurangnya
salah satu siswi SMP Negeri di komunikasi antara orangtua dan
Jakarta yang bunuh diri anak, perceraian atau
karenamalu sering diejek anak ketidakharmonisan orangtua dan
tukang bubur oleh teman- ketidakmampuan sosial ekonomi
temannya (Yayasan Sejiwa, 2008). merupakan penyebab tindakan
2. Tradisi senioritas. Senioritas yang agresi yang signifikan.
salah diartikan dan dijadikan 5. Situasi sekolah yang tidak
kesempatan atau alasan untuk harmonis atau diskriminatif.
membully junior terkadang tidak Bullying juga dapat terjadi jika
berhenti dalam suatu periode pengawasan dan bimbingan etika
saja.Hal ini tak jarang menjadi dari para guru rendah, sekolah
peraturan tidak tertulis yang dengan kedisiplinan yang sangat
diwariskan secara turun temurun kaku, bimbingan yang tidak layak
kepada tingkatan berikutnya. dan peraturan yang tidak
Sebagai contoh, salah satu SMA di konsisten.
Jakarta memiliki aturan yang tidak 6. Karakter individu atau kelompok,
jelas alasannya, yaitu siswa kelas sepertiberikut :
X dilarang melewati daerah kelas a. Dendam atau iri hati;
Y. Jika, hal tersebut dilanggar, b. Adanya semangat ingin
siswa yang lewat tersebut akan menguasai korban dengan
dibentak. Siswa tidak berani untuk
kekuatan fisik dan daya tarik iklim sekolah ke dalam 10 Dimensi,
seksual; dan yang dikelompokkan ke dalam empat
c.Untuk meningkatkan popularitas kategori, yaitu 1) safety, 2) teaching
pelaku di kalangan teman and learning, 3) interpersonal
sepermainan (peer group)-nya. relationships, dan 4) institutional
7. Persepsi nilai yang salah atas environment.
perilaku korban.Korban seringkali Kategori pertama terdiri atas a)
merasa dirinya memang pantas rules and norms, meliputi adanya
untuk diperlakukan demikian aturan yang dikomunikasikan dengan
(dibully), sehingga korban hanya jelas dan dilaksanakan secara
mendiamkan saja hal tersebut konsisten; b) physical safety, meliputi
terjadi berulang kali pada dirinya. perasaan siswa dan orang tua yang
B. Kecenderungan Bullying merasa aman dari kerugian fisik di
Menurut Cohen, dkk sekolah; dan c) social and emotional
(2009)“School climate is based on security meliputi perasaan siswa yang
patterns of people’s experiences of merasa aman dari cemoohan,
school life and reflects norms, goals, sindiran, dan pengecualian.
values, interpersonal relationships, Kategori kedua terdari atas a)
teaching and learning practices, and support for learning, menunjukkan
organizational structures.” (Iklim adanya dukungan terhadap praktek-
sekolah didasarkan pada pola praktek pengajaran, seperti tanggapan
pengalaman masyarakat tentang yang positif dan konstruktif,
kehidupan di sekolah dan dorongan untuk mengambil resiko,
mencerminkan norma, tujuan, nilai, tantangan akademik, perhatian
hubungan interpersonal, praktik individual, dan kesempatan untuk
belajar mengajar, dan struktur menunjukkan pengetahuan dan
organisasi). keterampilan dengan berbagai cara;
Cohen, dkk (dalam Pinkus, dan b) social and civic learning,
2009) menjelaskan iklim sekolah menunjukkan adanya dukungan untuk
sebagai kualitas dan karakter dari pengembangan pengetahuan dan
kehidupan sekolah, berdasarkan pola keterampilan sosial dan
perilaku siswa, orang tua dan kemasyarakatan, termasuk
pengalaman personil sekolah tentang mendengarkan secara efektif,
kehidupan sekolah yang pemecahan masalah, refleksi dan
mencerminkan norma-norma, tujuan, tanggung jawab, serta pembuatan
nilai, hubungan interpersonal, praktek keputusan yang etis.
belajar dan mengajar, serta struktur Kategori ketiga terdiri atas : a)
organisasi. respect for diversity, menunjukkan
Cohen, dkk (dalam Pinkus, adanya sikap saling menghargai
2009:14), menjabarkan pengukuran terhadap perbedaan individu pada
semua tingkatan, yaitu antara siswa Populasi dalam penelitian
dengan siswa, orang tua dengan ini adalah siswa-siswi SMK Antartika
siswa, dan orang tua dengan orang Surabaya tahun ajaran 2017/2018.
tua; b) social support adults, SMK Antartika Surabaya berada di
menunjukkan adanya kerjasama dan jalan Banyu Urip Kidul 2/37 wilayah
hubungan yang saling mempercayai kecamatan Sawahan Kota Surabaya
antara orang tua dengan orang tua dengan jumlah siswa 733 orang.
untuk mendukung siswa dalam Besar sampel dalam
kaitannya dengan harapan yang tinggi penelitian ini ditentukan berdasarkan
untuk sukses, keinginan untuk tabel krejcie yaitu sebesar 254 sampel
mendengar, dan kepedulian pribadi; diperoleh dari beberapa kelas dan
dan c) social support students, jurusan yang di pilih secara acak.
menunjukkan adanya hubungan
interaksi sosial diantara teman sebaya Hasil Penelitian
untuk mendukung kegiatan akademik Teknik korelasi yang
dan pribadi siswa. digunakan untuk mengetahui
Ketegori keempat terdiri atas : a) hubungan antara variabel bebas iklim
school connectedness / engagement, sekolah (X) dengan variabel
meliputi ikatan positif dengan tergantung kecenderungan bullying
sekolah, rasa memiliki, dan norma- (Y) menggunakan teknik analisa
norma umum untuk berpartisipasi parametrik Korelasi Product Moment
dalam kehidupan sekolah bagi siswa Karl Pearson karena hasil uji
dan keluarga; dan b) physical prasyarat menunjukkan adanya
surroundings, meliputi kebersihan, hubungan yang linear pada kedua
ketertiban, dan daya tarik fasilitas dan variabel dan kedua variabel memiliki
sumber daya dan material yang distribusi normal.
mamadai. Hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS 20 diperoleh r =
Metode Penelitian -0,294** dengan uji dua sisi (two
penelitian ini adalah tailed) p = 0,000, (p < 0,05) sehingga
penelitian kuantitatif, dimana semua dapat dikatakan ada hubungan negatif
informasi atau data diwujudkan yang sangat signifikan antara iklim
dalam bentuk bilangan dan sekolah dengan kecenderungan
analisisnya berdasarkan bilangan bullying siswa. Semakin positif iklim
tersebut dengan menggunakan sekolah maka akan semakin rendah
statistik (Sudarsono,1998). Penelitian kecenderungan bullying siswa, dan
ini menggunakana penelitian korelasi, sebaliknya semakin negatif iklim
yaitu penelitan yang melibatkan dua sekolah maka semakin tinggi
atau lebih variabel dengan satu atau kecenderungan bullying siswa.
lebih variabel lain (Purwanto, 2008). Sehingga hipotesis penelitian ini yang
menyatakan bahwa ada hubungan kenyataannya tidak demikian.
negatif antara iklim sekolah dengan Bangunan sekolah yang bertingkat
kecenderungan bullying pada siswa memungkinkan untuk menampung
adalah diterima. lebih dari sekian warga sekolah
bahkan terlihat rapi. Hal ini
Pembahasan menunjukkan bahwa ketersediaan
Hasil analisa data sarana prasarana yang cukup
membuktikan bahwa hipotesis memadai dalam proses pembelajaran.
penelitian ini diterima, bahwa iklim Hairani (2015) berpendapat bahwa
sekolah berhubungan negatif dengan lingkungan sekolah yang memadai,
kecenderungan bullying siswa. termasuk tersedianya sarana
Artinya semakin positif iklim sekolah prasarana pembelajaran termasuk
maka akan semakin rendah ruang kelas dan tersedianya divisi
kecenderungan bullying siswa, dan yang dibutuhkan, mampu membuat
sebaliknya semakin negatif iklim siswa merasa nyaman belajar dan
sekolah maka semakin tinggi merasa aman karena siswa
kecenderungan bullying siswa. mengetahui bahwa apa yang mereka
SMK Antartika Surabaya butuhkan sudah tersedia. Perasaan
merupakan salah satu sekolah aman dan nyaman atas tersedianya
terpadat di Surabaya, dengan keadaan ruang-ruang pembelajaran dan divisi
seperti itu pasti akan mempengaruhi sekolah mampu menunjang proses
keefektifan proses belajar mengajar belajar mengajar sehingga siswa akan
dan kondisi psikologis siswa dalam lebih berfokus pada kegiatan
belajar. Jumlah siswa yang mencapai akademik dan minat pada bullying
733 siswa pada tahun ajaran 2017 - akan menurun (Rahmawati, 2016).
2018 dengan luas lahan sekolah yang Perasaan aman bukan hanya
tidak lebih dari 1.234 m2. Iklim berasal dari tersedianya fasilitas fisik
sekolah bukan suatu hal yang berdiri namun juga jelasnya peraturan dan
sendiri melainkan ditopang oleh tegasnya sanksi yang diberlakukan.
beberapa dimensi, yaitu keamanan, Peraturan sekolah yang juga turut
pembelajaran, hubungan mengatur tentang bullying cukup
interpersonal dan kualitas lingkungan mampu memberi perasaan takut
institusi. untuk melakukan bullying di SMK
SMK Antartika dengan luas Antartika. Adanya kontribusi guru
area hanya 1.234 m2 dan dan siswa beserta guru BK di SMK
beranggotakan 733 siswa belum Antartika yang sigap dalam
termasuk guru dan staf kependidikan, menangani setiap bullying yang
sekilas menggambarkan iklim terjadi memberikan perasaan
sekolah yang kurang kondusif dalam terlindungi bagi tiap siswa sehingga
proses belajar mengajar namun sekalipun terjadi bullying, tidak pada
level yang berat. Peraturan yang jelas Hubungan interpersonal antar
dan sanksi yang tegas mampu siswa juga berpengaruh banyak
meminimalisir bullying di sekolah terhadap bullying karena perilaku bisa
karena siswa mengetahui dengan jelas sangat mudah ditiru bila terdapat
apa peraturannya dan apa sanksinya hubungan interpersonal yang sangat
sehingga siswa juga akan bepikir dekat (Pinkus, 2009). Semakin dekat
ulang jika hendak melakukan bullying hubungan interpersonal siswa dengan
(Magrifah dan Rahmawati, 2010). siswa lain maupun dengan guru
Adanya peraturan yang jelas mampu mampu memunculkan sikap saling
menumbuhkan rasa tanggung jawab menghargai, saling menghormati,
dan adanya keterikatan emosional keterbukaan, empati, dan saling
satu sama lain sehingga peraturan- mendukung sehingga siswa akan
peraturan tersebut akan dijalankan lebih menyayangi teman dan
secara konsisten untuk kebahagiaan cenderung menghindari perilaku
semua warga sekolah (Rahmawati, bullying. Adanya peran kelompok
2016). sebaya yang baik mampu
Materi pengajaran yang meningkatkan solidaritas siswa, jika
diajarkan di SMK Antartika seperti ada teman yang dibully, maka yang
pendidikan kewarganegaraan dan lain akan membantu membela dan
bimbingan karakter diharapakan bahkan mampu memberi efek jera
mampu mempengaruhi perilaku sehingga tidak terjadi pengulangan
siswa. Pendidikan kewarganegaraan tindakan bullying.
yang diberikan seminggu 3 kali tatap Perbedaan dalam lingkungan
muka (6 jam pelajaran) dan sekolah tidak dapat dihindari dan
bimbingan karakter yang diberikan begitu juga yang terjadi di SMK
seminggu sekali tatap muka (2 jam Antartika. Adanya perbedaan status
pelajaran) seharusnya mampu sosial, status ekonomi, suku, agama
memberikan dampak yang positif merupakan hal yang lumrah namun
bagi siswa dalam menyikapi perilaku karena adanya hubungan
bullying. Bahan ajar tersebut yang interpersonal yang baik antar warga
disampaikan oleh guru mampu sekolah maka perbedaan yang ada
mendorong siswa untuk saling bukan menjadi jurang pemisah
menghargai dan menghormati teman melainkan menjadi suatu
di sekolah sehingga siswa mampu keberagaman yang saling melengkapi
memiliki konsep yang benar satu sama lain sehingga perbedaan
bagaimana bersikap dan berperilaku tidak lagi dijadikan pemicu
di sekolah bahkan siswa mampu terjadinya tindakan bullying.
menjauhi perilaku bullying (Pinkus, Hubungan interpersonal yang
2009). terjalin baik antara siswa dan pejabat
sekolah menjadikan siswa nyaman
dan bahkan berani terbuka kepada kebersamaan, dengan demikian
guru (Fitriah, 2014). Keterbukaan kecenderungan siswa untuk
yang terjadi memungkinkan siswa melakukan bullying menjadi rendah
untuk melaporkan setiap (Masitah, 2014).
ketidaknyamanan yang dialami Jimmerson dkk (dalam
seperti tindakan bullying yang Rahmawati, 2016) berpendapat
dialami. Hal ini membawa dampak bahwa sekolah yang beriklim positif
yang sangat baik bagi siswa dan akan mengundang guru dan siswa
sekolah, yaitu adanya umpan balik untuk bertanggung jawab mentaati
dari siswa terhadap keadaan sekolah peraturan-peraturan sekolah dan
sehari-hari mengingat tidak semua bekerja sama untuk mengawal
kejadian di sekolah bisa terpantau terlaksananya peraturan. Kerjasama
secara detail oleh pejabat sekolah. tersebut sangat efektif bila ada
Bullying yang terdeteksi bisa tindakan bullying yang terjadi maka
langsung diatasi dan bisa dicegah akan segera diketahui dan dapat
bahkan untuk ke depannya, pelaku diatasi dengan segera. Sanksi tegas
bullying akan berpikir berkali-kali yang diketahui oleh semua warga
untuk melakukan bullying terhadap sekolah dapat membawa efek jera dan
siswa lain dan hal ini mampu sekaligus merupakan tindakan
menurunkan kecenderungan bullying represif bagi tindakan bullying yang
di sekolah. akan terjadi.
Menurut Voight, dkk (dalam Hasil perhitungan statistik
Mafika, 2015) iklim sekolah yang menunjukkan mean empirik iklim
kondusif seperti tersedianya sarana sekolah yang lebih tinggi nilainya
prasarana sekolah yang memadai daripada mean hipotetik
membuat siswa merasa nyaman menunjukkan bahwa iklim sekolah
belajar. Kenyamanan belajar mampu tergolong positif sebaliknya mean
membuat siswa mengarahkan empirik kecenderungan bullying lebih
kemampuan terbaiknya pada bidang rendah dari mean hipotetik
akademik yang membuat menunjukkan bahwa kecenderungan
kecenderungan bullying menjadi bullying tergolong rendah. Hasil
rendah. analisis menunjukkan bahwa adanya
Suasana belajar yang nyaman korelasi negatif antara iklim sekolah
dan menyenangkan, memampukan dan kecenderungan bullying di SMK
siswa menjalin komunikasi dan Antartika, semakin positif iklim
hubungan yang baik antara siswa sekolah maka semakin rendah
maupun dengan pejabat sekolah. kecenderungan bullying dan
Hubungan baik yang terjalin akan sebaliknya semakin negatif iklim
menimbulkan rasa kasih sayang, sekolah maka kecenderungan
perhatian, kepercayaan dan bullying semakin tinggi.
yang diperoleh lebih kecil dari 0,05
berarti antara iklim sekolah dengan
Kesimpulan dan Saran kecenderungan bullying terdapat
korelasi yang signifikan dan hipotesis
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian diterima.
hipotesis penelitian maka dapat B. Saran
ditarik kesimpulan bahwa terdapat 1. Bagi Siswa
hubungan negatif yang signifikan Siswa diharapkan turut
antara iklim sekolah dengan membantu untuk membentuk iklim
kecenderungan perilaku bullying pada sekolah yang positif dengan
menumbuhkan sikap toleransi,
siswa-siswi SMK Antartika Surabaya.
Artinya semakin positif iklim sekolah menumbuhkan rasa empati dengan
maka akan semakin rendah cara lebih banyak melibatkan siswa
kecenderungan bullying siswa, dan dalam kegiatan bersama seperti
mengukuti kegiatan keagamaan, dan
sebaliknya semakin negatif iklim
sekolah maka semakin tinggi lain-lain. Dengan demikian dapat
kecenderungan bullying siswa. meminimalisir potensi munculnya
bullying di kalangan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat 2. Bagi Guru
hubungan antara iklim sekolah Guru diharapkan semakin
dengan kecenderungan bullying terbuka kepada siswa, maka
persoalan-persoalan bullying bisa
siswa. Penelitian ini dilakukan
terhadap 254 siswa di SMK Antartika terselesaikan. Karena kedekatan ini,
Surabaya. Hipotesis yang diajukan akan membuat siswa responsif
dalam penelitian ini adalah ada sehingga tidak terjadi kasus-kasus
bullying.
hubungan negatif antara iklim
sekolah dengan kecenderungan 3. Bagi Pihak Sekolah
bullying siswa, semakin positif iklim Sekolah mampu menciptakan
iklim sekolah yang positif dengan
sekolah maka akan semakin rendah
kecenderungan bullying siswa, dan cara menegakkan peraturan atau
sebaliknya semakin negatif iklim sanksi yang tegas. Agar mampu
sekolah maka semakin tinggi memberikan efek jera bagi pelaku
bullying, guna tidak terulang kembali
kecenderungan bullying siswa. Hasil
perhitungan teknik Korelasi Product kasus bullying dikemudian hari.
Moment Karl Pearson terhadap data 4. Bagi Peneliti Lain
variabel iklim sekolah (X) dengan Bagi peneliti selanjutnya
disarankan untuk meneliti
data variabel kecenderungan bullying
(Y) diperoleh hasil r = -0,294** kecenderungan perilaku bullying pada
dengan p = 0,000. Taraf signifikansi siswa dengan mengkaji faktor-faktor
lain yang turut mempengaruhi
kecenderungan perilaku bullying di Education. By Teachers
sekolah, seperti tradisi senioritas College, Columbia
(relasi teman sebaya), karakteristik University.
keluarga, kematangan emosi, Hurlock, Elisabeth B. (1980).
kepribadian individu, dan lain-lain, Psikologi Perkembangan
agar memperoleh hasil yang lebih (Dra. Istiwidayanti, Dra,
bervariatif yang dapat Soedjarwo, M.Sc., Trans).
menggambarkan hal-hal apa saja Jakarta:Erlangga
yang dapat berpengaruh terhadap Olweus, D. (1979). Stability of
kecenderungan perilaku bullying. Aggressive Reaction Patterns
in Males: A Review.
Daftar Pustaka Psychological Bulletin, 86,
Arikunto, S. (2006). Prosedur 85275.
Penelitian Suatu Pendekatan Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving
Praktik, Edisi Revisi VI. Beyond AYP: High School
Jakarta : PT Rineka Cipta Performance Indicators.
Astuti, P.R.(2008). Meredam Washington, DC.
Bullying: 3 Cara Efektif Sekaran, U. (2003). Research
Menanggulangi kekerasan Methods for Business : A
pada Anak. Jakarta: Skill-Building Approach.
Grasindo. New York : John Wiley &
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Sons.
Validitas. Yogyakarta: UU No. 23/2002 pasal 54 ayat (1)
Pustaka Pelajar tentang perlindungan anak
................ (2009). dalam dunia pendidikan.
Penyusunan Skala Psikologi. Wang, Jing (2009). School Bullying
Yogyakarta : Pustaka Among US Adolescents:
Pelajar. Physical, Verbal, Relational
Cohen, Jonathan (2009). School and Cyber. HHS Public
Climate: Research, Policy, Access.
Practice, and Teacher

Anda mungkin juga menyukai